Sie sind auf Seite 1von 10

Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat, (Hal: 31-40)

HUBUNGAN PREFERENSI MAKANAN ASRAMA DAN KONSUMSI PANGAN


DENGAN STATUS GIZI MAHASISWA/I JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
TAHUN 2014

Tinah
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

ABSTRACT

Indonesia’s IPM (Human Development Index) was 0.617 and ranks the 124th of 187
countries. Human resources that need to be paid attention are teenagers. On this occasion,
teenagers need to consume enough food since the food which is consumed in adolescence age
will affect their health in the next phase of their life; that is, when they are adults and old
people. Some factors which influence nutrition status are food consumption and the incidence
of infection.
The objective of the research was to find out the correlation of dormitory food
preference and food consumption with nutrition status of the students at the Nursing
Department of Politeknik Kesehatan Medan, in 2014. The research used observational
quantitative approach with cross sectional study. The population was 350 students who
studied at the Nursing Department of Politeknik Kesehatan Medan, and 99 of them were used
as the samples, taken by using proportional random sampling technique. The data were
gathered by conducting observation and interviews with questionnaires and analyzed
descriptively on all variables of dormitory food preference and food consumption with
students’ nutrition status by using path analysis at α = 5%.
The result of the research showed that 70% of the respondents did not like the food in
the dormitory. The result of path analysis, using linear regression test, showed that there
were direct preference correlation with nutrition status at 0.061 and indirect preference
correlation with nutrition status through the level of energy adequacy at 0.07 which indicated
that preference could directly correlate without being through the level of energy adequacy.
It is recommended that the food provider at the Nursing Department of Politeknik
Kesehatan Medan provide qualified food in dormitory. Food processing should meet recipe
standard, portion standard, and ingredient standard so the taste of food served in dormitory
will be good and the students’ nutrition status will improve.

Keywords: Preference, Food Consumption, Nutrition Status

PENDAHULUAN Indonesia yaitu sebesar 0,617 dan


Sumber daya manusia yang sehat dan menduduki peringkat 124 dari 187 negara.
berkualitas merupakan modal utama atau Sumber daya manusia yang
investasi dalam pembangunan kesehatan. membutuhkan perhatian adalah Remaja.
Kesehatan bersama-sama dengan pendidikan Remaja merupakan salah satu yang
dan ekonomi merupakan tiga pilar yang membutuhkan konsumsi makanan yang
sangat mempengaruhi kualitas hidup cukup karena kebiasaan makan yang
sumberdaya manusia. Dalam laporan United diperoleh masa remaja akan berdampak pada
Nations Development Programme (UNDP) kesehatan dalam fase kehidupan selanjutnya,
tahun 2011 menunjukan bahwa pada tahun setelah dewasa dan berusia lanjut. Pada abad
2011 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) - 21 terjadi transisi demografi yang

Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat16 Juni 2017, Vol.1. No.2


31
32

mengakibatkan perubahan pada struktur berpengaruh terhadap kemampuan untuk


penduduk usia remaja (15-19 tahun) di mengkonsumsinya. Perbedaan dalam
Indonesia sebesar 19.769.921 jiwa (BPS, konsumsi makan akan mempengaruhi
2005). Oleh karena itu, diusia remaja perlu tingkat keadaan gizi seseorang, tingkat
dilakukan upaya untuk meningkatkan status kesehatan serta tingkat sumbangan terhadap
gizi dan kesehatan, mengingat remaja kecukupan gizi yang diperlukan untuk hidup
merupakan generasi penerus dan sebagai sehat (Nasoetion,1989).
sumber daya pembangunan yang potensial. Pembuatan siklus menu dan priode
Sampai sekarang ini masih cukup penggunaan siklus menu belum dilakukan
rendah kesehatan remaja di Indonesia. sepenuhnya dalam penyelenggaraan
Menurut WHO, remaja mencakup individu makanan di Asrama Jurusan Keperawatan
yang berusia 10-19 tahun. Status gizi remaja Politeknik Kesehatan Medan. Akibatnya,
di ukur dengan katagori IMT yakni BB per sering terjadi pengulangan menu dalam
TB² ditemukan remaja yang sangat kurus waktu yang terlalu dekat serta terjadi
sebesar 24,3%, remaja kurus 16,5%, pengulangan bahan makanan dalam setiap
sedangkan remaja yang overweight sebesar menu. Itu Salah satu penyebab kebosanan
4,4% dan remaja obesitas sebesar 1,3%. mahasiswa/i terhadap menu yang disajikan,
Remaja yang sangat kurus banyak pada dan berasal dari faktor ini sehingga sering
remaja usia muda, laki-laki dan tinggal di terjadi sisa makanan yang cukup banyak
perkotaan dengan status ekonomi rendah dan setiap kali mahasiswa makan.
remaja yang overwight banyak pada Pembuatan standar porsi, standar
perempuan dengan usia 20-24 tahun tinggal resep dan standar bumbu juga belum
di perkotaan dengan status sosial ekonomi ditetapkan dalam tahap perencanaan menu,
tinggi. (SUSENAS, 2012). sehingga dalam proses pengolahan makanan
Cita rasa makanan berpengaruh beresiko kehilangan zat gizi, dan pengolahan
terhadap terpenuhinya kebutuhan seseorang. bahan makanan menjadi kurang diperhatikan
Oleh karena itu diperlukan cita rasa yang sehingga dapat menurunkan cita rasa
dapat memuaskan konsumen baik dari segi masakan dan dapat menjadi salah satu
penampilan makanan dan rasa. Cita rasa penyebab banyak mahasiswa/i tidak
adalah bentuk kerja sama dari kelima macam menyantap masakan yang disajikan.
indra manusia, yakni perasa, penciuman, Biaya makan mahasiswa yang
perabaan, penglihatan, dan pendengaran dipungut oleh pengelola pendidikan tiap
(Drummond KE & Brefere LM, 2010). bulanya adalah sebesar Rp.350.000/bulan
Penampilan makanan dan rasa hal ini berarti untuk satu hari mahasiswa
makanan merupakan bagian dari cita rasa. mengeluarkan biaya untuk makan sebesar
Penampilan makanan adalah penampakan Rp.11.000/hari dengan rincian setiap kali
yang ditimbulkan oleh makanan yang makan sebesar Rp.4000. Dengan kecilnya
disajikan. Penampilan ini meliputi warna, biaya makan diasrama otomatis akan
bentuk makanan, besar porsi. Sedangkan mempengaruhi kualitas dan kwantitas bahan
rasa makanan adalah rasa yang ditimbulkan makanan yang disediakan oleh pengelola
dari makanan. Rasa sendiri merukan hasil makanan diasrama sehinga makanan yang
kerja pengecap rasa yang terletak di lidah, disajikan juga kurang bervariasi dan kurang
pipi, kerongkongan, dan mulut yang memenuhi cita rasa, dan waktu dilakukan
merupakan bagian dari cita rasa. Rasa ini observasi makan pagi dan makan malam
meliputi aroma makanan, bumbu, tingkat terhadap 50 mahasiswa ditemukan sisa
kematangan, suhu dan tekstur makanan makanan sebesar 30% dari bahan makanan
(Drummond KE & Brefere LM, 2010). yang masih bisa dimakan, hal ini
Penilaian terhadap berbagai kualitas dikarenakan menu yang disajikan kurang
hidangan makanan erat kaitanya dengan bervariasi dan menimbulkan rasa bosan.
tingkat preferensi seseorang yang akan
33

Berdasarkan uraian di atas, akar Mahasiswa asrama di Jurusan


masalah utama yang menyebabkan sisa Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan
makanan masih cukup banyak adalah merupakan pasar yang potensial dalam
pengelola penyelenggaraan makanan yang mengkonsumsi makanan yang ada di dalam
tidak berpendidikan non gizi juga asrama dan diluar asrama. Karakteristik
menyebabkan penghitungan bahan makanan mahasiswa yang berbeda-beda serta tingkat
dan spesifikasi bahan makanan belum kesukaan yang juga beragam terhadap
ditentukan secara tepat, sehingga kualitas makanan. Oleh karena itu perlu dilakukan
bahan makanan menjadi kurang penelitian mengenai preferensi makanan
diperhatikan. Bahan makanan yang tidak asrama dan konsumsi pangan dengan status
baik dapat menurunkan cita rasa masakan gizi mahasiswa/i.
yang dapat menjadi salah satu penyebab sisa
makan cukup tinggi. Penyelenggaraan PERMASALAHAN
makanan di institusi mempunyai Berdasarkan latar belakang di atas
keberhasilan yang baik jika makanan yang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
disajikan mempunyai daya terima yang baik adalah bagaimana hubungan preferensi
dan preferensi makanan yang baik pula makanan asrama dan konsumsi pangan
sehingga tingkat kepuasan terhadap dengan status gizi mahasiswa di Jurusan
makanan juga terpenuhi dan asupan zat gizi Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan
dapat terpenuhi. tahun 2014.
Berdasarkan studi pendahuluan yang
yang telah dilakukan kepada 50 mahasiswa/i TUJUAN PENELITIAN
diketahui bahwa 30% mahasiwa memiliki Adapun tujuan penelitian ini adalah
berat badan kurang (kurus) setelah untuk mengetahui bagaimana hubungan
melakukan pengukuran BB/TB² Indeks Preferensi makanan Asrama dan konsumsi
massa tubuh mahasiswa yang dibawah 18,5 pangan dengan status gizi mahasiswa di
sebesar 30%. Kebutuhan zat gizi para Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehtan
peserta didik dapat terpenuhi apabila Medan tahun 2014.
makanan yang disajikan semua baik nasi, Tujuan Khusus :
lauk pauk, sayuran dan buah dapat 1. Mengetahui tingkat preferensi makanan
dikonsumsi semuanya. Apabila makanan di asrama, tingkat kecukupan energi dan
yang disajikan tidak disukai oleh peserta status gizi mahasiswa/i.
didik maka hal ini dapat menyebabkan 2. Mengetahui hubungan preferensi
makanan yang disajikan mengalami sisa makanan di asrama dan konsumsi
yang banyak sehingga dampaknya para pangan dengan status gizi mahasiswa/i.
peserta didik mengalami kekurangan energi 3. Menganalisis jalur hubungan antara
dan protein dan zat gizi lainya. Dan jika hal preferensi makanan asrama dan
ini berlangsung secara terus-menerus maka konsumsi pangan dengan status gizi
dapat menyebabkan terjadinya status gizi mahasiswa/i.
kurang, penurunan prestasi belajar dan
kekurangan zat gizi mikro seperti zat besi. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penurunan berat badan Penelitian ini diharapkan dapat
terhadap mahasiswa/i dengan status gizi memberikan masukan kepada Jurusan
kurang sebesar 30% berdasarkan IMT, maka Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan
peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan sebagai evaluasi terhadap program
preferensi makanan asrama dan konsumsi penyelenggaraan makanan dan sebagai
pangan dengan status gizi mahasiswa/i indikator dalam menetapkan kebijakan
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan konsumsi pangan untuk mahasiswa/i
Medan tahun 2014. sehingga dapat meningkatkan status gizi
mahasiswa/i.
34

Berdasarkan hasil perhitungan


diperoleh sampel sebanyak 99 mahasiswa.
Metode pengambilan sampel yang digunakan
KERANGKA KONSEP dalam penelitian ini adalah Simple Random
Sampling dengan membagi populasi menjadi
3 kelompok yaitu mahasiswa tingkat I,
mahasiswa tingkat II dan mahasiswa tingkat
III.

Metode Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan
selanjutnya diolah dengan menggunakan
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian program komputer. Pengolahan dan analisa
data dilakukan dengan menggunakan
METODE PENELITIAN pendekatan analisis jalur (path analysis).
Jenis Penelitian Menurut Reterford (1993) dalam Sunyoto
Penelitian ini menggunakan (2011) menyatakan analisis jalur ialah suatu
pendekatan kuantitatif dengan jenis teknik untuk menganalisis hubungan sebab
penelitian observasional dengan akibat yang terjadi pada regresi berganda
menggunakan desain potong lintang (cross jika variabel bebasnya memengaruhi
sectional study) yang bertujuan untuk variabel tergantung tidak hanya secara
menjelaskan hubungan preferensi makanan langsung tetapi juga secara tidak langsung.
asrama dan konsumsi pangan dengan status Permodelan jalur yang dapat
gizi mahasiswa/i Jurusan Keperawatan digambarkan untuk penelitian ini dapat
Politeknik Kesehatan Medan tahun 2014. dilihat pada Gambar berikut :

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Medan, yang akan dilaksanakan pada bulan
Januari sampai bulan Mei 2014. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan dengan
pertimbangan di Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehtan Medan mayoritas
mahasiswanya mengkonsumsi makanan dari Gambar 2. Pemodelan Jalur
dalam asrama yang disediakan oleh
penyelenggaraan makanan. Kemudian, Berdasarkan gambar model di atas,
dilihat secara fisik sebagian besar dapat dibuat persamaan struktural analisis
mahasiswa/i memiliki postur tubuh yang dua jalur yang meliputi X1 sebagai variabel
kurus dan saat dilakukan survei pendahuluan bebas, X2 sebagai variabel antara dan Y`
dari 50 mahasiswa terdapat 30% sebagai variabel terikat dan e = error atau
mahasiswa/i yang mengalami status gizi variabel residu sebagai berikut ;
kurang. a. Persamaan substruktur pertama :
X2 = b1X2 X1 + ε1
Populasi dan Sampel Penelitian b. Persamaan substruktur kedua :
Populasi dalam penelitian ini adalah Y = b1YX1 + b2YX2 + ε2
semua mahasiswa/i yang tinggal di asrama
dan masih aktif kuliahdi Jurusan HASIL DAN PEMBAHASAN
Keperawatan Politeknik Kesehatan Medan Analisis Bivariat
ada sebanyak 350 orang.
35
Analisis bivariat bertujuan untuk Dikatakan ada hubungan dan bermakna secara
mengetahui hubungan variabel bebas statistik jika diperoleh hasil uji lebih kecil dari
(preferensi makanan dan tingkat kecukupan nilai “p” (signifikan) yang ditentukan yaitu
energi) terhadap variabel terikat (status gizi). p<0,05.

Tabel 1. Hasil Analisis Bivariat


Variabel 1 Variabel 2 P R Keterangan
Preferensi Tingkat Kecukupan Energi 0.008 0,264 Berhubungan
Makanan Status Gizi 0,196 0,131 Tidak Berhubungan
Tingkat Status Gizi 0,005 0,280 Berhubungan
Kecukupan
energy

Pada Tabel di atas diketahui bahwa Ringkasan Hasil Estimasi Parameter


terdapat hubungan antara variabel preferensi Model
makanan dengan tingkat kecukupan energi Ringkasan hasil estimasi parameter
dengan nilai p = 0,008 (p<0,05). Selanjutnya model untuk hubungan preferensi makanan,
terdapat hubungan antara tingkat kecukupan Tingkat Kecukupan Energi, dan status gizi
energi dengan status gizi dengan nilai p = dapat dilihat pada Tabel berikut :
0,005 (p<0,05).
Tabel 2. Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model
Model Koefisien Jalur T P R2 F
Sub Struktural (preferensi ke tingkat kecukupan energi)
X1(pX2X1) 0,264 2,700 0,008 0,070 7,289
Sub Struktural (preferensi, melalui tingkat kecukupan energi ke status gizi)
X1(pYX1) 0,061 0,605 0,547 0,082 4,277
X2(pYX2) 0,264 2,600 0,011

1. Sub Struktural 1 (preferensi ke Besarnya hubungan preferensi dengan status


tingkat kecukupan energi) gizi adalah 0,061 atau 6,1%.
Berdasarkan Tabel diatas dapat Sedangkan tingkat kecukupan energi
diketahui bahwa preferensi berhubungan memiliki hubungan dengan status gizi.
dengan tingkat kecukupan energi. Besarnya hubungan tingkat kecukupan
Berdasarkan koefisen jalur besarnya energi dengan status gizi mahasiswa Jurusan
hubungan langsung preferensi dengan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
tingkat kecukupan energi adalah sebesar adalah sebesar 0,264 atau 26,4%.
0,264 atau 26,4%. Hal ini berarti baik atau
tidaknya tingkat kecukupan energi Hasil Perhitungan Hubungan Preferensi dan
dihubungkan dengan preferensi makanan Kecukupan Energi dengan Status Gizi
mahasiswa terhadap makanan yang Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes
dikonsumsi yaitu sebesar 26,4%. Kemenkes Medan Tahun 2014

2. Sub Struktural (preferensi, melalui 1. Hubungan Langsung


tingkat kecukupan energi ke status Untuk menghitung hubungan langsung,
gizi) digunakan cara sebagai berikut :
Berdasarkan table juga dapat ➢ Hubungan preferensi dengan tingkat
dijelaskan bahwa preferensi tidak konsumsi energi
berhubungan dengan status gizi. Namun Preferensi Makanan  Tingkat
berdasarkan koefisien jalur preferensi Konsumsi energi = 0,264
memiliki hubungan dengan status gizi. Tingkat kecukupan energi  dengan
status gizi 0,264
36

➢ Hubungan preferensi dengan status Preferensi Makanan  Status Gizi =


gizi 0,061
Tabel 3. Penyajian dan Interprestasi

Variabel 1 Variabel 2 P R r
Preferensi Makanan Tingkat Kecukupan Energi 0.008 0,264 0,264
Status Gizi 0,196 0,131 0.061
Tingkat Kecukupan Status Gizi 0,005 0,280 0,264
energy

Hubungan preferensi makanan Melihat tingkat preferensi makanan


dengan tingkat kecukupan energi yang ada di asrama tergolong rendah yaitu
menunjukan hubungan kuat (r = 0,264) dan rata-rata 32,01 hal ini berpengaruh pada
berpola positif artinya semangkin tinggi tingkat konsumsi pangan mahasiswa dimana
tinggat preferensi makanan semangkin tinggi penyelenggaraan makanan di asrama hanya
tinggkat kecukupan energi. sedangkan memberikan sumbangan energi sebesar 50%
Hubungan preferensi makanan dengan dari kebutuhan energi yang dianjurkan,
status gizi menunjukan hubungan lemah (r selebihnya sumbangan energi untuk
= 0,061) dengan kekuatan hubungan 0,131 mahasiswa/i dipenuhi dari makanan yang
artinya preferensi makanan akan ada diluar asrama, namun demikian
mempengaruhi status gizi dengan kekuatan makanan yang ada diluar asrama juga
yang lemah tanpa melalui tingkat kecukupan mengandung kalori yang cukup sedikit
energi. Sedangkan Hubungan tingkat sehingga angka kecukupan energi
kecukupan energi dengan status gizi mahasiswa hanya mencapai rata-rata 78,15
menunjukan hubungan yang kuat yaitu kkal hal ini dapat kita kategorikan kedalam
0,264 dan kekuatan hubungan sebesar 0,280 kekurangan energi tingkat ringan pada
artinya semangkin tinggi tinggkat kecukupan mahasiswa/i.
energi semangkin baik status gizi Data yang diperoleh dari hasil tingkat
mahasiswa/i. preferensi makan siang tergolong rendah
yaitu sebesar 70% mahasiswa/i menjawab
2. Hubungan Preferensi Makanan dengan netral atau kurang suka pada menu makan
Konsumsi Energi Jurusan Keperawatan siang yang dihidangkan yaitu nasi putih,
Poltekkes Kemenkes Medan ikan dencis sambal dan rebusan sayur kol
Berdasarkan hasil penelitian dan selebihnya 28% menjawab tidak suka.
diketahui preferensi makanan mahasiswa Menyatakan makanan kurang baik yaitu
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes pada ikan goreng dencis yang digoreng
berada pada mean 32.01. Hal ini apabila terlalu keras dan warnanya hampir
dikategorikan, maka tingkat preferensi kecoklatan dan cara pengolahanya hanya
makanan mahasiswa di asrama tergolong digoreng, begitu juga dengan tahu goreng
rendah. Pada analisis regresi diketahui dan tempe goreng pengolahan bahan pangan
bahwa preferensi berhubungan dengan yang tidak bervariasi, sehingga lebih dari
konsumsi energi mahasiswa. Hal ini dapat setengah sampel menjawab warna makanan
dilihat berdasarkan analisis regresi bahwa kurang suka. Begitu juga dengan rebusan
nilai p = 0,008 (p<0,05). Besaran pengaruh sayur kol yang tidak bervariasi dengan sayur
simultan adalah 0,070 atau 7% merupakan lainya sehingga warnanya kurang menarik.
kontribusi dari variabel preferensi terhadap Dalam kegiatan penyelenggaraan
konsumsi energi, sedangkan sisanya 93% makanan di Jurusan Keperawatan pada
dipengaruhi faktor lain di luar model seperti proses penyiapan bahan makanan proses
sosial budaya, karakteristik individu, pemotongan bahan masih seragam, misalnya
lingkungan dan karakteristik produk pangan. untuk tahu berbentuk kotak seharusnya
37

dapat dipotong secara diagonal dan untuk Untuk menjaga agar suhu hidangan
bahan tempe sebaiknya dipotong dadu agar tetap terjaga misalnya untuk hidangan sayur
bentuk makanan dalam satu hidangan sebaiknya diporsi dulu saja. Lalu kuahnya
menjadi lebih bervariasi. dihangatkan kembali, pada saat mahasiswa/i
Beberapa sampel yang menyatakan akan makan, kuah sayur baru dituangkan
tekstur makanan yang disajikan menjawab kedalam mangkuk sayur sehingga pada saat
41,4% menjawab tidak suka dan 30,0% makan sayur masih dalam keadaan hangat
menjawab kurang suka. Ini terjadi pada dan akan menimbulkan aroma masakanya.
menu ikan dencis goreng yang digoreng Atau gunakan alat saji yang dapat menjaga
terlalu keras dan alot, sehingga sampel suhu makanan tetap terjaga seperti termos
kesulitan pada saat memakanya. Sebaiknya dan panci pemanas untuk hidangan sayur.
ikan yang disajikan agak lebih besar lagi jadi Berdasarkan hasil jawaban preferensi
digoreng tidak mudah kering sekali. Dan makan siang aroma makanan yang
untuk hidangan nasi sampel menjawab suka dihidangkan pada menu ikan sambal dencis,
karena nasi memakai termos penghangat nasi putih dan sayur kol sebanyak 47,5%
nasi jadi masih panas saat di konsumsi. Dan mahasiswa/i menjawab tidak suka dan
untuk tekstur sayuran dimasak terlalu lama 28,2% menjawab kurang suka. Menurut
sehingga terlalu matang sehingga warnanya mahasiswa/i sebagian besar hidangan yang
kurang menarik, begitu juga dengan sayur disajikan tidak mengeluarkan aroma yang
kacang panjang yang dimasak terlalu lama, sedap terutama sayur dan lauk hewani
sebaiknya sayur dimasak jangan terlalu lama sehingga makanan yang disajikan tidak
sehingga warnanya masih menarik dan dapat menggugah selera. Pada hidangan tempe
mengugah selera makan. goreng juga tidak menimbulkan aroma yang
Berdasarkan hasil jawaban preferensi merangsang dikarenakan saat pengolahanya
makan siang besar porsi yang dihidangan bumbunya masih kurang.
sampel menjawab sebesar 45,5 % tidak suka Berdasarkan hasil wawancara kepada
dan 31,3% menjawab kurang suka untuk mahasiswa/i menu yang paling disukai
hidangan nasi sampel menjawab suka, mahasiswa/i adalah menu yang dihidangkan
karena porsi nasi diambil sendiri sesuai setiap hari kamis, karena pada saat itu menu
kebutuhan, tetapi untuk hidangan ikan dan yang disajikan adalah ayam sambal, gulai
tahu sampel menjawab kurang suka dan daun ubi tumbuk, dan disajikan pada waktu
tidak suka karena besar porsi pada lauk makan siang. Di samping kondisi
hewani dan nabati yang dihidangkan masih mahasiswa/i sudah lapar dan lauk hewani
terlalu kecil,dan bentuk potongan tahu dan yang paling disukai oleh mahasiswa/i di
tempe serta potongan sayur terong juga asrama adalah ayam sehingga tingkat
masih kurang menarik. preferensi pada menu tersebut tinggi dapat
Berdasarkan hasil jawaban preferensi dilihat hanya sedikit sisa makanan yang
makan siang suhu makanan yang tidak habis dimakan oleh mahasiswa/i.
dihidangkan pada mahasiswa menjawab Berdasarkan hasil jawaban pada
44,4% menjawab suka dan 28,% menjawab preferensi makan siang pada menu hidangan
kurang suka. Hidangan yang suhunya sudah yang sama terhadap rasa makanan yang
kurang terutama pada menu sayur dan lauk disajikan sampel menjawab 40,4% tidak
hewani. Hal ini disebabkan pada saat suka dan 34,3% sangat tidak suka. Pada
penyelenggaraan makan jarak antara penelitian ini rendahnya tingkat preferensi
pendistribusian dan waktu makan cukup pada rasa dikarenakan disebabkan aroma
lama kurang lebih 60 – 90 menit dan alat makanan dan bumbu masakan yang kurang
pemanas makanan juga tidak tersedia dikarenakan belum ada standar bumbu serta
sehingga suhu makanan yang disajikan suhu makanan terutama suhu pada sayur dan
menjadi kurang sehingga mempengaruhi lauk hewani. Untuk meningkatkan tingkat
terhadap penilaian mahasiswa/i. kesukaan pada rasa menu hidangan di
38

asrama sebaiknya hidangan yang disajikan merupakan menu yang paling disukai oleh
memiliki suhu, aroma dan bumbu yang baik mahasiswa/i, tetapi saat dilakukan penelitian
yaitu dengan menggunakan standar bumbu yang dilakukan hanya hari senin dan rabu.
pada proses pengolahan dan menjaga suhu Hasil penelitian ini sama dengan
makanan agar tetap hangat sampai saat hasil penelitian yang dilakukan oelh
mahasiswa/i akan makan dan makanan Christiana (2003). Pada penelitian Christiani
mempunyai tingkat kematangan yang sesuai yang dilakukan di Wing Dik Tekkal TNI –
bahan yang dimasak. Disamping itu kualitas AU Bandung didapatkan sebanyak 52,4%
bahan makanan yang disajikan haruslah menyatakan rasa makanan yang disajikan
mempunyai mutu yang baik sehingga kurang baik. Hal ini disebabkan suhu
makanan yang disajikan juga lebih baik makanan yang kurang, tingkat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi kematangan/tekstur yang terlalu matang
pada mahasiswa/i. serta belum adanya standar bumbu.
Dilihat dari warna, bentuk, aroma, Hasil ini sejalan dengan penelitian
tekstur, suhu, besar porsi masalah utama yang dilakukan oleh Fatimah (2008) di
yang dapat mempengaruhui preferensi Asrama Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang
makanan di asrama adalah rasa yang kurang yang penyelenggaraan makanan
enak pada makanan yang disajikan, dan menggunakan pihak lain/jasa katering
makanan yang dihidangkan sudah terlalu menyatakan bahwa 72,2% siswa
sering dikonsumsi atau tidak bervariasi menyatakan rasa makanan kurang enak,
sehinga mahasiswa/i bosan, akhirnya 69,7% siswa menyatakan aroma makanan
mahasiswa/i banyak mengkonsumsi kurang sedap, porsi hidangan tidak sesuai
makanan yang berasal dari luar asrama pada lauk hewani 48,5% dan cita rasa tidak
untuk memenuhi kebutuhan gizinya. memuaskan sebesar 45,8%. Hasil ini
Penilaian preferensi dilakukan pada berbeda dengan penelitian yang dilakukan
makan siang saja karena rata-rata tingkat oleh Asrina (2012) di Asrama SMA Negeri
preferensi makan pagi, makan siang dan 2 Tinggimoncong Kabupaten Gowa siswa
makan malam nilainya hampir sama yaitu pada umumnya menyatakan puas terhadap
sebesar 70% tingkat preferensi makanan di warna makanan, bentuk makanan, tekstur
asrama rendah. nasi, tekstur lauk nabati dan tekstur sayuran
Menu yang disajikan dalam satu hari pada makan pagi dan siang. Namun untuk
sering diulang pada priode makan makan malam siswa menyatakan kurang
selanjutnya karena sisa yang tidak dimakan puas.
mahasiswa/i dan dihidangkan lagi pada
priode makan selanjutnya hal ini yang sering 3. Hubungan Preferensi Makanan dengan
menimbulkan kebosanan pada mahasiswa, Status Gizi melalui Konsumsi Energi
karena di penyelenggaraan makanan tersebut Mahasiswa Jurusan Keperawatan
belum ada siklus menu jadi sering sekali Poltekkes Kemenkes Medan
terjadi pengulangan bahan makanan yang Pada analisis regresi diketahui bahwa
disajikan dan menu juga kurang bervariasi. preferensi tidak berhubungan dengan status
Juru masak yang ada juga tidak pernah gizi mahasiswa. Hal ini dapat dilihat
mendapat pelatihan tentang cara memasak berdasarkan analisis regresi bahwa nilai p =
sesuai standar resep. 0,547 (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian
Secara kategorik pada priode makan hubungan langsung preferensi terhadap
siang adalah menu makanan yang disukai status gizi adalah sebesar 0,061. Peningkatan
oleh mahasiswa/i karena pada makan siang status gizi secara langsung karena ada
umumnya mahasiswa/i sudah lapar sehingga hubungan preferensi sebesar 0,061 atau
penilai tingkat preferensi mahasiswa/i pada 6,1%.
tingkat suka, apalagi setiap hari kamis menu Hal ini sejalan Nasoetion (1989)
makan siang adalah sambal ayam yang bahwa penilaian terhadap berbagai kualitas
39

hidangan makanan erat kaitannya dengan dapat mencukupi untuk memenuhi


tingkat preferensi seseorang yang akan kebutuhan pangan yang layak, hal ini
berpengaruh terhadap kemampuan untuk disebabkan karena biaya yang dikeluarkan
mengkonsumsinya. Perbedaan dalam untuk konsumsi pangan tidak semuanya
konsumsi makan akan mempengaruhi dibelanjakan untuk pangan mahasiswa/i
tingkat keadaan gizi seseorang, tingkat namun masih digunakan untuk program
kesehatan serta tingkat sumbangan terhadap yang lainya di tempat penelitian, hal ini lah
kecukupan gizi yang diperlukan untuk hidup yang menyebabkan kualitas bahan pangan
sehat. yang disediakan oleh penyelenggaraan
Selanjutnya pada analisis regresi makanan masih kurang baik sehingga
diketahui bahwa konsumsi energi berhubungan dengan tingkat preferensi
berhubungan dengan status gizi mahasiswa. terhadap makanan yang disajikan juga
Hal ini dapat dilihat berdasarkan analisis menjadi rendah.
regresi bahwa nilai p = 0,011 (p<0,05). Menurut Barker (2002), remaja
Berdasarkan hasil penelitian hubungan perempuan cenderung lebih memperhatikan
langsung konsumsi energi terhadap status bentuk tubuhnya dibandingkan dengan kaum
gizi sebesar 0,264 atau 26.4%. lelaki sehingga kaum perempuan cenderung
Hasil ini sesuai dengan penelitian memiliki citra diri yang negatif. Kebutuhan
yang dilakukan oleh Sumiyati (2007), yang gizi pada pria lebih besar dibandingkan wanita
menyatakan bahwa ada hubungan konsumsi sehingga porsi tiap kali makan lebih banyak.
energi dengan status gizi dengan nilai r = Pada wanita konsep citra tubuh sangat penting
0,557 dan p = 0,000 (p<0,05). sehingga dari mereka banyak yang menunda
Hasil regresi juga menunjukkan makan bahkan mengurangi porsi makannya
dari yang dianjurkan agar tampak sempurna
bahwa preferensi dan tingkat konsumsi
postur tubuhnya. Namun hal tersebut dapat
energi berhubungan dengan status gizi
menyebabkan masalah kesehatan bagi remaja
mahasiswa Keperawatan Poltekkes
pada umumnya.
Kemenkes Medan. Besarnya pengaruh
simultan adaah 0,082 atau 8,2% merupakan KESIMPULAN
kontribusi variabel preferensi dan tingkat Adapun kesimpulan dalam penelitian
konsumsi energi dengan status gizi, ini adalah :
sedangkan sisanya sebanyak 91,8% 1. Penilaian selama dua hari preferensi
dihubungkan dengan variabel lain diluar makanan di asrama mahasiswa/i
model seperti pengolahan bahan makanan, Keperawatan Poltekkes Kemenkes,
distribusi bahan makanan dan faktor harga, untuk waktu makan baik itu makan
aktifitas fisik, citra diri (body image), jenis pagi, makan siang dan makan malam,
kelamin, pendidikan kebiasaan merokok, berdasarkan penampilan makanan dan
dan tekanan mental. citra rasa makanan, menunjukan hasil
Hal ini sejalan menurut Supariasa, bahwa lebih banyak mahasiswa/i tidak
dkk (2001) bahwa keadaan gizi seseorang suka dengan makanan yang disajikan.
selain dipengaruhi oleh konsumsi makanan 2. Nilai rata – rata untuk preferensi
juga dapat dipengaruhi oleh pengolahan makanan secara keseluruhan dapat kita
bahan makanan, distribusi bahan makanan kategorikan rendah dimana dapat kita
dan faktor harga, kemampuan keluarga lihat kemampuan mahasiswa/i untuk
menggunakan makanan, pendapatan, menghabiskan makanan yang disajikan
lapangan kerja dan kemampuan sosial. oleh penyelenggaraan makanan masih
Bahan pangan yang disediakan oleh meninggalkan sisa makanan yang cukup
penyelenggaraan makanan mempunyai banyak.
kualitas yang masih rendah, padahal dilihat 3. Konsumsi pangan mahasiswa/i dapat
dari biaya yang dikeluarkan oleh kita kategorikan rendah dimana dapat
mahasiswa/i yaitu Rp. 350.00 per bulan kita lihat jumlah energi yang dapat
40

dikonsumsi dalam satu hari masih yang akan membawa danpak pada
kurang memenuhi angka kecukupan penurunan kualitas sumber daya
energi yang dianjurkan, sehingga manusia.
sebagian besar mahasiswa/i mengalami
kekurangan energi tingkat ringan.
4. Berat badan mahasiswa/i dapat kita DAFTAR PUSTAKA
kategorikan kekurangan berat badan
tingkat ringan karena sebagian besar Almatsier S. 2003 Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
mahasiswa mempunyai IMT rata –rata Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
18,47 kg/m² dan mahasiswa/i sebagian Budiyanto MAK. 2002.Dasar-dasar Ilmu
besar mengalami status gizi kurang. Gizi Malang : UMM Press
5. Preferensi makanan dan konsumsi Fathonah, Siti, 2003. Hubungan Persepsi
energi secara bersama sama siswa terhadap cita rasa dengan daya
mempengaruhi status gizi sebesar 8.2%, terima makan siang yang disajikan di
artinya sebanyak 91,8% status gizi asrama wing pendidikan teknik dan
mahasiswa/i dapat dipengaruhi oleh Pembekalan TNI-AU Bandung.
variabel lain seperti cita rasa makanan, Guhardja. S. 1984. Jadwal kegiatan Rumah
distribusi bahan makanan,variasi menu, tangga dan Kebiasaan Jajan. Equity
aktifitas fisik, citra diri (body image), Policy Center. Bogor.
jenis kelamin, pendidikan kebiasaan Habies. A.V. 1993. Prospek Pengembangan
merokok, dan tekanan mental yang Makanan Tradisional Rakyat
dialami mahasiswa/i. Indonesia Kasus Makanan Jajanan.
Makalah disajikan dalam Seminar
SARAN Pengembangan Pangan Tradisional
Berdasarkan hasil penelitian ini, Dalam Rangka Penganekaragaman
maka diharapkan kepada : Pangan.
1. Penyelenggaraan makanan di Jurusan Hidayat. 2011. Metode penelitian kebidanan
Keperawatan Politeknik Kesehatan dan Analisis Data. Surabaya Salemba
Medan agar lebih melihat ketersediaan Medika
pangan yang bermutu di asrama, Nasoetion, A. 1989. Cara Penilaian Kualitas
pengolahan makanan yang sesuai Hidangan, Dan Konsumsi Pangan,
standar resep, standar porsi pada lauk Laboratorium Gizi Masyarakat, Pusat
hewani dan lauk nabati serta standar Antar Universitas Pangan dan Gizi,
bumbu sehingga dapat meningkatkan Institut Pertanian Bogor.
cita rasa makanan yang disajikan di Supariasa, I., D., N., Bakri, B., Fajar, 1.,
asrama. 2001 . Penilaan status Gizi. Jakarta:
2. Perlunya membuat siklus menu untuk 7 EGC.
hari sehingga makanan yang disajikan
lebih bervariasi dan dapat mengurangi
tingkat kebosanan makanan di asrama.
3. Penyelenggaraan makanan di asrama
untuk melakukan penilaian cita rasa
makanan secara berkala dengan tujuan
meningkatkan cita rasa makanan yang
dihidangkan misalnya pada setiap akhir
pendidikan.
4. Penyelenggaraan makanan perlu
meningkatkan kualitas hidangan
makanan sehinnga dapat mengurangi
status gizi kurang pada mahasiswa/i

Das könnte Ihnen auch gefallen