Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak
dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai
pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat
Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari
nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan
kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya
dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang
dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu
sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka kejadian
penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang,
penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress,
kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet
yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak
mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah
dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat,
maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.
Berbagai macam penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infark
miokard akut, hipertensi yang semuanya berujung pada gagal jantung. Hal ini sangat
membahayakan bagi kehidupan seseorang, sehingga untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut harus segera mendapat perawatan medis di rumah sakit.
Untuk memberikan perawatan medis yang tepat dan efektif, khususnya bagi
tenaga keperawatan, harus memahami konsep asuhan keperawatan pada gangguan
kardiovaskuler. Apalagi dalam keadaan kedaruratan yang membutuhkan keahlian dalam
memberikan pertolongan pada pasien.
Gagal Jantung (Heart Failure) adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah
darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curah jantung) tidak
mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan.Kadang
orang salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah
gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan
beban kerjanya.
Jadi gagal jantung adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output
tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh) sedangkan tekanan pengisian ke dalam
jantung masih cukup tinggi, mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk
kerusakan sifat kontraktilitas jantung yang berkurang dan vetrikel tidak mampu
memompa keluar darah sebanyak yang masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan
volume diastolic akhir ventrikel secara progresif bertambah. Hal yang terjadi sebagai
akibat akhir dari gangguan jantung ini adalah jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan
oksigen pada sebagi organ.
Gagal jantung adalah merupakan suatu sindrom, bukan diagnosa penyakit.
Sindrom gagal jantung kongestif (Chronic Heart Failure/ CHF) juga mempunyai
prevalensi yang cukup tinggi pada lansia dengan prognosis yang buruk. Prevalensi CHF
adalah tergantung umur/age-dependent. Menurut penelitian, gagal jantung jarang pada
usia di bawah 45 tahun, tapi menanjak tajam pada usia 75 – 84 tahun.
Dengan semakin meningkatnya angka harapan hidup, akan didapati prevalensi
dari CHF yang meningkat juga. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang
mempunyai hipertensi akan mungkin akan berakhir dengan CHF. Selain itu semakin
membaiknya angka keselamatan (survival) post-infark pada usia pertengahan,
menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan resiko mengalami CHF.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian Gagal Jantung?
2. Bagaimana epidemiologi, etiolaogi, patogenesis, manifestasi klinik, pemeriksaan,
pengobatan penyakit Gagal Jantung?
3. Bagaimana pathway Gagal Jantung?
4. Bagaimana asuhan keperawatan Gagal Jantung?
5. Bagaimana Satuan Acara Penyuluhan(SAP) Gagal Jantung?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Gagal Jantung.
2. Mengetaui epidemiologi,etiologi, patogenesis,manifestasi klinik,pemeriksaan,
pengobatan penyakit Gagal Jantung.
3. Mengetahui pathway Gagal Jantung.
4. Mengetahui asuhan keperawatan Gagal Jantung.
BAB II
PEMBAHASAN
GAGAL JANTUNG
MK: Vol. Darah arteri Ventrikel kiri gagal memompa Ventrikel kanan gagal memompa
Penurunan darah dari paru-paru darah dari paru-paru
Curah
Jantung
Cairan terdorong ke
Tekanan sirkulasi paru paru/alveoli
Lepas muatan syaraf Pelepasan renin
simpatis Hepatomegali Edema
Cairan terdorong ke
paru/alveoli ekstremitas
Angiotensin I diubah Asites
menjadi Angiotensin II Sesak napas,
Dispnea, Suplai O2 kelelahan
MK: Kelebihan Vol.
batuk
Vasokontriksi Tekanan darah Sekresi Cairan
MK:
pembuluh darah aldosteron Intoleransi
MK: Resti /Gangguan
Aktifitas
Pertukaran Gas
C. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas
miokardial/perubahan inotropik.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus,
meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan fatigue
4. Resiko tinggi pertukaran gas
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Penurunan curah jantung Setelah diberikan asuhan 1. Auskultasi nadi apical, 1. Biasanya terjadi takikardi (meskipun
berhubungan dengan keperawatan diharapkan observasi frekuensi, irama pada saat istirahat) untuk
Perubahan kontraktilitas tanda vital dalam batas yang jantung mengkompensasi penurunan
miokardial/perubahan dapat diterima (disritmia kontraktilitas ventrikuler.
inotropik. terkontrol atau hilang) dan 2. Catat bunyi jantung. 2. S1 dan S2 mungkin lemah karena
bebas gejala gagal jantung. menurunnya kerja pompa. Irama
Kriteria hasil: gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan
1. Melaporkan penurunan sebagai aliran darah ke dalam
episode dispnea, angina. serambi yang distensi. Murmur
2. Ikut serta dalam dapat menunjukkan inkompetensi/
aktivitas yang stenosis katup.
mengurangi beban kerja 3. Palpasi nadi nadi perifer 3. Penurunan curah jantung dapat
jantung menunjukkan menurunnya nadi
radial, poplitea, dorsalis pedis dan
postibial. Nadi mungkin cepat hilang
atau tidak teratur untuk dipalpasi,
dan pulsus alternan (denyut kuat lain
dengan denyut lemah) mungkin ada.
4. Pantau TD 4. Pada GJK dini, sedang atau kronis,
TD dapat meningkat sehubungan
dengan SVR.
5. Kaji kulit terhadap pucat 5. Pucat menunjukkan menurunnya
dan sianosis. perfusi perifer sekunder terhadap
tidak adekuatnya curah jantung,
vasokontriksi, dan anemia. Sianosis
dapat terjadi sebagai refraktori GJK.
6. Tinggikan kaki, hindari 6. Menurunkan stasis vena dan dapat
tekanan pada bawah lutut. menurunkan insiden thrombus atau
pembentukan embolus.
7. Berikan oksigen tambahan 7. Meningkatkan sediaan oksigen
dengan nasal kanula atau untuk kebutuhan miokard untuk
masker sesuai indikasi. melawan efek hypoxia atau iskemia.
2 Kelebihan volume cairan Setelah diberikan asuhan 1. Pantau pengeluaran urine, 1. Pengeluaran urine mungkin sedikit
berhubungan dengan keperawatan catat jumlah dan warna saat dan pekat karena penurunan perfusi
menurunnya laju filtrasi diharapkan Keseimbangan dimana diuresis terjadi. ginjal. Posisi terlentang membantu
glomerulus, meningkatnya dapat dipertahankan selama diuresis sehingga pengeluaran urine
produksi ADH dan retensi dilakukan tindakan dapat ditingkatkan selama tirah
natrium/air. keperawatan selama di RS baring.
Kriteria hasil: 2. Pantau/hitung keseimbangan 2. Untuk mengetahui keseimbangan
1. Mempertahankan pemaukan dan pengeluaran cairan.
keseimbangan cairan selama 24 jam.
seperti dibuktikan oleh 3. Pertahakan duduk atau tirah 3. Posisi tersebut meningkatkan filtrasi
tekanan darah dalam baring dengan posisi ginjal dan menurunkan produksi
batas normal, tak ada semifowler selama fase akut. ADH sehingga meningkatkan
distensi vena perifer/ diuresis.
vena dan edema 4. Pantau TD dan CVP (bila 4. Hipertensi dan peningkatan CVP
dependen, paru bersih ada) menunjukkan kelebihan cairan dan
dan berat badan ideal ( dapat menunjukkan terjadinya
BB idealTB –100 ± 10 peningkatan kongesti paru, gagal
%) jantung.
5. Meningkatkan laju aliran urine dan
5. Kolaborasi pemberian
dapat menghambat reabsorpsi
diuretic sepert furosemid
natrium/ klorida pada tubulus ginjal.
(lasix, bumetanide (bumex).
3 Intoleran aktivitas Setelah diberikan asuhan 1. Kaji respon pasien terhadap 1. Menyebutkan parameter membantu
berhubungan dengan fatigue keperawatan diharapkan aktifitas, perhatikan dalam mengkaji respon fisiologi
Terjadi peningkatan frekuensi nadi lebih dari 20 terhadap stres aktivitas dan, bila ada
toleransi pada klien setelah kali permenit diatas merupakan indikator dari kelebihan
dilaksanakan tindakan frekuensi istirahat ; kerja yang berkaitan dengan tingkat
keperawatan selama di RS peningkatan TD yang nyata aktifitas.
Kriteria hasil : selama/ sesudah aktifitas
1. frekuensi jantung (tekanan sistolik meningkat
60-100 x/ menit 40 mmHg atau tekanan
2. TD 120-80 mmHg diastolik meningkat 20
mmHg) ; dispnea atau nyeri
dada;keletihan dan
kelemahan yang berlebihan;
diaforesis; pusing atau
pingsan.
2. Instruksikan pasien tentang 2. Teknik menghemat energi
tehnik penghematan energi, mengurangi penggunaan energi, juga
mis; menggunakan kursi saat membantu keseimbangan antara
mandi, duduk saat menyisir suplai dan kebutuhan oksigen
rambut atau menyikat gigi,
melakukan aktifitas dengan
perlahan.
3. Berikan dorongan untuk 3. Kemajuan aktivitas bertahap
melakukan aktivitas/ mencegah peningkatan kerja jantung
perawatan diri bertahap jika tiba-tiba. Meberikan bantuan hanya
dapat ditoleransi, berikan sebatas kebutuhan akan mendorong
bantuan sesuai kebutuhan kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung merupakan gagal serambi kiri dan kanan jantung mengakibatkan
ketidakmampuan untuk memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sitemik. Penyebab dari
gagal jantung adalah disritmia, malfungsi katup, abnormalitas otot jantung, ruptur
miokard.
Dari beberpa penyebab diatas akan menyebabkan beban kerja janung meningkat
lalu otomatis akan menyebabkan terjadinya gangguan dalam tubuh, seperti gagal popa
jantung kanan dan kiri dan akan menimbulkan masalah-masalah keperawatan.
Manifestasi klinis pada gagal jantung terdapat dua bagian yang pertama pada gagal
pompa jantung kiri (Dispnu, batuk, kegelisahan dan kecemasan, mudah lelah), yang
kedua gagal pompa jantung kanan (Kongestif jaringan perifer dan visceral, edema
ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat badan,
hepatomegali.
Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran
vena di hepar, anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen, nokturia, kelemahan). Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan pada gagal jantung seperti Elektro kardiogram (EKG), skan jantung,
Sonogram (ekocardiogram, ekokardiogram dopple), kateterisasi jantung, enzim hepar,
rongent dada, elektrolit, oksimetri nadi, analisa gas darah (AGD), blood ureum nitrogen
(BUN) dan kreatinin, pemeriksaan tiroid. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan seperti
terapi farmakolgi antara lain
1. Glikosida jantung.
2. Terapi diuretik.
3. Terapi vasodilator
4. Diet.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah Serangan jantung dan stroke, masalah katup
jantung, kerusakan hati, kerusakan atau kegagalan ginjal. Kemungkinan besar diagnosa
yang muncul adalah:
1. Penurunan curah jantung menurun berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardia, perubahan frekuensi, irama, perubahan structural (kelainan katup)
2. Intoleran aktvitas berhubungn dengan ketidak seimbangan suplai oksigen, kelemahan
umum.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penigkatan produksi ADH, resistensi
natrium dan air.
4. pertukaran gas
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, 2014, EGC, Jakarta.
2. Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional, 2014, Salemba Medika, Jakarta
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21382/4/Chapter%20II.pdf
4. http://kepacitan.files.wordpress.com/2011/06/askep-gagal-jantung.pdf
5. Atanasia D., N. (2012). EFEKTIVITAS PEMBERIAN POSISI TIDUR 30° DAN 45°
TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR PASIEN DENGAN ASMA
BRONKHIAL DI RUMAH SAKIT PANTI WILASA CITARUM.