Sie sind auf Seite 1von 14

STRATEGI MITIGASI BENCANA TANAH LONGSOR

DI KABUPATEN PURWOREJO

Oleh:

Dumilah Pradapaning Puri, Thalita Rifda Khaerani

Departemen Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos. 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

Landslides occur in areas that exist in Indonesia, one in Central Java province. Purworejo
Regency is a regency in Central Java province frequent landslides. In order to deal with the
problem of landslides in Purworejo, Regional Disaster Management Agency (BPBD) Purworejo
perform various disaster relief efforts including mitigation efforts.
The focus and goal of this study is to formulate mitigation strategies landslides. Using the
method of SWOT analysis (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) analysis of existing
strategic environment in disaster mitigation efforts landslides. This study uses qualitative
descriptive type with collecting data through interviews, literature, and study the document.
Informants were taken by investigators is BPBDs Purworejo.
The results obtained that disaster mitigation land by BPBDs Purworejo not maximized. In
practice there is no contingency plan documents landslides are used as a reference for action.
The quality and quantity of human resources were inadequate. In addition, the low public
knowledge and attitudes of society are apathetic towards mitigation efforts landslides hamper
the implementation of mitigation efforts landslides in Purworejo. By analyzing the internal and
external environment are obtained strategies are then tested using a litmus test to measure the
level kestrategisan existing program based on the scores.
Based on these results, it is suggested that the strategic programs that have been
formulated can be implemented and applied consistently by BPBDs Purworejo. This is done to
improvements in the implementation of disaster mitigation efforts landslides in Purworejo.

Keywords: Strategy, Mitigation, Landslides, Environmental Analysis, SWOT, Litmus Test


1
PENDAHULUAN gunung berapi, gempa bumi, tsunami,
banjir, dan tanah longsor.
A. LATAR BELAKANG
Hampir semua provinsi di Indonesia
Bencana merupakan suatu fenomena pernah terjadi bencana alam. Salah satunya
yang tidak dapat dihindari begitu saja oleh adalah Provinsi Jawa Tengah.
manusia. Fenomena tersebut dapat terjadi Karakteristik fisik Provinsi Jawa Tengah
setiap saat, secara tiba-tiba atau melalui mempunyai bentuk bervariasi yang terjadi
proses yang berlangsung secara karena tumbukan lempeng sehingga
perlahan dimanapun dan kapanpun. terdapat beberapa gunung berapi di
Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 atasnya. Dampak dari tumbukan lempeng
tentang Penanggulangan Bencana tektonik adalah terjadinya pengangkatan
menyebutkan bahwa bencana merupakan dan pelipatan lapisan geologi pembentuk
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang pulau sehingga membentuk geomorfologi
mengancam dan mengganggu kehidupan yang bervariasi seperti dataran landai,
dan penghidupan masyarakat yang perbukitan dan dataran tinggi. Kondisi
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau geologi yang demikian menjadikan
faktor nonalam maupun faktor manusia Provinsi Jawa Tengah mempunyai potensi
sehingga mengakibatkan timbulnya korban ancaman bencana alam yang tinggi
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, (http://old.bappenas.go.id/get-file-
kerugian harta benda, dan dampak server/node/8852/, diakses pada 28
psikologis. Bencana dibagi menjadi tiga Oktober 2015 pukul 20.00 WIB).
yaitu bencana alam, bencana non alam, Berdasarkan media berita online
dan bencana sosial. Bencana alam Kabupaten Purworejo, kabupaten ini
merupakan suatu peristiwa yang berada di menjadi daerah yang rawan bencana kedua
luar kontrol manusia dan datang tanpa se-Jawa Tengah setelah Kabupaten
diduga kapan, dimana, dan bagaimana Cilacap
bencana tersebut terjadi. (http://www.sorotpurworejo.com/berita-
Indonesia disebut sebagai purworejo-292-purworejo-rawan-bencana-
supermarket bencana yang artinya kedua-sejawa-tengah.html, diakses tanggal
Indonesia memiliki potensi bencana dan 15 Oktober 2015 pukul 19.00 WIB). Salah
mengalami berbagai jenis bencana. Secara satu bencana yang sering terjadi yaitu
geografis, Indonesia terletak pada dua tanah longsor. Berdasarkan Peraturan
samudera dan dua benua. Hal ini Daerah Kabupaten Purworejo No. 2 Tahun
menyebabkan Indonesia mempunyai 2011 tentang Rencana Pembangunan
musim hujan dan musim kemarau serta Jangka Menengah Daerah Kabupaten
menyebabkan daerah Indonesia memiliki Purworejo Tahun 2011-2015, daerah yang
cuaca yang selalu berubah-ubah. Secara rawan bencana tanah longsor antara lain
geologis, letak Indonesia yang berada di seperti Kecamatan Pituruh, Kemiri,
pertemuan lempeng tektonik yaitu Gebang, Purworejo, Loano, Bener,
lempeng Asia, lempeng Australia, Bagelen, Bruno, dan Kaligesing. Desa-
lempeng Pasifik, dimana lempeng- desa yang ada di kecamatan-kecamatan
lempeng tadi saling bergesekan dan tak tersebut terletak pada kawasan perbukitan
jarang bisa menyebabkan gempa. Akibat dengan kemiringan hingga 90 derajat.
dari letak Indonesia secara geografis dan Berdasarkan UU No. 24 Tahun 2007
secara geologis tersebut mengakibatkan Bab IV Pasal 18 tentang Penanggulangan
Indonesia sangat berpotensi sekaligus Bencana, maka dibentuklah suatu badan
rentan terhadap bencana seperti letusan pada tingkat kabupaten/kota yang
memiliki beberapa tugas, salah satu

2
tugasnya adalah memberikan pedoman dan yang cukup, kerja sama dengan lembaga
pengarahan penanggulangan bencana. terkait lainnya, pendanaan, dan aset yang
Upaya yang dilakukan oleh BPBD dimulai dimiliki, BPBD Kabupaten Purworejo juga
dari tahap pra bencana, tanggap darurat, mengalami kendala. Kendala-kendala
dan yang terakhir tahap pemulihan atau tersebut seperti distribusi kelompok
tahap pasca bencana. Tahap pra bencana relawan yang tidak merata, kapabilitas
sendiri terdiri atas tiga kegiatan, salah peralatan dalam mitigasi bencana masih
satunya adalah mitigasi bencana. Mitigasi terbatas, belum ada rencana kontinjensi
bencana merupakan upaya yang dilakukan bencana tanah longsor, dan beberapa
untuk mencegah terjadinya bencana atau kendala lainnya. Hambatan-hambatan
jika memungkinkan dengan meniadakan tersebut tentu saja menjadi kendala yang
bahaya. dihadapi BPBD Kabupaten Purworejo.
Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi
Di dalam dokumen perencanaan yang baik dalam melakukan mitigasi
daerah untuk periode 5 (lima) tahun bencana guna mengatasi bencana tanah
memuat visi misi, tujuan, arah kebijakan, longsor di Kabupaten Purworejo.
strategi, dan program pembangunan
daerah. Mitigasi bencana tanah longsor B. TUJUAN
yang ada di Kabupaten Purworejo
berkaitan dengan pencapaian visi dan misi Tujuan penelitian mengenai strategi
Kabupaten Purworejo. Salah satu poin visi mitigasi bencana tanah longsordi
Kabupaten Purworejo yaitu menuju Kabupaten Purworejo adalah:
masyarakat Purworejo yang lebih
sejahtera. Dalam mencapai poin sejahtera, 1. Menganalisis mitigasi bencana tanah
salah satunya yaitu dengan melalui longsor yang dilakukan oleh BPBD
penyelenggaraan pemerintah. Masyarakat Kabupaten Purworejo.
yang sejahtera menggambarkan kondisi 2. Menganalisis faktor-faktor yang
dimana kebutuhan masyarakat Kabupaten mendorong dan menghambat strategi
Purworejo terpenuhi dalam berbagai aspek mitigasi bencana tanah longsor yang
kehidupan yang memberikan perasaan dilakukan oleh BPBD Kabupaten
kebahagiaan baik lahir maupun batin. Purworejo.
Salah satu kebahagiaan batin tersebut yaitu 3. Merumuskan strategi mitigasi bencana
perasaan aman dari ancaman bencana tanah longsor yang dilakukan oleh
alam. BPBD Kabupaten Purworejo yang BPBD Kabupaten Purworejo.
terbentuk tahun 2013 memiliki peranan
dalam menciptakan rasa aman dari
ancaman bencana alam. Visi yang dimiliki C. TEORI
BPBD Kabupaten Purworejo dalam rangka
menciptakan rasa aman dari ancaman C.1. MANAJEMEN STRATEGI
bencana yaitu “Kesiapsiagaan dan
ketangguhan daerah menghadapi Manajemen strategi merupakan
bencana”. Salah satu misi yang dimiliki perpaduan antara konsep “manajemen”
BPBD Kabupaten Purworejo dalam dan “strategi”. Manajemen dapat diartikan
mewujudkan visinya yaitu pencegahan dan sebagai proses penggerakkan orang dan
kesiapsiagaan menuju pengurangan risiko bukan orang untuk mencapai tujuan
bencana, dimana salah satunya mitigasi organisasi. Strategi diartikan sebagai kiat,
bencana tanah longsor. cara, dan taktik yang dirancang secara
Di dalam melaksanakan mitigasi sistematik dalam menjalankan fungsi-
bencana tanah longsor, BPBD Kabupaten fungsi manajemen dalam rangka mencapai
Purworejo selain didukung oleh SDM tujuan organisasi secara efisien dan efektif.

3
Di dalam perumusan strategi tersebut (dalam Kusumasari, 2014: 22)
diperlukan pengamatan dan penilaian antara lain:
terhadap kondisi lingkungan yang ada di
sekitar baik lingkungan yang ada di dalam 1. Pra Bencana
maupun diluar. Analisis SWOT adalah Pra bencana merupakan tahapan
identifikasi berbagai faktor secara bencana pada kondisi sebelum kejadian
sistematis untuk merumuskan strategi. meliputi:
Analisis ini didasarkan pada logika yang a. Pencegahan dan Mitigasi
dapat memaksimalkan kekuatan Mitigasi menurut King didefinisikan
(strengths) dan peluang (opportunities) sebagai tindakan yang diambil
sekaligus meminimalkan kelemahan sebelum bencana terjadi dengan
(weaknesses) dan ancaman (threats). tujuan untuk mengurangi atau
Setelah tahapan analisis SWOT tentu akan menghilangkan dampak bencana
dihasilkan berbagai isu atau perumusan terhadap masyarakat dan
yang didapat. Selanjutnya yang perlu lingkungan.
dilalui adalah penentuan isu-isu mana yang b. Kesiapsiagaan
akan menjadi prioritas. Dalam menentukan Kesiapsiagaan berarti
ukuran tentang bagaimana strategisnya merencanakan tindakan untuk
suatu isu dengan menggunakan tes litmus. merespon jika terjadi bencana.
Tes litmus digunakan untuk menyaring Kesiapsiagaan berkaitan dengan
isu-isu strategis. Isu yang benar-benar kegiatan dan langkah-langkah yang
strategis adalah isu yang memiliki skor diambil sebelum terjadinya bencana
tinggi pada semua dimensi, sedangkan isu untuk memastikan adanya respon
operasional adalah isu dengan skor rendah yang efektif terhadap dampak
dalam semua dimensi. bahaya, termasuk dikeluarkannya
Dari hasil skoring identifikasi isu peringatan dini secara tepat waktu
strategis di atas, selanjutnya dibuat skoring dan efektif.
untuk memprioritaskan isu-isu yang 2. Saat Bencana
bersifat strategis dengan rumusan sebagai Tahapan paling krusial dalam sistem
berikut: manajemen bencana adalah saat
1. Isu yang bersifat Operasional: 1-13 bencana berlangsung atau terjadi.
2. Isu yang besifat Moderat : 14-26 Kegiatan yang dilakukan adalah
3. Isu yang bersifat Strategis : 27-39 tanggap darurat atau respon.
3. Pasca Bencana
C.2. MANAJEMEN BENCANA Tahapan yang dilakukan setelah
bencana terjadi dan setelah proses
Undang-Undang No. 24 Tahun tanggap darurat dilewati (Ramli, 2011:
2007 tentang Penanggulangan Bencana 37), antara lain:
menjelaskan bahwa bencana merupakan a. Rehabilitasi, yaitu perbaikan dan
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang pemulihan semua aspek pelayanan
mengancam dan mengganggu kehidupan publik atau masyarakat sampai
dan penghidupan masyarakat yang tingkat yang memadai pada wilayah
disebabkan baik oleh faktor alam dan/atau pasca bencana dengan sasaran utama
faktor non alam maupun faktor manusia untuk normalisasi semua aspek
sehingga mengakibatkan timbulnya korban pemerintahan dan kehidupan
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, masyarakat.
kerugian harta benda, dan dampak b. Rekonstruksi, yaitu pembangunan
psikologis. Siklus manajemen tersebut kembali semua sarana dan prasarana,
terdiri atas 3 tahapan. Tahapan-tahapan kelembagaan pada wilayah pasca
bencana, baik pada tingkat

4
pemerintahan maupun masyarakat berbagai faktor secara sistematis guna
dengan sasaran utama tumbuh dan merumuskan strategi. Analisis ini
berkembangnya kegiatan didasarkan pada logika yang dapat
perekonomian, sosial dan budaya, memaksimalkan kekuatan (strengths) dan
tegaknya hukum dan ketertiban, dan peluang (opportunities) sekaligus
bangkitnya peran serta masyarakat meminimalkan kelemahan (weaknesses)
dalam segala aspek kehidupan. dan ancaman (threats). Dengan demikian,
perencanaan strategis harus menganalisis
C3. MITIGASI BENCANA TANAH faktor-faktor strategis (kekuatan,
LONGSOR kelemahan, peluang, ancaman) dalam
kondisi yang ada saat ini. Hasil analisis
Mitigasi merupakan sebuah langkah faktor-faktor strategis tersebut kemudian
yang diambil secara independen dari dapat digunakan untuk mengidentifikasi
situasi darurat. Coppola (dalam dan mengevaluasi isu-isu strategi dan akan
Kusumasari, 2014: 23) menjelaskan bahwa menjadi dasar dalam perumusan program-
ada dua jenis mitigasi yaitu: program strategi (Salusu, 2006: 148).
1. Mitigasi structural, didefinisikan
sebagai usaha pengurangan risiko D. METODE
yang dilakukan melalui pembangunan
atau perubahan lingkungan fisik Metode yang digunakan dalam
melalui penerapan solusi yang penelitian ini adalah metode kualitatif-
dirancang. Upaya ini mencakup deskriptif. Untuk mendapatkan
ketahanan konstruksi, langkah- narasumber yang tepat dan sesuai tujuan,
langkah pengaturan, dan kode teknik pengambilan sampel pada
bangunan, relokasi, modifikasi penelitian ini menggunakan sistem
struktur, konstruksi tempat tinggal purposive sample. Pengumpulan data
masyarakat, konstruksi pembatas atau dilakukan dengan meggunakan teknik
sistem pendeteksi, modifikasi fisik, wawancara, dokumentasi, studi pustaka
sistem pemulihan, dan dan observasi.
penanggulangan infrastruktur untuk
keselamatan hidup. PEMBAHASAN
2. Mitigasi non struktural, meliputi
pengurangan kemungkinan atau A. HASIL PENELITIAN
konsekuensi risiko melalui modifikasi 1. Mitigasi Tanah Longsor di
proses-proses perilaku manusia atau Kabupaten Purworejo Saat Ini
alam, tanpa membutuhkan
penggunaan struktur yang dirancang. Mitigasi merupakan kegiatan yang
Di dalam teknik ini terdapat langkah- dilakukan sebelum terjadi bencana untuk
langkah regulasi, program pendidikan, mengurangi dan mencegah dampak yang
dan kesadaran masyarakat, modifikasi ditimbulkan. Mitigasi tanah longsor di
fisik non struktural, modifikasi Kabupaten Purworejo dilakukan oleh
perilaku, serta pengendalian BPBD sebagai suatu badan yang
lingkungan. menangani masalah kebencanaan. BPBD
Kabupaten Purworejo memiliki tugas yang
Di dalam perumusan strategi berkaitan dengan masalah kebencanaan
diperlukan pengamatan dan penilaian sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2007
terhadap kondisi lingkungan yang ada di tentang Penanggulangan Bencana dan
sekitar baik lingkungan internal maupun Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2015
eksternal. Dalam hal ini, analisis SWOT tentang Sistem Penanggulangan Bencana
diperlukan untuk mengidentifikasi di Daerah. Adanya peraturan tersebut

5
menjadi acuan BPBD Kabupaten pelaksanaan strategi mitigasi tadi belum
Purworejo dalam melaksanakan mitigasi maksimal.
bencana tanah longsor. 2. Faktor yang Mempengaruhi
Pelaksanaan Strategi
Berdasarkan hasil penelitian yang Pelaksanaan strategi yang dilakukan
dilakukan di lapangan dengan hasil oleh BPBD Kabupaten Purworejo
wawancara dan pengamatan penulis dipengaruhi oleh faktor-faktor baik faktor
mengenai strategi mitigasi tanah longsor pendorong maupun faktor penghambat.
yang saat ini dilakukan oleh BPBD a. Faktor Pendorong
Kabupaten Purworejo dapat digambarkan Faktor pendorong strategi mitigasi
melalui hasil analisis sebagai berikut: bencana tanah longsor merupakan
suatu hal yang mendorong berhasilnya
a. Strategi Mitigasi Bencana Tanah pelaksanaan mitigasi bencana tanah
Longsor Saat Ini longsor, antara lain:
BPBD Kabupaten Purworejo 1) Adanya kerja sama antar bagian
melaksanakan tugasnya dalam hal terkait organisasi
kebencanaan dimana salah satunya yaitu Kerja sama yang dilakukan antar
mitigasi bencana tanah longsor. Dalam bagian di BPBD Kabupaten
melaksanakan mitigasi bencana tanah Purworejo membentuk siklus,
longsor, BPBD Kabupaten Purworejo sehingga dapat dikatakan kerja
membuat strategi agar mitigasi tersebut sama antar bagian sangatlah
dapat berjalan dengan baik. Strategi yang penting. Hal ini menunjukkan
sudah dijalankan pihak BPBD Kabupaten bahwa setiap bagian organisasi di
Purworejo yaitu program peningkatan BPBD Kabupaten Purworejo
kapasitas sumber daya aparatur dan memiliki peranan penting. Setiap
program pencegahan dini dan bagian yang ada di BPBD saling
penggulangan korban bencana alam. berkaitan dan tidak bisa berjalan
Selain melaksanakan program di atas, sendiri.
BPBD Kabupaten Purworejo juga 2) Adanya anggaran dana yang
melaksanakan mitigasi baik yang berupa mencukupi
struktural seperti penyediaan data, Anggaran dana yang dimiliki oleh
pemetaan, pemasangan EWS, bronjong, BPBD Kabupaten Purworejo
dan rambu-rambu evakuasi, serta mitigasi terutama dalam hal mitigasi
ynag bersifat non struktural seperti bencana bisa dikatakan banyak.
pelatihan, pembentukan forum relawan, BPBD Kabupaten Purworejo
sosialisasi, dan simulasi bencana. terutama dalam hal mitigasi
b. Pelaksanaan Strategi Mitigasi bencana tanah longsor
Bencana Tanah Longsor memanfaatkan anggaran dana yang
Strategi yang dilaksanakan oleh tersedia dengan menggunakannya
BPBD Kabupaten Purworejo diwujudkan untuk kegiatan-kegiatan
ke dalam suatu kegiatan seperti pelatihan operasional.
dan pendidikan bagi sumber daya aparatur 3) Sarana dan prasarana yang
yang ada, penyebaran informasi potensi mendukung
bencana alam, penyuluhan, dan masih Sarana dan prasarana yang dimiliki
banyak lagi kegiatan yang dilakukan. BPBD Kabupaten Purworejo dapat
Pelaksanaan strategi mitigasi bencana baik dikatakan relatif lengkap. Sarana
mitigasi yang bersifat strukural maupun dan prasarana yang ada tadi sangat
non struktural tersebut pada dasarnya membantu dalam pelaksanaan
sudah cukup baik. Hanya saja, ada mitigasi bencana tanah longsor
beberapa kendala yang menyebabkan misalnya adanya alat peringatan

6
dini atau EWS tanah longsor saja, karena sudah melekat dan
memberikan informasi kepada dipercaya oleh masyarakat.
masyarakat untuk siaga bencana 8) Tingginya antusiasme masyarakat
tanah longsor, dan lain-lain. Masyarakat yang mendapatkan
4) Adanya komitmen BPBD dampak langsung dari bencana
Kabupaten Purworejo dalam tanah longsor sangat antusias akan
pelaksanaan mitigasi bencana tanah adanya mitigasi bencana tanah
longsor longsor. Hal ini dikarenakan
Komitmen yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di daerah
BPBD Kabupaten Purworejo dalam rawan bencana tanah longsor sadar
pelaksanaan mitigasi bencana tanah kalau daerah yang mereka tinggali
longsor sudah cukup jelas dan rawan terjadinya tanah longsor.
serius. Keseriusan ini menunjukkan b. Faktor Penghambat
bahwa BPBD Kabupaten Faktor penghambat strategi mitigasi
Purworejo bersungguh-sungguh bencana tanah longsor merupakan
dalam memegang komitmen suatu hal yang menghambat
mereka sebagai organisasi yang berhasilnya pelaksanaan mitigasi
menangani masalah kebencanaan bencana tanah longsor, antara lain:
termasuk dalam pelaksanaan 1) Belum adanya dokumen rencana
mitigasi bencana tanah longsor. kontijensi
5) Adanya kerja sama dengan pihak Dokumen rencana kontijensi
lain menjadi petunjuk pelaksanaan dan
BPBD Kabupaten Purwroejo petunjuk teknis dalam penanganan
melakukan kerja sama dengan bencana. BPBD Kabupaten
pihak lain atau dengan instansi Purworejo belum memiliki
terkait. Hal ini dikarenakan BPBD dokumen rencana kontijensi khusus
Kabupaten Purworejo tidak bisa bencana tanah longsor sehingga
berdiri sendiri. Kerja sama ini dalam pelaksanaan kegiatan
diharapkan dapat mendukung mitigasi bencana tanah longsor
mitigasi bencana tanah longsor. tidak menggunakan dokumen
6) Adanya landasan hukum rencana kontijensi.
hukum tersebut berupa undang- 2) Kualitas dan kuantitas SDM yang
undang dan peraturan dimana kurang memadai
landasan hukum tersebut menjadi Dalam pelaksanaan upaya
acuan BPBD Kabupaten Purworejo penanggulangan bencana termasuk
dalam melaksanakan mitigasi dalam kegiatan mitigasi bencana
bencana tanah longsor. Adanya tanah longsor memerlukan SDM
landasan hukum tersebut membuat yang memadai baik secara kualitas
kedudukan BPBD Kabupaten dan kuantitas. Hal ini bertujuan
Purworejo dalam pelaksanaan agar tujuan yang ingin dicapai
mitigasi bencana tanah longsor dapat terwujud.
semakin kuat. 3) Rambu-rambu evakuasi yang masih
7) Adanya kearifan lokal bersifat sementara
Adanya kearifan lokal yang masih Rambu-rambu evakuasi yang
dipercaya oleh masyarakat disediakan BPBD Kabupaten
setempat sangat membantu dalam Purworejo di daerah yang rawan
mitigasi bencana tanah longsor bencana tanah longsor masih
yang dilakukan oleh BPBD bersifat sementara. Rambu-rambu
Kabupaten Purworejo. Kearifan evakuasi yang bersifat sementara
lokal ini tidak bisa diabaikan begitu ini juga rentan terjadinyarusak. Hal

7
ini bisa disebabkan karena dengan tuntutan masyarakat dan
masyarakat yang tidak menjaga dan kondisi masyarakat.
merawatnya. 2) Adanya kerja sama antar bagian
4) Persebaran kelompok relawan yang organisasi
tidak merata Kerja sama antar bagian yang ada
Kelompok relawan yang ada di BPBD Kabupaten Purworejo
berperan dalam upaya dalam pelaksanaan mitigasi
penanggulangan bencana terutama bencana tanah longsor sangatlah
mitigasi bencana. Persebaran penting. Kerja sama antar bagian
kelompok relawan yang tidak yang ada di BPBD Kabupaten
merata akan berpengaruh pada Purworejo bertujuan agar tujuan
kegiatan koordinasi antara pihak organisasi dapat tercapai.
BPBD Kabupaten Purworejo 3) Adanya anggaran dana yang
dengan daerah yang rawan bencana mencukupi
tanah longsor. Selain itu, Dalam pelaksanaannya
persebaran kelompok relawan yang membutuhkan anggaran dana yang
tidak merata juga akan berpengaruh cukup besar. Pemerintah
pada pelaksanaan mitigasi bencana Kabupaten Purworejo menyediakan
di daerah yang rawan bencana. anggaran dana kepada BPBD
5) Rendahnya pengetahuan dan sikap Kabupaten Purworejo cukup besar.
masyarakat yang apatis Dimana anggaran dana yang cukup
Minimnya pengetahuan masyarakat besar tadi digunakan untuk
akan bencana tanah longsor akan berbagai kegiatan upaya
berdampak pada sikap mereka yang penanggulangan bencana termasuk
acuh tak acuh dan keyel. salah satunya mitigasi bencana.
Masyarakat merasa kalau kegiatan 4) Sarana dan prasarana yang
mitigasi bencana tanah longsor mendukung
seperti sosialisasi, pelatihan, dan Adanya sarana dan prasarana yang
simulasi tidak penting dan hanya relatif lengkap tadi membantu
membuang waktu saja. BPBD Kabupaten Purworejo dalam
melaksanakan tugasnya termasuk
c. Lingkungan Strategis dalam melaksanakan mitigasi
bencana. Dengan kata lain, sarana
Lingkungan strategis suatu dan prasarana tadi mendukung
organisasii terdiri dari lingkungan internal BPBD dalam melaksanakan upaya
dan lingkungan eksternal yang ada di penanggulangan bencana di
organisasi tersebut. Kabupaten Purworejo.
5) Adanya komitmen BPBD
1. Lingkungan Internal
Kabupaten Purworejo yang kuat
Lingkungan internal merupakan faktor
dalam pelaksanaan mitigasi
yang berada di dalam suatu organisasi,
bencana tanah longsor
antara lain:
Komitmen yang dimiliki BPBD
a. Kekuatan
Kabupaten Purworejo tersebut
1) Kesesuaian visi dan misi dengan
terbukti dengan sudah banyaknya
kondisi
kegiatan-kegiatan penanggulangan
Sudah cukup jelas bahwa BPBD
bencana terutama upaya dalam
Kabupaten Purworejo berusaha
mitigasi bencana. Komitmen yang
menciptakan masyarakat yang
kuat mendorong BPBD Kabupaten
aman dari ancaman bencana.
Purworejo untuk melakukan
Dengan kata lain, visi dan misi
BPBD Kabupaten Purworejo sesuai

8
mitigasi bencana lebih baik dari rambu yang bersifat sementara itu
mitigasi sebelumnya. rentan akan terjadinya kerusakan.
Hal ini tentu saja akan
b. Kelemahan menghambat pencapaian visi
1) Pelaksanaan misi untuk mencapai
misi belum maksimal 2. Lingkungan Eksternal
Belum maksimalnya upaya
pencegahan bencana tanah longsor a. Peluang
akan menghambat pencapaian visi 1) Adanya kerja sama dengan pihak
BPBD Kabupaten Purworejo. Hal lain
ini terbukti misalnya dalam BPBD Kabupaten Purworejo telah
pembentukan kelompok relawan banyak melakukan kerja sama
yang belum merata. Belum dengan berbagai pihak yang ada di
meratanya kelompok relawan akan luar BPBD Kabupaten Purworejo.
menyebabkan koordinasi dengan Kerja sama tersebut diharapkan
desa yang rawan bencana tanah dapat menjalin relasi yang baik
longsor terhambat. dengan pihak lain sehingga dapat
2) Belum adanya dokumen rencana saling membantu. Adanya kerja
kontijensi sama dengan pihak lain
Dokumen rencana kontijensi berisi diharapkan pihak BPBD
hal-hal yang harus dilakukan Kabupaten Purworejo dapat
sebelum saat, dan sesuudah melaksanakan mitigasi bencana
terjadinya bencana. Dokumen ini dengan maksimal sehingga tujuan
yang nantinya digunakan sebagai organisasi dapat tercapai.
pedoman perencanaan bagi 2) Adanya landasan hukum
pemerintah daerah untuk Landasan hukum yang ada atau
menentukan kebijakan lebih lanjut undang-undang dan peraturan
dalam penanganan bencana. yang ada memberikan kedudukan
3) Kualitas dan kuantitas SDM yang yang kuat bagi BPBD Kabupaten
kurang memadai Purworejo dalam melaksanakan
Sumber daya manusia yang upaya penanggulangan bencana
dimiliki BPBD Kabupaten terutama mitigasi bencana.
Purworejo secara kualitas dan 3) Adanya kearifan lokal
kuantitas masih belum memadai. Kearifan lokal yang ada
Hal ini dikarenakan pegawai merupakan potensi yang dimiliki
BPBD Kabupaten Purworejo suatu daerah yang bisa
banyak yang berasal dari mutasi dimanfaatkan untuk
organisasi lain dan kemampuan mengoptimalkan mitigasi bencana
basic pegawainya bukan di bidang tanah longsor. Adanya kearifan
kebencanaan. lokal juga dapat dimanfaatkan
4) Rambu-rambu evakuasi yang pihak BPBD Kabupaten
masih bersifat sementara Purworejo untuk mencapai tujuan
Pihak BPBD Kabupaten Purworejo yang maksimal.
menyediakan rambu-rambu 4) Tingginya antusiasme masyarakat
evakuasi yang masih bersifat Tingginya antusiasme masyarakat
sementara. Hal ini disebabkan menunjukkan bahwa masyarakat
karena untuk merealisasikan sadar bahwa kegiatan mitigasi
pengadaan rambu-rambu yang bencana tanah longsor sangatlah
bersifat permanen tidak serta merta penting terutma bagi mereka yang
langsung bisa diadakan. Rambu- tinggal di daerah yang memang

9
rawan bencana tanah longsor. Hal Pada tahap ini akan diukur tingkat
ini tentu saja bisa dimanfaatkan kestrategisan isu agar dapat diketahui
pihak BPBD Kabupaten seberapa besar kontribusi isu tersebut
Purworejo untuk membentuk terhadap eksistensi dan keberhasilan
masyarakat yang sadar akan organisasi dalam upaya pencapaian tujuan,
bahaya tanah longsor dan mau sebagai alat ukurnya digunakan alat uji
turut berpartisipasi dalam litmus. Berdasarkan tes litmus, isu-isu
pelaksanaan mitigasi bencana strategis utama sebagai berikut:
tanah longsor.
1) Peningkatan pelaksanaan visi dan misi
b. Ancaman agar sesuai dengan kondisi
1) Persebaran kelompok relawan masyarakat yang berlandaskan hukum
yang tidak merata (S1-O2)
Persebaran kelompok relawan
yang ada di Kabupaten Purworejo 2) Peningkatan mitigasi bencana tanah
belum merata. Masih ada daerah longsor dengan memanfaatkan
yang rawan bencana tanah longsor kearifan lokal yang ada (S5-O3)
belum membentuk kelompok
relawan. Hal ini tentu saja 3) Peningkatan kerja sama dengan pihak
menyulitkan koordinasi antara lain dalam penyusunan dokumen
BPBD Kabupaten Purworejo kontijensi (W2-O1)
dengan daerah yang rawan
bencana. 4) Peningkatan potensi SDM untuk
2) Rendahnya pengetahuan dan sikap menghadapi antusiasme masyarakat
masyarakat yang tinggi (W3-O4)
Tingkat pengetahuan dan sikap
yang dimiliki masyarakat memiliki 5) Pembentukan dan pemerataan
pengaruh dalam pelaksanaan kelompok relawan dengan dukungan
kegiatan mitigasi bencana. komitmen BPBD yang kuat (S6-T1)
Pengetahuan masyarakat yang
rendah dan sikap masyarakat yang 6) Pemanfaatan sarana dan prasarana
apatis menyebabkan kegiatan yang ada untuk meningkatkan
mitigasi bencana yang dilakukan pengetahuan dan sikap masyarakat
BPBD Kabupaten Purworejo (S4-T2)
terhambat.
7) Optimalisasi pelaksanaan misi untuk
3. Isu-Isu Strategis meningkatkan pengetahuan dan sikap
a. Identifikasi Faktor Pendorong dan masyarakat (W1-T2)
Faktor Penghambat
Dari faktor pendorong dan
penghambat yang dihadapi oleh BPBD a. Usulan Program Strategi Mitigasi
Kabupaten Purworejo, dapat diketahui Bencana Tanah Longsor
bahwa faktor pendorong diperoleh dari Berdasarkan dari hasil analisis isu-
faktor intenal dan faktor eksternal berupa isu strategis yang telah dituliskan diatas,
kekuatan dan peluang. Sedangkan faktor maka akan dijadikan sebagai acuan dalam
penghambat diperoleh dari faktor internal perumusan strategi mitigasi bencana tanah
dan faktor eksternal berupa kelemahan dan longsor di Kabupaten Purworejo. Dari isu-
ancaman. isu strategis tersebut, strategi yang efektif
4. Evaluasi Isu Strategis

10
dilakukan oleh BPBD Kabupaten kabupaten yang ada di Provinsi Jawa
Purworejo antara lain: Tengah yang sering terjadi bencana tanah
longsor. Dalam rangka menangani masalah
1. Peningkatan mitigasi tanah longsor bencana tanah longsor di Kabupaten
dengan memanfaatkan kearifan lokal Purworejo, Badan Penanggulangan
yang ada Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Kegiatan yang dilakukan seperti Purworejo melakukan berbagai upaya
mengembangkan kearifan lokal yang penanggulangan bencana. Upaya
ada dan melakukan sosialisasi kepada penanggulangan bencana yang dilakukan
masyarakat. salah satunya yaitu mitigasi bencana.
2. Peningkatan kerja sama dengan pihak Mitigasi yang dilakukan oleh BPBD
lain dalam penyusunan dokumen Kabupaten Purworejo seperti penyediaan
kontijensi tanah longsor data daerah rawan bencana, pemetaan
Kegiatan yang dilakukan seperti daerah rawan bencana, melakukan
melakukan kerja sama dengan pihak pelatihan baik pada sumber daya manusia
luar dan melakukan koordinasi dengan yang ada di BPBD maupun masyarakat
pihak-pihak terkait penyusunan luas, dan melakukan sosialisasi pada
dokumen rencana kontijensi tanah masyarakat dan sosialisasi lewat jalur
longsor. pendidikan serta melakukan simulasi.
3. Peningkatan potensi SDM untuk
menghadapi antusiasme masyarakat Mitigasi yang dilakukan BPBD
yang tinggi Kabupaten Purworejo dibedakan menjadi
Kegiatan yang dilakukan dengan mitigasi struktural dan mitigasi non
mengadakan pelatihan yang struktural. Mitigasi struktural yang
disesuaikan dengan kondisi dilakukan antara lain penyediaan data,
masyarakat dan berkelanjutan serta pemetaan, pemasangan EWS tanah
fokus pelatihan jelas. longsor, pemasangan bronjong, dan
4. Pemanfaatan sarana dan prasarana pemasangan rambu-rambu evakuasi.
untuk meningkatkan pengetahuan Sedangkan mitigasi non struktural yang
masyarakat dilakukan sepeti pelatihan, pembentukan
Kegiatan yang dilakukan yaitu forum dan kelompok relawan, sosialisasi,
sosialisasi dan simulasi penggunaan dan simulasi EWS tanah longsor.
dan pengelolaan EWS tanah longsor
dan rambu-rambu evakuasi. 2. Faktor Pendorong dan Faktor
Penghambat Mitigasi Bencana Tanah
PENUTUP Longsor
Faktor terkait pelaksanaan mitigasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah bencana tanah longsor yang dilakukan oleh
dilakukan oleh penulis mengenai strategi BPBD Kabupaten Purworejo terdiri dari
mitigasi bencana tanah longsor di faktor pendorong dan faktor penghambat.
Kabupaten Purworejo, disimpulkan Faktor-faktor tersebut antara lain:
bahwa: a. Faktor pendorong mitigasi bencana
tanah longsor
1. Mitigasi Tanah Longsor di Faktor pendorong mitigasi bencana
Kabupaten Purworejo Saat Ini tanah longsor diperoleh dari faktor
internal dan eksternal yaitu kekuatan
Bencana tanah longsor banyak dan peluang. Faktor pendorongnya
terjadi di daerah-daerah yang ada di antara lain:
Indonesia, salah satunya di Provinsi Jawa 1. Kesesuaian visi dan misi dengan
Tengah. Kabupaten Purworejo merupakan kondisi masyarakat

11
2. Adanya kerja sama antar bagian sampai 3, kemudian dijumlahkan. Dari isu-
organisasi isu yang ada, strategi yang efektif
3. Adanya anggaran dana yang dilakukan oleh BPBD Kabupaten
mencukup Purworejo antara lain peningkatan mitigasi
4. Sarana dan prasarana yang tanah longsor dengan memanfaatkan
mendukung kearifan lokal yang ada, peningkatan kerja
5. Adanya komitmen BPBD sama dengan pihak lain dalam penyusunan
Kabupaten Purworejo dalam dokumen kontijensi, peningkatan potensi
pelaksanaan mitigasi bencana tanah SDM untuk menghadapi antusiasme
longsor masyarakat yang tinggi, dan pemanfaatan
6. Adanya kerja sama dengan pihak sarana dan prasarana untuk meningkatkan
lain pengetahuan masyarakat.
7. Adanya landasan hukum
8. Adanya kearifan lokal
9. Tingginya antusiasme masyarakat REKOMENDASI

b. Faktor penghambat mitigasi bencana Berdasarkan analisis lingkungan


tanah longsor strategis, faktor penghambat dan
Faktor penghambat mitigasi bencana pendorong, serta isu strategis, maka
tanah longsor diperoleh dari faktor internal ditemukan sebuat strategi yang sudah diuji
dan eksternal yaitu kelemahan dan menggunakan test litmus. Strategi-strategi
ancaman. Faktor penghambatnya antara tersebut menjadi rekomendasi dalam
lain: pelaksanaan mitigasi bencana tanah
1. Pelaksanaan misi untuk mencapai longsor yang dilakukan oleh BPBD
visi belum maksimal Kabupaten Purworejo ini menjadi lebih
2. Belum adanya dokumen rencana baik kedepan. Upaya-upaya strategis yang
kontijensi efektif dapat dilakukan adalah:
3. Rambu-rambu evakuasi yang masih
bersifat sementara 1. Peningkatan mitigasi tanah longsor
4. Persebaran kelompok relawan yang dengan memanfaatkan kearifan lokal
tidak merata yang ada seperti dengan
5. Rendahnya pengetahuan dan sikap mengembangkan dan melakukan
masyarakat yang apatis sosialisasi kepada masyarakat
tentang penggunaan kentongan dan
3. Usulan Strategi Mitigasi Bencana tanda-tanda alam yang ada di sekitar
Tanah Longsor masyarakat.
Dari hasil analisis faktor pendorong 2. Peningkatan kerja sama dengan
dan faktor penghambat, maka diperoleh pihak lain dalam penyusunan
isu-isu strategis. Isu-isu strategis dilihat dokumen kontijensi seperti dengan
dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan melakukan koordinasi dengan pihak-
ancaman BPBD Kabupaten Purworejo pihak terkait yaitu dinas atau instansi
yang diambil berdasarkan hasil dari terkait, pihak akademisi, dan
analisis SWOT. stakeholder lainnya dalam
Setelah itu, dirumuskan beberapa penyusunan dokumen rencana
strategi. Dalam menentukan prioritas kontijensi tanah longsor.
strategi digunakan uji litmus (litmus test) 3. Peningkatan potensi SDM untuk
untuk menentukan tingkat kestrategisan menghadapi antusiasme masyarakat
isu-isu strategis yang ada. Pengujian ini yang tinggi misal dengan melakukan
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pelatihan berkelanjutan,
pertanyaan dengan bobot skor antara 1

12
mengikutsertakan tenaga kerja yang Ramli, Soehatman. (2011). Manajemen
ada dalam diklat. Bencana (Disaster Management). Jakarta:
4. Pemanfaatan sarana dan prasarana PT Dian Rakyat.
untuk meningkatkan pengetahuan Salusu, J. (2006). Pengambilan Keputusan
masyarakat seperti melakukan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan
sosialisasi penggunaan dan Organisasi Non Profit. Jakarta: Grasindo.
pengelolaan EWS tanah longsor dan Syafiie, Inu Kencana. (2006). Ilmu
rambu-rambu evakuasi serta Adminstrasi Publik. Jakarta: PT Rineka
melakukan simulasi EWS tanah Cipta.
longsor dan rambu-rambu evakuasi.
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian
Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
DAFTAR PUSTAKA
Sujarweni, Wiratna. (2014). Metode
Penelitian. Yogyakarta: PT Pustaka Baru.
A. Referensi Buku B. Referensi Non Buku
Afifuddin, dan Beni Ahmad Saebani.
(2009). Metode Penelitian Kualitatif. 1. Perundang-undangan
Bandung: Pustaka Setia.
Bryson, John M. (2004). Perencaaan Undang-Undang No. 24 Tahun 2007
Strategis Bagi Organisasi Sosial. tentang Penanggulangan Bencana
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Peraturan Daerah Kabupaten Purworejo
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian No. 2 Tahun 2011 tentang Rancangan
Kualiatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Publik, dan Ilmu Sosial lainnya. Jakarta: (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun
Kencana. 2011-2015
Keban, Yeremias T. (2008). Enam
Dimensi Strategis Administrasi Public Peraturan Bupati Purworejo No. 62 Tahun
Konsep, Teori, dan Isu. Yogyakarta: Gava 2012 tentang Penjabaran Tugas Pokok,
Media. Fungsi, dan Tata Kerja BPBD Kabupaten
Kodoatie, Robert J dan Roestam Sjarief. Purworejo
(2006). Pengelolaan Bencana Terpadu:
Banjir, Longsor, Kekeringan, dan
Tsunami. Jakarta: Yarsif Watampone 2. Dokumen
(Anggota IKAPI). Renstra BPBD Kabupaten Purworejo
Kusumasari, Bevaola. (2014). Manajemen Tahun 2011-2015
Bencana dan Kapabilitas Pemerintah RPJMD Kabupaten Purworejo Tahun
Lokal. Yogyakarta: Gava Media. 2011-2015
Rencana Penanggulangan Bencana
Moleong, J Lexy. (2009). Metode Kabupaten Purworejo tahun 2014-2018
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Data Kependudukan Badan Pusat Statistik
Remaja Rosdakaya. Kabupaten Purworejo Tahun 2014
3. Internet
Pasolong, Harbani. (2012). Metode
Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Data dan Informasi Bencana
Alfabeta. Indonesia.(2015), dalam
http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/dashboa
Pasolong, Harbani. (2013). Teori rd.jsp?countrycode=id&continue=y&lang
Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. =ID. Diakses pada 17 Oktober pukul 19.00
WIB

13
Panduan Perencanaan Kontinjensi
Menghadapi Bencana. (2011). Dalam
http://www.penanggulangankrisis.depkes.g
o.id/__pub/files22304Panduan_Perencanaa
n_Kontinjensi.pdf. Diakses tanggal 12
November 2015 pukul 15.00 WIB

Sandra, Rosalia. (2015). Purworejo Rawan


Bencana Kedua Se-Jawa Tengah. Dalam
http://www.sorotpurworejo.com/berita-
purworejo-292-purworejo-rawan-bencana-
kedua-sejawa-tengah.html. Diakses
tanggal 15 Oktober 2015 pukul19.00 WIB

Temuan Lapangan Bappenas. (2009).


Dalam http://old.bappenas.go.id/get-file-
server/node/8852/. Diakses pada 28
Oktober 2015 pukul20.00 WIB

USGS. (2004). Landslide Types and


Processes. Dalam http://pubs.usgs.gov/fs/
2004/3072/pdf/fs2004-3072.pdf. Diakses
tanggal 26 Mei 2016 pukul 19.30 WIB

Kurniawan, Lilik dan kawan-kawan.


(2013). Indeks Risiko Bencana Indonesia
(IRBI) Tahun 2013. (e-book). Dalam
http://www.bnpb.go.id/uploads/publication
/612/2014-06-03_BNPB.pdf. Diakses pada
tanggal 20 Juni 2016 pukul 13.30 WIB

Data dan Informasi Bencana Indonesia.


(2017)
http://dibi.bnpb.go.id/DesInventar/results.j
sp, diakses tanggal 2 Februari 2017 pukul
20.00 WIB

14

Das könnte Ihnen auch gefallen