Sie sind auf Seite 1von 16

http://jendela-fantasi.blogspot.

com/

Tujuh
CALLUM menutup pintu kamar tidur dan bersan
dar di sana sambil mengembuskan napas lega. Sejauh
yang Callum ketahui, ia dan Stella berhasil melewati
bagian awal malam ini tanpa kekacauan berarti.
Tapi bagaimana mengatasi malam panjang
nanti? Jika ia tidak bertindak ekstra hati-hati, keadaan
akan semakin rumit.
Saat ini, Stella berdiri di tengah kamar dengan
kedua tangan menutupi dada seolah bersiap-siap jika
Callum menerkamnya.
“Kau hebat malam ini,” ujar Callum. “Siapa pun
akan mengira kita sudah menikah bertahun-tahun.”
Stella tertawa kecil. “Dulu aku dapat nilai A un-
tuk kelas drama di sekolah.”
Ketika menjauh dari daun pintu, Callum berusa-
ha tidak mengingat penampilannya malam ini. Setiap
kali Stella menyentuh atau memanggilnya “Sayang”, ia
berusaha tetap tenang. Namun setiap sentuhan, setiap
pandangan, setiap kata, membuatnya semakin mengi-
nginkan Stella.
“Apa yang terjadi ketika ayahmu memanggilmu
untuk berbicara empat mata?” tanya Stella.
“Kurasa ayahku berhasil mengatasi kekagetan-
nya mendengar kabar pernikahan kita,” aku Callum.
“Semua komentarnya bernada positif, kecuali bagian
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
bahwa kita menikah terburu-buru tanpa memberita-
hu mereka terlebih dulu.”
“Ibumu memberitahuku bahwa mereka mengha
rapkanmu segera hidup mapan dan—dan membina
keluarga.”
“Yeah.” Callum tersenyum masam. Terlampau se
ring ia mendengar nasihat itu dari ibunya. “Well, aku
sudah separuh perjalanan ke sana.”
Stella mengusap-ngusap lengannya dengan ce-
mas.
“Seharusnya aku mengingatkanmu bahwa Mum
mungkin akan mengundang saudara-saudara perem-
puanku dan keluarga mereka ke sini besok. Maaf, tapi
begitulah keluargaku. Sedikit saja mencium kesempat
an untuk merayakan sesuatu—”
Stella mengangkat bahu. “Ibumu meyakinkanku
bahwa Ellie dan Catherine akan membawa cukup ba-
nyak makanan untuk sebatalion pasukan, jadi setidak-
nya aku tak perlu panik akan ada bencana makanan.”
“Aku jadi ingat, maafkan aku kuenya gagal.”
Tiba-tiba Stella terlihat begitu sedih, dan Callum ingin
menenangkannya—dengan pelukan atau bahkan ha-
nya tepukan di bahu—namun sentuhan apa pun
bukan ide bagus untuk malam ini. Ia pun menjejalkan
tangan ke saku. “Aku tahu kue itu sangat berarti bagi-
mu.”
Stella mengerjap dan mengangkat bahu sekilas.
“Aku sudah melupakannya.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Tidak ada bagian yang dapat diselamatkan?”
“Ibumu benar-benar hebat. Dia membantuku
memotong bagian atas dan samping kue yang gosong.
Bagian tengahnya ternyata lumayan.” Stella terse-
nyum. “Semua baik-baik saja sampai mereka datang.”
Sambil mendesah keras, Callum mengamati
ruangan yang mendadak mengecil—terlalu kecil jika
harus menampung mereka semalaman. “Bagaimana
kau bisa mengeluarkan semua barangmu dari kamar
tamu dan memindahkannya ke sini?”
“Tindakan yang sangat berisiko,” jawab Stella
sambil memutar bola mata. “Salah satu penyebab kue-
ku gosong. Tapi yang perlu kita khawatirkan sekarang
adalah—”
“Bagaimana melewatkan malam ini,” Callum me
nyelesaikan kalimat Stella dan bertanya-tanya bagai-
mana ia mengatasi respons tubuhnya setiap kali mem-
bayangkan berbagi tempat tidur dengan wanita itu.
“Aku akan berganti pakaian di kamar mandi,”
Stella mengusulkan.
“Tentu. Ide bagus.”
Dengan tergesa-gesa dan gugup, Stella menarik
piama sutra ungu dari kopernya dan bergegas ke
ruang sebelah.
Callum mengobrak-abrik lacinya, mencari sesu-
atu yang dapat berfungsi sebagai piama. Biasanya ia
tidur tanpa busana, tapi malam ini seragam rumah sa-
kit atau bahkan seperangkat baju zirah akan sangat
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
berguna. Ia akhirnya memilih celana boxer katun hi-
tam dan buru-buru berganti pakaian, kemudian mena
rik selimut katun bermotif wajik hingga membuka.
Stella lalu masuk kembali.
Atasan piama sutra ungu yang dikenakannya
membalut ketat bagian dada, dan celana piama pen-
dek itu terlalu menampakkan kaki jenjangnya. Tulang
pipi wanita itu merona. Dia terlihat segugup dan se-
canggung Callum saat ini.
Callum akhirnya terpaksa membuat keputusan.
“Kau tidur di ranjang. Aku akan baik-baik saja di
kursi.”
“Kau yakin?”
“Tentu saja.” Sambil menarik bantal cadangan
dan selimut tipis dari atas lemari, Callum buru-buru
mematikan lampu dinding dan mengenyakkan diri di
kursi. “Nyaman sekali,” ujarnya berbohong.
Stella menaiki ranjang berukuran queen-size
Callum dan duduk di satu sisi. Di tengah keremangan
lampu nakas, dia tampak gelisah. Sensual, menggairah
kan... namun resah.
Mereka saling menatap melintasi ruangan dan
udara seakan berdenyut tegang.
“Bagaimana mungkin kau dapat tidur di situ?”
tanya Stella. “Kakimu terlalu panjang.”
“Jangan merayuku untuk pindah dari kursi ini,
Stella.” Callum meringis mendengar geraman gairah
dalam suaranya.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Stella pasti mendengarnya juga, karena tiba-tiba
dia meraih selimut dan menutupi kakinya.
Callum memejamkan mata dan berharap akal
sehatnya muncul. “Bagaimana kalau kau bercerita me-
ngenai kunjungan Scott ke Sydney?” usulnya.
“Maksudmu?”
“Scott tak pernah bercerita banyak tentang per-
jalanannya.” Callum merasa perlu memosisikan adik-
nya—sebagai pembatas yang tak dapat diutak-atik—
di antara ia dan Stella.
Mungkin Stella dapat memahami karena, sete-
lah ragu sejenak, bahunya tampak santai ketika ber-
sandar ke bantal. “Apa sebenarnya yang ingin kau ke-
tahui?”
“Apa pun yang ingin kauceritakan. Tentu saja,
aku hanya ingin mendengar bagian yang sudah disen-
sor.”
Stella mengangkat kedua tangan dan menyisir-
kannya di rambut, mengangkat helaian halus itu lalu
menggeraikannya kembali. Sepertinya kebiasaan itu
membantunya rileks dan, sesering apa pun dia melaku
kan itu, Callum tak pernah bosan mengamati.
“Sebenarnya, aku senang kau bertanya,” ujar
Stella. “Sudah lama aku ingin menjelaskannya karena
tidak ingin kau salah tanggap. Scott dan aku hanya—
berteman baik selama bertahun-tahun.” Jemarinya
melipat-lipat seprai. “Aku belum pernah bertemu pria
seperti dia. Dia sangat menyenangkan.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Callum mengangguk. “Scotty memang menye-
nangkan.”
“Suatu malam Minggu, kami pergi ke restoran
yang sangat ekslusif di Sydney Harbour, dan dia berla-
gak sebagai penjahat yang baru keluar penjara. Scott
memberitahu Si pelayan malang bahwa aku polisi pe-
ngawasnya.”
“Memang kedengaran seperti Scott.” Callum tak
dapat menahan tawanya. “Dia senang berkelakar se-
perti itu. Aku ingat saat makan malam dengannya di
suatu restoran di Cairns dan dia berpura-pura menja-
di turis Jerman. Sepanjang malam, dia terus berbicara
dengan logat Jerman.”
“Bisa kubayangkan. Dia mestinya berkarier seba
gai aktor. Pada kencan kami malam itu, Scott bicara
panjang-lebar mengenai perubahan yang dialami Syd-
ney selama lima tahun dia ‘di Sel’. Dia mengoceh soal
menu restoran yang sudah begitu kosmopolitan. Tan-
pa sadar, aku mengikuti permainannya. Kami benar-
benar mengelabui Si pegawai restoran.”
Setelah hening sejenak, dengan pelan Stella me-
nambahkan. “Sungguh menyedihkan dia sekarang me-
ninggal.”
Dan memang demikian kenyataannya.
Stella kembali menyisir rambutnya dengan jema
ri, dan tangan Callum langsung mengepal. Jangan per-
nah berpikir ingin menyusurkan jemarimu di sana!
Callum mendesah. “Scott ingin sekali pergi dari
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
sini. Kurasa dia menganggap tinggal di sini sama seper
ti di dalam penjara. Seringnya, dia tak terlalu keberat-
an dengan keadaan di sini, tapi dia kerap merasa per-
lu membebaskan diri.”
Wajah Stella tampak serius sewaktu berganti po
sisi ke depan, merendahkan tubuh hingga menelung-
kup di ranjang, lalu memangku dagu dengan kedua
tangan. Di ujung tempat tidur, Stella memandang Cal-
lum dengan pandangan menyelidik. “Aku malah berpi-
kir hidup di kota lebih mirip penjara. Di sini ada begi-
tu banyak kebebasan. Tak ada orang yang mendesak-
mu. Perasaanmu sendiri bagaimana di sini?”
“Hanya ini satu-satunya tempat yang ingin ku-
tinggali.”
“Persis seperti yang kuduga,” ujar Stella lembut.
“Aku mungkin juga akan merasakan hal yang sama.
Jika aku memang benar-benar menjadi bagian dari
tempat ini.” Dengan satu jari, ia menyusuri selimut
berpola geometris yang terlipat itu. “Tapi aku tak per-
nah menjadi bagian tempat mana pun.”
Mereka bersitatap dan terus terpaku. Apa yang
tadi baru dikatakan Stella? Callum tak berani me-
ngira-ngira. Stella tak mungkin bermaksud mengata-
kan ingin tinggal di sini selamanya bersamaku, bukan?
pikir Callum. Jantungnya hampir berhenti memikirkan
kemungkinan tersebut, Stella menjadi istrinya selama-
nya, ibu dari anak-anaknya...
Tapi tidak, jelas bukan itu yang dimaksud Stella
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
barusan.
“Keluargamu tinggal di mana?” tanya Callum.
Stella menggeram dan menjatuhkan kepala hing
ga rambutnya tergerai menutupi wajah. “Please, kita
tak usah membicarakan hal itu.”
Setelah terdiam dan bingung sejenak, Callum
mengangkat bahu. “Kalau kau memaksa.” Setiap kali
percakapan tentang keluarganya muncul, Stella selalu
bersikap demikian. Callum tahu kecemasan wanita itu
soal memasak entah bagaimana berkaitan dengan ke-
luarganya. Callum merasa keputusan Stella meninggal
kan bayinya di sini juga ada hubungannya dengan itu.
“Suatu saat nanti aku akan bercerita tentang ibu
ku,” ujar Stella.
“Baiklah,” jawab Callum pelan, berharap Stella
tak menyadari kegembiraannya mendapati wanita itu
menaruh sedikit kepercayaan padanya.
“Tapi malam ini bukan waktu yang tepat.”
“Mungkin sebaiknya kita tidur saja.”
“Kurasa begitu.”
Suara Stella terdengar ragu, dan diam-diam Cal-
lum lega. Sebenarnya, ia sanggup mendengarkan sua-
ra Stella yang serak dan manis itu sepanjang malam.
Suara tersebut seakan menyelimuti Callum bak asap
kayu perapian di perkemahan.
“Kecuali kau ingin bercerita lebih banyak soal
Scott,” kata Callum sambil bertanya-tanya sejak kapan
ia gemar memicu lukanya sendiri.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Stella sepertinya mempertimbangkan usulan ter
sebut, kemudian mengangkat bahu. “Well—ada suatu
kejadian yang takkan pernah kulupakan, ketika itu ha-
ri Minggu dan sedang hujan. Teman sekamarku pergi
menyaksikan kekasihnya main football di tengah hu-
jan, sementara Scott dan aku tetap di apartemen me-
mesan piza, mendengarkan musik, dan—”
Bercinta. Perut Callum melilit. “Tak apa. Kau tak
perlu menceritakan setiap detail intim.”
Stella mengabaikan Callum. “Dan aku mengecat
kuku kaki Scott.”
Kata-kata Stella menghantam Callum bagaikan
granat yang meledak tepat di wajahnya. “Kau melaku-
kan apa?”
Stella tersenyum malu. “Aku tahu kedengaran-
nya gila. Pemuda outback yang besar dan kekar mem-
biarkanku mengecat kuku kakinya hanya untuk berse-
nang-senang.”
Sial! Callum berjuang tetap bernapas. Belum per
nah ia begitu kesakitan saat menyadari betapa beda
dirinya dengan Scott.
Callum tahu ia sama sekali tak mungkin terlibat
kegiatan mengecat kuku dengan wanita. Bukan kare-
na ia mempermasalahkan peran gender. Alasannya
semata-mata karena adanya keintiman samar dalam
kegiatan tersebut.
Tentu, bercinta juga berarti keintiman... tapi ber
cinta dilakukan dengan menggebu-gebu dan dipacu
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
gairah. Tidak sama bila dibandingkan dengan bersan-
tai bersama seorang wanita hingga mampu melaku-
kan sesuatu yang sangat tidak biasa sekaligus luar
biasa pribadi seperti mengecat kuku kaki! Hanya un-
tuk bersenang-senang!
Aku benar-benar kaku sampai tak bisa menik-
mati piknik sederhana yang digagasnya.
Dalam benaknya, Callum dapat melihat Scott
dan Stella bersama. Ia bisa mendengar tawa, kelakar,
sentuhan mereka, kebersamaan yang mereka bagi. Ti-
ba-tiba Callum sangat kesepian dan benar-benar tak
sanggup menggantikan posisi adiknya.
“Warna apa?” tanya Callum akhirnya.
“Warna?”
“Cat kuku yang kaupakai.”
“Aku tak yakin apakah aku mengingatnya. Seper
tinya warna merah. Kurasa merah keunguan.”
Suara Callum agak bergetar ketika bertanya “Itu
kah sebabnya kau ingin menamakan bayimu Ruby?”
Stella tampak terkejut, seakan hubungan itu tak
pernah terpikir olehnya. “Kurasa tidak. Aku hanya ber
pikir Ruby nama yang manis.”
Keheningan yang canggung menggantung di an-
tara mereka.
“Callum, ada hal lain yang harus kujelaskan me-
ngenai Scott.”
Callum mempersiapkan diri menerima kabar bu
ruk. “Ceritakan saja.”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
“Sebenarnya, aku dan Scott berpisah—sebelum
aku tahu aku hamil.”
Callum menatap Stella, lidahnya kelu.
“Keadaannya sangat buruk. Aku akhirnya sadar
selama ini telah bergantung pada hubungan yang tak
mungkin berhasil. Aku sempat berharap Scott akan hi-
dup menetap... Scott memang menyenangkan, tapi dia
tak mau hubungan kami berlanjut ke tahap serius...”
Yang benar saja! Apa hidup seironis itu? Tangan
Callum mengepal. Di sinilah ia kini, berusaha keras
menjalin hubungan serius dengan Stella, sementara
wanita itu masih berjuang mengatasi patah hatinya ka
rena Scott, yang benar-benar alergi berhubungan seri-
us dengan wanita. “Aku minta maaf jika adikku telah
menyakitimu, Stella.”
Wanita itu tidak menjawab.
Denting jam di ruang duduk menunjukkan seka-
rang sudah tengah malam dan di kejauhan terdengar
decitan lirih burung mopoke.
“Kurasa sebaiknya kita tidur sekarang,” kata
Stella.
“Yeah.” Callum berusaha memosisikan tubuh
tingginya agar nyaman di kursi sempit itu. “Selamat
malam.”
“Malam, Callum.”
Selang beberapa saat, Stella mematikan lampu
nakas dan Callum dapat mendengar gerakan tubuh
wanita itu selagi mencari posisi tidur yang nyaman.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Kemudian kesunyian. Tak ada suara selain desir
angin di antara pepohonan. Tak ada cahaya selain ber-
kas-berkas tipis sinar rembulan yang menyelinap me-
lalui kisi-kisi kerai. Callum terpejam dan berusaha me
ngabaikan sakit hatinya, serta tekanan mengganggu di
pinggul. Tak heran mengingat badannya tertekuk di
kursi sempit ini. Sedikit ketidaknyamanan mungkin
akan menjernihkan pikiran kotornya.
Suasana masih hening ketika jam di ruang du-
duk berbunyi lima belas menit lewat tengah malam.
Lalu, melalui kegelapan, terdengar suara Stella,
serak dan bergairah. “Callum, kemarilah.”
Callum melonjak terkejut, lalu mengintip mela-
lui cahaya pucat rembulan. Stella telah menyingkap
seprai dan berbaring menyamping dengan tangan me-
nangkup perut bawahnya. Callum menatap wanita itu,
tapi tidak bergerak.
“Apa kau baik-baik saja?”
“Ya, tapi kemarilah. Cepat.”
“Stella, aku—”
“Ini mungkin akan segera berakhir.”
“Apa sih?”
“Kandungannya. Setidaknya kupikir dia yang
melakukannya. Ada tendangan kecil di bawah sini.”
“Kau yakin ingin aku—?”
“Ya, cepatlah.”
Callum berjalan terburu-buru, kemudian duduk
di pinggir tempat tidur. Stella menarik tangan Callum
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
dan meletakkannya di bawah garis pinggang celana
piamanya, menekan kuat tangan itu ke bagian bawah
perutnya.
Keringat mengucur deras di sekujur tubuh Cal-
lum! Ia begitu dekat dengan bagian paling feminin wa-
nita itu! Callum gemetar ketika telapak tangannya me-
nekan kulit Stella yang lembut... halus... hangat... meng
gairahkan. Tuhan tolong aku! pikirnya. Stella terasa be
gitu sensual... begitu mengagumkan.
“Kau harus menekan lebih keras karena kandu-
ngannya masih sangat kecil, tapi bisakah kau merasa-
kannya?”
Sambil mengumpulkan segenap kemauan, Cal-
lum berusaha mengabaikan kejadian yang sangat sen-
sual ini dan memusatkan perhatian pada gerakan
kecil yang membentur telapak tangannya. Ia menahan
napas dan gerakan itu terjadi lagi. Dan lagi. Seperti ge-
rakan lembut telapak kaki anak itik yang mengetuk
kulit telur dari dalam. “Ya,” bisiknya serak. “Aku bisa.
Aku dapat merasakan gerakannya.”
Stella mendongak dan wajahnya begitu dekat
dengan Callum hingga napas lembutnya terasa begitu
dekat di pipi Callum. Dan Callum dapat melihat mata
Stella yang menyorot takjub, hangat, dan rapuh.
“Ini Ruby,” bisik Stella.
Callum ingin mencium wanita itu. Ya Tuhan! Ia
ingin mencium wanita itu dari kepala hingga kaki “Dia
akan tumbuh menjadi bayi mungil yang sempurna,”
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
bisik Callum lagi, masih ingin mencium wanita itu. Ya,
ia dapat memulainya dengan mencium jemari kaki
Stella yang cantik, kemudian bergerak pelan ke atas
menyusuri kaki jenjangnya yang halus. Atau mungkin
ia akan mulai dengan bibir wanita itu, lalu bergerak
menurun. Ke arah mana pun, ia akan menjelajahi seti-
ap bagian rahasia yang manis pada diri wanita itu. Ini
adalah Stella dan dia begitu cantik, begitu bersema-
ngat, begitu sensual. Begitu dekat dalam jangkauan!
Dan dia memandangi Callum dengan mata sarat
emosi. Bibir lembutnya merekah dengan gaya mengun
dang. Mereka telah menikah. Menikah dan hanya ber-
duaan di tempat tidur. Sama sekali tak ada alasan di
dunia yang mampu melarang mereka berciuman.
Callum belum pernah mendambakan seorang
wanita sebagaimana ia menginginkan Stella. Callum
bergerak mendekat.
Sadarlah, Bung! Sial! Bangun! Pikirkan Scott! Dia
memilih Scott, bukan kau! Lagi pula, kau sudah berjanji
padanya bahwa ini takkan terjadi!
Beberapa detik sebelum melakukan kesalahan
terburuk, Callum menarik tangannya dari kehangatan
dan kelembutan Stella, lalu turun dari tempat tidur
dan berdiri di samping wanita itu dengan kedua ta-
ngan terletak aman di pinggul.
“Itu pengalaman yang sangat mencerahkan,”
kata Callum dan mengernyit begitu mendengar betapa
kasar dan sinis perkataannya barusan.
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
Sangat wajar saat Stella terlihat sakit hati men-
dengarnya. “Aku hanya ingin berbagi momen istime-
wa ini denganmu.”
“Aku tahu,” kata Callum lebih lembut. “Aku—
eh—” Bagaimana menjelaskan apa yang ia sendiri tak
mampu menjelaskan? Pikiran Callum kacau-balau se-
perti rumput tumbleweed yang dihantam badai.
Ia berusaha keras tidak mengucapkan sesuatu
yang sangat bodoh. Ia ingin, ia butuh, bercinta dengan
wanita itu. Saat ini juga! Tapi ia juga ingin mencintai
dan melindungi Stella pada masa mendatang seperti
halnya ia ingin mencintai dan melindungi bayinya, ta-
pi jika ia menyampaikan hal itu, Stella pasti akan ber-
kemas dan pergi dari sini. Stella tidak menginginkan
cinta Callum. Satu-satunya hal yang diinginkan Stella
dari Callum adalah atap bagi bayinya kelak.
Stella kembali menarik selimut menutupi tubuh
nya. “Dengar,” ujar Stella kesal ketika tubuhnya sudah
tertutup aman. “Aku menceritakan kepadamu semua
hal tentang Scott karena kupikir memaparkan segala-
nya dengan terbuka akan baik bagi kita.”
Callum mengangguk.
“Sehingga kita dapat menempatkan pernikahan
pura-pura ini pada sudut pandang yang semestinya.”
“Sudut pandang seperti apa yang kaumaksud?”
“Well—Scott dan aku kurang berhati-hati ketika
itu. Kami melakukan tindakan yang gegabah dan tidak
dewasa, namun berkat kesepakatan pernikahan ini,
http://jendela-fantasi.blogspot.com/
kau dan aku bisa memperbaiki separuh kesalahan itu.
Pernikahan ini jalan keluar yang praktis dan dewasa,”
ujar Stella sungguh-sungguh.
“Oh yeah. Aku—senang kau memandangnya se-
perti itu.”
“Tapi jika kita berniat tetap bersikap praktis
dan dewasa, kau tak bisa melewatkan malam ini di
kursi itu. Itu benar-benar keterlaluan.”
Callum terbatuk. “Stella, kumohon. Jika aku ti-
dur berdua denganmu itu akan sangat—sangat dewa-
sa, tapi aku tidak yakin itu tindakan yang praktis.”
Bercinta dengan penuh gairah dan gejolak sama
sekali tak bisa digolongkan hal praktis. Kecuali ada
percobaan membuat bayi...
Dan persoalan itu sudah dipenuhi adik lelaki-
nya.
Stella terbaring kaku dengan tangan terlipat di
dada seakan melindungi diri. “Ada banyak ruang di
sini. Kau ambil sisi tempat tidur yang itu, aku tetap di
bagianku, dan kita harus segera tidur.”
Tidur? Tentu... seolah aku tidak akan memperha
tikan ruang kecil yang memisahkan tubuh molek sete-
ngah telanjangmu itu dari tubuhku.
“Kita sama-sama tahu tak akan terjadi apa-apa,”
ujar Stella kaku.
“Tentu saja!” jawab Callum, terlalu cepat dan
terlalu lantang!

Das könnte Ihnen auch gefallen