Sie sind auf Seite 1von 18

LAPORAN PENDAHULUAN

COR TRIATRIATUM

Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Anak


Ruang 7HCU Rumah Sakit Umum Derah dr. Saiful Anwar Malang

Oleh:
Riska Anisa
NIM. 180070300111041
Kelompok 1B

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Jl. Veteran Malang – 65145, JawaTimur – Indonesia

Telp. (62) (0341) 551611 – Fax. (62) (0341) 564755

http://fk.ub.ac.id/

LEMBAR PENGESAHAN

LP (Laporan Pendahuluan) dan ASKEP (Asuhan Keperawatan) Cor Triatriatum


ini dibuat dalam rangka PRAKTIK DEPARTEMEN ANAK mahasiswa Pendidikan Profesi
Ners Universitas Brawijaya Malang di Ruang 7HCU Rumah Sakit Daerah dr. Saiful
Anwar Malang

Malang,
Mahasiswa

Riska Anisa……………

NIM. 180070300111041

Mengetahui,
Pembimbing Institusi, Pembimbing Lahan,

(…………………………………) (………………………………...)
NIP. NIP.
1. DEFINISI
Cor triatriatum adalah kelainan jantung bawaan yang sangat langka (hadir saat
lahir). Biasanya, hati manusia memiliki empat ruang di mana dua di antaranya adalah
atrium. Keduanya dipisahkan satu sama lain oleh partisi (septum) yang disebut septum
atrium. Dua kamar lainnya, yang dikenal sebagai ventrikel, juga dipisahkan oleh septum.
Di cor triatriatum ada ruang ekstra kecil di atas atrium kiri jantung. Vena paru-paru, yang
mengembalikan darah dari paru-paru, mengalir ke "atrium ketiga" ekstra ini. Bagian
darah dari paru-paru ke jantung (atrium kiri dan ventrikel) diperlambat oleh ruang ekstra
ini. Cor triatriatum akhirnya dapat menyebabkan fitur gagal jantung kongestif dan
obstruksi dari waktu ke waktu (National Organitation for Rare Disorder, 2018).

Gambar 1: Cor triatriatum sinistrum (panel a) and cor triatriatum dextrum (panel b). IAM:
Intra-atrial membrane, IVC: Inferior vena cava orifice, PFO: Patent foramen ovale, PV: Pulmonary vein
orifice, SVC: Superior vena cava orifice
(Sumber: Annals of Cardiac Anaestheia, 2014, http://www.annals.in/article.asp?issn=0971-
9784;year=2014;volume=17;issue=2;spage=111;epage=116;aulast=Scavonetto)

Perbandingan yang mungkin berguna untuk diagnosis banding:


a. Atrial Sepatl Defect Atrium
Atrial Sepatl Defect Atrium adalah kelainan jantung bawaan yang umum yang
ditandai dengan adanya lubang kecil di antara dua atrium jantung. Cacat ini
menyebabkan peningkatan beban kerja di sisi kanan jantung, dan aliran darah yang
berlebihan ke paru-paru. Gejala-gejala, yang dapat terjadi selama masa bayi, masa
kanak-kanak, atau dewasa, dapat sangat bervariasi dan tergantung pada tingkat
keparahan cacat. Gejala-gejalanya cenderung ringan pada awalnya dan mungkin
termasuk kesulitan bernafas (dispnea), peningkatan kerentanan terhadap infeksi
pernapasan, perubahan warna kulit kebiruan yang abnormal dan / atau selaput lendir
(sianosis). Beberapa orang dengan Atrial Septal Defects mungkin berisiko lebih
tinggi untuk pembentukan gumpalan darah yang dapat melakukan perjalanan ke
arteri utama sistem darah (emboli). (Untuk informasi lebih lanjut tentang gangguan
ini, pilih "Atrial Septal Defects" sebagai istilah pencarian Anda di Basis Data Penyakit
Langka.)
b. Ventricular Septal Defect (Cor Triloculare Biventricularis)
Ventricular Septal Defect (Cor Triloculare Biventricularis) adalah sekelompok cacat
jantung kongenital umum yang ditandai dengan tidak adanya satu ventrikel. Bayi
dengan cacat ini memiliki 2 atrium dan 1 ventrikel besar. Gejala cacat ini yang mirip
dengan Atrioventricular Septal Defect mungkin termasuk laju pernapasan cepat yang
tidak normal (takipnea), mengi, detak jantung yang cepat (takikardia), dan hati yang
membesar secara abnormal (hepatomegali). Defek Septum Ventrikel juga dapat
menyebabkan akumulasi cairan yang berlebihan di sekitar jantung yang
menyebabkan gagal jantung kongestif. (Untuk informasi lebih lanjut tentang
gangguan ini, pilih "Cacat Septal Ventrikel" sebagai istilah pencarian Anda di Basis
Data Penyakit Langka.)
c. Atrioventricular Septal Defect
Atrioventricular Septal Defect adalah cacat jantung bawaan langka yang ditandai
dengan perkembangan katup dan septa jantung yang tidak tepat. Gejala mungkin
termasuk kesulitan bernafas (dispnea), perubahan warna kebiruan pada kulit dan
selaput lendir (sianosis), penumpukan cairan yang berlebihan di paru-paru (edema
paru), dan / atau gagal jantung kongestif. Gejala lain mungkin termasuk kebiasaan
makan yang buruk, pernapasan cepat yang tidak normal (takipnea), keringat berlebih
(hiperhidrosis), dan / atau detak jantung cepat yang tidak normal (takikardia). (Untuk
informasi lebih lanjut tentang gangguan ini, pilih "Atrioventricular Septal Defect"
sebagai istilah pencarian Anda dalam Rare Disease Database.)
d. Cor Triloculare Biatriatum
Cor Triloculare Biatriatum adalah kelainan jantung bawaan yang sangat langka yang
ditandai dengan tidak adanya satu ventrikel. Bayi dengan cacat ini memiliki dua
atrium dan satu ventrikel besar. Gejala-gejalanya mirip dengan Atrioventricular
Septal Defect dan termasuk kesulitan bernapas (dispnea), akumulasi cairan yang
berlebihan di paru-paru dan di sekitar jantung (edema paru), dan / atau perubahan
warna kebiruan pada kulit dan selaput lendir (sianosis). Gejala lain mungkin
termasuk kebiasaan makan yang buruk, pernapasan cepat yang tidak normal
(takipnea), dan / atau detak jantung cepat yang tidak normal (takikardia).
e. Mitral Vale Stenosis
Mitral Vale Stenosis adalah kelainan jantung langka yang mungkin muncul saat lahir
(bawaan) atau didapat. Dalam bentuk bawaan, gejalanya sangat bervariasi dan
mungkin termasuk batuk, sulit bernapas, jantung berdebar, dan / atau sering
mengalami infeksi saluran pernapasan. Pada Stenosis Katup Mitral yang didapat,
gejalanya mungkin termasuk kelemahan, ketidaknyamanan perut, nyeri dada
(angina), dan kehilangan kesadaran secara berkala.

2. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari cor triatriatum tidak diketahui (National Organitation for Rare
Disorder, 2018).
Cor triatriatum merupakan hasil dari penyerapan tidak sempurna dari vena paru-paru
umum, yang biasanya diserap kembali selama perkembangan janin dan menjadi bagian
dari atrium kiri. Hasil penyerapan yang tidak lengkap dalam pembentukan lekatan yang
membagi atrium kiri menjadi 2 kamar. Tidak ada mutasi genetik atau faktor risiko yang
diketahui terkait dengan perkembangan kondisi ini.

3. KLASIFIKASI
Ada dua subtipe yang dikenal:
a. Classic cor triatriatum (cor triatriatum sinistrum / sinister)
Pada tipe classic cor triatriatum, ada penggabungan abnormal dari struktur vena
paru ke atrium kiri dengan subdivisi membran fibromuskuler yang tidak perlu melalui
ruang atrium (Thurston et.all, 2015)..
b. Commoner cor triatriatum dextrum / dexter
Dengan cor triatriatum dexter skenario serupa terlihat melalui atrium kanan (Thurston
et.all, 2015)..
Cor triatriatum ada di sepanjang spektrum dari membran imperforate ke
membran dengan fenestrasi, yang memungkinkan aliran darah. Suatu membran yang
sangat fenestrasi dalam cor triatrum dexter kadang-kadang disebut sebagai jaringan
Chiari (Thurston et.all, 2015).
Klasifikasi Loeffler untuk cor triatriatum sinistrum pada tahun 1949
Tipe 1 - Tidak ada celah di membran aksesori
Tipe 2 - Satu atau lebih pembukaan terbatas (fenestrasi)
Tipe 3 - Bukaan non-restriktif besar di membrane (Dubey, 2017).
4. TANDA GEJALA
Gejala cor triatriatum sangat bervariasi, tergantung pada ukuran pembukaan antara
ruang ekstra dan atrium kiri. Jika pembukaannya kecil, gejalanya biasanya berkembang
pada awal masa bayi dan mungkin akan meliputi pernapasan cepat yang tidak normal
(takipnea), mengi, batuk, dan / atau akumulasi cairan yang tidak normal di paru-paru
(kongesti paru) . Pembesaran jantung secara progresif (kardiomegali) terjadi dan sering
menyebabkan gagal jantung kongestif bersama dengan tekanan tinggi yang tidak normal
di dalam arteri yang mengarah ke jantung dari paru-paru (arteri pulmonalis). Beberapa
bayi baru lahir dengan cor triatriatum juga mungkin memiliki bunyi jantung abnormal atau
murmur jantung (National Organitation for Rare Disorder, 2018)..
Pada orang yang lebih tua (setelah masa kanak-kanak), gejala cor triatriatum dapat
meliputi pembengkakan yang tidak normal pada area tubuh (edema umum), nyeri dan
ketidaknyamanan saat bernafas (dispnea), detak jantung cepat yang tidak normal
(takikardia), dan akumulasi cairan yang berlebihan di paru-paru (paru-paru tersumbat).
Peradangan akut pada paru-paru (pneumonia) dan saluran bronkial (bronkitis) dapat
sering terjadi dan dapat menyebabkan gagal jantung kongestif. Orang dengan cor
triatriatum juga berisiko lebih tinggi untuk infeksi bakteri (National Organitation for Rare
Disorder, 2018).

5. PATOFISIOLOGI
Teori malincorporation yang dipresentasikan oleh Dr. Clifford G. Parsons
menjelaskan bagaimana cor triatriatum sinister terjadi. Selama perkembangan janin
normal, vena paru bergabung ke atrium kiri. Jika gagal melakukannya, ostium vena
pulmonal umum tetap sempit, menghasilkan struktur seperti septum yang disebut
pelengkap atrium. Kemudian membagi atrium kiri menjadi 2 kompartemen. Meskipun
diterima secara luas, teori ini gagal menjelaskan bagaimana fossa ovalis dan serat otot
atrium juga ada di ruang atrium proksimal.
Dua teori lain, teori malseptasi dan teori jebakan, juga menjelaskan patofisiologi cor
triatriatum. Teori malseptasi menyatakan bahwa membran fibro-otot adalah
pertumbuhan abnormal septum primum; sedangkan, teori jebakan menekankan jebakan
pembuluh darah paru-paru yang umum dalam sinus venosus embrionik, sehingga
mencegah penggabungannya ke dalam atrium kiri. Teori malincorporation tetap menjadi
teori yang paling banyak diterima.
6. PEMERIKSAAN
Diagnosis cor triatriatum biasanya dibuat dengan menggunakan teknik pencitraan
seperti magnetic resonance imaging (MRI) dan echocardiography (EC). Dalam prosedur
lain yang dikenal sebagai kateterisasi jantung, tabung halus panjang (kateter)
dimasukkan ke dalam vena besar dan kemudian disalurkan langsung ke jantung. Ini
memungkinkan dokter untuk mengidentifikasi lebih lanjut kelainan jantung dan
menentukan laju aliran darah melalui jantung. Angiografi juga merupakan prosedur
diagnostik yang sangat berguna dan memungkinkan dokter untuk melihat x-ray jantung
yang ditingkatkan. Anak-anak dengan cor triatriatum juga memiliki pola EKG abnormal
(National Organitation for Rare Disorder, 2018).

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Terapi Standar
Bayi dengan cor triatriatum harus dirujuk ke rumah sakit yang dapat melakukan
prosedur diagnostik canggih dan bedah kardiovaskular. Kebanyakan pasien dengan
cor triatriatum akan memerlukan pembedahan pada usia muda, biasanya sebelum
usia satu tahun(National Organitation for Rare Disorder, 2018).
Sebelum operasi, gagal jantung kongestif yang terkait dengan cor triatriatum
dapat dikelola dengan mengurangi volume cairan dengan obat diuretik dan, jika
perlu, pembatasan diet cairan dan garam. Digitalis obat juga dapat diberikan untuk
mengurangi denyut jantung dan meningkatkan kekuatan kontraksi jantung. Terapi
oksigen juga terbukti bermanfaat (National Organitation for Rare Disorder, 2018).
Karena orang dengan cor triatriatum rentan terhadap infeksi bakteri pada
selaput yang mengelilingi jantung (endokarditis), infeksi saluran pernapasan apa pun
harus diobati dengan penuh semangat dan dini. Individu yang terkena dampak juga
harus diberikan antibiotik sebelum prosedur gigi invasif (mis. Saluran akar atau
ekstraksi) atau prosedur bedah lainnya untuk membantu mencegah infeksi yang
berpotensi mengancam jiwa (National Organitation for Rare Disorder, 2018).
b. Manajemen medis
1. Pasien tanpa gejala
Pasien tanpa gejala tidak memerlukan perawatan khusus. Amati pasien
untuk pengembangan tanda dan gejala. Jadwalkan tindak lanjut medis rutin
(Ather & Siddiqui 2018).
2. Pasien bergejala
Pilihan pengobatan untuk pasien bergejala meliputi manajemen medis /
konservatif dan perbaikan bedah. Perawatan medis meliputi:
 Stabilisasi hemodinamik dari kelebihan cairan dan edema paru
 Kontrol laju dan ritme serta antikoagulasi untuk pasien dengan atrial fibrilasi
 Profilaksis tromboemboli dengan antikoagulasi terhadap trombosis vena
dalam, emboli paru dan stroke (Ather & Siddiqui 2018)
c. Manajemen Bedah
Pembedahan adalah perawatan yang pasti. Reseksi bedah lengkap atrium
appendage / membran aksesori melalui sternotomi garis tengah di bawah bypass
kardiopulmoner dan penutupan septum atrium dengan patch perikardial memberikan
penyembuhan optimal. Tingkat kelangsungan hidup 10 tahun setelah operasi adalah
83%, sementara pasien dengan penyakit jantung bawaan yang berdampingan
memiliki risiko hasil yang lebih buruk dan tingkat kelangsungan hidup yang lebih
rendah (Ather & Siddiqui 2018).

8. KOMPLIKASI
a. Right-sided failure
b. Pulmonary edema/hypertension
c. Atrial arrhythmias
d. Kematian (Ather & Siddiqui 2018).

9. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keluhan utama : pasien biasanya akan mengeluhkan cepat lelah dalam beraktifitas
karena adanya penurunan curah jantung
2. Riwayat penyakit sekarang : menanyakan riwayat penyakit yang diderita pasien
saat itu, selain dari keluhan yang diungkapkan pasien.
3. Riwayat penyakit dahulu : menanyakan riwayat penyakit apa saja yang pernah
dialami pasien sebelum mengalami penyakit yang diderita saat ini.
4. Riwayat penyakit keluarga : menanyakan riwayat penyakit yang pernah dialami
anggota keluarga yang lain yang mungkin dapat berupa penyakit herediter ataupu
menular.
5. Pengkajian pola aktivitas istirahat : pasien biasanya akan mengalami kelemahan
dan kelelahan yang ditandai dengan takikardi, Tekanan Darah menurun, dan
dispnea saat beraktifitas.
6. Pengkajian pola sirkulasi : pasien biasanya memiliki riwayat Penyakit Jantung
Koroner, Ca Paru dan Ca Mamae yang ditandai dengan takikardi, disritmia, dan
edema.
7. Pengkajian pola eliminasi : pasien biasanya memiliki riwayat penyakit ginjal dan
penurunan frekuensi urin yang ditandai dengan urin tampak pekat dan gelap.
8. Pengkajian pola pernapasan : pasien biasanya akan mengalami napas pendek
yang terjadi biasaya pada malam hari ditandai dengan dispnea nocturnal, takipnea,
dan pernapasan dangkal.
9. Pengkajian pola kenyamanan : pasien biasanya akan mengeluh nyeri pada dada
(sedang sampai berat), diperberat oleh inspirasi, gerakan menelan, berbaring :
hilang dengan duduk, bersandar kedepan (perikarditis). Nyeri dada/punggung/sendi
(endokarditis).
10. Pemeriksaan fisik
Head to Toe
a. Kepala dan wajah : pucat, bibir sianosis.
b. Leher : peninggian vena jugularis.
c. Dada : ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda kusmaul,
takipnea, bunyi jantung melemah / redup dan pekak jantung melebar
d. Abdomen dan pinggang : tidak ada tanda dan gejala.
e. Pelvis dan Perineum : tidak ada tanda dan gejala.
f. Ekstrimitas : pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis cor triatriatum biasanya dibuat dengan menggunakan teknik
pencitraan seperti:
a. Magnetic resonance imaging (MRI)
b. Echocardiography (EC).
c. Kateterisasi jantung
d. Angiografi
e. X-ray jantung yang
f. Pola EKG abnormal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai dengan
takipnea, pernafasan bibir, penggunaanj posisi tiga titik, cuping hidung.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi
neuromuskular ditandai dengan perubahan frekuensi nafas,sianosis,gelisah,
kesulitan berbicara.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
ditandai dengan takikardia, palpitasi jantung, perubahan elektrokardiogram
(EKG).
4. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan iskemik ditandai dengan
diaphoresis, ekspresi wajah nyeri, mengekspresikan perilaku, perilaku distraksi,
perubahan pada parameter fisiologis, perubahan posisi untuk menghindari
nyeri.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan pasien
tampak dibantu saat melakukan aktifitas seperti mandi,toileting, berpakaian dan
berpindah.

C. Intervensi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Definisi : Inspirasi dan / Setelah dilakukan Airway manajemen ( 3140)
atau ekspirasi yang tidak tindakan perawatan 1 Buka jalan napas, gunakan teknik
memberi ventilasi. selama … X 24 jam chin lift atau jaw thrust bila perlu
Batasan karakteristik : pola nafas klien efektif 2 Posisikan klien untuk memaksi-
- Perubahan kedalaman dengan kriteria : malkan ventilasi
pernafasan  Respiratory status : 3 Identifikasi perlunya pemasangan
- Perubahan ekskursi Ventilation jalan napas buatan
dada  Respiratory status : 4 Pasang mayo bila perlu
- Penurunantekanan airway patency 5 Lakukan fisioterapi dada bila perlu
ekspirasi  Vital sign status 6 Keluarkan sekret dengan batuk
-Pernafasan bibir atau suction
-Fase ekspirasi Kriteria Hasil : 7 Auskultasi suara napas , catat
memanjang  Mendemonstrasikan adanya suara tambahan
- Penurunan ventilasi per ba-tuk efektifdan 8 Kolaborasi pemberian
menit suara nafas yang bronkodilator bila perlu
-Penggunaan otot bersih ,tidak ada 9 Monitor respirasi dan status
aksesorius untuk sianosis dan oksigen
bernafas dispneu (mampu
- Bradipneu bernafas dengan 2 Dorong pasien melakukan
- Dispneu mudah), Tidak ada nafas dalam, ditahan 2 detik lalu
- Ortopneu pursed lips batuk 2-3 kali
- Takipneu  Menunjukkan jalan Terapi Oksigen
- Mengambil posisi tiga nafas yang paten 1.Bersihkan mulut, hidung dan
titik (klien tidak merasa secret trachea / tenggorokan
-Peningkatan diameter tercekik , irama 2. Pertahankan patensi jalan nafas
anterior –posterior nafas dan frekuensi 3. Atur peralatan oksigen
nafas dalam rentang 4. Monitor aliran oksigen
Faktor yang normal, tidak ada 5. Pertahankan posisi pasien
berhubungan : suara nafas 6. Observasi tanda kekurangan
 Ansietas abnormal oksigen : geli-sah, sianosis dll
 Posisi tubuh  Tanda-tanda vital Vital Sign Monitoring
 Deformitas tulang dalam rentang 1. Monitor TD,nadi,suhu , RR
 Keletihan normal (tekanan 2. Catat adanya fluktuasi tekanan

 Hiperventilasi darah, nadi darah

 Sindrom hipoventilasi ,pernafasan ) 3. Monitor frekuensi dan irama

 Gangguan pernafasan

musculoskeletal 4. Monitor pola pernafasan


abnormal
 Kerusakan neurologis
5. Monitor sianosis perifer
 Disfungsi
neuromuscular
 Obesitas
 Nyeri
 Keletihan otot
pernafasan cedera
medulla spinalis

2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi neuromuscular


Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Definisi : Ketidakmampuan Setelah dilakukan Airway Suctioning


untuk membersihkan sekresi tindakan keperawatan 1. Pastikan kebutuhan tracheal
atau obstrukksi dari saluran selama … x 24 jam suctioning
pernafasan untuk jalan napas klien 2 Auskultasi suara napas
mempertahankan kebersihan efektif, dengan kriteria : sebelum dan sesudah
jalan nafas.  Respiatory suctioning
status : 3 . Informasikan pada klien
Batasan karakteristik : ventilation dan keluarga tentang
- Dispneu  Respiratory suctioning
- Orthopneu status : Airway 4. Meminta klien napas dalam
- Sianosis patency sebelum suction dilakukan
- Kesulitan berbicara 5 Berikan oksigen dengan
- Tidak ada batuk Kriteria hasil : kanul nasal untuk
- Mata terbuka lebar  Mendemonstrasika memfasilitasi suctioning
n ba-tuk efektifdan na-sotrakheal
- Suara nafas tambahan suara nafas yang 6 Gunakan alat yang steril
- Gelisah bersih ,tidak ada setiap melakukan tindakan
- Perubahan frekuensi sianosis dan 7 Anjurkan klien napas dalam
-Perubahan irama napas dispneu (mampu dan istirahat setelah
- Penurunan bunyi nafas bernafas dengan kateter dikeluarkan dari
-Sputum dalam jumlah yang mudah), Tidak ada nasotrakheal
berlebihan pursed lips 8 Monitor status oksigen
-Batuk yang tidak efektif  Menunjukkan jalan pasien
nafas yang paten 9 Hentikan suction apabila
Faktor-faktor yang (klien tidak merasa klien me-nunjukkan
berhubungan : tercekik , irama bradikardi, peningkatan
 Lingkungan nafas dan frekuensi saturasi O2
- Perokok pasif nafas dalam
- Mengisap asap rentang normal, Airway manajemen
- Merokok tidak ada suara 1. Buka jalan napas, gunakan
nafas abnormal teknik chin lift atau jaw
 Obstruksi jalan nafas :  Mampu thrust bila perlu
- Spasme jalan nafas mengidentifikasikan 2. Posisikan klien untuk
- Mokus dlm jumlah dan mencegah memaksi-malkan ventilasi
berlebihan factor yang dapat 3. Identifikasi pasien perlunya
- Eksudat dlm jalan alveoli menghambat jalan pema-sangan jalan napas
- Materi asing dlm jalan nafas. buatan
napas 4. Pasang mayo bila perlu
- Adanya jalan napas buatan 5. Lakukan fisioterapi dada
- Sekresi bertahan bila perlu
- Sekresi dlm bronki 6. Keluarkan secret dengan
batuk atau suction
 Fisiologis 7. Auskultasi suara napas ,
- Jalan napas alergik catat adanya suara nafas
- Asma tambahan
- Penyakit paru obstruktif 8. Kolaborasi pemberian
kronik bronkodilator bila perlu
- Hiperplasi dinding bronkial 9. Monitor respirasi dan
- Infeksi status oksigen
- Disfungsi neuromuskular
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Definisi : NOC : NIC :
Ketidakadekuatan · Cardiac Pump Cardiac Care
darah yang dipompa effectiveness Evaluasi adanya nyeri dada (
oleh jantung untuk · Circulation Status intensitas,lokasi, durasi)
memenuhi kebutuhan · Vital Sign Status 1. Catat adanya disritmia jantung
metabolic tubuh Kriteria Hasil: 2. Catat adanya tanda dan gejala
1. Tanda Vital dalam penurunan cardiac putput
Batasan Karakteristik rentang normal 3. Monitor status kardiovaskuler
: (Tekanan darah, 4. Monitor status pernafasan yang
 Perubahan Nadi, respirasi) menandakan gagal jantung
Frekuensi / Irama 2. Dapat mentoleransi 5. Monitor abdomen sebagai
jantung aktivitas, tidak ada indicator penurunan perfusi
 Perubahan kelelahan 6. Monitor balance cairan
Preload 3. Tidak ada edema 7. Monitor adanya perubahan
 Perubahan paru, perifer, dan tekanan darah
afterload tidak ada asites 8. Monitor respon pasien terhadap
Faktor yang 4. Tidak ada penurunan efek pengobatan antiaritmia
berhubungan : kesadaran 9. Atur periode latihan dan istirahat
 Perubahan afterload untuk menghindari kelelahan

 Perubahan 10. Monitor toleransi aktivitas pasien

kontraktilitas 11. Monitor adanya dyspneu, fatigue,

 Perubahan tekipneu dan ortopneu

frekuensi jantung 12. Anjurkan untuk menurunkan

 Perubahan preload stress


Vital Sign Monitoring
 Perubahan irrama
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 Perubahan volume
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
sekuncup
darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan
dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus
8. Monitor adanya pulsus alterans
9. Monitor jumlah dan irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan
abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

4. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan iskemik

Diagnosa Keperawatan Tujuan Keperawatan ( NOC ) Rencana Tindakan (NIC )


(NANDA)
Definisi : Setelah dilakukan tindakan Kontrol Nyeri
Pengamalan sensorik dan keperawatan selama .......x24 - Kaji tingkat nyeri,meliputi :
emosional tidak jam, diharapkan nyeri lokasi,karakteristik,dan
menyenangkan dengan berkurang dengan kriteria: onset,durasi,frekuensi,ku
kerusakan jaringan actual atau Kontrol Nyeri alitas, intensitas/beratnya
potensial atau digambarkan - Mengenal faktor penyebab nyeri, faktor-faktor
sebagai suatu kerusakan , - Mengenal reaksi serangan presipitasi
awitan yang tiba-tiba atau nyeri - Kontrol faktor-faktor
lambat dengan intensitas - Mengenali gejala nyeri lingkungan yang dapat
ringan hingga berat,, terjadi - Melaporkan nyeri terkontrol mempengaruhi respon
konstan atau berulang tanpa Tingkat Nyeri pasien terhadap
akhir yang dapat diantisipasi - Frekuensi nyeri ketidaknyamanan
atau diprediksi dan - Ekspresi akibat nyeri - Ajarkan teknik
berlangsung lebih dari tiga (>3) nonfarmakologi untuk
bulan. menguragi nyeri
Batasan karakteristik : (relaksasi, distraksi)
 Anoreksia - Perhatikan tipe dan
 Ekspresi wajah nyeri sumber nyeri
 Focus pada diri sendiri - Turunkan dan hilangkan
 Bukti nyeri denga faktor yang dapat

menggunakan standar meningkatkan nyeri


daftar periksa nyeri - Lakukan teknik variasi

untuk pasien yang tidak untuk mengurangi nyeri

dapat - Tingkatkan istirahat atau

mengungkapkannya tidur untuk memfasilitasi

 Perubahan pola tidur manajemen nyeri

Faktor yang berhubungan : Tingkat Nyeri

 Gangguan iskemik - Cek obat, dosis,

 Gangguan metabolic frekuensi, pemberian


analgesik
 Cedera otot
- Cek riwayat alergi obat
 Fraktur
- Pilih analgetik atau
 Isolasi social
kombinasi yang tepat
 Malnutrisi
apabila lebih satu
 Agens pencedera *
analgetik yang
 Pasca trauma karena
diresepkan
gangguan
- Monitor tanda-tanda vital
 Keletihan
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan


Diagnosa Keperawatan NOC NIC

Definisi : Setelah dilakukan Managemen Energi


Ketidakcukupan energy Asuhan keperawatan - Tentukan penyebab
psikologis atau fisiologis selama …. x 24 jam : keletihan: :nyeri, aktifitas,
untuk melanjutkan atau - Klien mampu perawatan , pengobatan.
menyelesaikan aktifitas mengidentifikasi aktifitas - Kaji respon emosi, sosial
kehidupan sehari-hari dan situasi yang dan spiritual terhadap
yang harus atau yang menimbulkan aktifitas.
ingin dilakukan kecemasan yang - Evaluasi motivasi dan
berkonstribusi pada keinginan klien untuk
Batasan Karaktarestik : intoleransi aktifitas. meningkatkan aktifitas.
 Respon TD abnormal - Klien mampu - Monitor respon
terhadap aktifitas berpartisipasi dalam kardiorespirasi terhadap
 Respon frekuensi jantung aktifitas fisik tanpa aktifitas : takikardi,
terhadap aktifitas disertai peningkatan TD, disritmia, dispnea,
 Perubahan EKG yang N, RR dan perubahan diaforesis, pucat.
mencerminkan aritmia ECG. - Monitor asupan nutrisi
 Perubahan EKG yang - Klien mengungkapkan untuk memastikan ke

mencerminkan iskemia secara verbal, adekuatan sumber energi.

 Ketidaknyamanan setelah pemahaman tentang - Monitor respon terhadap

beraktifitas kebutuhan oksigen, pemberian oksigen : nadi,

 Menyatakan merasa letih pengobatan dan atau irama jantung, frekuensi

 Menyatakan merasa alat yang dapat Respirasi terhadap aktifitas

lemah meningkatkan toleransi perawatan diri.

Faktor yang berhubungan : terhadap aktifitas. - Letakkan benda-benda


- Klien mampu yang sering digunakan
 Tirah baring atau
berpartisipasi dalam pada tempat yang mudah
imobilisasi
perawatan diri tanpa dijangkau.
 Kelemahan umum
bantuan atau dengan - Kelola energi pada klien
 Ketidakseimbangan antara
bantuan minimal tanpa dengan pemenuhan
suplei dan kebutuhan
menunjukkan kelelahan. kebutuhan makanan,
oksigen
cairan, kenyamanan /
 Imobilitas
digendong untuk mencegah
 Gaya hidup monoton
tangisan yang menurunkan
energi.
- Kaji pola istirahat klien dan
adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.
Terapi Aktivitas
- Bantu klien melakukan
ambulasi yang dapat
ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara
aktifitas dan istirahat.
- Bantu dengan aktifitas fisik
teratur : misal: ambulasi,
berubah posisi, perawatan
personal, sesuai
kebutuhan.
- Minimalkan anxietas dan
stress, dan berikan istirahat
yang adekuat.
- Kolaborasi dengan medis
untuk pemberian terapi,
sesuai indikasi

D. Implementasi
Disesuaikan dengan intervensi.
E. Evaluasi
Evaluasi berdasarkan tujuan dan outcame
DAFTAR PUSTAKA

National Organitation for Rare Disorder (NORD). 2018. Cor Triatriatum. (Online)(
https://rarediseases.org/rare-diseases/cor-triatriatum/, diakses pada 4 Januari 2019)
Annals of Cardiac Anaestheia. 2014. Anestesia and Cor Triatrium.(Online)
(http://www.annals.in/article.asp?issn=0971-
9784;year=2014;volume=17;issue=2;spage=111;epage=116;aulast=Scavonetto
diakses pada 4 Januari 2019)
Binish Ather; Waqas J. Siddiqui. 2018. Cor Triatriatum. (Online
https://translate.google.co.id/?hl=id#view=home&op=translate&sl=auto&tl=id&text=Binish%
20Ather%3B%20Waqas%20J.%20Siddiqui. diakses pada 4 Januari 2019)
Dubey, Manoj Kumar et.all. 2017. Cor Triatriatum Dexter. (Online)(
https://translate.google.co.id/?hl=id#view=home&op=translate&sl=auto&tl=id&text=Cor%20
triatriatum%20dexter%0A%0AManoj%20Kumar%20Dubey1%2C%20Avinash%20Mani2%2
C%20Vineeta%20Ojha3%2C%20Punam%20Dubey, diakses pada 4 Januari 2019)
Thurston, Mark. et.all, 2015. Cor Triatriatum. (Online). (https://radiopaedia.org/articles/cor-
triatriatum, diakses pada 4 Januari 2019)

Das könnte Ihnen auch gefallen