Sie sind auf Seite 1von 8

Fakultas Kedokteran Makassar, 23 Desember 2017

Universitas Muslim Indonesia

KARYA TULIS ILMIAH


IDENTIFIKASI BAKTERI DI BANGSAL RS IBNU SINA
MAKASSAR TAHUN 2018

Siti Fadhilah Hazhiyah


11020150079

PEMBIMBING 1 : dr. Indra Gunawan Sp. An


PEMBIMBING 2 : dr Yani Sodiqah M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi nosokomial merupakan masalah penting di seluruh dunia.

Infeksi ini terus meningkat dari 1% di beberapa negara Eropa dan Amerika,

sampai lebih dari 40% di Asia, Amerika Latin dan Afrika. Penyakit infeksi

masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian di

dunia. Salah satu jenis infeksi adalah HAIs (Health-care Associated Infection).

Infeksi ini menyebabkan 1,4 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Arfiana,

dkk., 2012).

Penderita yang sedang dalam proses asuhan perawatan di rumah sakit,

daya tahan tubuh menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya infeksi silang

karena kuman-kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam tubuh

penderita dengan mudah. Infeksi yang terjadi pada penderita yang sedang dalam

proses asuhan keperawatan ini disebut infeksi nosokomial (Arfiana, dkk.,

2012).

Survei prevalensi yang dilakukan WHO di 55 rumah sakit dari 14 negara

yang mewakili 4 Kawasan WHO (Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan

Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien rumah sakit mengalami

infeksi nosokomial. Setiap saat, lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia

menderita komplikasi dari infeksi yang diperoleh di rumah sakit. Frekuensi

tertinggi infeksi nosokomial dilaporkan dari rumah sakit di Kawasan Timur


Tengah dan Asia Tenggara (11,8% dan 10,0% masing-masing), dengan

prevalensi 7,7% dan 9,0% masing-masing di Kawasan Eropa dan Pasifik Barat

(WHO, 2002).

Infeksi ini menempati posisi keempat penyebab kematian di Amerika

Serikat dan terdapat 20.000 kematian tiap tahunnya akibat infeksi nosokomial

ini. Kejadian infeksi nosokomial di Malaysia sebesar 12,7 % (Marwoto dalam

Nih, 2011). RS. Rasul Akram di Iran melaporkan sebesar 14, 2 % pasiennya

menderita infeksi nosokomial di bagian pediatrik dengan usia di bawah 2 tahun

berisiko mengalami infeksi nosokomial (Masoumi, 2009). Hal inilah yang

kemudian menjadikan infeksi nosokomial menjadi sebuah isu kesehatan yang

besar (Guggenbichler, 2011).

Data infeksi nosokomial di Indonesia sendiri dapat dilihat dari data

surveilans yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1987 di

10 RSU Pendidikan, diperoleh angka infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu

sebesar 6-16 % dengan rata-rata 9,8 %. Penelitian yang pernah dilakukan di

11 rumah sakit di DKI Jakarta pada 2004 menunjukkan bahwa 9,8 % pasien

rawat inap mendapat infeksi yang baru selama dirawat (Balaguris, 2009).

Data dari RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar menyebutkan

bahwa kejadian infeksi nosokomial pada trimester III tahun 2009 sebesar 4,4

%. Penelitian terakhir menunjukkan untuk jenis infeksi nosokomial yang

terbanyak diderita adalah jenis Plebitis sebesar 81,8 % pada tahun 2010 (Raya
dkk 2012) . Pada RSUD Haji Makassar tahun 2012, ditemukan angka kejadian

infeksi nosokomial yang terjadi sebesar 3,44% (Abdullah dkk, 2012).

Sekitar 10-20% Infeksi nosokomial dapat disebabkan oleh kualitas

udara ruang perawatan pada Rumah Sakit, karena beberapa cara transmisi

kuman penyebab infeksi yang dapat ditularkan melalui air borne atau udara. Hal

ini berkaitan kembali dengan kemampuan dari mikroorganisme yang memiliki

beberapa cara penularan untuk membantu memfasilitasi perpindahan suatu agen

dari reservoir ke penjamu yang rentan. Mekanisme penularan infeksi dapat

melalui penularan langsung, tidak langsung, ataupun melalui udara. Mengingat

banyaknya mikroba dalam udara yang kita hirup maka mikroba yang terdapat

di udara merupakan salah satu faktor penentu kualitas udara di RS dari segi

mikrobiologi. (Arias, 2010).

Menurut penelitian, bakteri patogen penyebab infeksi nosokomial yang

paling umum adalah Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas

aeruginosa, Enterobacter spp, dan Klebsiella pneumonia (Tennant et al., 2005;

Prabhu et al., 2006). Di Indonesia sendiri, telah dilakukan penelitian

sebelumnya terhadap bakteri udara penyebab infeksi nasokomial. Penelitian

yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Abdul Moeloek mengenai

sterilitas udara di ruang bedah saraf menunjukkan bahwa terdapat bakteri dan

jamur dari udara yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,

Staphylococcus sapropthycus, Streptococcus sp., Salmonella sp., Shigella sp.,

Rhizopus sp., Aspergillus sp., dan Mucor sp. (Tutik, 2009).


Di ruang rawat intensif, infeksi nosokomial lebih sering terjadi

dibandingkan dengan bangsal rawat biasa. Secara universal di seluruh dunia,

5%-10% pasien memperoleh infeksi nosokomial, 20%-30% bagi pasien yang

menjalani perawatan di unit perawatan intensif (ICU) (Erasmus et al., 2010).

Oleh karena itu, pada penelitian-penelitian sebelumnya cenderung dilakukan

diruang rawat intensif dibandingkan dengan ruang rawat biasa terutama bangsal

rumah sakit.

Berangkat dari masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

merasa tertarik dalam mengetahui gambaran bakteri penyebab infeksi

nasokomial dengan melakukan identifikasi pada bakteri udara di Bangsal

Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan

permasalahan, yaitu jenis bakteri udara apa saja yang banyak terdapat di bangsal

Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi bakteri udara apa saja yang banyak ditemukan di

bangsal Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar


1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengurutkan jumlah jenis bankteri terbanyak yang ditdapatkan di

bangsal Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar

2. Membedakan jenis koloni bakteri udara yang didapatkan

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Memberikan pengetahuan mengenai teknik dalam identifikasi bakteri

2. Memberikan pengetahuan mengenai jenis bakteri dan koloninya yang

banyak ditemukan di bangsal Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar.

3. Memberikan data primer mengenai identifikasi bakteri udara yang dapat

digunakan untuk penelitian selanjutnya.

4. Meningkatkan kewaspadaan bagi semua orang yang berada dalam

lingkungan rumah sakit agar dapat mawas diri terhadap keberadaan

berbagai bakteri yang dapat saja menginfeksi tubuh kita.


Daftar Pustaka

1. Arfi ana, Tim PPI. 2012. Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi.


(http://www.rspkujogja. com/ diakses 28 Juni 2017).
2. Arias, M.K. 2010. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.
3. Ayni, Tutik Nur.2009. Sterilitas udara ruang operasi bedah saraf RSUD
DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung. Skipsi. Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
4. Balaguris (2009). Jurnal Kejadian Infeksi Nasokomial.
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/123456789/225/2/%252 I.docx di
akses pada tanggal 5 Mei 2015.
5. Departemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. FKM
UI: Jakarta.
6. Erasmus, V., Daha, T. J., Brug, H., Richardus, J. H., Behrendt, M. D., Vos,
M. C., & van Beeck, E. F. (2010). Systematic review of studies on
compliance with hand hygiene guidelines in hospital care. Infection Control
& Hospital Epidemiology, 31(03), 283-294.
7. Guggenbichler JP,Assadian O, Boeswald M, et al. Incidence and clinical
implication of nosocomial infections associated with implantable
biomaterials - catheters, ventilator-associated pneumonia, urinary tract
infections. GMS Krankenhhyg Interdiszip 2011;6(1):Doc18 2011.
8. Marwoto A., Kusnanto H., Handono D. 2007. Analisis Kinerja Perawat
Dalam Pengendalian Infeksi Nosokomial Di IRNA I RSUP DR. Sardjito.
KMPK Universitas Gadjah Mada
9. Masoomi, H., Nguyen, N. T., Dolich, M. O., Mills, S., Carmichael, J.C.,
Stamos, M. J., Laparoscopic appendectomy trends and outcomes in the
United States: data from the Nationwide Inpatient Sample (NIS), 2004-
2011. Am Surg 2014;80:1074-7
10. Raya F., Sennang N., Aprianti S. 2012. Clinical Pathology and Medical
Laboratory. Vol. 18 no 3, Juli 2012. Diambil dari:
www.indonesianjournalofclinicalpathology.or.id/index.php/patologi/issue/
view/36. ( 28 Juni 2017).
11. RSUD Haji Makassar. Laporan Kejadian Infeksi Nosokomial di RSUD Haji
Makassar Tahun 2013. Makassar: RSUD Haji Makassar; 2013.
12. Prabhu, N., Sangeetha, M., Chinnaswamy, P and Joseph, PL. A Rapid
Method of Evaluating Microbial Load in Health Care Industry and
Application of Alcohol to Reduce Nosocomial Infection. Journal of the
Academy of Hospital Administration. 2006, Vol. 18, No. 1, P. 1-12 i.
13. WHO.(2013). Healthcare Associated Infection (HAI).
http://whqlibdoc.who.int/hq/2005/WHO_EIP_SPO_QPS_05.2.pdf di akses
pada tanggal 28 Juni 2017.

Das könnte Ihnen auch gefallen