Sie sind auf Seite 1von 32

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Enam
PAGI di Birralee dimulai dengan pekikan bu-
rung galah. Kakaktua merah muda dan abu-abu itu,
yang penampilannya lebih indah daripada suaranya,
terbang dari pepohonan di sepanjang sungai saat ma-
tahari terbit. Tak lama setelah itu, Stella mendengar
Callum berjalan di dalam rumah.
Ketika Stella masuk dapur, Callum tengah me-
ngocok bacon dan telur.
“Bagaimana mual-mual pagi harimu?” tanya Cal-
lum ketika Stella menyiapkan semangkuk muesli dan
duduk di meja makan.
“Sepertinya mulai membaik.” Setelah menyuap
sesendok makanan, Stella menambahkan, “Aku ingin
mencari cara untuk memberdayakan diriku di sini.”
Mata Callum melebar di balik pinggir mug besar
berisi teh yang tengah diminumnya. “Software spread-
sheet yang kau-install di komputerku minggu lalu be-
nar-benar membantu.”
“Aku memang senang melakukan hal-hal sepert
itu, tapi jika akan tinggal di sini sampai bayiku lahir,
aku juga harus menangani hal-hal yang tidak kusu-
kai.”
“Kau mau membantuku mengebiri sapi?”
“Astaga, tidak.” Stella berpura-pura ngeri de-
ngan mengernyit. “Aku tak tahu apa aku sanggup mela
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kukan itu kepada sapi. Well, setidaknya sampai dia
berkonsultasi terlebih dulu.”
Callum tertawa.
Stella balas tersenyum. “Mungkin aku harus
membangun karier baru sebagai konsultan perencana
keluarga bagi kawanan sapi.”
Senyum Callum memudar. “Kau merindukan pe-
kerjaanmu, ya?”
“Kurasa begitu,” jawab Stella sambil meraih bo-
tol susu. “Tapi mungkin yang membuatku sangat jeng-
kel karena merasa tidak berguna di sini. Setidaknya
aku harus memperbaiki kelemahanku di dapur.”
“Kau cukup pandai mencuci piring.”
Stella sekilas mendelik sebal. “Kau tahu aku
membicarakan soal memasak.”
Sambil mendorong piring kosongnya ke sam-
ping, Callum memilih jeruk dari mangkuk buah dan
mengupas kulitnya dengan jemari panjang yang teram
pil. Ia tersenyum pelan dan berkata, “Tapi untuk gadis
sepintar kau, memasak semestinya perkara sepele.”
“Well, nyatanya tidak.”
Callum terus tersenyum. “Kukira semua wanita
tahu cara memasak.”
“Tampaknya kau tidak tahu banyak tentang wa
nita.”
“Wanita kota,” Callum mengoreksi.
“Kau tidak tahu apa-apa tentang wanita kota
yang ini.” Stella mendengus dan suasana pagi yang ha-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ngat tiba-tiba berubah tegang dan kaku. Sembari me-
mejamkan mata, Stella menarik napas dalam-dalam.
“Maaf. Itu pernyataan yang menjengkelkan. Sayang
pengetahuanku soal memasak sama buruknya dengan
pengetahuanku soal bedah otak atau—atau ilmu
hitam.”
Callum mengunyah jeruknya dengan khidmat.
“Mungkin kau bisa menganggap memasak semacam
eksperimen ilmiah.”
“Oh, ya?”
“Tentu. Coba pikirkan. Memasak hanyalah pro-
ses di mana beberapa unsur tertentu digabungkan.
Timbul reaksi dan jika kau menambah panas, reaksi
baru akan muncul. Jika kau memvariasikan unsur
yang dipakai, atau panasnya, kau akan mendapat hasil
yang berbeda pula.”
Stella menatap Callum. “Setengah menit perta-
ma kau hampir meyakinkanku.”
“Tapi itu benar!”
“Usaha bagus, Callum, tapi kebetulan aku tahu
memasak merupakan rahasia misterius yang diturun-
kan para ibu ke anak perempuan.” Stella mengacung-
kan sendoknya ke arah Callum. “Atau kadang-kadang
kepada anak lelaki mereka.”
Callum terus mengunyah jeruknya tanpa mem-
beri respons.
“Semua temanku sepertinya memiliki resep ra-
hasia keluarga yang istimewa. Teman seapartemenku,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Lucy, mesti disiksa dulu sebelum bersedia menyerah-
kan resep kue cherry warisan ibunya.”
“Apa keluargamu tidak punya resep masakan
rahasia apa pun?” tanya Callum.
“Tidak,” jawab Stella tajam.
Callum memandang wanita itu beberapa saat,
seakan menunggunya untuk melanjutkan, tapi Stella
belum siap membeberkan rahasia keluarga karangan-
nya. Satu atau dua menit kemudian, Callum bangkit
dari meja makan dan menghampiri lemari kayu pinus
tua yang bersandar ke dinding.
Dengan penasaran, Stella mengamati Callum
membuka salah satu laci lemari dan menarik buku ca-
tatan tua, kemudian membawanya kembali ke Stella.
“Ini buku resep nenekku,” ujar Callum “Memang
agak kuno, tapi dia menyimpan semua resep favorit-
nya di sini. Ibuku juga menambahkan beberapa resep
ke dalamnya. Kau mau melihat?”
“Tidak ada yang akan keberatan?”
“Tentu saja tidak.”
Stella menatap buku tua yang usang itu. Di sam-
pulnya dengan tulisan tangan emboss tampak nama
Eileen Roper, kemudian di bawahnya, Margaret Roper
Eileen Roper... Margaret Roper... istri-istri para
pria Roper...
Stella Roper... Tulang Stella tergelitik. Oke, wani
ta-wanita itu memang istri sungguhan, tapi mungkin,
sejenak, ia dapat berpura-pura menjadi bagian dari ke
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
luarga ini... mata rantai dari deretan panjang wanita
Roper yang pernah memasak di dapur tua yang indah
ini.
Merasa seperti orang asing, Stella membuka bu-
ku tebal itu. Resep pertama merupakan kue buah de-
ngan catatan tangan Eileen yang mengatakan, “Tahan
lama dan cocok dibawa para pria saat menggembala.”
Wow! Stella tahu teman-temannya akan mener-
tawainya jika melihat semangatnya saat ini, tapi bagi
Stella gagasan membuat kue buah tradisional benar-
benar menakjubkan. Jenis kegiatan yang dilakukan
orang lain! Stella membalik lebih banyak halaman
yang menguning. Ada berbagai jenis resep. “Sup ayam
dari daun barley ala Eileen, bagus untuk pasien yang
sedang flu... Pai karamel dengan rum ala Margaret,
kesukaan Angus... Daging stroganoff ala Ellie...”
Resep itu tidak disusun dalam urutan tertentu,
dan terkadang terdapat tulisan tangan yang berbeda,
Seolah ada teman yang turut menuliskan resep mere-
ka ke dalam buku.
Stella benar-benar terpukau. “Terima kasih, Cal-
lum. Apakah sebaiknya aku mencoba beberapa resep
ini?”
“Tentu saja. Jangan ragu-ragu.”
Stella kembali ke resep pertama di halaman
awal buku resep milik nenek Callum itu. Kue buah.
Betapa sibuk ia nanti membuat sesuatu seperti itu.
Mungkin Callum benar. Mungkin semua ini murni ma-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
salah ilmiah. Jika ia benar-benar mengikuti petunjuk
Eileen, daftar bahan makanan yang menakutkan ini
dapat menjelma menjadi kue sungguhan.
Stella memaksa benaknya berpikir positif, mem-
bayangkan dirinya menyodorkan potongan kue buah
kepada anggota keluarga Callum.
Ini lezat sekali, Stella. Apa kau membuatnya sen
diri?
Rasanya persis resep rahasia Mother.
Bagaimana mungkin ada orang yang begitu
takut pada kue buah? Yang perlu ia lakukan hanya
memasukkan buah, mentega, telur, dan tepung secara
bersamaan. Stella menelusuri daftar bahan makanan
lain yang telah ditulis Eileen—kulit jeruk lemon, sirup
gula, selai jeruk, campuran rempah-rempah, kayu ma-
nis, dan rum.
Ia sudah dapat membayangkan dapur ini dipe-
nuhi aroma menggiurkan rempah-rempah dan jeruk.
“Aku akan melakukannya!”
“Melakukan apa?”
“Membuat kue buah.”
Alis Callum terangkat. “Kurasa tak apa menetap-
kan target yang begitu tinggi.”
Stella sontak kecewa. “Menurutmu aku seharus-
nya mulai dengan sesuatu yang lebih mudah?”
Setelah ragu-ragu sejenak, Callum berkata, “Ti-
dak. Tidak apa-apa. Masaklah apa pun yang kausukai.”
Ia menunjuk sekumpulan kunci yang tergantung di
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
samping pintu. “Kau akan membutuhkan kunci besar
hitam itu. Itu kunci gudang. Kau dapat menemukan
apa pun yang kaubutuhkan di sana.”
“Aku akan menyajikan mangkuk besar cantik be
risikan potongan kismis, cherry, dan kurma direndam
dalam rum untuk kau kagumi saat pulang nanti ma-
lam, Callum. Bersiap-siaplah untuk terkesan.”
Stella mendongak sambil tersenyum kepada Cal
lum, tapi lalu menyesalinya. Ada sorot aneh tak terba-
ca di mata Callum, seakan dia tidak tahu apakah harus
balas tersenyum atau mengernyit, dan keraguan pria
itu membuat lengan Stella seketika merinding karena
dingin.
“Aku akan sangat menantikan malam ini,” ujar
Callum pelan, lalu buru-buru menyambar topinya dari
gantungan, keluar ruangan, dan membiarkan daun
pintu berkawat itu menutup di belakangnya.
***
Siang keesokan harinya, Callum dan dua pria da
ri properti tetangga sibuk membetulkan pagar peter-
nakan sehingga tidak mendengar kendaraan bermo-
tor yang mendekat.
Callum tengah berkutat dengan gergaji mesin,
suaranya melengking dan berdesing nyaring. Keringat
membasahi bagian bawah topinya dan mengalir deras
di punggung, membuat kaus katun Callum melekat di
kulit. Serbuk gergaji menyelimuti lengannya yang lem
bap berkeringat.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Beberapa meter darinya, Jim Walker, pekerja
ladang keturunan Aborigin, membungkuk ke arah me-
sin penggali lubang tiang yang bergetar dan mengge-
ram sekeras gergaji mesin Callum dan, di dekatnya,
saudara lelaki Jim, Ernie, menggunakan kapak untuk
memotong mata kayu bloodwood.
Baru ketika menangkap sinar putih yang menari
di sudut matanya, Callum mendongak dan tersentak
melihat sosok Stella.
Stella terlihat segar, bersih, dan luar biasa can-
tik dalam blus putih salju dan rok biru ala Gipsi, berdi-
ri gugup di kejauhan sambil mencengkeram keranjang
rotan dalam pelukan, seolah berupaya menjaga isinya
bebas dari serbuk gergaji.
Apa yang dia lakukan di sini?
Callum mematikan tombol gergaji dan melam-
bai, Stella balas berseru, tapi Callum tidak dapat men-
dengar apa-apa di sela bising mesin penggali lubang
tiang.
“Apa semua baik-baik saja?” seru Callum.
Stella mengangguk. Dia jelas tidak kelihatan ter-
buru-buru datang ke sini karena keadaan darurat.
Tapi tentu dia tidak ke sini untuk sekadar berkunjung,
kan? Sembari mengelap wajahnya yang kotor dengan
lengan baju, Callum meletakkan gergajinya dan berge-
gas menghampiri Stella.
Callum menoleh sekilas ke belakang bahu dan
pria-pria itu ternyata masih berkonsentrasi pada pe-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kerjaan masing-masing. Mereka tengah menangani pe
kerjaan besar dan harus menyelesaikannya hari ini.
“Apa kau membutuhkan sesuatu?” tanya Callum
ketika sampai di depan wanita itu.
Stella tampak malu dan memberi isyarat ke
arah keranjangnya. “Aku—aku membawakan makan
siang untukmu.”
“Makan siang?” Rahang Callum menganga begi-
tu cepat, untung saja tidak langsung menghantam ta-
nah.
“Apa kau akan beristirahat untuk makan siang?”
tanya Stella.
“Well, ya, tentu saja.”
“Tadinya aku tidak begitu yakin. Selama ber-
minggu-minggu tinggal di sini, aku tidak pernah meli-
hatmu membawa makan siang saat bekerja. Aku tidak
tahu apa kau menyiapkan sandwich, atau apa yang
kaulakukan, dan—dan—” Stella memandang Ernie
dan Jim sekilas “—aku—aku tidak tahu ada orang lain
yang bekerja denganmu.”
Tiba-tiba suara bising di belakang mereka ber-
henti. Callum menoleh ke belakang dan melihat kedua
Walker bersaudara itu tersenyum lebar sambil me-
nampakkan gigi putih mereka. “Pria-pria itu datang
dari Drayton Downs hari ini untuk membantuku mem
betulkan pagar.” Callum memanggil mereka. “Ernie,
Jim, kemarilah dan perkenalkan Stella.”
Mereka terus menyeringai malu-malu selagi
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
mendekat dan menjabat tangan Stella. “Senang berke-
nalan denganmu Mrs. Roper.”
“Mrs. Roper?” Callum mengernyit. “Bagaimana
kalian tahu aku sudah menikah?”
Mereka tersenyum lebar lagi sambil mengang-
guk. “Bos sedang di Cloncurry kemarin. Berita bahwa
kau sekarang sudah ada yang punya langsung menye-
bar, Callum.”
“Kenapa kalian tidak mengatakan apa-apa tadi?”
“Kami pikir—mungkin kau—” Jim mengangkat
bahu “—mungkin ini dirahasiakan.”
Stella memainkan serbet biru dan putih yang
menutupi isi keranjangnya.
“Jadi apa yang kaubawa di dalam situ?” tanya
Callum.
“Hanya—hanya salad.”
Callum mengangkat ujung serbet dan melihat
dua mangkuk yang dialasi daun selada dan dipenuhi
ikan tuna kaleng, jagung muda, tomat ceri, serta poto-
ngan keju. “Ini—ini sangat menarik!” Callum berharap
reaksi antusiasnya ini tidak terlihat dipaksakan.
“Tapi sayang aku tak membawa cukup makanan
untuk kalian semua.”
“Jangan khawatir. Banyak persediaan makanan
di sini untuk pria-pria ini.”
Callum mengedikkan bahu ke arah kotak Esky
yang tergeletak di balik naungan semak gidgee. Tadi
pagi ia mengisi kotak itu dengan roti, sebongkah besar
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kornet sapi, sebotol acar, dan setengah lusin kentang
rebus dingin—cukup untuk tiga lelaki lapar.
Dagu Stella terangkat dan mata kelabunya me-
ngilat. Sial, dia terlihat sangat seksi jika bersikap ang-
kuh seperti itu. Andai Callum tidak begitu kotor, berde
bu, dan berkeringat... Andai dua pria ini tidak menyeri
ngai sambil memandangi mereka... Andai...
Terus bermimpi, Kawan. Kau takkan pernah me-
lakukan apa pun dengan istri yang memesona ini... ke-
cuali mungkin menyantap makan siangnya yang ele-
gan.
“Kau tak perlu menyantap bekal ini, Callum. Aku
hanya terbawa urusan rumah tangga pagi ini.” Tiba-
tiba sorot kemenangan berkilau di mata Stella saat
menambahkan, “Kue buahnya tengah dipanggang di
oven dan aromanya luar biasa.”
“Bagus sekali.”
Antusiasme Stella terhadap memasak sangat
membingungkan. Semalam, dia begitu bangga ketika
meminta Callum mengagumi semangkuk besar buah-
buahan kering yang telah dipotongnya sepanjang hari
agar dapat direndam semalaman dalam cairan rum
dan sherry.
Dia sangat menikmati urusan memanggang kue
ini. Padahal, beberapa hari sebelumnya, Stella dengan
santai bercerita bahwa musim panas tahun lalu dia
terbang dalam jet Pemburu Badai demi mencari jejak
angin puyuh. Mereka langsung terbang ke pusat badai.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Nah itu baru menarik.
“Kue itu harus dipanggang selama empat jam,”
ujar Stella. “Jadi kurasa aku punya banyak waktu
untuk—” Ia memandang ke sekeliling ladang ternak
yang kering dan berdebu itu, kemudian tersenyum ke-
cewa. “Kurasa di sini tak ada tempat untuk berpiknik.”
“Kita bisa berpiknik,” Callum berusaha meyakin
kan Stella. “Naiklah ke belakang truk, dan aku akan
membawamu turun ke arah sungai.”
Callum berusaha keras mengabaikan tawa geli
Walker bersaudara selagi berjalan mengikuti Stella ke
truk. Separuh jalan melintasi ladang, Stella berbalik.
“Kurasa kita tidak bisa menutup-nutupi pernikahan
kita dari warga sekitar sini.”
“Peluangnya kecil,” Callum menyetujui. “Sebe-
narnya, aku semestinya memperingatkanmu. Aku me-
nelepon rumah orangtuaku di Canberra, tapi tak ada
orang di rumah, jadi aku meninggalkan pesan di me-
sin penjawab telepon. Tapi begitu orangtuaku tahu,
seluruh dunia juga akan tahu tentang kita.”
Stella menghela napas dalam-dalam, seakan me-
nyiapkan diri menghadapi hari penting ketika ia berte
mu keluarga Callum. Lalu ia kembali melanjutkan lang
kah mendahului Callum, dengan dagu terangkat dan
bahu ditegakkan.
Callum mendapati dirinya mengamati rambut
Stella yang tergerai halus, lekuk lembut bokong wani-
ta itu di batik rok katunnya yang lembut, dan berha-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
rap ia dapat melewati piknik ini tanpa mempermalu-
kan diri sendiri.
***
Piknik ini benar-benar bukan ide yang bagus.
Sebelum mencapai tepi sungai, Stella sudah me-
nyesali dorongan hatinya tadi untuk membawakan
Callum bekal makan siang. Kekagetan di wajah pria
itu ketika melihat kedatangannya sudah cukup buruk,
namun ketika Stella melihat para pekerja yang gagal
menyembunyikan seringai mereka, serta reaksi sopan
tapi tidak bersemangat Callum saat mengetahui maka-
nan yang telah ia siapkan, tiba-tiba, semua terasa begi
tu salah.
Stella ingin bilang bahwa ia berubah pikiran. Cal
lum harus kembali pada Ernie dan Jim. Tapi pria itu su
dah menyalakan truk, memindahkan persneling... dan
jika Stella menyuruhnya kembali sekarang, Callum
pasti akan kehilangan muka di depan para pekerja itu.
Begitu Callum memarkir truknya di tepi sungai,
perut Stella melilit tegang. Ketika pria itu menuntun-
nya ke bagian rumput yang lembut di bagian dangkal
tepi sungai, mulut Stella mendadak kering.
“Di sini cocok untuk berpiknik,” ujar Callum
sambil menunjuk sepetak tanah yang dinaungi pohon
paperbark raksasa. Tapi yang bisa Stella bayangkan
hanya mereka duduk di sana... berduaan... dan dia pun
tahu piknik ini gagasan paling tolol yang pernah ter-
pikir olehnya.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Suasananya benar-benar sempurna. Di dekat
mereka, sungai yang dingin dan jernih mengalir deras
di antara bebatuan licin. Capung biru terbang mela-
yang dan hinggap di permukaan sungai, sementara bu
rung kingfisher yang indah memamerkan kepiawaian-
nya menyelam. Ya, semua tampak sempurna.
Bukan berarti Stella memperhatikan saat Cal-
lum merunduk di dekat sungai dan melepas kausnya.
Sekali Stella memandang bahu bidang kecokelatan
pria itu menyempit ke pinggangnya yang ramping, ia
pun lupa cara bernapas.
Callum mulai membersihkan tubuhnya dari ser-
buk gergaji dan kotoran, bukti kerja kerasnya pagi ini.
Sembari mengguyur air ke punggung, pria itu membi-
arkan air mengalir bak air terjun berkilauan di tubuh-
nya yang kecokelatan dan berotot. Tangan Stella sera-
sa dibakar keinginan menyentuh pria itu, menyusuri
tekstur punggungnya yang halus dan kekar, merasa-
kan kelenturan otot-ototnya.
Callum berdiri dan berbalik, dan Stella dapat
melihat dada pria itu yang bidang dan berbulu...
Ia tidak boleh menatap...
Tapi demi Tuhan, apa lagi yang bisa dilakukan
seorang wanita? Callum benar-benar tampak memu-
kau.
Tidak seperti Scott yang menampilkan daya ta-
riknya seperti iklan berjalan, Callum bergerak dengan
ketenangan alami hewan liar. Dia seakan hidup di da-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lam tubuh itu tanpa menyadari daya pikatnya. Ketika
berjalan dari tepi sungai, apakah Callum sadar bahwa
dia membuat Stella tak keruan?
Mungkin dia tahu dan iba padaku, pikir Stella.
Dengan satu gerakan cepat, Callum kembali mengena-
kan kausnya, tapi ketika menghampiri Stella, ia masih
terpaku. Stella menyodorkan bekal itu kepada Callum,
namun tak seorang pun dari mereka berkata-kata.
Stella melepas sepatunya dan duduk bersila,
tapi selera makannya sudah hilang. Callum duduk
sambil menekuk kedua lutut, memandang sungai, dan
dengan cepat menyuapkan makanan ke mulut sampai
Stella yakin pria itu akan sakit perut.
“Kau sedang membetulkan pagar?” tanya Stella.
Pertanyaan bodoh, tapi mereka harus mengobrol, ha-
rus menemukan cara untuk bersantai dan melupakan
kekakuan konyol ini.
Sambil tetap mengunyah, Callum menggumam-
kan jawabannya.
Stella berusaha bercakap-cakap lagi. “Apakah
Jim dan Ernie sudah lama tinggal di daerah ini?”
Callum menelan makanannya dan mengangguk.
“Sepanjang hidup mereka. Nenek moyang mereka
orang Kalkadoon.”
Kalkadoon! Pertukaran informasi, akhirnya. “Su
ku Kalkadoon tergolong suku yang cukup keras pada
masa lalu, bukan?”
Callum mengangguk.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Ernie dan Jim kelihatannya sangat pemalu dan
ramah.” Dengan gelisah Stella menunggu tanggapan
Callum, tapi pria itu sepertinya lupa bahwa seni ber-
bicara berlangsung dua arah.
Merasa malu, Stella memasukkan kembali maka
nannya ke keranjang, lalu melompat berdiri. Duduk di
rumput halus di samping Callum benar-benar tindak-
an gegabah. Benar-benar salah dan berbahaya. Semes-
tinya ia tak mengusulkan mereka berpiknik. Mereka
duduk terlalu dekat, terlalu menyendiri, terlalu asing
satu sama lain...
Piknik hanya untuk sepasang kekasih.
Sambil mengangkat rok, Stella melangkah ke
sungai dan mencelupkan kaki telanjangnya ke riam
jernih itu, berharap kesejukkannya dapat mengurangi
panas yang menjalari tubuhnya.
“Stella, jangan lakukan itu.”
Nada peringatan dalam suara Callum membuat
Stella terkejut. Sembari menarik roknya lebih tinggi,
Stella buru-buru kembali ke tepi sungai. “Apa ada
buaya di sini?”
“Tidak!” Sekilas senyum tersungging di bibir
Callum, tapi detik berikutnya wajahnya menjadi gelap
dan ia menatap kaki Stella. “Kalau kau terus mema-
merkan kaki telanjangmu di hadapanku, kita akan
sama-sama menyesal nanti.” Suara Callum terdengar
sedikit menggeram.
Kaki telanjang? Stella menunduk dan melihat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
jemari kakinya yang putih, cat kuku biru, dan gelang
kaki kesukaannya, lalu mendongak kembali kepada
Callum. Waktu berlalu begitu lambat ketika ia berdiri
di sana dengan air beriak mengitari pergelangan kaki,
matanya menangkap pandangan Callum yang bergai-
rah.
Semua terjadi lagi. Kesadaran menakjubkan
yang telah menarik mereka seperti di Sydney dulu.
Bak kunang-kunang yang melemparkan diri tanpa
daya ke arah kobaran api.
Dengan cepat Callum bangkit. “Makan siangku
sudah selesai. Aku harus kembali bekerja.”
“Tentu saja.” Stella beranjak dari air dan dalam
keadaan basah kakinya memakai sepatu. “Ayo kita per
gi,” ujarnya, mengetahui Callum bersikap bijaksana
dengan memutuskan pergi. Saat ini juga. Mereka tak
punya kesempatan untuk piknik dengan santai.
Separuh berjalan mendaki tepi sungai, Callum
berbalik dan mengulurkan tangannya sambil bergu-
mam, “Hati-hati, bagian ini sedikit curam.”
Stella memandang telapak tangan Callum yang
besar dan kecokelatan itu, lalu konyolnya merasa
resah luar biasa. Dan ketika meletakkan tangannya ke
genggaman Callum, sengatan listrik menjalari kulit
Stella.
Tanpa kesulitan Callum menarik tubuh Stella ke
puncak pendakian hingga tubuhnya membentur
Callum, dan payudara Stella, peka akibat kehamilan,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
bertubrukan dengan otot kekar tangan Callum. Pekik-
an kecil “Aduh” terselip begitu saja.
“Kenapa?” bisik Callum dan mundur setengah
langkah, matanya gelap karena emosi yang meluap-
luap. Dan tatapan Callum terus memaku Stella sewak-
tu tangannya membelai payudara wanita itu. Callum
menangkup payudara yang dibalut blus katun halus
itu, dan Stella mendengar jantungnya berdetak keras
di telinga saat Callum dengan teramat sangat pelan
membelainya.
Oh, Callum. Kumohon! Rasa mendamba yang me-
luluhkan menyelimuti diri Stella dan ia merona saat
payudaranya mengencang.
“Apakah ini agak peka?” tanya Callum.
“Sedikit,” bisik Stella.
Cukup lama mereka berdiri sementara tangan
Callum menangkup payudara Stella, sedetik lagi me-
nyentuh lebih jauh. Stella dapat melihat pertanyaan
sarat kecemasan di mata pria itu. Tahu bahwa Callum
berada di batas pertahanan yang telah dibangunnya
dengan hati-hati. Memahami bahwa dia tengah men-
cari jawaban yang menyakitkan itu di mata Stella.
Dan Stella hanya tahu ia ingin Callum lebih bera
ni menyentuhnya. Agar hawa panas yang menjalari
pembuluh darahnya semakin meledak tak terkendali.
Namun, Callum kemudian menghela napas mela
lui gigi terkatup, lalu menjatuhkan tangannya dan ber-
jalan menjauh. “Sebaiknya aku kembali bekerja,” ujar-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
nya parau.
Stella mengembuskan napas keras-keras. Baha-
ya itu sudah berlalu. Stella tahu ia harus bersyukur ka
rena kerapuhan dirinya tak terungkap... tapi ia sama
sekali tak bersyukur.
Mereka berbalik dan berjalan ke arah truk.
***
Ketika kembali ke dapur, Stella sadar semesti-
nya tadi ia tak meninggalkan tempat itu. Sambil mena-
ruh keranjang ke meja, Stella mengembuskan napas
panjang lagi. Bisa-bisanya ia mengira piknik akan
menjadi selingan kecil yang menyenangkan?
Acara itu benar-benar kacau! Ia menghentikan
Callum dari menyelesaikan pekerjaan yang penting
dan mempermalukan pria itu di hadapan para pekerja
nya. Ia juga menjebak pria itu ke dalam suasana intim
yang selama ini berusaha keras mereka hindari!
Ya ampun! Ia ingin Callum menciumnya kemba-
li. Sesaat, Stella mengira ia akan mati seandainya pria
itu tidak melakukannya lagi. Untung Callum lebih kuat
ketimbang Stella sendiri.
Dengan senyum bersalah Stella memperhatikan
pemandangan kacau yang tadi ia telantarkan ketika
meninggalkan dapur menuju ladang. Permukaan meja
masih berantakan bekas perjuangannya pagi tadi. Te-
pung, tumpahan susu, dan cangkang telur yang leng-
ket... helaian kertas berlapis mentega yang dipakainya
untuk melapisi loyang kue... timbangan untuk meng-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ukur gula dan tepung... ayakan tepung, mangkuk ber-
isi adonan kue yang mengeras... serta jejak kaki berte-
pung yang mengotori lantai.
Tak pelak lagi, para istri di daerah outback pasti
akan membersihkan dapur mereka daripada berse-
nang-senang di tepi sungai. Bahkan Oscar yang ber-
tengger dalam sangkarnya di sudut ruangan seperti
memandangi Stella dengan sorot menuduh.
“Oke. Oke,” geram Stella ke arah burung itu.
“Aku memang koki yang berantakan.” Merasa siap ber
tempur, Stella berkacak pinggang. “Tapi satu hal yang
tak boleh kaulupakan, Oscar, sekarang aku koki! Dan
hari ini sangat bersejarah!”
Stella membungkuk dan mengintip pintu kaca
oven sambil mengagumi kue buatannya. Permukaan-
nya berubah persis sebagaimana mestinya dari gum-
palan lengket menjadi permukaan kue yang kuning
kecokelatan. Dan aromanya benar-benar lezat!
Memang kenapa jika ia membuat dapur beranta
kan? Dan peduli amat jika ide berpiknik itu kacau ba-
lau? Setidaknya kue buatannya matang dengan sem-
purna!
Dengan dramatis, Stella mengangkat tangannya
keatas sambil berteriak sekuat tenaga, “Stella Roper
jago masak! Ya, Tuhan, dia benar-benar jago! Hei, lihat
betapa jagonya wanita ini.”
Ketika berhenti sejenak untuk bernapas, Stella
dengan ngeri menyadari di suatu tempat di luar dapur
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
terdengar bunyi ketukan.
“Halo,” suara wanita memanggil. “Apakah itu
kau, Stella?”
Stella terpaku. Jangan sampai itu tamu. Jangan
sekarang. Terutama tidak saat tempat ini seperti latar
film bencana alam.
Bunyi ketukan itu kembali terdengar.
Ya Tuhan! Dengan putus asa Stella memandang
ke sekeliling dapur yang ia cintai itu, lalu dengan was-
pada berjalan menyusuri lorong menuju bagian depan
rumah.
Perut Stella sontak mencelos begitu melihat pa-
sangan paruh baya yang berdiri di depan pintu masuk,
dan langsung mengenali pria berwajah tegas dan me-
narik yang sering dilihatnya di televisi itu. Tinggi dan
tegap, dengan rambut kelabu tebal yang selalu terlihat
khas, Senator Ian Roper berdiri di depan pintu.
Ya Tuhan!
Hal seperti ini tidak mungkin terjadi. Benar-be
nar tidak mungkin. Tidak pada orang sungguhan. Ba-
pak-ibu mertua tidak mungkin hadir begitu saja, bu-
kan?
Wanita di samping sang senator tersenyum. Dia
memiliki rambut ikal kecokelatan yang tampak muda
dan mengenakan gaun linen tanpa lengan yang seder-
hana namun anggun, benar-benar sempurna dengan
kalung mutiara mewah itu.
Senyumnya mengembang ketika berjalan meng-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
hampiri. “Kau pasti Stella,” ujarnya seraya mengulur-
kan tangan. “Aku Margaret Roper, ibu Callum, dan ini
Ian.”
Stella memandang ibu Callum dengan bodoh.
“Bagaimana kalian bisa datang ke sini?” tanyanya. Ya
Tuhan. Di mana otaknya? “Ma—maksudku, halo. Halo,
Mr. dan Mrs. Roper. Senator Roper. Ini—ini benar-
benar kejutan yang menyenangkan.” Duh! Tadi ia ka-
sar, sekarang berlagak sopan dan manis.
Margaret Roper merentangkan lengannya. Dia
mencium pipi Stella, kemudian, selama beberapa de-
tik, memeluknya erat. Aroma wanita itu lembut dan
mahal, seperti rangkaian bunga segar yang baru dipe-
tik.
“Maafkan aku karena tidak sempat mengabar-
kan,” ujar Margaret Roper, “tapi kami baru menerima
kabar gembira Callum pagi ini, dan karena Ian sudah
dijadwalkan terbang ke Mount Isa untuk rapat, begitu
selesai kami tak sabar ingin segera ke sini.”
Stella memandang landasan terbang jauh di be-
lakang pasangan itu. Ada pesawat kecil terparkir di
sana dan ingatannya pun berkelebat. Ketika kembali
dari ladang ia sempat mendengar suara pesawat ter-
bang, tapi tak memikirkannya lagi. Di kota, pesawat
terbang di atas kepala sepanjang waktu. Dan mereka
mendarat di bandara.
Apa yang benar-benar Stella lupakan adalah, di
outback, pesawat, seperti halnya yang lain, tidak berla
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ku seperti yang semestinya. Di sini, pesawat mendarat
di pekarangan rumah.
“Me-menyenangkan sekali bertemu kalian. Silah
kan masuk. Sayang sekali Callum sedang sibuk mem-
perbaiki pagar di ladang.”
“Apakah dia bekerja sendirian?” Sang senator
bertanya dengan mata menyipit, membuat Stella ham-
pir yakin ia tengah diuji.
“Oh, tidak. Beberapa pria dari Drayton Downs
membantunya.”
“Ian,” tegur Margaret Roper pelan. “Jangan lang-
sung menyiksa gadis malang ini dengan banyak perta-
nyaan.” Mata cokelat muda itu berkilau hangat ketika
berbalik menghadap Stella. “Aku benar-benar gembira
untukmu dan Callum. Aku selalu yakin anakku tersa-
yang akan menemukan seseorang yang istimewa. Dan
semua berlangsung begitu cepat. Menurutku itu sa-
ngat romantis!”
“Ya,” gumam Stella pelan. “Callum benar-benar
membuatku mabuk kepayang. Ah—mari masuk dan
duduk di ruang tamu. Aku akan membuatkan teh.”
Walaupun kedua kakinya lemas bak spageti,
Stella berhasil mengantar pasangan Roper ke ruang
tamu. Benar-benar canggung rasanya menunjukkan
jalan masuk pada pasangan itu mengingat mereka ting
gal di sana selama belasan tahun sebelum ayah Callum
akhirnya memutuskan berkarier di kancah politik.
Sang senator mengenyakkan diri di kursi malas
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dekat jendela bagaikan raja duduk di singgasana. Sam
bil mengernyit, dia memperhatikan ruangan itu de-
ngan perlahan dan menyeluruh. Tak pelak lagi, ingin
memastikan Stella tidak mencuri satu pun perangkat
peraknya.
Margaret memilih tetap berdiri. “Bagaimana ka-
lau aku membantumu?” usulnya.
“Tidak usah repot-repot,” desak Stella dan meri-
ngis mendengar nada putus asa suaranya. “Aku—aku
tengah mengerjakan—sesuatu—di dapur.”
“Kau memanggang kue,” ujar Margaret, sambil
menghirup udara dan tersenyum.
“Aromanya lezat,” tambah sang senator.
“Ya,” Stella mengiakan. “Tapi belum matang be-
nar.”
“Jangan khawatir. Kami tidak lapar,” Margaret
menenangkan Stella. “Tapi secangkir teh pasti menye-
nangkan. Dan Stella...” Margaret ragu sejenak “...kami
harap kau tak keberatan bila kami menginap malam
ini. Ada pertunjukan rodeo di Mount Isa dan semua
hotel penuh.”
Astaga! Mereka tak boleh menginap. Tak ada
kamar tidur untuk mereka. Stella menempati kamar
tamu. Callum tidur di kamar utama. Di kamar-kamar
lain hanya ada tempat tidur single! Kepala Stella sera-
sa akan meledak.
“Tentu saja kalian boleh menginap. Itu akan—
sangat menyenangkan. Aku akan membuatkan teh.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Stella pun bergegas pergi.
Stella tiba di dapur dalam sekejap, jantungnya
berdetak kencang. Jangan panik! Berpikirlah!
Pikirkan prioritas. Mana yang paling penting?
Menyembunyikan dapur yang sangat berantakan atau
menyembunyikan kenyataan bahwa Callum dan aku
bukan pasangan yang menikah bahagia sampai akhir
hayat?
Stella mengingat kembali wajah Margaret yang
sentimental dan menerawang itu, dan langsung tahu
jawabannya hanya satu.
Tapi itu berarti ia harus memindahkan barang-
barangnya dari kamar tamu ke kamar Callum. Jantung
Stella berdetak lincah bak tarian balerina. Itu juga
artinya ia dan Callum harus berbagi kamar malam ini.
Dan berbagi tempat tidur.
Lebih baik tidak memikirkan hal itu sekarang.
Pemikiran seperti itu dapat memanggang otak seo-
rang gadis.
Tangan Stella gemetar ketika mengisi ceret, tapi
otaknya dipaksa tetap terkendali. Dalam pekerjaan-
nya, kapan pun ia harus mencari jejak dan melapor-
kan bencana alam seperti angin puyuh, ada beberapa
prosedur yang harus diikuti. Kini, Stella membuat se-
macam daftar singkat prosedur yang harus ia lakukan
untuk mengatasi bencana ini.
Satu, membuat teh. Dua, kosongkan barang-ba
rangnya dari kamar tamu dan masukkan ke koper.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Tiga, pasang seprai baru di tempat tidur pasangan
Roper. Empat, bersihkan dapur. Di antara langkah sa-
tu dan empat, mampir ke ruang duduk untuk berbin-
cang sejenak dengan kedua mertua. Lima—
Ah lupakan saja. Ia tak mungkin berhasil menca-
pai lima.
***
Matahari terbenam. Tiang terakhir sudah terpa-
sang. Dengan menggunakan linggis dan sekop bertang
kai panjang, Callum memampatkan tanah di sekeliling
tiang sementara Ernie dan Jim memasang pagar ter-
akhir.
Pekerjaan hari ini berlangsung dengan baik.
“Kalian mau mampir ke rumahku untuk minum
bir?” tanya Callum.
Ernie menggeleng. “Terima kasih, Bung, tapi se-
baiknya kami langsung pulang saja.”
Callum terpikir untuk membujuk mereka lagi,
tapi bayangan Stella menunggu di rumah mungkin
membuat kedua pria itu sungkan. Dan, saat melambai
kepada para pekerja, Callum sadar bayangan Stella me
nantinya di rumah juga membuatnya merasakan bebe
rapa hal baru.
Bergairah, mendamba, dan bodoh merupakan
puncak daftar perasaan Callum saat ini. Belakangan,
berada di dekat Stella saja benar-benar cobaan berat.
Memandang wanita itu dan berbicara dengannya sung
guh sangat menyiksa sekaligus menyenangkan. Cal-
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
lum nyaris gila saat piknik bersama Stella. Ketika itu,
ia hanya ingin memeluk erat Stella dan membaring-
kannya di rumput lembut sambil mengulum bibirnya,
menciumnya dengan menggebu-gebu... membuat Stel-
la menginginkan dirinya.
Aku. Bukan Scott.
Seperti kaset video yang diputar berulang kali,
Callum melihat bagaimana kejadiannya mungkin ber-
langsung: rambut Stella, hitam dan berkilau di rumput
hijau bak beledu; bola matanya berubah dari abu-abu
menjadi sekelam asap saat Callum mendekat; bibirnya
yang lebar dan menawan itu, mengembang tersenyum
tubuhnya, hangat, memanas, dan tegang karena men-
damba; suaranya—serak ala gadis tangguh, menarik
Callum.
Sial! Ia tak punya cukup otak untuk membuat
kepalanya lebih pusing. Benar-benar bodoh!
Sambil mengumpat, Callum melempar linggis
dan sekop ke bagasi truk. Kau benar-benar brengsek,
Scott. Brengsek karena menelantarkan kekasihmu sen
diri.
Permainan apa yang ada di benak Stella saat
mendatangi ladang untuk berpiknik?
***
Ketika berjalan di beranda belakang Birralee,
Callum mendengar suara beberapa orang, dan reaksi
awalnya adalah lega. Tamu. Sekali ini ia bersyukur. Ke
datangan tamu akan mengalihkan perhatiannya. Mere
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
ka akan menjadi pembatas antara dirinya dan Stella.
Namun ketika tangannya hendak meraih pintu
kawat, siap mendorongnya terbuka, tubuh Callum
membeku. Itu suara ibunya! Sial! Orangtuanya ada di
sini bersama Stella! Bagaimana wanita itu mengatasi-
nya? Bagaimana Callum akan mengatasinya?
Orangtuanya selalu melihat Callum sebagai
anak yang tenang dan bersungguh-sungguh, anak
yang meski nakal saat kecil, selalu berusaha keras me-
nyenangkan hati mereka. Jika mengetahui kebenaran
di balik pernikahan ini, orangtuanya pasti akan han
cur. Jantung Callum berdebar kencang saat memasuki
dapur.
Tapi jika punya waktu seharian untuk memikir-
kan momen ini, ia takkan pernah mendapat skenario
yang baru tebersit di otaknya.
Ibu Callum yang mengenakan celemek tampak
sibuk di bak cuci. Stella yang terlihat pucat dan lelah,
tengah mengeringkan mangkuk adonan besar, dan di
meja di depannya berderet peralatan masak yang me-
ngilat bersih. Ayah Callum, duduk di ujung terjauh me
ja dengan koran terbuka lebar di hadapannya, tampak
tenang mengupasi kulit udang.
Bicara soal surealis!
Semua orang berbicara pada saat bersamaan.
Ibu Callum menjelaskan bahwa tangannya basah se-
hingga tidak dapat memeluk Callum. Stella menyam-
paikan beberapa hal yang tak Callum pahami soal teh
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dan mengganti seprai.
Akhirnya, keriuhan itu mereda dan ayahnya
memandang Callum dengan tajam. “Kau ternyata suka
menyimpan rahasia, Nak.”
Callum mengangguk dan berusaha menelan lu-
dah. “Sepertinya kalian sudah menerima pesanku me-
ngenai—mengenai kabar—kabar gembira kami.”
“Sayang, kami gembira sekali,” ujar Margaret ha
ngat, dan Callum dapat melihat wajah ibunya berseri-
seri.
Sial! Seharusnya ini momen yang membahagia-
kan, tapi serasa ada beban yang membuat sesak dada
Callum. Benar-benar menyakitkan melihat ibunya be-
gitu gembira. Sudah lama dia tidak tampak seperti itu
sejak Scott meninggal. Jika sampai mengetahui kebena
ran tentang Callum dan Stella, dia pasti akan sangat
kecewa.
“Kau tahu, kau telah membuat Margaret keting-
galan pernikahan terbesar di daerah ini” ujar ayahnya.
Callum berusaha tersenyum. “Maaf, Mum. Perni-
kahan ini hanya satu dari sekian banyak hal yang terja
di begitu saja.”
“Cinta pada pandangan pertama?” tanya Marga-
ret, mata cokelatnya berseri-seri.
Tepatnya, gairah pada pandangan pertama. Cal-
lum mengenyahkan pikiran itu.
“Aku dan Stella juga tak menyangka kejadian-
nya akan seperti ini,” terang Callum. Ketika berbicara,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Callum memandang Stella dan memaksakan senyum-
an. Tatapan menerawang di mata wanita itu membuat
jantung Callum mencelos.
Ia ingin meminta maaf kepada Stella. Meminta
maaf karena ia bukan Scott. Meminta maaf karena tak
pernah menyiapkan Stella untuk semua ini. Meminta
maaf atas ribuan pertanyaan menyelidik yang pasti
akan diajukan ayahnya nanti.
Namun untung saja, saat ini, tak banyak hal me-
ngancam yang terbersit di benak sang senator. Ia
memberi isyarat ke tumpukan udang di hadapannya.
“Tak bisa menyalamimu, Nak. Badanku penuh makan-
an laut. Tadi beli udang ini di Mount Isa. Baru ditang-
kap dan didatangkan dari teluk. Sepertinya lezat un-
tuk makan malam nanti.”
“Sempurna,” ujar Callum. “Jadi tidak perlu me-
masak.”
“Kami tidak mau datang dengan tangan kosong,”
Margaret menambahkan.
Mata Callum beralih kepada Stella. Tanpa didu-
ga, Stella meletakkan mangkuk yang tengah dikering-
kannya dan bergegas menghampiri sambil tersenyum
kaku. “Sayang, bagaimana harimu?” Ia mendongak un-
tuk meminta kecupan.
Darah berdesir di sekujur tubuh Callum.
Tenang, Bung. Jangan bersikap berlebihan. Ini ha
nya untuk menunjukkan pada orangtua bagaimana
sang istri yang mungil menyambut suaminya sepulang
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dari bekerja seharian.
Callum mencium pipi Stella. “Hai, sayangku. Ma-
af aku tak bisa menciummu sebagaimana mestinya.
Tubuhku kotor dan berdebu.”
Untung saja, orangtua Callum tertawa.
Kemudian dengan pipi merona dan mata sayu,
Stella berjalan kembali ke sisi lain ruangan.
Callum mengamati lagi peralatan masak di hada
pannya. “Bagaimana nasib kue buatanmu?”
“Jangan tanya!” tiga suara menjawab serentak.
Dan pipi Stella sontak memucat.
“Oh tidak, Stella! Ada apa dengan kue itu? Apa
yang terjadi?”
Stella bungkam awalnya, tapi kemudian dagu-
nya terangkat angkuh dengan cara yang sangat fami-
lier saat keadaan tak mengenakkan, dan matanya ber-
kilat berbahaya. Jangan berani menertawakan hal ini!
“Gosong.”
“Itu—itu sangat disayangkan.” Callum berde-
ham. “Maafkan aku... tapi... permisi, aku mau mandi
dan membuat diriku lebih pantas dilihat.”
Callum bergegas ke kamar untuk mengambil pa-
kaian bersih. Dua langkah memasuki ruangan, ia meli-
hat koper Stella mencuat dari kolong tempat tidur,
dan jantungnya sontak berhenti berdetak.
Sisir dan cermin Stella tergeletak di meja.
Callum berjalan mendekat, mengamati rantai perak de
ngan manik-manik kaca biru di nampan kaca tempat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
mansetnya berada.
Pembuluh darah Callum berdesir saat ia masuk
ke kamar mandi sebelah dan menemukan sikat gigi
warna-warni Stella berdampingan dengan sikat gigi-
nya di rak.
Ia segera menyadari apa yang telah dilakukan
wanita itu dan alasannya. Tapi gelombang kekaguman
Callum terhadap kecepatan berpikir wanita itu segera
digantikan pikiran yang menggelisahkan. Jika ia dan
Stella harus mematuhi permainan ini, ia akan mengha
dapi malam tersulit dan paling membahayakan dalam
kehidupannya.
Seranjang bersama Stella.

Das könnte Ihnen auch gefallen