Sie sind auf Seite 1von 116

TIPOLOGI BANGUNAN

Dimas Hartawan Wicaksono, ST., MT.


KULIAH 01 - PENDAHULUAN
01
arsitektur
desain arsitektur
pengertian tipologi
diskursus dalam tipologi
tipe & model
obyek desain & analisis arsitektur
tipologi & tipo-morfologi
ARSITEKTUR / ARCHITECTURE
• ... is the particular places we shape in the landscape for our inhabitation;
• ... is about their consideration, design, and fabrication; and
• ... is a professional practice.
Desain Arsitektur
Bert Bieslefeld (ed) 2013
TIPOLOGI / TYPOLOGY ........

the logic of type

-LOGI / -LOGY
Greek: -logia, from legein, to speak; a combining form meaning: (a) specified kind of
speaking, as in eulogy; (b) science, doctrine, theory of, as in geology, theology.
TIPE / TYPE
Latin: typus; Greek: typos, a blow, mark of a blow, figure, outline, character of a disease, from
typyein, to beat, to strike.
Discourse on types
Reader‟s Dictionary:
• person, thing, event, etc., considered as an example of its class or group.
• class or group considered to have common characteristics.

Webster‟s New Twentieth Century Dictionary:


• A person, thing, or event that represents or symbolizes another, especially another that is to come; en
emblem; a token; a sign.
• A distinguishing mark, sign, or impress.
• The general form, structure, plan, style, etc. characterizing or distinguishing the members of a class or
group.
• A kind, class or group having distinguishing characteristics in common.
• A person, animal, or thing that is representative of, or has the distinctive characteristic of a class or
group; typical individual or instance.
• (a) A perfect example; a model; a pattern; an archetype, as, John is the very type of a n honest leader;
(b) In biology, a genus or species that best exemplifies the character of a larger group and often gives its
name to it.

Oxford English Dictionary:


• ... commonly refers to a kind, class, or category of people or things having some characteristics in
common.
• ... possible to identify particular types of objects, events, settings and people with respect to specific
characteristics; these characteristics underline the general form, plan, or design of each life and enable
one or more to be distinguished from others.
type

Johnson, The Theory of Architecture:


• ... a blow, impression, image, or figure in the sense of being struck or beaten.
• ... that by which something is symbolized or figured; anything having a symbolic significant.
• ... broadly used to describe the general form, structure, or character distinguishing a particular
class of beings or objects.
• (From the middle nineteenth century) ... also means the pattern or model after which something
is made.
• ... also applied to a person or thing that exhibits the characteristic qualities of a kind or order and
a perfect example or specimen of something.

Rafael Moneo, On Typology:


• ... a concept which describes a group of objects characterized by the same formal structure
• ... fundamentally based on the possibility of grouping objects by certain inherent structural
similarities.
• ... the act of thinking in groups.
type
DE QUINCY „vs‟ DURAND
• Quincy: klasifikasi tipologis tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan kondisi budayanya, sehingga
tipe-tipe tidak akan sama satu dengan yang lain, namun memiliki karakter yang kurang lebih
mirip.
• Durand: klasifikasi tipologis hanya berdasar pada ciri-ciri bentuk sebuah bangunan atau
komponennya, terlepas dari konteksnya, sehingga tipe digunakan sebagai model yang tetap
(tidak diubah).

TIPE vs MODEL
• Dalam tipe, obyek-obyek yang digolongkan dalam satu tipe tidak selalu sama tetapi memiliki
karakter yang kurang lebih mirip.
• Dalam model, obyek-obyek yang termasuk sebagai satu model semuanya sama persis sesuai
dengan kondisi yang awal.
TIPE vs MODEL
• Dalam tipe, obyek-obyek yang digolongkan dalam satu tipe tidak selalu sama tetapi memiliki
karakter yang kurang lebih mirip.
• Dalam model, obyek-obyek yang termasuk sebagai satu model semuanya sama persis sesuai
dengan kondisi yang awal.
OBYEK DESAIN – ANALISIS ARSITEKTUR

LINGKUNGAN BINAAN sebagai ENTITAS FISIK-SPASIAL


..... yang terhampar di muka bumi; konsentrasi bangunan-bangunan dan elemen-elemen fisik
lainnya yang dibangun dan ditata (bangun-bangunan, pohon-pohonan); konsekuensi langsung dari
konsentrasi manusia dengan kegiatan serta tindakannya.
SKALA HIRARKIS
.... tiap skala besaran: terdiri
atas elemen-elemen lebih kecil,
bagian dari elemen lebih besar.

.... batas fisik (bukan


administratif): elemen
pemisah, penyatu.

.... hubungan struktural timbal-balik


yang kompleks antara skala besaran.

.... tiap tingkat skala besaran punya logikanya


sendiri (tipologi), sebagai bagian elemen lebih besar (morfologi).
TYPO-MORPHOLOGY

Oxford English Dictionary:


• Typo-morphology is the study of urban form derived from studies of typical spaces and
structures.
• Typo-morphological studies reveal the physical and spatial structure of cities.
• Describe urban form (morphology) based on detailed classifications of buildings and urban
spaces by type (typology).
TYPO-MORPHOLOGY

Karya kolektif: diakronik dan sinkronik

Diakronik: dari cikal bakal sampai keadaan sekarang

Sinkronik: dibangun dan ditata bersamaan oleh banyak orang


Fragmen-fragmen perkembangan – transformasi pada berbagai
skala besaran (rumah, kompleks, lingkungan, dst.)

Ujud sekarang: produk sejarah – superimposisi lapisan jaman –


cerminan berbagai kekuatan sepanjang proses pembentukannya
Pembangunan bisa terencana (planned) bisa tidak terencana
(unplanned, spontaneous ?)
KULIAH 02
02
perkembangan pemahaman tipologi
tipe & klasifikasi
intensi & motivasi dalam desain arsitektur
sumber penciptaan bentuk dalam arsitektur
TYPO-MORPHOLOGY

Ujud sekarang: produk sejarah – superimposisi lapisan jaman – cerminan berbagai kekuatan
sepanjang proses pembentukannya

I. De Quincy, Durant,
Tipologi  preseden  tektonik dan bentuk(style/ langgam)
Bangunan dengan fungsi tertentu punya langgam tertentu

II. Gropius, Le Corbusier, dll


Tipologi industry (perancangan bukan hanya tektonika namun komponen-komponen
fisiknya)
Bangunan menjadi berlanggam Internasional
Tipologi  bentuk,rasio, teknologi

III. Arsitek tahun 60-sekarang (Rasionalis/Neo Rasionalis)


 Tipologi  (Laughier)
Melihat makna yang diwariskan oleh bentuk masa lalu
Memilih bentuk dasarnya atas dasar pewarisan
Membuat usulan perancangan atas dasar pengelompokan kembali bentuk dasar hasil
pewarisan tersebut.
TYPO-MORPHOLOGY

Pandangan Budi Sukada (1989), bahwa di dalam studi tipologi dikenal tiga tahapan yaitu :
1. tipologi digunakan untuk menentukan bentuk dasar pada setiap objek
2. tipologi digunakan untuk menentukan sifat dasar berdasarkan bentuk dasar yang ada
3. digunakan untuk menjelaskan proses komposisi bentuk dasar

(metode sejarah  dipelajari perkembangan objek arsitekturnya dengan mengikutsertakan


aspek kebudayaan manusia, seperti tektonika, fungsi, bentuk, dll)

Pengklasifikasian tipe menurut Robinson harus mempertimbangkan dua hal yaitu „how
architecture is made‟ dan „how architecture received by the audience‟. Oleh karena itu
terdapat dua pendekatan klasifikasi tipologi yang dapat dilakukan, yaitu dengan
mempertimbangkan
Physical properties‟ (karakteristik fisik),
taksonomi dari material, penyusunan ruang, style, pembagian geometrik, berbagai elemen, dan
sistem konstruksi
Enviroment that surrounding the objects (lingkungan), menyangkut
how enviroments are made,
how enviroments are used
how enviroment are understood

Misalnya „rules and processes‟ (aturan dan proses) yang menyangkut permasalahan „plan of
configuration‟ (konfigurasi komposisi)
Tipologi bentuk (geometri, langgam, komposisi, dsb),
Tipologi fungsi?
Desain Arsitektur
Bert Bieslefeld (ed) 2013
Form Context Firmitas

Spirit Utilitas
Meaning
Venustas
Construction
Function

 Capon-Vitruvius
Intention

Intention
Form Context Firmnitas

Spirit Utilitas
Meaning
Venusitas
Construction

motivation
motivation

Function
TYPO-MORPHOLOGY

Intention  Tujuan Rancangan


Tema ??  What Would ??  berangkat/ arah  Ruh

Konsep ?? How to ?? aplikasi

 Culture?
 Local Historical Prototype?

 Zeitgeist ?
 Politik?
 Ekonomi?

 Conservation ?
 Primordial Image ?
 Site-Location?
 Nature
 etc
Mark Galenter (1992) sumber-sumber penciptaan bentuk (form) dalam desain arsitektur

•An architectural form is shaped by intended function.


Desain bentuk suatu bangunan dapat diciptakan melalui pertimbangan fungsi-fungsi tertentu, misalnya
aspek fisik, sosial, psikologi, dan fungsi simbolik. Dalam hal ini bentuk merupakan representasi fungsi.

•An Architectural form is generated within the creative imagination.


Originalitas ide bentuk arsitektural dilahirkan melalui kreativitas imaginatif dan intuitif pemikiran arsiteknya.
Hal ini didasarkan pada kemerdekaan berpikir intuitif yang mandiri dan tidak terjebak oleh batasan-batasan
formal, contoh ekstrimnya adalah desain-desain yang utopis, fantastik, futuristik, dekonstruksi, dsb.

•An Architectural form is shaped by the prevailing spirit of age.


Bentuk arsitektural diciptakan mengikuti semangat jamannya. Pertimbangan ideologi/semangat/paham global
dan dominan dapat berpengaruh terhadap penciptaan bentuknya, misal Post-Modernisme yang pro-history.

•An Architectural form is determined by the prevailing social and economic condition.
Bentuk arsitektural dapat diciptakan dengan mempertimbangkan aspek sosial (untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak) dan ekonomi (efektif-efisien-fungsional).

•An Architectural form is derives from timeless principles of form that transcend particular
designers, culture, dan climate.
•Bentuk-bentuk arsitektural dapat dilahirkan melalui konsep-konsep masa lalu. Konsep ini digunakan karena
dianggap mempunyai keunikan/kekhasan, untuk tujuan khusus, pertimbangan budaya (misalnya: lokalitas),
dan kontektualitas iklim, dsb. Hal ini dapat menyangkut aspek kesejarahan (pro-history), type, dsb.
Pemahaman ini yang menunjukkan adanya kemungkinan penggunaan unsur-unsur desain candi dalam
bangunan pada masa pra-kolonial (Islam), kolonial, dan pasca kolonial di Indonesia.
KULIAH 03
03
manusia vs alam
homo faber – man the maker
euclidean & non-euclidean
plato & aristoteles
immanuel kant & john locke
Konteks Dalam Arsitektur
MANUSIA VS ALAM

Peter J. Wilson, dalam buku The Domestication of the Human


Species (New Haven: Yale University Press, 1988) mengajukan
sebuah pertanyaan unik:

bila makhluk „manusia‟ telah ratusan ribu tahun berada dalam


keadaan tidak memiliki naungan (hunian) dengan hanya
mengandalkan teknologi minimal untuk bertahan hidup,

mengapa,

secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat (secara historis)


manusia memiliki ketertarikan yang sangat besar terhadap
arsitektur? Mengapa manusia tidak hanya diam di satu tempat
yang subur, yang aman dan terlindung dari ancaman alam,
melainkan juga mendirikan bangunan-bangunan, membentuk
kota-kota yang seakan hendak menyaingi alam?
MANUSIA VS ALAM

Alam dalam pengertian manusia modern, dapat dimaknai


sebagai segala yang berada di luar kita (manusia). Hal ini
berbeda dengan masyarakat purba yang menganggap alam
memegang kekuasaan dan manusia berada di bawah
pengaruh alam.

Apa yang terjadi pada alam secara langsung dapat memiliki


pengaruh pada kehidupan manusia. Artinya adalah bahwa
manusia purba cenderung menganggap dirinya sebagai
bagian dari alam.

Sedangkan Bangsa Romawi (menutip Cicero) menyadari


bahwa mereka memiliki kekuatan untuk mengubah wajah
alam. Semakin besar kesadaran seseorang atas
kekuatannya mengatasi alam, maka semakin jelas pula
perbedaan konsep mengenai „benda alam‟ dan „benda
ciptaan manusia‟.
HOMO FABER – MAN THE MAKER

Saat kita menciptakan sesuatu, kita membedakannya dengan yang „alam‟. Kita mendesain fasad
arsitektural agar seimbang, sempurna, atau membuat sebuah alat yang cantik dan sesuai
fungsinya, atau sebuah perabot agar tampil indah, seimbang, dan harmonis dengan ruangan
tempat ia akan diletakkan.

Apakah hal ini telah berlaku sejak awal kita diciptakan? Apakah kita selalu mencari bentuk
kesempurnaan sebagai bagian dari cara kita mencipta?
JOSEPH RYKWERT
ON ADAM’S HOUSE IN PARADISE: THE IDEA OF
THE PRIMITIVE HUT IN ARCHITECTURAL
HISTORY, 1981
EUCLIDEAN
NON-EUCLIDEAN
IMMANUEL KANT & JOHN LOCKE

Secara historis dapat dijelaskan bahwa pencarian secara terus-menerus terhadap order, terbagi ke
dalam dua pandangan besar – idealis dan empiris.

dalam memandang hubungan pikiran dengan dunia ciptaan manusia ataupun dunia natural:

John Locke
bahwa pikiran kita adalah sebuah tabula rasa yang dapat diisi beragam impresi dan informasi
kultural.

Immanuel Kant
menentang pandangan tersebut dan mendukung posisi Aristoteles, bahwa bagaimana kita dapat
menata/ memberi order pada dunia ciptaan di sekeliling kita bila kita tidak memiliki dorongan
alam untuk melakukannya. Pandangan Kant, berlawanan dengan pandangan yang
menganalogikan pikiran kita sebagai sebuah piring kosong, melainkan memandang pikiran
kita sebagai sebuah mesin pencari yang bekerja tanpa henti, yang dilengkapi dengan hasrat
alami untuk mengarungi perkembangan pengetahuan secara sadar.
PLATO & ARISTOTELES
IMMANUEL KANT & JOHN LOCKE

teori Darwin
cenderung mendukung pandangan Kant (dan Aristoteles) daripada pandangan Locke.

Pandangan kant seakan mendemonstrasikan bahwa pencarian order dan refinement dalam
arsitektur secara terus-menerus, merupakan bagian dari sebuah mekanisme yang terus ber-
evolusi untuk memastikan kelangsungan kita dalam menghadapi dunia yang tidak dapat diprediksi.

Dari titik ini, dorongan terhadap hasrat manusia terhadap arsitektur kemudian dapat dijelaskan
sebagai sebuah sifat dasar manusia dalam mencari order yang kemudian kita terapkan pada
ciptaan kita: budaya dan dunia fisik spasial (ARSITEKTUR).
KONTEKS DALAM ARSITEKTUR
TIPOLOGI SEBAGAI BAGIAN DARI TEORI ARSITEKTUR

Dalam proses pencarian order secara terus-menerus, teori dalam arsitektur kemudian muncul dan
keberadaannya memiliki satu tujuan utama: untuk menjaga konsistensi peningkatan kualitas
lingkungan binaan melalui perkembangan variasi ide dan prinsip-prinsip arsitektur.

Konsekuensinya, „tujuan‟ tersebut merupakan basis untuk teori; cita-cita dan sasaran merupakan hal yang
tersirat di dalamnya. Sehingga penolakan total terhadap teori dalam arsitektur dan hanya
memandangnya sebagai referensi historis, pada gilirannya akan menimbulkan sikap anarkis
terhadap proses desain –dan mendorong desain arsitektur lebih dekat ke arah seni.

Jadi, tidak menggunakan teori ke dalam desain adalah langkah „memelesetkan‟ desain ke dalam sebuah
„kreasi random‟ dan berharap pada terjadinya serendipity (ketidaksengajaan yang positif) dalam
desain. Bukan berarti bahwa serendipity merupakan hal yang buruk, tetapi manusia tidak boleh
bersandar pada harapan tersebut. Melalui pandangan ini, berkembangnya teori/pemikiran secara
terus-menerus menjadi kebutuhan dalam proses penciptaan suatu desain dan menunjang keberhasilan
desain, atau minimal mampu memberi alasan yang baik, logis, dan kontekstual terhadap keputusan-
keputusan desain yang diambil.
KONTEKS DALAM ARSITEKTUR

Terkait dengan hasrat manusia dalam berarsitektur, Michael Speaks dalam essay-nya After Theory,
berpendapat bahwa manusia tidak akan pernah berhenti untuk berfilsafat: selalu berada dalam proses
„menjadi‟. Teori arsitektur, sebagaimana sebuah kerangka intelektual, bersifat dinamis, dan selalu dapat
dipertanyakan kembali. Dan kembali pada arti fundamentalnya, teori harus tetap hadir dalam desain
arsitektural sebagai basis bagi proses pengambilan keputusan. Ketidakhadiran teori desain dan
berhentinya pencarian order dalam desain ditakutkan dapat mendorong arsitektur ke dalam „cyclical
paths‟, sebuah jalur siklus. Kita bukanlah makhluk yang ingin tersesat dan mengulang masa lalu
sehingga hasrat berarsitektur kita menjadi sangat relevan.
ARSITEKTUR YANG TERSESAT

Sisi buruk dari kapabilitas arsitektur yang dapat tersesat adalah kecenderungan sebagian objek
arsitektur yang kemudian seakan-akan menjadi bagian dari Disneyland – dalam
pemahamannya sebagai sebuah parodi dari dunia nyata dan imajinasi.
Perjalanan ke Disneyworld, misalnya, merupakan sebuah pengalaman mimpi di siang bolong. Apa yang kita
alami adalah sebuah kebebasan total, dengan ketiadaan tujuan, ketiadaan alasan, dan ketiadaan
resiko. Yang kita temukan dalam Disneyland bukanlah Indonesia, Amerika, Cina, Jerman, Inggris, atau
negara manapun yang menjadi bagian dari masa lalu kita. Yang kita temukan di sana adalah sebuah
permainan imaji yang super bebas, di mana kita bebas menentukan yang mana yang ada dan tidak.
Disneyland adalah perlambang dari dunia masa kini, dimana keduanya memberikan hal yang sama:
sebuah pengalaman yang “kosong” dan kebebasan tak berbatas.
Perjalanan ke Disneyworld, misalnya, merupakan sebuah pengalaman mimpi di siang bolong. Apa yang kita
alami adalah sebuah kebebasan total, dengan ketiadaan tujuan, ketiadaan alasan, dan ketiadaan
resiko. Yang kita temukan dalam Disneyland bukanlah Indonesia, Amerika, Cina, Jerman, Inggris, atau
negara manapun yang menjadi bagian dari masa lalu kita. Yang kita temukan di sana adalah sebuah
permainan imaji yang super bebas, di mana kita bebas menentukan yang mana yang ada dan tidak.
Disneyland adalah perlambang dari dunia masa kini, dimana keduanya memberikan hal yang sama:
sebuah pengalaman yang “kosong” dan kebebasan tak berbatas.
ARSITEKTUR YANG TERSESAT

INDONESIA?

arsitektur kita (Indonesia) saat ini, sebagian besar justru dapat kita kategorikan dalam golongan arsitektur
yang tersesat itu. Mencomot kulitnya dan membanggakan karya yang menyerupai hasil karya arsitek
pemikir bertaraf internasional telah jamak kita jumpai di majalah-majalah arsitektur kita. Arsitektur
yang muncul sebagai produk dagangan developer juga tidak luput dari isu ini.
ARSITEKTUR YANG TERSESAT
Ekspresi
(smithies, 1984)
dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek:
Fungsi, fungsi dapat melahirkan bentuk yang ekspresif misalnya kita membuat sebuah lumbung
padi dengan menitikberatkan pada pemenuhan fungsi, maka akan muncul bentuk lumbung
pada yang dapat menghindari terjadinya pembusukan padi, menghindari gangguan tikus dan
sebagainya.
Struktur, penonjolan struktur sebagai elemen estetis pada sebuah bangunan dapat
melahirkan bentuk yang ekspresif pula.
Budaya, misalnya pada bangunan tradisional. Ekspresi yang dimunculkan merupakan hasil
tampilan budaya
A connection with the past is a prerequisite for the appearance of a new and self confident tradition‟
(Gideon, 1956). Hubungan dengan masa lalu adalah keharusan bagi munculnya tradisi yang
baru dan penuh kepercayaan diri (keoptimisan).
KULIAH 04
04
hubungan bentuk dan struktur
unity of form and structure
engineer’s aesthetic
monumentalizing technology
dramatizing technology
architecture and industrial production
Form and Structure

... those parts of a building that take up the loads on the building and carry them down to
foundations; partitions, on the other hand, serve to separate spaces
TYPO-MORPHOLOGY

Klasifikasi bentuk struktur :

A. Struktur massa, padat, atau solid


B. Struktur rangka Dahulu, ketika ilmu gaya dan teknologi belum
C. Struktur permukaan bidang dikenal, perencanaan bangunan berdasarkan
- Struktur lipatan intuisi, bakat yang ada, pengalaman.
- Struktur cangkang
D. Struktur kabel dan jaringan Struktur massa permulaan  struktur tumpuk
(tarik – tekan) dengan bentukan stabil.
E. Struktur biomorfik

Borobudur - Struktur tumpuk pada permukaan bidang


Egypt pyramid

Aztec pyramid

Struktur tumpuk padat


prambanan

parthenon

Istana, kuil, candi dibangun dari batu alam


atau bata buatan yang hanya dapat menahan
gaya tekan tegak atau gaya vertikal
prambanan

parthenon

Istana, kuil, candi dibangun dari batu alam


atau bata buatan yang hanya dapat menahan
gaya tekan tegak atau gaya vertikal
Primitive hut
Unity of Form and Structure
Unity of Form and Structure
Structure & Truth
Engineer‟s Aesthetic
Monumentalizing Technology
Monumentalizing Technology
Dramatizing Technology
Architecture and Industrial Production
Architecture and Industrial Production
Architecture and Industrial Production
pragma
Architecture and Industrial Production
Architecture and Industrial Production
Structure & Truth
Short Paper
KULIAH 05
05
Fungsi
Violet Le Duc
Man and environment
Function – Broadbent, Norberg-Schultz, Larry Ligo, Mukarowsky
Program – Bernard Schumi
Program – Sou Fujimoto
ERGONOMI

ANTROPOMETRI
BASIC ACTIVITY
ACTIVITY UNIT

HISTORY TAKING AND


SEATED EXAMINATION

COUCH EXAMINATION
DENTAL EXAMINATION
AND TREATMENT
FLOW OF ACTIVITIES
ACTIVITY SPACE / ROOM

CONSULTING/EXAMINATION ROOM: CONSULTING/EXAMINATION ROOM:


Mother and childcare Dental Clinic
-Violet le Duc-

“In architecture there are two necessary ways of being true.


It must be true according to the program and according to
the methods of construction.

…To be true according to the program is to fulfill exactly


and simply the conditions imposed by needs;
…to be true according to the methods of construction, is to
employ the materials according to their qualities and
properties.
…purely artistic questions of symmetry and apparent form
are only secondary conditions in the presence of our
dominant principles.”
Man | Environment
Function

Broadbent

• Enviromental filter (modifier of physical climate)


• Container of activities
• Capital investment
• Symbolic Function
• Behavior modifier
• Aesthectic function (pursuit of delight)
Function

Norberg-Schultz  building tasks

• Physical control (eksternal dan internal)


• Functional frame (aktivitas manusia)
• Social Milieu (kesatuan sistem sosial )
• Cultural Symbolization
Function

Larry L. Ligo  Tugas

• Structural Articulation
• Physical Function
• Psychological Function
• Social Function
• Cutural/Existential Function
Function

Jan Mukarowsky  Makna Lingkungan Binaan

• Referential function
• Aesthetic function
• Allusory Function  metafora
• Territorial Function
• Expressive Function  penekanan
PROGRAM
Bernard Tschumi, The Manhattan Transcripts 1976-1981

“Architecture is not simply about space and form, but


also event, action and what happens in space…”

“…There is no architecture without action, no


architecture without event, no architecture without
program”
Bernard Tschumi, The Manhattan Transcripts 1976-1981

Ketika arsitektur dimunculkan dan ruang terjadi di dalamnya, maka akan


terjadi dialog yang kuat antara aksi sebagai sebuah tindakan merasakan ruang,
kejadian sebagai sebuah aktivitas yang terjadi dalam ruang, dan program
sebagai serangkaian fungsi yang direncanakan.

 Provokasi bahwa arsitektur haruslah berasal dari konsep dan gagasan


sebelum menjadi bentuk dan tidak dapat dipisahkan dari tindakan, kejadian,
dan aktivitas.

 Bangunan merepresentasikan, mengefektifkan serta merespon aktivitas


yang terjadi di dalamnya, mengkombinasikan ruang dengan ruang, gerakan,
momen, dan kejadian yang berubah serta secara kreatif membangun
konfigurasi yang cocok dengan konteks tempat bangunan itu berdiri.

 Memahami arsitektur harus lebih dari sekedar apa itu arsitektur tapi juga
apa yang terjadi dalam arsitektur.
Bernard Tschumi melakukan dekonstruksi program dengan beberapa pendekatan, yakni:

•Crossprogramming
Menggunakan konfigurasi spatial tertentu untuk program yang sama sekali berbeda; misalnya
bangunan rumah ibadah digunakan untuk klub malam. Menempatkan suatu konfigurasi spatial
pada lokasi yang tidak berkaitan; misalnya museum diletakkan dalam bangunan parkir.

•Transprogramming
Mengkombinasikan dua program yang sifat dan konfigurasi spatialnyaberbeda;misalnya
planetarium dikombinasikan dengan roller-coaster, perpustakaan dengan trek balap mobil.

•Disprogramming
•Mengkombinasikan dua program sedemikian rupa sehingga konfigurasi ruang program pertama
mengkontaminasi dan mengganggu program dan konfigurasi ruang kedua; misalnya supermarket
dikombinasikan dengan perkantoran.
Sou Fujimoto, The Primitive Future 2011
Tentang bagaimana arsitektur dapat menemukan masa depan yang baru hanya ketika
arsitektur terlebih dahulu kembali kepada yang primitif

Nest Cave
Sou Fujimoto, The Primitive Future 2011
Tentang bagaimana arsitektur dapat menemukan masa depan yang baru hanya ketika
arsitektur terlebih dahulu kembali kepada yang primitif

Nest Cave
Sou Fujimoto, The Primitive Future 2011
Tentang bagaimana arsitektur dapat menemukan masa depan yang baru hanya ketika
arsitektur terlebih dahulu kembali kepada yang primitif

Nest – Sarang
Menyiratkan sebuah ruang yang telah dipersiapkan secara khusus untuk tempat tinggal
manusia, dibangun dan ditujukan untuk manusia.

Cave – Gua
Sudah ada sejak sebelum manusia, tetapi diadaptasikan dan digunakan oleh manusia.

Gua adalah kebalikan sarang, ruang yang terbentuk secara alami. Bila sarang dirancang
untuk kenyamanan manusia, dengan program atau fungsi yang sudah ditentukan, maka
gua diawali dari kekosongan, lalu diisi dan digunakan oleh manusia. Keduanya digunakan
oleh manusia, namun dengan runutan yang terbalik satu dengan yang lainnya.
Sou Fujimoto, The Primitive Future 2011

Dalam konteks Primitive Future, Sou Fujimoto menjelaskan bahwa kekosongan pada gua
membuat penggunanya menentukan sendiri tindakan apa yang akan dikenakan terhadap
ruangan.
Kemungkinannya menjadi tak terbatas karena kekosongan memicu kreativitas dan manusia
mencari fungsi-fungsi baru yang mungkin diadakan dan pada titik ini arsitektur bisa
berkembang.

Gua yang digunakan untuk tempat tinggal memerlukan tindakan kreatif atas nama
manusia.

Gua mengubah perilaku penghuninya dengan tidak menawarkan cara yang jelas untuk
menggunakan tempat tersebut.

Meskipun sampai tingkat tertentu ambiguitas ini melekat pada semua ruang, gua benar-
benar tidak terdefinisi.

Sou menyebutkan tindakan kreatif ini sebagai permulaan awal arsitektur.


Peter Eisenman menggunakan beberapa strategi untuk melakukan dekonstruksi program, yaitu:

•Penolakan terhadap antroposentrisme dalam desain, yaitu rujukan pada proporsi fisik tubuh
manusia sebagai ukuran ideal bagi segalanya.

•Penerapan proses scaling melalui pengembangan tiga konsep destabilisasi, yaitu


discontinuity, recursibility, dan self-similarities.

•Penolakan terhadap center sebagai bagian paling penting dan memiliki hirarki lebih tinggi
dibanding bagian lain.

•Penolakan terhadap kekakuan oposisi dialektis dan kategori hirarkis tradisional seperti “form
follows function”, “ornament added to structure”, digantikan oleh “existing between”, “almost
this or almost that, but not quite either”.

•Pemahaman arsitektur secara tekstual dalam kaitan dengan otherness, trace dan absence.

Eisenman dalam proyek “Romeo and Juliet” untuk Venice Biennale 1986 mencoba memperlakukan
lahan sebagai “palimpsest” dan “quarry” yang memiliki jejak-jejak memori dan potensi untuk digali
lebih lanjut, sementara dalam proyek “House X”, ia mencoba menghindari adanya pusat di dalam
rumah.
Derrida :

Menggagas realitas sebagai teks.

Dissemination (penyebaran tanda-tanda) dan double coding (teks dapat memiliki arti ganda).

Radikalitas pemikiran Derrida merupakan upaya pembebasan terhadap logika. Pemikiran ini
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa teks tidak dapat berdiri sendiri melainkan rangkaian dari
teks-teks yang lain.

•Strategi permainan yang tidak terencana untuk tujuan mengusik stabilitas teks dan mencairkan
pengertian tunggal yang terbentuk di dalam teks
•Membayangi setiap teks dengan kemungkinan-kemungkinan lain yang tak terduga sekaligus
memunculkan kecemasan karena seolah-olah kita telah kehilangan makna.
•Setiap konstruksi tak bisa mengelak dari karakter metaforis dan intertekstual bahasa/ teks. Bahwa
kebenaran yang disusun tak dapat tunggal dan begitu rentan.
Derrida :

Derrida menginginkan transformasi, sehingga membangun adalah sebanding dengan menulis.


Seperti arsitek memberi bentuk pada tempat yang menciptakan ruang dalam kota, penulis
memberi bentuk pada bahasa untuk membuat ruang untuk diskusi.

Bukan untuk membangun sesuatu yang nyeleneh dan sia-sia, tapi membebaskan seni bangunan
dari segala keterselesaian yang membelenggu.

Tidak ada yang absolut dalam arsitektur


Tidak ada tokoh yang didewakan/ disanjung
Pengakhiran pandangan absolut dan dominan, perkembangan arsitektur harus mengarah pada
keragaman pandangan dan tata nilai
Potensi indera lain selain penglihatan harus dimaksimalkan
Jones: Chaos is another form of order,
bahwa chaos dalam arsitektur dapat
menjadi bentuk kebutuhan yang lain untuk
dihadirkan.
Typology
A way to understand architecture through
classification
..appearance of quality..
..rules of the game..
Typology
Relationships between a classification of structural
arrangements and classification of spatial
organizations.
Product of a dialogue between a cultural system
and physical constraints.

Architecture of convention: a socially welcomed, an


agreed upon, accepted practice.
Typology
Exploring ways for change in the built environment
1. Architectural ~ Concerned with space and
material
2. Social ~ involving agreement, approval,
acceptance
Characteristics of the first contain potential for the existence of the
latter
Down to earth attitude: looking within architecture; architectural past
and a behind the scenes daily practice of architecture.
Typology
1. Architecture of regularity ~ architecture of
limited availability of material, of limited
technical possibility, of a homogenous social
order.
2. Architecture of variation ~ architecture of
craftmanship.
Architecture of standardized needs and variable materials
Similarity is the key to the type
Similarity indicating a common structure is the similarity of typological
systems. Common structure can refer to one or a multitude of elements
or sets of elements.

Common structure refers to a collections of rules and principle of the


disposition of physical elements. These rules and principles constitute
themselves into a normative reference.

Das könnte Ihnen auch gefallen