Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Latar Belakang
UU 6/2017 diterbitkan dengan latar belakang belum adanya pengaturan mengenai arsitek secara
khusus. Oleh karena itu UU 6/2017 ini diterbitkan dengan tujuan:
B. Ketentuan Umum
Arsitektur adalah wujud hasil penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni secara utuh dalam
menggubah ruang dan lingkungan binaan sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia
yang memenuhi kaidah fungsi, kaidah konstruksi, dan kaidah estetika serta mencakup faktor
keselamatan, keamanan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan (“Arsitektur”). Praktik arsitek
adalah penyelenggaraan kegiatan untuk menghasilkan karya Arsitektur yang meliputi
perencanaan, perancangan, pengawasan, dan/atau pengkajian untuk bangunan gedung dan
lingkungannya, serta yang terkait dengan kawasan dan kota (“Praktik Arsitek”). Seseorang yang
melakukan Praktik Arsitek disebut sebagai arsitek (“Arsitek”).
Layanan Praktik Arsitek dapat dilakukan secara bersama dengan profesi lain yang meliputi:
1. perencanaan kota dan tata guna lahan;
2. manajemen proyek dan manajemen konstruksi;
3. pendampingan masyarakat; dan/atau
4. konstruksi lain antara lain berupa perencanaan konstruksi monument, patung, dan
jembatan.
Pemberian layanan Praktik Arsitek wajib memenuhi standar kinerja arsitek yang merupakan tolak
ukur yang menjamin efisiensi, efektivitas, dan syarat mutu. Standar kinerja arsitek mencakup
kemampuan Arsitek dalam menyediakan hasil:
1. dokumen gambar perancangan antara lain: (i) konsep rancangan, (ii) prarancangan, (iii)
pengembangan rancangan, dan (iv) gambar kerja;
2. dokumen rencana kerja dan syarat-syarat yaitu dokumen tentang spesifikasi teknis yang
menjelaskan (i) jenis, (ii) tipe, dan (iii) karakteristik material/bahan yang dipergunakan
secara detail dan menyeluruh;
3. dokumen rencana perhitungan volume pekerjaan, dokumen yang berisikan daftar pokok
pekerjaan yang harus dilakukan pada masa konstruksi bangunan berikut perhitungan
volume pekerjaannya; dan/atau
4. dokumen pengawasan berkala.
Lihat Juga Persyaratan dan Tata Cara Pengenaan Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak
Terhadap Pihak Tertentu
C. Persyaratan Arsitek
Untuk menjadi seorang Arsitek seseorang wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek
(“STRA”). Kewajiban ini dikecualikan untuk seseorang yang merancang bangunan gedung
sederhana dan bagunan gedung adat.
1. paling sedikit mencantumkan (i) kompetensi arsitek, dan (ii) masa berlaku;
2. berlaku selama 5 tahun dan dapat diregistrasi ulang dengan mengikuti pengembangan
keprofesian berkelanjutan;
3. tidak berlaku karena (i) berakhir masa berlakunya dan tidak diregistrasi ulang; (ii)
permintaan pemegang STRA; (iii) pemegang STRA meninggal dunia; atau (iv) pemegang
STRA berganti kewarganegaraan;
4. dicabut jika pemegang STRA (i) berstatus terpidana dalam kasus malpraktik arsitek; atau
(ii) melakukan pelanggaran berat kode etik profesi Arsitek.
2. Lisensi
Dalam penyelenggaraan bangunan gedung, setiap Arsitek wajib memiliki lisensi, yaitu bukti
tertulis yang berlaku sebagai surat tanda penanggung jawab Praktik Arsitek dalam
penyelenggaraan izin mendirikan bangunan dan perizinan lain (“Lisensi”). Arsitek yang tidak
memiliki Lisensi wajib bekerja sama dengan Arsitek lain yang memiliki Lisensi.
1. memiliki STRA;
2. mendapatkan rekomendasi dari organisasi profesi.
Lisensi akan diterbitkan oleh pemerintah provinsi. Tata cara penerbitan Lisensi akan diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
3. Arsitek Asing
Arsitek asing adalah arsitek berkewarganegaraan asing yang melakukan Praktik Arsitek di
Indonesia (“Arsitek Asing”). Arsitek Asing yang hendak berpraktik di Indonesia harus memenuhi
(i) persyaratan kompetensi yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi menurut hukum
negaranya dan diregistrasi di Indonesia dengan surat registrasi, dan (ii) persyaratan perizinan yang
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan.
Lihat Juga Summary Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun
2010 tentang Bangunan Gedung
1. Bermitra dengan Arsitek Indonesia, yang mana Arsitek Indonesia tersebut akan menjadi
penanggung jawab Praktik Arsitek.
Sementara itu, kewajiban Arsitek, yang mana berlaku juga untuk Arsitek Asing, adalah sebagai
berikut:
1. melaksanakan Praktik Arsitek sesuai dengan keahlian, kode etik profesi Arsitek, kualifikasi
yang dimiliki, dan standar kinerja Arsitek;
2. menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan perjanjian kerja;
3. melaksanakan profesinya tanpa membedakan suku, agama, ras, gender, golongan, latar
belakang sosial, politik, dan budaya;
4. menjunjung tinggi nilai budaya Indonesia;
5. memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pengembangan keprofesian
berkelanjutan;
6. mengutamakan kaidah keselamatan dan kesehatan kerja serta kelestarian lingkungan;
7. mengupayakan inovasi dan nilai tambah dalam praktik arsitek;
8. mengutamakan penggunaan sumber daya dan produk dalam negeri;
9. memberikan layanan praktik arsitek terkait kepentingan sosial tanpa dipungut biaya;
10. melakukan pencatatan rekam kerja Arsitek sesuai dengan standar kinerja Arsitek;
11. melaksanakan kebijakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
12. mengikuti standar kinerja Arsitek serta mematuhi seluruh ketentuan keprofesian yang
ditetapkan oleh organisasi profesi.
Lihat Juga Rangkuman Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 15 Tahun 1997 Tentang Perubahan Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1997 Tentang Pemberian Hak Milik Atas Tanah Untuk
Rumah Sangat Sederhana (RSS) dan Rumah Sederhana (RS)
E. Organisasi Profesi
1. Umum
Arsitek berhimpun dalam organisasi profesi yang merupakan satu-satunya wadah profesi Arsitek
(“Organisasi Profesi”). Organisasi Profesi dibentuk untuk menjamin kualitas dan akuntabilitas
profesionalisme profesi Arsitek..
Organisasi Profesi bersifat mandiri dan independen, serta bersifat nasional dan memiliki jaringan
internasional. Organisasi Profesi berkedudukan di ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Susunan kepengurusan, tugas, wewenang, tata kerja, dan kode etik akan ditetapkan lebih lanjut
dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Organisasi Profesi.
Dalam menjalankan profesinya, Arsitek berpedoman serta berlandaskan pada kode etik profesi
Arsitek. Kode etik tersebut disusun oleh Organisasi Profesi dengan membentuk majelis
kehormatan etik. Struktur, fungsi, tugas, dan wewenang majelis kehormatan ditetapkan dalam
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Organisasi Profesi.
Kewenangan Organisasi Profesi berdasarkan UU 6/2017 secara umum adalah sebagai berikut:
F. Sanksi Administratif
1. memberikan layanan Praktik Arsitek tidak memenuhi standar kinerja Arsitek, dikenakan
sanksi administratif berupa:
1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara Praktik Arsitek;
3. pembekuan STRA; dan/atau
4. pencabutan STRA.
2. tidak memiliki STRA, kecuali untuk seseorang yang merancang bangunan gedung
sederhana dan bangunan adat, dikenakan sanksi administratif berupa penghentian Praktik
Arsitek;
3. Bagi Arsitek Asing yang tidak memenuhi syarat kompetensi, dikenakan sanksi
administratif berupa:
1. peringatan tertulis;
2. penghentian sementara Praktik Arsitek; dan/atau
3. pembekuan surat registrasi.