Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
NIM P1608004
SOAL
Negara Indonesia menindaklanjuti komitmen Health for all by the Year 2000 melalui
Sistem Kesehatan Nasional atau yang dikenal dengan singkatan SKN pada tahun 1982
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan (RPJK). Selanjutnya
memasuki abad XXI Indonesia telah menetapkan Indonesia Sehat sebagai visi pembangunan
kesehatan. Penerapan paradigma baru dalam pembangunan kesehatan, yaitu paradigma sehat
merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan bangsa yaitu bersifat proaktif. Dalam
mewujudkan visi, ditetapkan misi pembangunan kesehatan. Misi pembangunan kesehatan di
Indonesia di antaranya:
1 Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan;
2. Mendorong kemadirian masyarakat untuk hidup sehat; serta
3. Memelihara, meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau.
Menyongsong abad XXI, secara nasional telah dikeluarkan UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah Sebagai Suatu Kebijakan Baru Otonomi Pembangunan dengan Basis
Wilayah Kabupaten atau Kota. Di sini diperlukan suatu strategi pembangunan wilayah
dengan prioritas yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Saat ini, angka kematian ibu ketika melahirkan sudah mengalami penurunan. Namun,
jumlahnya tetap masih jauh dari target yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh kualitas
pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat, dan
faktor-faktor lainnya.
Menurut data, penyebab utama kematian ibu adalah hipertensi kehamilan dan perdarahan
postpartum. Selain itu, kondisi yang sering kali menyebabkan kematian ibu adalah
penanganan komplikasi, anemia, diabetes, malaria, dan umur yang terlalu muda.
Untuk menanggulangi hal ini, pemerintah tengah menggencarkan program pembangunan
puskesmas, diiringi pula dengan peningkatan kualitas pelayanannya. Pemerintah juga sedang
menciptakan pola keanekaragaman makanan untuk gizi ibu hamil. Program KB yang
dicanangkan juga digunakan untuk menurunkan angka kematian ibu.
Dalam 5 tahun terakhir, angka kematian bayi dan balita memang sudah mengalami
penurunan. Namun serupa dengan angka kematian ibu akibat melahirkan, ini masih jauh dari
target. Penyebab kematian utama pada bayi dan balita adalah Intra Uterine Fetal Death
(IUFD) dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Sedangkan untuk balita, penyebab kematian
utama yang dialami adalah pneumonia dan KEBIJAKAN KESEHATAN DI ERA
OTONOMI DAERAH
LATAR BELAKANG
A. Program obat murah Mati suri, kucuran dana yang terkadang macet di tengah jalan
Diragukan masyarakat karena kualitas dari obat murah tersebut
B. Alternatif kesehatan reproduktif di era otonomi daerah Prokontra penghapusan dari
departemen BKKBN dan tujuan dari BKKBN di masukkan ke dalam deprtemen baru.
Kesehatan reproduksi tidak sebatas pada pelayanan teknis medis, tetapi juga masalah social
Tinjauan Teori
Kebijakan Kesehatan Analisis kebijakan kesehatan adalah apapun pilihan pemerintah untuk
melakukan atau tidak, dalam mengambil kebijakan di bidang kesehatan berlandaskan atas
manfaat yang optimal yang akan diterima oleh masyarakat
Proses kebijakan kesehatan Perumusan masalah Forecasting (peramalan) Rekomendasi
kebijakan Implementasi kebijakan Monitoring kebijakan Evaluasi kebijakan
Kebijakan Kesehatan di Indonesia Visi : departemen kesehatan sebagai penggerak
pembangunan kesehatan menuju terwujudnya indonesia sehat Misi : memantapkan
manajemen kesehatan yang dinamis dan akuntabel Meningkatkan kinerja dan mutu upaya
kesehatan Memberdayakan masyarakat dan daerah Melaksanakan pembangunan kesehatan
yang berskala nasional
Otonomi Daerah Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. (wikepedia.com) Wewenang/kekuasaan pada suatu
wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat
itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan pengaturan perimbangan keuangan termasuk
pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah
lingkungannya (wikepedia.com)
Kewenangan otonomi luas adalah Keleluasaan daerah untuk menyelengarakan kewenangan
yang mencakup semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan bidang politik luar negeri,
pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta kewenangan lainnya. Di
samping itu keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang bulat dan utuh dalam
penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
evaluasi (Malarangeng, dkk., 2001: 117). Otonomi nyata adalah Keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan dibidang tertentu yang secara nyata dan
diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah (Abe, 2001: 112).
Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan dayaguna dan hasil
guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan
dan pelayanan terhadap masyarakat serta untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik
dan kesatuan bangsa (Mamesah, 1995: 56). Pelayanan Publik Pelayanan Umum menurut
Lembaga Administrasi Negara (1998) diartikan: Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan
umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan
BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan/atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
ANATOMI URUSAN PEMERINTAHANURUSAN PEMERINTAHAN
ABSOLUT ( MUTLAK URUSAN PUSAT) HANKAM MONETER YUSTISI POLITIK
LUAR NEGRI AGAMA MISAL : PERTANIAN INDUSTRI PERDAGANGAN
PARIWISATA KELAUTAN, DLL
CONCURRENT ( URUSAN BERSAMA PST, PROP, KAB/KOTA )
PILIHAN (SEKTOR UNGGULAN)
WAJIB/OBLIGATORY(YAN DASAR) MISAL : KESEHATAN PENDIDIKAN
LINGK HIDUP PEKERJAAN UMUM PERHUBUNGAN
PEMBAHASAN
Pemerintah
Program Obat Murah
BBM naik
Jasa Jamkesmas
Harga barang
Sektor kesehatan Pelayan kesehatan Perusahaan Farmasi Failed
Pemerintah
Program Obat Murah
Masyarakat
Kualitas jelek
Kualitas bagus
Membuat Peraturan Yang Tegas
Sosialisasi Program
Pemerintah
Distribusi Yang Merata
Pengawasan Ketat
Otonomi Daerah
Keuntungan
Kekurangan
Masyarakat mengetahui hak haknya Masyarakat berani mengaspirasikan pendapatnya
Masyarakat dapat mengontrol langsung dll
Tidak semua program bejalan dengan baik, tergantung dari SDA dan SDM daerah tersebut
Terhadap daerah yang sudah maju, pemerintah terkadang lepas tangan Tanpa ada koordinasi
dari pusat, daerah seperti anak ayam kehilangan induknya.
SOLUSI PEMERINTAH
adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN, yg dialokasikan kepada Daerah utk
membiayai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi.Dana Perimbangan
terdiri dari: Bagian Daerah dari PBB, BPHTB, PPh Perseorangan, dan SDA; Dana Alokasi
Umum; Dana Alokasi Khusus.
PELAKSANAAN PERIMBANGAN KEUANGANA. Untuk mengatasi masalah vertical
imbalance dilakukan melalui Bagian Daerah dengan pemberian bagi hasil dari penerimaan
perpajakan dan penerimaan SDA; B. Untuk mengatasi masalah horizontal imbalance
dilakukan melalui Dana Alokasi Umum (DAU); C. Untuk kebutuhan khusus Daerah dan
kepentingan Nasional, termasuk utk kegiatan reboisasi dilakukan melalui Dana Alokasi
Khusus.
Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-Daerah, yang
pengunaannya ditetapkan sepenuhnya oleh Daerah.
Rumus Dasar Perhitungan DAUJumlah Dana Alokasi Umum untuk Daerah X Bobot Daerah
yang bersangkutan Jumlah bobot dari seluruh Daerah
Bobot Daerah ditetapkan Berdasarkan 1. Kebutuhan wilayah Otonomi Daerah 2. Potensi
Ekonomi Daerah Konsepsi Fiscal Gap dalam Rumus DAU dinyatakan sbb: Kebutuhan DAU
Daerah = Kebutuhan Potensi penerimaan Kebutuhan DAU suatu Daerah Bobot DAU suatu
Daerah = Kebutuhan DAU seluruh Daerah Faktor Penyeimbang : Adalah suatu mekanisme
untuk menghindari kemungkinan penurunan kemampuan Daerah dalam pembiayaan beban
pengeluaran yang akan menjadi tanggung jawab Daerah
DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)A. Kebutuhan khusus yang dapat dibiayai dengan DAK:
Kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan mengunakan rumus DAU,
dan atau Kebutuhan yang merupakan komitmen atau prioritas nasional.
6 .Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1501 tahun 2010 mengatur
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan. Adapun penetapan jenis-jenis penyakit menular tertentu yang dapat
menimbulkan wabah didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, sosial budaya, keamanan,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menyebabkan dampak malapetaka di
masyarakat.
Terdapat 18 Penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah, yaitu; (1) Kolera, (2)
Pes, (3) Demam Berdarah Dengue, (4) Campak, (5) Polio, (6) Difteri, (7) Pertusis, (8)
Rabies, (9) Malaria, (10) Avian Influenza H5N1, (11) Antraks, (12) Leptospirosis, (13)
Hepatitis, (14) Influensa (15) Influenza A baru (H1N1) / Pandemi tahun 2009, (16)
Meningitis, (17) Yellow Fever, dan (18) Chikungunya.
Kendala yang dihadapi dalam upaya penyelidikan epidemiologi adalah alamat penderita yang
masuk rumah sakit dengan diagnosa penyakit yang berpotensi wabah seringkali tidak jelas,
juga termasuk penderita yang berasal dari luar Kota Manado. Hal ini membuat petugas
kesulitan untuk menemukan tempat tinggal penderita tersebut sehingga upaya
penanggulangan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Diharapkan agar penderita dan
keluarga penderita dapat memberikan alamat yang jelas, misalnya selain mencantumkan
alamat Lingkungan dan Kelurahan juga marka atau penunjuk tempat seperti disamping
bangunan/gedung A, sehingga upaya penanggulangan bisa lebih efektif dan efisien. Selain itu
petugas kesehatan diharapkan dapat mendata alamat penderita dengan jelas.
7 .Seorang perawat mengabdikan dirinya untuk menjaga dan merawat klien tanpa membeda-
bedakan mereka dari segi apapun. Setiap tindakan dan intervensi yang tepat yang dilakukan
oleh seorang perawat, akan sangat berharga bagi nyawa orang lain.yang dilakukan perawat
dan mengindentifikasi faktor yang mempengaruhi kegiatan perawatan dalam pelayanan KIA
dan KB di Puskesmas dan di masyarakat.Penelitian dilakukan terhadap empat perawat yang
masing-masing bekerja di Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu di Bogor dan
Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu di Depok. Tiap perawat diamati oleh dua orang
peneliti selama jam kerja untuk mengetahui jumlah waktu yang digunakan untuk kegiatan
KIA dan KB.Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase waktu rata-rata yang digunakan
perawat untuk pelayanan KIA dan KB adalah 29,6% dari total waktu pelayanan Puskesmas.
Waktu yang lain digunakan oleh perawat untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan,
penyuntikan, pengisian kartu pemanggil pasien dan menyiapkan obat. Perawat yang bekerja
pada Puskesmas di Bogor menunjukkan bobot kegiatan paling tinggi dalam pelayanan KIA
dan KB, sedangkan tiga perawat lainnya, hanya melakukan kegiatan pada Balai Pengobatan,
depot obat dan kegiatan non keperawatan lain. Kegiatan perawat tertinggi di Posyandu adalah
pemberian imunisasi dan pemantauan pertumbuhan yaitu 89,3% dari kegiatan lain.
8 .BPJS Kesehatan Sebuah terobosan pemerintah untuk memberikan jaminan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Namun, dalam penerapannya program ini menemui banyak
persoalan. Di satu sisi membuka akses bagi masyarakat sebagai penerima layanan kesehatan,
tapi di sisi lain berdampak pada munculnya banyak permasalahan dari pemberi layanan.
Keluhan dari tenaga kesehatan dengan munculnya konsekuensi beban kerja yang tidak
proporsional, pemberian tindakan kepada pasien tidak optimal karena dibatasi dengan plafon
anggaran, baik untuk obat maupun tindakan medis, serta beban manajemen layanan rumah
sakit dan relasi rumah sakit dengan pihak ketiga sebagai penyedia jasa, seperti farmasi dan
alat kesehatan. Persoalan sistem pengelolaan ini melengkapi permasalahan keuangan yang
menjadi kendala besar sejak penerapannya.
Permasalahan keuangan BPJS Kesehatan terjadi dari tahun ke tahun belum mampu
menemukan solusi jitu. Setiap tahun selalu mengalami defisit dan semakin besar. Pada 2014
defisit sebesar Rp3,8 triliun. Pada 2015 naik menjadi Rp5,9 triliun. Kemudian pada 2016
membengkak menjadi Rp9 triliun. Pada 2017 kembali naik menjadi 9,75 triliun dan pada
2018 melonjak menjadi Rp16,5 triliun.
Dampak buruknya adalah semakin turunnya kualitas kesehatan di Indonesia. Layanan BPJS
Kesehatan melibatkan pihak pemberi layanan dan penerima layanan dalam jumlah sangat
besar. Data sampai dengan Februari menunjukkan jumlah peserta mencapai 217.549.455 jiwa
dengan dukungan 27.182 fasilitas kesehatan. Jumlah ini akan terus bertambah dan
meningkatkan beban pengelolaan yang semakin kompleks.