Sie sind auf Seite 1von 71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada
setiap pasangan. Setiap manusia/pasangan tentunya ingin mempunyai anak
yang sempurna baik secara fisik maupun psikis. Namun dalam
kenyataannya masih banyak kita jumpai bayi dilahirkan dengan keadaan
cacat bawaan/kelainan kongenital.
Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama
kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, hal ini seakan-
akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang
dilahirkan. Sekitar 3-4 % bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang
berat beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh
sekitar 7,5 % terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun tetapi kebanyakan
bersifat ringan.
Di samping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk
menegakkan diagnosis kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula
adanya diagnosis pre/ante-natal kelainan kongenital dengan beberapa cara
pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air
ketuban dan darah janin.
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.
Pertumbuhan embrional dan fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersaman.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya
kelainan kongenital antara lain:
a. Kelainan genetik dan kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan
berpengaruh atas kejadian kelainan kongenital pada anaknva. Di antara
kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi
dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan

1
(“dominant traits”) atau kadang-kadang ,sebagai unsur resesif.
Penyelidikan dalam hal ini sering sukar dilakukan, tetapi adanya kelainan
sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah kongenital
yang selanjutnya.
Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka
telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama
kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan
seianjutnya. Beberapa contoh: kelainan kromosom autosomal trisomi 21
sebagai sindroma Down (mongolisme), kelainan pada kromosom
kelamin sebagai sindroma Turner.
b. Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat
menyebabkan kelainan bentuk organ tubuh hingga menimbulkan
deformitas organ tersebut. Faktor predisposisi dalam penumbuhan organ
itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
Sebagai contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki
seperti talipes varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes
equinovarus. (clubfoot).
1. Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi
yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester
pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode
organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam penumbuhan
suatu organ tubuh. Infeksi pada trimester pertama di samping dapat
menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada
trimester pertama ialah infeksi oleh virus Rubella. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester
pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai
katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan
ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada-
trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital

2
antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi
toksoplasmosis. Kelainan-kelainan kongenital yang mungkin
dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada sistem saraf
pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroptalmia.
2. Faktor obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada
trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan
terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat
yang telah diketahui dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah
thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau
mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita
hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal
ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti.
Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama,
dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali;
walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu
memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada
pemakaian transkuilaiser/obat penenang untuk penyakit tertentu,
pemakaian sitostatik atau preparat hormon yang tidak dapat
dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya
sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
3. Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada
bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause.
Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo
pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian
mongolisme 1,08 per 100 kelahiran hidup dan ditemukan risiko
relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau
lebih; angka kejadian yang ditemukan ialah 1 : 5500 untuk kelompok
ibu berumur < 35 tahun, 1 : 600 untuk kelompok ibu berumur 35-39

3
tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40-44 tahun dan 1 : 15
untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
4. Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan
kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu
hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan
untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila
dibandingkan dengan bayi yang normal.
5. Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin sekali akan dapat
menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat
radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakihatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat
menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya.
Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutik sebaiknya
dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
6. Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa
kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia,
pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi
kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi
yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan,
adanya defisiensi protein, vitamin A riboflavin, folic acid, thiamin dan
lain-lain dapat menaikkan kejadian kelainan kongenital.
Sebagaimana terjadinya kelainan kongenital itu dapat berdampak
buruk bagi kondisi bayi bila tidak tertangani dengan baik, penyakit
kongenital memiliki banyak nama tergantung kondisi dan letak
penyakitnya. Namun diantaranya penulis melalui makalah ini hanya
menuliskan beberapa penyakit kongenital saluran pencernaan seperti
skizopalatoskizis, hisprung dan atresia ani.

4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah proses perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan kongenital
labiopalatoskizis, hisprung, dan atresia ani.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menjelaskan definisi dari labiopalatoskizis, hisprung, dan atresia
ani.
b. Menyebutkan etiologi terjadinya labiopalatoskizis, hisprung, dan
atresia ani.
c. Menyebutkan manifestasi klinis dari labiopalatoskizis, hisprung,
dan atresia ani.
d. Menjelaskan patofisiologi dari labiopalatoskizis, hisprung, dan
atresia ani.
e. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik dari labiopalatoskizis,
hisprung, dan atresia ani.
f. Memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan
kongenital labiopalatoskizis, hisprung, dan atresia ani.
C. Manfaat
Makalah ini hendaknya dapat menjadi bahan sebagai pengembangan
pengetahuan mahasiswa mengenai pentingnya memahami penyakit kelainan
kongenital pada anak yaitu labiopalatoskizis, hisprung, dan atresia ani.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1. LABIOPALATOSKIZIS
A. DEFINISI LABIOPALATOSKIZIS
Labio palatoskizis atau sumbing bibir langitan adalah cacat bawaan
berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit (Fitri Purwanto,
2001).
Labio palatoshcizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada
daerah mulut palato shcizis (sumbing palatum) labio shcizis (sumbing pada
bibir) yang terjadi akibat gagalnya perkembangan embrio (Hidayat, 2005).
Labio palatoschizis adalah merupakan congenital anomaly yang
berupa adanya kelainan bentuk pada wajah (Suryadi SKP, 2001).
Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka penyusun dapat
menyimpulkan bahwa labio palatoschizis adalah suatu kelainan congenital
berupa celah pada bibir atas, gusi, rahang dan langit-langit yang terjadi
akibat gagalnya perkembangan emberio.
Jenis belahan pada labioskizis dan labiopalatoskizis dapat sangat
bervariasi, bisa mengenal salah satu bagain atau semua bagian dari dasar
cuping hidung, bibir, alveolus dan palatum durum, serta palatum mlle. Suatu
klasifikasi membagi struktur-struktur yang terkena menjadi beberapa bagian
berikut :
1. Palatum primer meliputi bibir, dasar hidung, alveolus, dan palatum
durum di belahan foramen insisivum.
2. Palatum sekunder meliputi palatum durum dan palatum molle
posterior terhadap foramen.
3. Suatu belahan dapat mengenai salah satu atau keduanya, palatum
primer dan palatum sekunder dan juga bisa berupa unilateral atau
bilateral.
4. Terkadang terlihat suatu belahan submukosa. Dalam kasus ini
mukosanya utuh dengan belahan mengenai tulang dan jaringan otot
palatum.

6
Klasifikasi dari kelainan ini diantaranya berdasarkan akan dua hal
yaitu :
a. Klasifikasi berdasarkan organ yang terlibat
1) Celah di bibir ( labioskizis )
2) Celah di gusi ( gnatoskizis )
3) Celah di langit ( palatoskizis )
4) Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di
bibir dan langit langit ( labiopalatoskizis)
b. Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan
hingga yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui
adalah :
1) Unilateral Incomplete yaitu jika celah sumbing terjadi hanya
disalah satu sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
2) Unilateral Complete yaitu jika celah sumbing yang terjadi
hanya disalah satu sisi sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung.
3) Bilateral Complete yaitu Jika celah sumbing terjadi di kedua
sisi bibir dan memanjang hingga ke hidung.
B. ETIOLOGI
Umumnya kelainan kongenital ini berdiri sendiri dan penyebabnya
tidak diketahui dengan jelas. Selain itu dikenal dengan beberapa syndrom
atau malformasi yang disertai adanya sumbing bibir, sumbing palatum atau
keduanya yang disebut kelompok syndrom clefts dan kelompok sumbing
yang berdiri sendiri non syndromik clefts.
Beberapa cindromik clefts adalah sumbing yang terjadi pada kelainan
kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing
yang berhubungan dengan akibat toksisitas selama kehamilan (kecanduan
alkohol), terapi fenitoin, infeksi rubella, sumbing yang ditemukan pada
syndrom pierrerobin, penyebab non sindromik clefts dafat bersifat
multifaktorial seperti masalah genetik dan pengaruh lingkungan.

7
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing.
Faktor tersebut antara lain , yaitu :
1. Herediter
a) Mutasi gen
Ditemukan sejumlah sindroma atau gejala menurut hukum
Mendel secara otosomal, dominant, resesif dan X-Linked. Pada
otosomal dominan, orang tua yang mempunyai kelainan ini
menghasilkan anak dengan kelainan yang sama. Pada otosomal
resesif adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa
gen abnormal. X-Linked adalah wanita dengan gen abnormal
tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria
dengan gen abnormal menunjukan kelainan ini.
b) Kelainan Kromosom
Celah bibir terjadi sebagai suatu expresi bermacam-macam
sindroma akibat penyimpangan dari kromosom, misalnya Trisomi
13 (patau), Trisomi 15, Trisomi 18 (edwars) dan Trisomi 21.
2. Faktor lingkungan
a) Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya
pembentukan embrio pun akan menurun. Dengan bertambahnya
usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari
ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan
bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan dengan kira-
kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru
selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35 tahun maka sel-
sel telurnya juga berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak
dengan cacat bawaan bertambah besar sesuai dengan
bertambahnya usia ibu.
b) Obat-obatan
Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk
mengobati penyakit ibu, tetapi hampir janin yang tumbuh akan
menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai

8
obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat
menyebabkan terjadinya celah bibir. Beberapa obat yang tidak
boleh dikonsumsi selama hamil yaitu rifampisin, fenasetin,
sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat,
ibuprofen dan penisilamin, diazepam, kortikosteroid. Beberapa
obat antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik selama
kehamilan dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit.
c) Nutrisi
Contohnya defisiensi Zn, B6, Vitamin C, kekurangan asam
folat pada waktu hamil. Insidensi kasus celah bibir dan celah
langit-langit lebih tinggi pada masyarakat golongan ekonomi
kebawah penyebabnya diduga adalah kekurangan nutrisi.
d) Daya pembentukan embrio menurun
Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan
oleh ibu yang mempunyai jumlah anak yang banyak.
e) Penyakit infeksi
Contohnya seperti infeksi rubella, sifilis, toxoplasmosis dan
klamidia dapat menyebabkan terjadinya labioskizis dan
labiopalatoskizis.
f) Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah
satu faktor lingkungan dimana dapat menyebabkan efek genetik
yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen adalah
faktor herediter.
g) Stress Emosional
Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih.
Pada binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian
hidrokortison yang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan
labioskizis dan labipaltoskizis.
h) Trauma
Celah bibir bukan hanya menyebabkan gangguan estetika
wajah, tetapi juga dapat menyebabkan kesukaran dalam berbicara,

9
menelan, pendengaran dan gangguan psikologis penderita beserta
orang tuanya. Permasalahan terutama terletak pada pemberian
minum, pengawasan gizi dan infeksi. Salah satu penyebab trauma
adalah kecelakaan atau benturan pada saat hamil minggu kelima.
Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan
perkembangan wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan
bawaan. Salah satunya adalah celah bibir dan langit-langit.
Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada
organogenesis antara minggu keempat sampai minggu kedelapan
masa embrio.
C. PATOFISIOLOGI
Labio/palatoskizis terjadi karena kegagalan penyatuan prosesus
maksilaris dan premaksilaris selama awal usia embrio. Labioskizis dan
palatoskizis merupakan malformasi yang berbeda secara embrional dan
terjadi pada waktu yang berbeda selama proses perkembangan embrio.
Penyatuan bibir atas pada garis tengah selesai dilakukan pada kehamilan
antara minggu ketujuh dan kedelapan.
Fusi palatum sekunder (palatum durum dan mole) terjadi kemudian
dalam proses perkembangan, yaitu pada kehamilan antara minggu ketujuh
dan keduabelas. Lalam proses migrasi ke posisi horisontal, palatum tersebut
dipisahkan oleh lidah untuk waktu yang singkat. Jika terjadi kelambatan
dalam migrasi atau pemindahan ini, jika atau lidah tidak berhasil turun
dalam waktu yang cukup singkat,bagian lain proses perkembangan tersebut
akan terus berlanjut namun palatum tidak pernah menyatu. Kelainan
sumbing selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit.Berbeda
pada kelainan bibir yang terlihat jelas secara estetik, kelainan sumbing
langit-langit lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan,
minum, dan bicara.
Pada kondisi normal, langit-langit menutup rongga antara mulut dan
hidung.Pada bayi yang langit-langitnya sumbing barrier ini tidak ada
sehingga pada saat menelan bayi bisa tersedak. Kemampuan menghisap
bayi juga lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan

10
ini menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang dan
jelas berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selain juga
mudah terkena infeksi saluran nafas atas karena terbukanya palatum tidak
ada batas antara hidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar sampai ke
telinga.
D. TANDA DAN GEJALA
Ada beberapa gejala dari bibir sumbing yaitu :
1. Terjadi pemisahan Langit-langit
2. Terjadi pemisahan bibir
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
4. Infeksi telinga
5. Berat badan tidak bertambah
6. Pada bayi terjadi regurgitasi nasal ketika menyusui yaitu keluarnya air
susu dari hidung.
E. KOMPLIKASI
1. Gangguan bicara
2. Terjadinya Otitis media
3. Aspirasi
4. Distress pernafasan
5. Resiko infeksi saluran nafas
6. Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
7. Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris
sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.
8. Masalah gigi
9. Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat
kecacatan dan jaringan paruh
10. Kesulitan makan
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi
ini dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang
meningkat, dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik.
Dalam beberapa buku dikatakan juga untuk melakukan operasi bibir

11
sumbing dilakukan hukum Sepuluh ( rules of Ten) yaitu, Berat badan bayi
minimal 10 pon, Kadar Hb 10 g%, dan usianya minimal 10 minggu dan
kadar leukositminimal 10.000/ui.
1. Perawatan
a. Menyusu ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk
seorang bayi dengan bibir sumbing tidak menghambat
pengahisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan
payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga mnggunakan
pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan memberikannya
kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi, karena
bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
b. Menggunakan alat khusus
1) Dot domba. Karena udara bocor disekitar sumbing dan
makanan dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut lebih
baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang
menutupi sumbing, suatu dot domba (dot yang besar, ujung
halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan
lubang besar.
2) Botol peras Dengan memeras botol, maka susu dapat
didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat dihisap
bayi.
3) Ortodonsi Pemberian plat/ dibuat okulator untuk menutup
sementara celah palatum agar memudahkan pemberian
minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum
sebelum dapat dilakukan tindakan bedah definitive.
c. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali karena cenderung untuk
menelan banyak udara.
d. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang
luka terbentuk pada bagian pemisah lubang hidung.
e. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak
menyusu. Jika hal ini terjadi arahkan dot ke bagian sisi mulut

12
untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut
untuk sembuh.
f. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing
dengan alat berujung kapas yang dicelupkan dalam hydrogen
peroksida setengah kuat atau air.
2. Pengobatan
a. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu
untuk penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi
untuk memperbaiki keainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi
tersebut bervariasi.
b. Tindakan pertama dikerjakan untuk menutup celah bibir
berdasarkan kriteria rule often yaitu umur > 10 mgg, BB > 10
pon/ 5 Kg, Hb > 10 gr/dl, leukosit > 10.000/ui.
c. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup
langitan/palatoplasti dikerjakan sedini mungkin (15-24 bulan)
sebelum anak mampu bicara lengkap seingga pusat bicara otak
belum membentuk cara bicara. Pada umur 8-9 tahun dilaksanakan
tindakan operasi penambahan tulang pada celah alveolus/maxilla
untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur pertumbuhan gigi
dikanan dan kiri celah supaya normal.
d. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah
pertumbuhan tulang-tulang muka mendeteksi selesai.
e. Operasi mungkin tidak dapat dilakukan jika anak memiliki
kerusakan horseshoe yang lebar. Dalam hal ini, suatu kontur
seperti balon bicara ditempel pada bagian belakang gigi geligi
menutupi nasofaring dan membantu anak bicara yang lebih baik.
f. Anak tersebut juga membutuhkan terapi bicara, karena langit-
langit sangat penting untuk pembentukan bicara, perubahan
struktur, juga pada sumbing yang telah diperbaik, dapat
mempengaruhi pola bicara secara permanen.

13
3. Prinsip perawatan secara umum;
a. Lahir : bantuan pernafasan dan pemasangan NGT (Naso Gastric
Tube) bila perlu untuk membantu masuknya makanan kedalam
lambung.
b. Umur 1 minggu : pembuatan feeding plate untuk membantu
menutup langit-langit dan mengarahkan pertumbuhan, pemberian
dot khusus.
c. Umur 3 bulan : labioplasty atau tindakan operasi untuk bibir,
alanasi (untuk hidung) dan evaluasi telinga.
d. Umur 18 bulan - 2 tahun : palathoplasty; tindakan operasi langit-
langit bila terdapat sumbing pada langit-langit.
e. Umur 4 tahun : dipertimbangkan repalatorapy atau
pharingoplasty.
f. Umur 6 tahun : evaluasi gigi dan rahang, evaluasi pendengaran.
g. Umur 11 tahun : alveolar bone graft augmentation (cangkok
tulang pada pinggir alveolar untuk memberikan jalan bagi gigi
caninus). perawatan otthodontis.
h. Umur 12-13 tahun : final touch, perbaikan-perbaikan bila
diperlukan.
i. Umur 17-18 tahun : orthognatik surgery bila perlu.
G. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Mata, telinga, hidung dan tenggorokan
1) Pemisahan abnormal bibir atas
2) Pemisahan gusi bagian atas
3) Kerusakan gigi-geligi
4) Kerusakan wicara
5) Mudah tersedak
6) Peningkatan otitis
b. Respirasi
1) Kegawatan pernapasan disertai aspirasi
2) Kemungkinan dispnea

14
c. Muskuloskeletal
Gagal bertumbuh
d. Gastrointestinal
Kesulitan pemberian makan
e. Psikososial
1) Gangguan ikatan antara orang tua-bayi
2) Gangguan citra tubuh
2. Diagnosa Keperwatan
a. Prabedah
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
gangguan dalam pemberian makan
2) Risiko infeksi yang berhubungan dengan kelainan
3) Ansietas (orang tua) yang berhubungan dengan pembedahan
b. Post-bedah
1) Ketidakefektifan jalan napas yang berhubungan dengan efek
anestesia, edema pascaoperasi, serta produksi lendir yang
berlebihan
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan teknik pemberian makan yang baru dan
perubahan diet pascaoperasi
3) Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan insisi
bedah
4) Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan
5) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di
rumah

15
3. Intervensi
Pra Bedah
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Ketidakseim NOC : NIC:
bangan nutrisi Nutritional Nutrition Management
kurang dari Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi
b/d gangguan untuk menentukan jumlah
dalam pemberian Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang
makan  Adanya dibutuhkan pasien
peningkatan  Anjurkan pasien untuk
Definisi : Intake berat badan meningkatkan intake Fe
nutrisi tidak cukup sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk
untuk keperluan tujuan meningkatkan protein dan
metabolisme tubuh.  Berat badan vitamin C
ideal sesuai  Berikan substansi gula
Batasan dengan tinggi  Yakinkan diet yang dimakan
karakteristik: badan mengandung tinggi serat untuk
 Berat badan 20 %  Mampu mencegah konstipasi
atau lebih di bawah mengidentifik  Berikan makanan yang terpilih
ideal asi kebutuhan ( sudah dikonsultasikan
 Dilaporkan adanya nutrisi dengan ahli gizi)
intake makanan  Tidak ada  Ajarkan pasien bagaimana
yang kurang dari tanda tanda membuat catatan makanan
RDA malnutrisi harian.
(Recomended  Tidak terjadi  Monitor jumlah nutrisi dan
Daily Allowance) penurunan kandungan kalori
berat badan  Berikan informasi tentang
 Membran mukosa yang berarti kebutuhan nutrisi
dan konjungtiva
 Kaji kemampuan pasien untuk
pucat

16
 Kelemahan otot mendapatkan nutrisi yang
yang digunakan dibutuhkan
untuk
menelan/menguny Nutrition Monitoring
ah  BB pasien dalam batas normal
 Luka, inflamasi  Monitor adanya penurunan
pada rongga mulut berat badan
 Mudah merasa  Monitor tipe dan jumlah
kenyang, sesaat aktivitas yang biasa dilakukan
setelah mengunyah  Monitor interaksi anak atau
makanan orangtua selama makan
 Dilaporkan atau  Monitor lingkungan selama
fakta adanya makan
kekurangan  Jadwalkan pengobatan dan
makanan tindakan tidak selama jam
 Dilaporkan adanya makan
perubahan sensasi  Monitor kulit kering dan
rasa perubahan pigmentasi
 Perasaan  Monitor turgor kulit
ketidakmampuan  Monitor kekeringan, rambut
untuk mengunyah kusam, dan mudah patah
makanan  Monitor mual dan muntah
 Miskonsepsi  Monitor kadar albumin, total
 Kehilangan BB protein, Hb, dan kadar Ht
dengan makanan  Monitor makanan kesukaan
cukup  Monitor pertumbuhan dan
 Keengganan untuk perkembangan
makan  Monitor pucat, kemerahan, dan
 Kram pada kekeringan jaringan
abdomen konjungtiva
 Tonus otot jelek  Monitor kalori dan intake

17
 Nyeri abdominal nutrisi
dengan atau tanpa  Catat adanya edema,
patologi hiperemik, hipertonik papila
 Kurang berminat lidah dan cavitas oral.
terhadap makanan  Catat jika lidah berwarna
 Pembuluh darah magenta, scarlet
kapiler mulai
rapuh
 Diare dan atau
steatorrhea
 Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
 Suara usus
hiperaktif
 Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

18
2. Resiko Infeksi b/d NOC : NIC :
kelainan § Immune Status (Infection Control)
Knowledge :  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
 Prosedur Infasi § Risk control  Cuci tangan setiap sebelum
 Kerusakan dan sesudah tindakan
jaringan dan keperawatan
peningkatan Kriteria hasil:  Gunakan baju, sarung tangan
paparan  Klien bebas sebagai alat pelindung
lingkungan dari tanda  Ganti letak IV perifer dan
 Malnutrisi dan gejala dressing sesuai dengan
 Peningkatan infeksi petunjuk umum
paparan  Menunjukan  Gunakan kateter intermiten
lingkungan kemampuan untuk menurunkan infeksi
patogen untuk kandung kencing
 Imonusupresi mencegah  Tingkatkan intake nutrisi
 Tidak adekuat timbulnya  Berikan terapi
pertahanan infeksi antibiotik:............................
sekunder  Jumlah  Monitor tanda dan gejala
(penurunan Hb, leukosit infeksi sistemik dan lokal
dalam batas
Leukopenia,  Pertahankan teknik isolasi
penekanan respon normal k/p
inflamasi)  Menunjukka  Inspeksi kulit dan membran
 Penyakit kronik n perilaku mukosa terhadap kemerahan,
 Imunosupresi hidup sehat
panas, drainase
 Malnutrisi  Status imun,  Monitor adanya luka
 Pertahanan gastrointestin
 Dorong masukan cairan
al,
primer tidak  Dorong istirahat
adekuat genitourinari
 Ajarkan pasien dan keluarga
(kerusakan kulit, a dalam batas
tanda dan gejala infeksi
trauma jaringan, normal
 Kaji suhu badan pada pasien

19
gangguan neutropenia setiap 4 jam
peristaltik)  Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentangan
terhadap infeksi

3. Cemas (Keluarga) NOC : NIC :Anxiety Reduction


b/d proses  Anxiety (penurunan kecemasan)
pembedahan control  Gunakan pendekatan yang
 Coping menenangkan
 Impulse  Nyatakan dengan jelas harapan
Definisi : control terhadap pelaku pasien
Perasaan gelisah  Jelaskan semua prosedur dan
yang tak jelas dari Kriteria Hasil : apa yang dirasakan selama
ketidaknyamanan  Pasien mampu prosedur
atau ketakutan yang mengidentifik  Pahami prespektif pasien
disertai respon asi dan terhdap situasi stres
autonom (sumner mengungkapk  Temani pasien untuk
tidak spesifik atau an gejala memberikan keamanan dan
tidak diketahui oleh cemas mengurangi takut
individu); perasaan  Mengidentifik  Berikan informasi faktual
keprihatinan asi,mengungka mengenai diagnosis, tindakan
disebabkan dari pkan dan prognosis
antisipasi terhadap menunjukkan  Dorong keluarga untuk
bahaya. Sinyal ini tehnik untuk menemani anak
merupakan mengontol  Lakukan back / neck rub
peringatan adanya cemas  Dengarkan dengan penuh
ancaman yang akan  Vital sign perhatian
datang dan dalam batas

20
memungkinkan normal  Identifikasi tingkat kecemasan
individu untuk  Postur tubuh,  Bantu pasien mengenal situasi
mengambil langkah ekspresi yang menimbulkan kecemasan
untuk menyetujui wajah, bahasa  Dorong pasien untuk
terhadap tindakan tubuh dan mengungkapkan perasaan,
Ditandai dengan: tingkat ketakutan, persepsi
 Gelisah aktivitas  Instruksikan pasien
 Insomnia menunjukkan menggunakan teknik relaksasi
 Resah berkurangnya  Berikan obat untuk
 Ketakutan kecemasan mengurangi kecemasan
 Sedih
 Fokus pada diri
 Kekhawatiran
 Cemas

Post Bedah
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Bersihan jalan NOC : NIC :
nafas tidak efektif  Respiratory Airway suction
b/d disfungsi status :  Pastikan kebutuhan oral /
neuromuskuler. Ventilation tracheal suctioning
 Respiratory  Auskultasi suara nafas
Definisi : status : sebelum dan sesudah
Ketidakmampuan Airway suctioning.
untuk membersihkan patency  Informasikan pada pasien
sekresi atau  Aspiration dan keluarga tentang
obstruksi dari Control suctioning
saluran pernafasan  Minta pasien nafas dalam
untuk Kriteria Hasil: sebelum suction dilakukan.
mempertahankan

21
kebersihan jalan  Mendemonst  Berikan O2 dengan
nafas. rasikan batuk menggunakan nasal untuk
efektif dan memfasilitasi suction
Batasan suara nafas nasotrakeal
Karakteristik: yang bersih,  Gunakan alat yang steril
 Dispneu tidak ada sitiap melakukan tindakan
 Penurunan suara sianosis dan  Anjurkan pasien untuk
nafas dyspneu istirahat dan napas dalam
 Orthopneu (mampu setelah kateter dikeluarkan
 Cyanosis mengeluarka dari nasotrakeal
 Kelainan suara n sputum,  Monitor status oksigen
nafas (rales, mampu pasien
wheezing) bernafas  Ajarkan keluarga bagaimana
 Kesulitan dengan cara melakukan suction
berbicara mudah, tidak  Hentikan suction dan berikan
 Batuk, tidak ada pursed oksigen apabila pasien
efektif atau tidak lips) menunjukkan bradikardi,
ada  Menunjukka peningkatan saturasi O2, dll.
 Mata melebar n jalan nafas
yang paten
 Produksi sputum Airway Management
(pasien tidak  Buka jalan nafas, guanakan
 Gelisah
merasa
 Perubahan teknik chin lift atau jaw
tercekik, thrust bila perlu
frekuensi dan
irama nafas,  Posisikan pasien untuk
irama nafas
frekuensi memaksimalkan ventilasi
pernafasan
Faktor-faktor yang  Identifikasi pasien perlunya
dalam
berhubungan: pemasangan alat jalan nafas
rentang
 Lingkungan : buatan
normal, tidak
merokok,  Pasang mayo bila perlu
ada suara
menghirup asap  Lakukan fisioterapi dada jika
nafas
rokok, perokok perlu
abnormal)

22
pasif-POK,  Mampu  Keluarkan sekret dengan
infeksi mengidentifi batuk atau suction
 Fisiologis : kasikan dan  Auskultasi suara nafas, catat
disfungsi mencegah adanya suara tambahan
neuromuskular, factor yang  Lakukan suction pada mayo
hiperplasia dapat  Berikan bronkodilator bila
dinding bronkus, menghambat perlu
alergi jalan nafas, jalan nafas  Berikan pelembab udara
asma. Kassa basah NaCl Lembab
 Obstruksi jalan  Atur intake untuk
nafas : spasme mengoptimalkan
jalan nafas, keseimbangan cairan
sekresi tertahan,  Monitor respirasi dan status
banyaknya O2
mukus, adanya
jalan nafas
buatan, sekresi
bronkus, adanya
eksudat di
alveolus, adanya
benda asing di
jalan nafas.

2. Ketidakseim NOC : NIC:


bangan nutrisi Nutritional Nutrition Management
kurang dari Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi
b/d perubahan diet untuk menentukan jumlah
pasca operasi Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang
 Adanya dibutuhkan pasien
Definisi : Intake peningkatan  Anjurkan pasien untuk
nutrisi tidak cukup berat badan meningkatkan intake Fe

23
untuk keperluan sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk
metabolisme tubuh. tujuan meningkatkan protein dan
 Berat badan vitamin C
Batasan ideal sesuai  Berikan substansi gula
karakteristik: dengan tinggi  Yakinkan diet yang dimakan
 Berat badan 20 % badan mengandung tinggi serat untuk
atau lebih di bawah  Mampu mencegah konstipasi
ideal mengidentifik  Berikan makanan yang terpilih
 Dilaporkan adanya asi kebutuhan ( sudah dikonsultasikan
intake makanan nutrisi dengan ahli gizi)
yang kurang dari  Tidak ada  Ajarkan pasien bagaimana
RDA tanda tanda membuat catatan makanan
(Recomended malnutrisi harian.
Daily Allowance)  Tidak terjadi  Monitor jumlah nutrisi dan
penurunan kandungan kalori
 Membran mukosa berat badan  Berikan informasi tentang
dan konjungtiva yang berarti kebutuhan nutrisi
pucat  Kaji kemampuan pasien untuk
 Kelemahan otot mendapatkan nutrisi yang
yang digunakan dibutuhkan
untuk
menelan/menguny Nutrition Monitoring
ah  BB pasien dalam batas normal
 Luka, inflamasi  Monitor adanya penurunan
pada rongga mulut berat badan
 Mudah merasa  Monitor tipe dan jumlah
kenyang, sesaat aktivitas yang biasa dilakukan
setelah mengunyah  Monitor interaksi anak atau
makanan orangtua selama makan
 Dilaporkan atau  Monitor lingkungan selama
fakta adanya makan
kekurangan

24
makanan  Jadwalkan pengobatan dan
 Dilaporkan adanya tindakan tidak selama jam
perubahan sensasi makan
rasa  Monitor kulit kering dan
 Perasaan perubahan pigmentasi
ketidakmampuan  Monitor turgor kulit
untuk mengunyah  Monitor kekeringan, rambut
makanan kusam, dan mudah patah
 Miskonsepsi  Monitor mual dan muntah
 Kehilangan BB  Monitor kadar albumin, total
dengan makanan protein, Hb, dan kadar Ht
cukup  Monitor makanan kesukaan
 Keengganan untuk  Monitor pertumbuhan dan
makan perkembangan
 Kram pada  Monitor pucat, kemerahan, dan
abdomen kekeringan jaringan
 Tonus otot jelek konjungtiva
 Nyeri abdominal  Monitor kalori dan intake
dengan atau tanpa nutrisi
patologi  Catat adanya edema,
 Kurang berminat hiperemik, hipertonik papila
terhadap makanan lidah dan cavitas oral.
 Pembuluh darah  Catat jika lidah berwarna
kapiler mulai magenta, scarlet
rapuh
 Diare dan atau
steatorrhea
 Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
 Suara usus

25
hiperaktif
 Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

3. Kurang NOC: NIC :


pengetahuan b/d  Knowledge : Teaching : disease Process
proses penyakit, disease  Berikan penilaian tentang
prosedur process tingkat pengetahuan pasien
perawatan,  Kowledge : tentang proses penyakit yang
pengobatan health spesifik
Behavior  Jelaskan patofisiologi dari
Definisi : Kriteria Hasil : penyakit dan bagaimana hal ini
Tidak adanya atau  Pasien dan berhubungan dengan anatomi
kurangnya informasi keluarga dan fisiologi, dengan cara yang
kognitif sehubungan menyatakan tepat.
dengan topic pemahaman  Gambarkan tanda dan gejala
spesifik. tentang yang biasa muncul pada
penyakit, penyakit, dengan cara yang
Batasan kondisi, tepat

26
karakteristik: prognosis dan  Gambarkan proses penyakit,
memverbalisasikan program dengan cara yang tepat
adanya masalah, pengobatan  Identifikasi kemungkinan
ketidakakuratan  Pasien dan penyebab, dengna cara yang
mengikuti instruksi, keluarga tepat
perilaku tidak sesuai. mampu  Sediakan informasi pada
melaksanakan pasien tentang kondisi, dengan
Faktor yang prosedur yang cara yang tepat
berhubungan : dijelaskan  Hindari harapan yang kosong
keterbatasan secara benar  Sediakan bagi keluarga atau
kognitif, interpretasi  Pasien dan SO informasi tentang
terhadap informasi keluarga kemajuan pasien dengan cara
yang salah, mampu yang tepat
kurangnya keinginan menjelaskan  Diskusikan perubahan gaya
untuk mencari kembali apa hidup yang mungkin
informasi, tidak yang diperlukan untuk mencegah
mengetahui sumber- dijelaskan komplikasi di masa yang akan
sumber informasi. perawat/tim datang dan atau proses
kesehatan pengontrolan penyakit
lainnya  Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk

27
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
4. Kerusakan NOC : Tissue NIC : Pressure Management
integritas kulit b/d Integrity : Skin  Anjurkan pasien untuk
insisi pembedahan and Mucous menggunakan pakaian yang
Membranes longgar
Definisi : Perubahan  Hindari kerutan padaa tempat
pada epidermis dan Kriteria Hasil : tidur
dermis  Integritas kulit  Jaga kebersihan kulit agar
yang baik bisa tetap bersih dan kering
Batasan dipertahankan  Mobilisasi pasien (ubah posisi
karakteristik: (sensasi, pasien) setiap dua jam sekali
 Gangguan pada elastisitas,  Monitor kulit akan adanya
bagian tubuh temperatur, kemerahan
 Kerusakan lapisa hidrasi,  Oleskan lotion atau
kulit (dermis) pigmentasi) minyak/baby oil pada derah
 Gangguan  Tidak ada yang tertekan
permukaan kulit luka/lesi pada  Monitor aktivitas dan
(epidermis) kulit mobilisasi pasien
 Perfusi  Monitor status nutrisi pasien
Faktor yang jaringan baik  Memandikan pasien dengan
berhubungan :  Menunjukkan sabun dan air hangat
Eksternal: pemahaman  Lakukan perawatan luka
 Hipertermia atau dalam proses
hipotermia perbaikan kulit
 Substansi kimia dan mencegah
 Kelembaban udara terjadinya
 Faktor mekanik cedera
(misalnya : alat berulang
yang dapat  Mampu
menimbulkan luka, melindungi

28
tekanan, restraint) kulit dan
 Immobilitas fisik mempertahan
 Radiasi kan kelemba
 Usia yang ekstrim ban kulit dan

 Kelembaban kulit perawatan

 Obat-obatan alami

Internal :
 Perubahan status
metabolik
 Tulang menonjol
 Defisit imunologi
 Faktor yang
berhubungan
dengan
perkembangan
 Perubahan sensasi
 Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
 Perubahan status
cairan
 Perubahan
pigmentasi
 Perubahan
sirkulasi
 Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

29
5. Nyeri akut b/d NOC : NIC :
Agen injuri (biologi,  Pain Level, (Pain Management)
kimia, fisik,  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri
psikologis),  Comfort secara komprehensif
kerusakan jaringan level termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria hasil: presipitasi
 Mampu  Observasi reaksi nonverbal
mengontrol dari ketidaknyamanan
nyeri (tahu  Bantu pasien dan keluarga
penyebab untuk mencari dan
nyeri, menemukan dukungan
mampu  Kontrol lingkungan yang
mengguna dapat mempengaruhi nyeri
kan tehnik seperti suhu ruangan,
nonfarmako pencahayaan dan kebisingan
logi untuk  Kurangi faktor presipitasi
mengurangi nyeri
nyeri,  Kaji tipe dan sumber nyeri
mencari untuk menentukan intervensi
bantuan)  Ajarkan tentang teknik non
 Melaporkan farmakologi: napas dala,
bahwa nyeri relaksasi, distraksi, kompres
berkurang hangat/ dingin
dengan  Berikan analgetik untuk
mengguna mengurangi nyeri: ……...
kan  Tingkatkan istirahat
manajemen  Berikan informasi tentang
nyeri nyeri seperti penyebab nyeri,
 Mampu berapa lama nyeri akan
mengenali

30
nyeri (skala, berkurang dan antisipasi
intensitas, ketidaknyamanan dari
frekuensi dan prosedur
tanda nyeri)  Monitor vital sign sebelum
 Menyatakan dan sesudah pemberian
rasa nyaman analgesik pertama kali
setelah nyeri
berkurang
 Tanda vital
dalam
rentang
normal
 Tidak
mengalami
gangguan
tidur

31
2. HISPRUNG
A. DEFINISI HISPRUNG
Hirschprung atau Megakolon adalah penyakit tidak adanya sel-sel
ganglion dalam rektum atau bagian rektosigmoid colon. Akibat
ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik
serta tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden, 2003).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan
terjadi pada bayi aterm denagn berat lahir ≤ 3 kg, lebih banyak laki – laki
dari pada perempuan.
B. ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit Hirschsprung yaitu kegagalan sel-sel krista
neuralis untuk bermigrasi ke dalam dinding suatu bagian saluran cerna
bagian bawah termasuk kolon dan rektum. Akibatnya tidak ada ganglion
parasimpatis (aganglion) di daerah tersebut.sehingga menyebabkan
peristaltik usus menghilang sehingga profulsi feses dalam lumen terlambat
serta dapat menimbulkan terjadinya distensi dan penebalan dinding kolon di
bagian proksimal sehingga timbul gejala obstruktif usus akut, atau kronis
tergantung panjang usus yang mengalami aganglion.
Selain akibat dari aganglion, faktor penyebab lain penyakit
Hirschsprung adalah adanya riwayat keluarga yang terkena penyakit
tersebut. Terdapat kecenderungan bahwa penyakit Hirschsprung
dipengaruhi oleh riwayat atau latar belakang keluarga dari ibu.Penderita
laki-laki lebih banyak dibandingkan penderita perempuan dengan
perbandingan 4:1.
C. PATOFISIOLOGI
Istilah congenital aganglionic Megacolon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub
mukosa kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum
dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan
keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik )
dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat

32
berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang
menyebabkan adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (Cecily
Betz & Sowden, 2003:196).
Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul
didaerah tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal
terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian
Colon tersebut melebar.
Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena tidak
adanya ganglion parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik
(aurbach) tidak ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon
menyebabkan peristaltik usus abnormal. Peristaltik usus abnormal
menyebabkan konstipasi dan akumulasi sisa pencernaan di kolon yang
berakibat timbulnya dilatasi usus sehingga terjadi megakolon dan pasien
mengalami distensi abdomen. Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter
ani interna menjadi tidak berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses,
gas dan cairan terhambat. Penumpukan sisa pencernaan yang semakin
banyak merupakan media utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran
cerna berhubungan dengan peristaltik yang abnormal mempermudah infeksi
kuman ke lumen usus dan terjadilah enterocolitis. Apabila tidak segera
ditangani anak yang mengalami hal tersebut dapat mengalami kematian
Dona L.Wong,1999:2004)
D. MANIFESTASI KLINIS
Berdasarkan usia penderita tanda dan gejala penyakit Hirschsprung
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Periode neonates
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
e. Obstruksi usus

33
2. Periode anak-anak
Walaupun kebanyakan gejala akan muncul pada bayi, namun ada
beberapa kasus dimana gejala-gejala tersebut tidak muncul hingga
usia kanak-kanak (Lakhsmi, 2008).
Gejala yang biasanya timbul pada anak-anak yakni :
1. Konstipasi kronis
2. Malnutrisi
3. Anemia
4. Perut membuncit (abdomen distention)
5. Pemeriksaan rectal touche (colok dubur) menunjukkan
sfingter anal yang padat/ketat, dan biasanya feses akan
langsung menyemprot keluar dengan bau feses dan gas yang
busuk
6. Terdapat tanda-tanda edema, bercak-bercak kemerahan
khususnya di sekitar umbilicus, punggung dan di sekitar
genitalia ditemukan bila telah terdapat komplikasi peritonitis
7. Infeksi serius dengan diare, demam dan muntah dan kadang-
kadang dilatasi kolon yang berbahaya
E. Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, penyakit Hirschsprung
dapat di klasifikasikan dalam 4 kategori :
1. Ultra short segment : Ganglion tidak ada pada bagian yang
sangat kecil dari rectum.
2. Short segment : Ganglion tidak ada pada rectum dan
sebagian kecil dari colon.
3. Long segment : Ganglion tidak ada pada rectum dan
sebagian besar colon.
4. Very long segment : Ganglion tidak ada pada seluruh colon dan
rectum dan kadang sebagian usus kecil.

34
F. KOMPLIKASI
1. Gawat pernapasan (akut)
2. Enterokolitis nekrotkans
3. Striktura ani (pasca bedah)
4. Inkontinensia (jangka panjang)
5. Obstruksi usus
6. Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
7. Konstipasi
8. Pneumatosis usus
9. Abses perikolon
10. Perforasi dan septikemi
G. Penatalaksnaan
1. Preoperatif
a. Diet
Pada periode preoperatif neonates dengan penyakit Hirschsprung
menderita gizi buruk disebabkan karena gangguan pada
gastrointestinal. Sebagian besar memerlukan asupan nutrisi
parenteral dan cairan. Meskipun demikian bayi dengan penyakit
Hirschsprung yang didiagnosis melalui suction rektal biopsi dapat
diberikan larutan rehidrasi oral sebanyak 15ml/kg berat badan tiap
3 jam selama dilatasi rectal preoperatif dan irigasi rectal.
b. Terapi farmakologik
Terapi ini dimaksudkan untuk mempersiapkan usus atau untuk
mencegah komplikasinya.Untuk mempersiapkan usus adalah
dengan dekompresirectum dan kolon melalui serangkaian
pemerikasaan dan pemasangan irigasituba rectal dalam 24-48 jam
sebelum pembedahan. Antibiotik oral dan intravena diberikan
dalam beberapa jam sebelum pembedahan.
2. Operatif
a. Tindakan bedah sementara
Tindakan ini berupa kolostomi pada usus yang memiliki ganglion
normal paling distal.Tindakan ini dimaksudkan untuk

35
menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis sebgai
salah satu komplikasi yang berbahaya. Manfaat lain dari kolostomi
adalah menurunkan angka kematian pada saat dilakukan bedah
definitif usus dan mengecilkan kaliber usus yang telah besar
sehingga memungkinkan dilakukan anastomose.
b. Tindakan bedah definitif
1) Prosedur Swenson
Merupakan teknik definitif pertama yang digunakan untuk
mengangani penyakit Hirschsprung.Segmen aganglionik
direseksi sehingga kolon sigmoid kemudian dianastomose
oblique dilakukan antar kolon normal dengan rectum bagian
distal.
2) Prosedur Duhamel
Pertama kali diperkenalkan tahun 1956 sebagai modifikasi
prosedur Swenson.Poin utamanya adalah pendekatan
retrorectal digunakan dan beberapa bagian rectum yang
aganglionik dipertahankan.Usus aganglionik direseksi hingga
bagian rectum dan rectum dijahit.Usus bagian proksimal
kemudian diposisikan pada ruang retrorektal (diantara rectum
dan sacrum), kemudian end-to-side anastomosis dilakukan
pada rectum yang tersisa.
3) Prosedur Soave
Diperkenalkan pada tahun 1960, intinya membuang mukosa
dan submukosa dari rectum dan menarik ganglionik ke arah
ujung maskuler rectum aganglionik.
4) Myomectomy Anorectal
Prosedur ini merupakan alternative operasi lain bagi anak
dengan penyakit Hirschsprung dengan segmen yang sangat
pendek, membuang sedikit bagian midline posterior rektal.
Prosedur ini membuang 1 cm dinding rektalekstra-mukolas
yang bermula sekitar proksimal garis dentate.Mukosa dan
submukosa dipertahankan.

36
3. Post Operatif
Pada awal jangka masa postoperatif sesudah PERPT (Primary
Endorectal Pull-Through), pemberian makanan peroral dimulakan
segera untuk membantu penyesuaian (adaptasi usus) dan penyembuhan
anastomosis.Pemberian makanan rata-rata dimulai pada hari kedua
setelah operasi dilakukan dan pemberian nutrisi enteral secara penuh
dumulakan pada pertengan hari keempat.Intoleransi protein sering
terjadi selama periode ini dan memerlukan perubahan formula.ASI tidak
dikurangi atau dihentikan.
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan
merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau
bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen
aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan
pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan
kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus
halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan
perempuan. (Ngastiyah, 2005)
b. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan utama
Konstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru
lahir.Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang
lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung
dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan
diare.
2) Riwayat penyakit sekarang
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional.
Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami
konstipasi, muntah dan dehidrasi.Gejala ringan berupa

37
konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti
dengan obstruksi usus akut.Namun ada juga yang konstipasi
ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan
demam.Diare berbau busuk dapat terjadi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita klien selain penyakit
Hirschsprung.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang didapatkan sesuai dengan manifestasi
klinis.Pada keadaan umum terlihat lemah atau gelisah.Tanda-tanda
vital didapatkan hipertermi dan takikardi dimana menandakan
terjadinya iskemia usus dan gejala terjadinya perforasi.Tanda
dehidrasi dan demam bisa didapatkan pada kondisi syok atau
sepsis. Pada pemeriksaan fisik fokus pada area abdomen, lipatan
paha, dan rectum akan didapatkan :
1) Inspeksi : Tanda khas didapatkan adanya distensi abnormal.
Pemeriksaan rectum dan feses akan didapatkan adanya
perubahan feses seperti pita dan berbau busuk.
2) Auskultasi : pada fase awal didapatkan penurunan bising usus,
dan berlanjut dengan hilangnya bisng usus.
3) Perkusi : Timpani akibat abdominal mengalami kembung.
4) Palpasi : Teraba dilatasi kolon abdominal.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan diagnostik
a) Foto polos abdomen tegak akan terlihat usus-usus melebar
atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah
b) Pemeriksaan dengan barium enema ditemukan daerah
transisi, gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di
bagian menyempit, enterokolitis pada segmen yang melebar
dan terdapat retensi barium setelah 24-48 jam.
c) Simple suction rectal biopsy (biopsi isap) mencari sel
ganglion pada daerah sub mukosa.

38
d) Biopsy rectal (biopsi otot rectum) yaitu pengambilan
lapisan otot rektum.
e) Pemeriksaan aktivitas enzim asetilkolin esterase dimana
terdapat peningkatan aktivitas enzim asetilkolineseterase.
2) Pemeriksaan laboratorium
a) Kimia darah
b) Darah rutin
c) Profil koagulasi
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Konstipasi berhubungan dengan aganglionosis
2) Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan asupan
3) Risiko ketidakseimbangan volume cairan tubuh berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif
b. Post operasi
1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kolostomi
(pembedahan)
3. Intervensi Keperawatan
Pra Bedah
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Konstipasi NOC: NIC :
berhubungan dengan  Bowl Manajemen konstipasi
 Fungsi:kelemahan Elimination  Identifikasi faktor-faktor yang
otot abdominal,  Hidration menyebabkan konstipasi
Aktivitas fisik  Monitor tanda-tanda ruptur
tidak mencukupi Kriteria Hasil: bowel/peritonitis
 Perilaku defekasi  Pola BAB  Jelaskan penyebab dan
tidak teratur dalam batas rasionalisasi tindakan pada
 Perubahan normal pasien

39
lingkungan  Feses lunak  Konsultasikan dengan dokter
 Toileting tidak  Cairan dan tentang peningkatan dan
adekuat: posisi serat adekuat penurunan bising usus
defekasi, privasi  Aktivitas  Kolaburasi jika ada tanda dan
 Psikologis: adekuat gejala konstipasi yang menetap
depresi, stress  Hidrasi  Jelaskan pada pasien manfaat
emosi, gangguan adekuat diet (cairan dan serat) terhadap
mental eliminasi
 Farmakologi:  Jelaskan pada klien
antasid, konsekuensi menggunakan
antikolinergis, laxative dalam waktu yang
antikonvulsan, lama
antidepresan,  Kolaburasi dengan ahli gizi
kalsium diet tinggi serat dan cairan
karbonat,diuretik,  Dorong peningkatan aktivitas
besi, overdosis yang optimal
laksatif, NSAID,  Sediakan privacy dan
opiat, sedatif. keamanan selama BAB
 Mekanis:
ketidakseimbangan
elektrolit,
hemoroid,
gangguan
neurologis,
obesitas, obstruksi
pasca bedah, abses
rektum, tumor
 Fisiologis:
perubahan pola
makan dan jenis
makanan,
penurunan

40
motilitas
gastrointestnal,
dehidrasi, intake
serat dan cairan
kurang, perilaku
makan yang buruk

Batasan
Karakteristik
 Nyeri perut
 Ketegangan perut
 Anoreksia
 Perasaan tekanan
pada rektum
 Nyeri kepala
 Peningkatan
tekanan abdominal
 Mual
 Defekasi dengan
nyeri
 Feses dengan
darah segar
 Perubahan pola
BAB
 Feses berwarna
gelap
 Penurunan
frekuensi BAB
 Penurunan volume
feses
 Distensi abdomen

41
 Feses keras
 Bising usus
hipo/hiperaktif
 Teraba massa
abdomen atau
rektal
 Perkusi tumpul
 Sering flatus
 Muntah
2. Resiko ketidakseim NOC : NIC:
bangan nutrisi Nutritional Nutrition Management
kurang dari Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi
b/d gangguan untuk menentukan jumlah
dalam pemberian Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang
makan  Adanya dibutuhkan pasien
peningkatan  Anjurkan pasien untuk
Definisi : Intake berat badan meningkatkan intake Fe
nutrisi tidak cukup sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk
untuk keperluan tujuan meningkatkan protein dan
metabolisme tubuh.  Berat badan vitamin C
ideal sesuai  Berikan substansi gula
Batasan dengan tinggi  Yakinkan diet yang dimakan
karakteristik: badan mengandung tinggi serat untuk
 Berat badan 20 %  Mampu mencegah konstipasi
atau lebih di bawah mengidentifik  Berikan makanan yang terpilih
ideal asi kebutuhan ( sudah dikonsultasikan
 Dilaporkan adanya nutrisi dengan ahli gizi)
intake makanan  Tidak ada  Ajarkan pasien bagaimana
yang kurang dari tanda tanda membuat catatan makanan
RDA malnutrisi harian.
(Recomended

42
Daily Allowance)  Tidak terjadi  Monitor jumlah nutrisi dan
penurunan kandungan kalori
 Membran mukosa berat badan  Berikan informasi tentang
dan konjungtiva yang berarti kebutuhan nutrisi
pucat  Kaji kemampuan pasien untuk
 Kelemahan otot mendapatkan nutrisi yang
yang digunakan dibutuhkan
untuk
menelan/menguny Nutrition Monitoring
ah  BB pasien dalam batas normal
 Luka, inflamasi  Monitor adanya penurunan
pada rongga mulut berat badan
 Mudah merasa  Monitor tipe dan jumlah
kenyang, sesaat aktivitas yang biasa dilakukan
setelah mengunyah  Monitor interaksi anak atau
makanan orangtua selama makan
 Dilaporkan atau  Monitor lingkungan selama
fakta adanya makan
kekurangan  Jadwalkan pengobatan dan
makanan tindakan tidak selama jam
 Dilaporkan adanya makan
perubahan sensasi  Monitor kulit kering dan
rasa perubahan pigmentasi
 Perasaan  Monitor turgor kulit
ketidakmampuan  Monitor kekeringan, rambut
untuk mengunyah kusam, dan mudah patah
makanan  Monitor mual dan muntah
 Miskonsepsi  Monitor kadar albumin, total
 Kehilangan BB protein, Hb, dan kadar Ht
dengan makanan  Monitor makanan kesukaan
cukup  Monitor pertumbuhan dan

43
 Keengganan untuk perkembangan
makan  Monitor pucat, kemerahan, dan
 Kram pada kekeringan jaringan
abdomen konjungtiva
 Tonus otot jelek  Monitor kalori dan intake
 Nyeri abdominal nutrisi
dengan atau tanpa  Catat adanya edema,
patologi hiperemik, hipertonik papila
 Kurang berminat lidah dan cavitas oral.
terhadap makanan  Catat jika lidah berwarna
 Pembuluh darah magenta, scarlet
kapiler mulai
rapuh
 Diare dan atau
steatorrhea
 Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
 Suara usus
hiperaktif
 Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi

44
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.
3. Resiko kekurangan NOC: Fluid management
volume cairan b/d  Fluid balance  Timbang popok/pembalut jika
kehilangan cairan  Hydration diperlukan
secara aktif,  Nutritional  Pertahankan catatan intake dan
kurangnya intake Status : Food output yang akurat
cairan and Fluid  Monitor status hidrasi (
Intake kelembaban membran mukosa,
Definisi : Penurunan nadi adekuat, tekanan darah
cairan intravaskuler, Kriteria Hasil : ortostatik ), jika diperlukan
interstisial, dan/atau  Mempertahan  Monitor vital sign
intrasellular. Ini kan urine  Monitor masukan makanan /
mengarah ke output sesuai cairan dan hitung intake kalori
dehidrasi, dengan usia harian
kehilangan cairan dan BB, BJ  Lakukan terapi IV
dengan pengeluaran urine normal,  Monitor status nutrisi
sodium HT normal  Berikan cairan
 Tekanan  Berikan cairan IV pada suhu
Batasan darah, nadi, ruangan
Karakteristik: suhu tubuh  Dorong masukan oral
 Kelemahan dalam batas  Berikan penggantian
 Haus normal nesogatrik sesuai output
 Penurunan turgor  Tidak ada  Dorong keluarga untuk
kulit/lidah tanda tanda membantu pasien makan
 Membran dehidrasi,  Tawarkan snack ( jus buah,
mukosa/kulit Elastisitas buah segar )
kering turgor kulit
 Kolaborasi dokter jika tanda
 Peningkatan baik, membran
cairan berlebih muncul
denyut nadi, mukosa

45
penurunan lembab, tidak meburuk
tekanan darah, ada rasa haus  Atur kemungkinan tranfusi
penurunan yang  Persiapan untuk tranfusi
volume/tekanan berlebihan
nadi
 Pengisian vena
menurun
 Perubahan status
mental
 Konsentrasi urine
meningkatkan
 Temperatur tubuh
meningkat
 Hematokrit
meninggi
 Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada
third spacing)

Faktor-faktor yang
berhubungan:
 Kehilangan
volume cairan
secara aktif
 Kegagalan
mekanisme
pengaturan

46
Post Bedah
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Kerusakan NOC : Tissue NIC : Pressure Management
integritas kulit b/d Integrity : Skin  Anjurkan pasien untuk
insisi pembedahan and Mucous menggunakan pakaian yang
Membranes longgar
Definisi : Perubahan  Hindari kerutan padaa tempat
pada epidermis dan Kriteria Hasil : tidur
dermis  Integritas kulit  Jaga kebersihan kulit agar
yang baik bisa tetap bersih dan kering
Batasan dipertahankan  Mobilisasi pasien (ubah posisi
karakteristik: (sensasi, pasien) setiap dua jam sekali
 Gangguan pada elastisitas,  Monitor kulit akan adanya
bagian tubuh temperatur, kemerahan
 Kerusakan lapisa hidrasi,  Oleskan lotion atau
kulit (dermis) pigmentasi) minyak/baby oil pada derah
 Gangguan  Tidak ada yang tertekan
permukaan kulit luka/lesi pada  Monitor aktivitas dan
(epidermis) kulit mobilisasi pasien
 Perfusi  Monitor status nutrisi pasien
Faktor yang jaringan baik  Memandikan pasien dengan
berhubungan :  Menunjukkan sabun dan air hangat
Eksternal: pemahaman  Lakukan perawatan luka
 Hipertermia atau dalam proses
hipotermia perbaikan kulit
 Substansi kimia dan mencegah
 Kelembaban udara terjadinya
 Faktor mekanik cedera
(misalnya : alat berulang
yang dapat  Mampu
menimbulkan luka, melindungi

47
tekanan, restraint) kulit dan
 Immobilitas fisik mempertahan
 Radiasi kan kelemba
 Usia yang ekstrim ban kulit dan

 Kelembaban kulit perawatan

 Obat-obatan alami

Internal :
 Perubahan status
metabolik
 Tulang menonjol
 Defisit imunologi
 Faktor yang
berhubungan
dengan
perkembangan
 Perubahan sensasi
 Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
 Perubahan status
cairan
 Perubahan
pigmentasi
 Perubahan
sirkulasi
 Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

48
2. Nyeri akut b/d NOC : NIC :
Agen injuri (biologi,  Pain Level, (Pain Management)
kimia, fisik,  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri
psikologis),  Comfort secara komprehensif
kerusakan jaringan level termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria hasil: presipitasi
 Mampu  Observasi reaksi nonverbal
mengontrol dari ketidaknyamanan
nyeri (tahu  Bantu pasien dan keluarga
penyebab untuk mencari dan
nyeri, menemukan dukungan
mampu  Kontrol lingkungan yang
mengguna dapat mempengaruhi nyeri
kan tehnik seperti suhu ruangan,
nonfarmako pencahayaan dan kebisingan
logi untuk  Kurangi faktor presipitasi
mengurangi nyeri
nyeri,  Kaji tipe dan sumber nyeri
mencari untuk menentukan intervensi
bantuan)  Ajarkan tentang teknik non
 Melaporkan farmakologi: napas dala,
bahwa nyeri relaksasi, distraksi, kompres
berkurang hangat/ dingin
dengan  Berikan analgetik untuk
mengguna mengurangi nyeri: ……...
kan  Tingkatkan istirahat
manajemen  Berikan informasi tentang
nyeri nyeri seperti penyebab nyeri,
 Mampu berapa lama nyeri akan
mengenali

49
nyeri (skala, berkurang dan antisipasi
intensitas, ketidaknyamanan dari
frekuensi dan prosedur
tanda nyeri)  Monitor vital sign sebelum
 Menyatakan dan sesudah pemberian
rasa nyaman analgesik pertama kali
setelah nyeri
berkurang
 Tanda vital
dalam
rentang
normal
 Tidak
mengalami
gangguan
tidur

50
3. ATRESIA ANI
A. DEFINISI ATRESIA ANI
Istilah atresia ani berasal dari bahasa Yunani yaitu “ a “ yang artinya
tidak ada dan trepsis yang berarti makanan dan nutrisi. Dalam istilah
kedokteran, atresia ani adalah suatu keadaan tidak adanya atau tertutupnya
lubang yang normal.
Atresia ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus
imperforata meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya .Atresia
ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau
saluran anus (Donna, 2003). Atresia ani adalah tidak lengkapnya
perkembangan embrionik pada distal anus atau tertutupnya anus secara
abnormal. Atresia ani atau anus imperforata adalah tidak terjadinya
perforasi membran yang memisahkan bagian endoterm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna.
Anus tampak rata atau sedikit cekung ke dalam atau kadang
berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung dengan rektum.
B. ETIOLOGI
Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti,
namun ada sumber yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di
sebabkan oleh :
1. Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari
tonjolan Embrionik.
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi
lahir tanpa lubang anus.
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani,
karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan
berusia 12 minggu atau 3 bulan.
4. Kelainan bawaan, anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter,
dan otot dasar panggul. Namum demikian pada agenesis anus, sfingter
internal mungkin tidak memadai. Menurut penelitian beberapa ahli
masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi
penyebab atresia ani. Orang tua tidak diketahui apakah mempunyai
gen carier penyakit ini. Janin yang diturunkan dari kedua orang tua
yang menjadi carier saat kehamilan mempunyai peluang sekitar 25 %
- 30 % dari bayi yang mempunyai 19 sindrom genetik, abnormalitas
kromosom, atau kelainan kongenital lain juga beresiko untuk
menderita atresia ani (Purwanto, 2001).
C. FAKTOR PREDISPOSISI
Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan
kongenital saat lahir, seperti :
1. Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali
pada gastrointestinal.
2. Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.
D. Tanda dan Gejala
1. Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat
defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih
tinggi.
2. Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula.
3. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala
bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang
rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki
dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau
uretra dan jarang rektoperineal.
Gejala yang akan timbul :
1. Mekonium tidak keluar dalm 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya salah.
4. Perut kembung.
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.(Ngastiyah, 2005)
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dalam tindakan atresia ani yaitu :
1. Pembuatan kolostomi
Kolostomi adalah sebuah lubang buatan yang dibuat oleh dokter ahli
bedah pada dinding abdomen untuk mengeluarkan feses. Pembuatan
lubang biasanya sementara atau permanen dari usus besar atau colon
iliaka. Untuk anomali tinggi, dilakukan kolostomi beberapa hari
setelah lahir.
2. PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
Bedah definitifnya, yaitu anoplasty dan umumnya ditunda 9 sampai 12
bulan. Penundaan ini dimaksudkan untuk memberi waktu pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga
memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah
baik status nutrisinya.
3. Tutup kolostomi
Tindakan yang terakhir dari atresia ani. Biasanya beberapa hari setelah
operasi, anak akan mulai BAB melalui anus. Pertama, BAB akan sering
tetapi seminggu setelah operasi BAB berkurang frekuensinya dan agak
padat.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Konsep teori yang digunakan penulis adalah model konseptual
keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan
menjadi 11 konsep yang meliputi :
a. Pola Persepsi Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan
di rumah.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Anoreksia, penurunan BB dan malnutrisi umumnya terjadi pada
pasien dengan atresia ani post tutup kolostomi. Keinginan pasien
untuk makan mungkin terganggu oleh mual dan muntah
dampak dari anastesi.
c. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru
maka tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang melebihi kebutuhan
dan dari produk buangan. Oleh karena itu pada pasien atresia ani
tidak terdapatnya lubang pada anus, sehingga pasien akan
mengalami kesulitan dalam defekasi.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Pola latihan dan aktivitas dipertahankan untuk menghindari
kelemahan otot.
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman
dan daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab
pertanyaan.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien mungkin pola istirahat dan tidur terganggu karena
nyeri pada luka insisi.
g. Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image,
body comfort. Tidak terjadi perilaku distraksi, gelisah, penolakan
karena dampak luka jahitan operasi.
h. Pola Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan
sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi sosial sebagai alat
reproduksi.
j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan
dan rumah.
k. Pola Keyakinan
Untuk menerapkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian.
Dengan ini diharapkan perawat memberikan motivasi dan
pendekatan terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
2. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani
biasanya anus tampak merah, usus melebar, termometer yang
dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada auskultasi
terdengar hiperperistaltik, tanpa mekonium dalam waktu 24 jam setelah
bayi lahir, tinja dalam urine dan vagina.
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
a. Pre Operasi
1) Konstipasi berhubungan dengan tidak lengkapnya pembentukan
anus.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah.
3) Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang penyakit dan prosedur perawatan.
b. Post Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan.
2) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.
4) Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan
kebutuhan perawatan dirumah
4. Intervensi Keperawatan
Pra Bedah
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Konstipasi NOC: NIC :
berhubungan dengan  Bowl Manajemen konstipasi
 Fungsi:kelemahan Elimination  Identifikasi faktor-faktor yang
otot abdominal,  Hidration menyebabkan konstipasi
Aktivitas fisik  Monitor tanda-tanda ruptur
tidak mencukupi Kriteria Hasil: bowel/peritonitis
 Perilaku defekasi  Pola BAB  Jelaskan penyebab dan
tidak teratur dalam batas rasionalisasi tindakan pada
 Perubahan normal pasien
lingkungan  Feses lunak  Konsultasikan dengan dokter
 Toileting tidak  Cairan dan tentang peningkatan dan
adekuat: posisi serat adekuat penurunan bising usus
defekasi, privasi  Aktivitas  Kolaburasi jika ada tanda dan
 Psikologis: adekuat gejala konstipasi yang menetap
depresi, stress  Hidrasi  Jelaskan pada pasien manfaat
emosi, gangguan adekuat diet (cairan dan serat) terhadap
mental eliminasi
 Farmakologi:  Jelaskan pada klien
antasid, konsekuensi menggunakan
antikolinergis, laxative dalam waktu yang
antikonvulsan, lama
antidepresan,  Kolaburasi dengan ahli gizi
kalsium diet tinggi serat dan cairan
karbonat,diuretik,  Dorong peningkatan aktivitas
besi, overdosis yang optimal
laksatif, NSAID,  Sediakan privacy dan
opiat, sedatif. keamanan selama BAB
 Mekanis:
ketidakseimbangan
elektrolit,
hemoroid,
gangguan
neurologis,
obesitas, obstruksi
pasca bedah, abses
rektum, tumor
 Fisiologis:
perubahan pola
makan dan jenis
makanan,
penurunan
motilitas
gastrointestnal,
dehidrasi, intake
serat dan cairan
kurang, perilaku
makan yang buruk

Batasan
Karakteristik
 Nyeri perut
 Ketegangan perut
 Anoreksia
 Perasaan tekanan
pada rektum
 Nyeri kepala
 Peningkatan
tekanan abdominal
 Mual
 Defekasi dengan
nyeri
 Feses dengan
darah segar
 Perubahan pola
BAB
 Feses berwarna
gelap
 Penurunan
frekuensi BAB
 Penurunan volume
feses
 Distensi abdomen
 Feses keras
 Bising usus
hipo/hiperaktif
 Teraba massa
abdomen atau
rektal
 Perkusi tumpul
 Sering flatus
 Muntah

2. Resiko kekurangan NOC: Fluid management


volume cairan b/d  Fluid balance  Timbang popok/pembalut jika
kehilangan cairan  Hydration diperlukan
secara aktif,  Nutritional  Pertahankan catatan intake dan
kurangnya intake Status : Food output yang akurat
cairan and Fluid  Monitor status hidrasi (
Intake kelembaban membran mukosa,
Definisi : Penurunan nadi adekuat, tekanan darah
cairan intravaskuler, Kriteria Hasil : ortostatik ), jika diperlukan
interstisial, dan/atau  Mempertahan  Monitor vital sign
intrasellular. Ini kan urine  Monitor masukan makanan /
mengarah ke output sesuai cairan dan hitung intake kalori
dehidrasi, dengan usia harian
kehilangan cairan dan BB, BJ  Lakukan terapi IV
dengan pengeluaran urine normal,  Monitor status nutrisi
sodium HT normal  Berikan cairan
 Tekanan  Berikan cairan IV pada suhu
Batasan darah, nadi, ruangan
Karakteristik: suhu tubuh  Dorong masukan oral
 Kelemahan dalam batas  Berikan penggantian
 Haus normal nesogatrik sesuai output
 Penurunan turgor  Tidak ada  Dorong keluarga untuk
kulit/lidah tanda tanda membantu pasien makan
 Membran dehidrasi,  Tawarkan snack ( jus buah,
mukosa/kulit Elastisitas buah segar )
kering turgor kulit
 Kolaborasi dokter jika tanda
 Peningkatan baik, membran
cairan berlebih muncul
denyut nadi, mukosa
meburuk
penurunan lembab, tidak
 Atur kemungkinan tranfusi
tekanan darah, ada rasa haus
 Persiapan untuk tranfusi
penurunan yang
volume/tekanan berlebihan
nadi
 Pengisian vena
menurun
 Perubahan status
mental
 Konsentrasi urine
meningkatkan
 Temperatur tubuh
meningkat
 Hematokrit
meninggi
 Kehilangan berat
badan seketika
(kecuali pada
third spacing)

Faktor-faktor yang
berhubungan:
 Kehilangan
volume cairan
secara aktif
 Kegagalan
mekanisme
pengaturan

3. Cemas (Keluarga) NOC : NIC :Anxiety Reduction


b/d proses  Anxiety (penurunan kecemasan)
pembedahan control  Gunakan pendekatan yang
 Coping menenangkan
 Impulse  Nyatakan dengan jelas harapan
Definisi : control terhadap pelaku pasien
Perasaan gelisah  Jelaskan semua prosedur dan
yang tak jelas dari Kriteria Hasil : apa yang dirasakan selama
ketidaknyamanan  Pasien mampu prosedur
atau ketakutan yang mengidentifik  Pahami prespektif pasien
disertai respon asi dan terhdap situasi stres
autonom (sumner mengungkapk  Temani pasien untuk
tidak spesifik atau an gejala memberikan keamanan dan
tidak diketahui oleh cemas mengurangi takut
individu); perasaan  Mengidentifik  Berikan informasi faktual
keprihatinan asi,mengungka
disebabkan dari pkan dan mengenai diagnosis, tindakan
antisipasi terhadap menunjukkan prognosis
bahaya. Sinyal ini tehnik untuk  Dorong keluarga untuk
merupakan mengontol menemani anak
peringatan adanya cemas  Lakukan back / neck rub
ancaman yang akan  Vital sign  Dengarkan dengan penuh
datang dan dalam batas perhatian
memungkinkan normal  Identifikasi tingkat kecemasan
individu untuk  Postur tubuh,  Bantu pasien mengenal situasi
mengambil langkah ekspresi yang menimbulkan kecemasan
untuk menyetujui wajah, bahasa  Dorong pasien untuk
terhadap tindakan tubuh dan mengungkapkan perasaan,
Ditandai dengan: tingkat ketakutan, persepsi
 Gelisah aktivitas  Instruksikan pasien
 Insomnia menunjukkan menggunakan teknik relaksasi
 Resah berkurangnya  Berikan obat untuk
 Ketakutan kecemasan mengurangi kecemasan
 Sedih
 Fokus pada diri
 Kekhawatiran
 Cemas

Post Bedah
Diagnosa Tujuan dan
No. Intervensi
Keperawatan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut b/d NOC : NIC :
Agen injuri (biologi,  Pain Level, (Pain Management)
kimia, fisik,  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri
psikologis),  Comfort secara komprehensif
kerusakan jaringan level termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria hasil: presipitasi
 Mampu  Observasi reaksi nonverbal
mengontrol dari ketidaknyamanan
nyeri (tahu  Bantu pasien dan keluarga
penyebab untuk mencari dan
nyeri, menemukan dukungan
mampu  Kontrol lingkungan yang
mengguna dapat mempengaruhi nyeri
kan tehnik seperti suhu ruangan,
nonfarmako pencahayaan dan kebisingan
logi untuk  Kurangi faktor presipitasi
mengurangi nyeri
nyeri,  Kaji tipe dan sumber nyeri
mencari untuk menentukan intervensi
bantuan)  Ajarkan tentang teknik non
 Melaporkan farmakologi: napas dala,
bahwa nyeri relaksasi, distraksi, kompres
berkurang hangat/ dingin
dengan  Berikan analgetik untuk
mengguna mengurangi nyeri: ……...
kan  Tingkatkan istirahat
manajemen
 Berikan informasi tentang
nyeri nyeri seperti penyebab nyeri,
 Mampu berapa lama nyeri akan
mengenali berkurang dan antisipasi
nyeri (skala, ketidaknyamanan dari
intensitas, prosedur
frekuensi dan  Monitor vital sign sebelum
tanda nyeri) dan sesudah pemberian
 Menyatakan
rasa nyaman analgesik pertama kali
setelah nyeri
berkurang
 Tanda vital
dalam
rentang
normal
 Tidak
mengalami
gangguan
tidur

2. Ketidakseim NOC : NIC:


bangan nutrisi Nutritional Nutrition Management
kurang dari Status : food and  Kaji adanya alergi makanan
kebutuhan tubuh Fluid Intake  Kolaborasi dengan ahli gizi
b/d perubahan diet untuk menentukan jumlah
pasca operasi Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang
 Adanya dibutuhkan pasien
Definisi : Intake peningkatan  Anjurkan pasien untuk
nutrisi tidak cukup berat badan meningkatkan intake Fe
untuk keperluan sesuai dengan  Anjurkan pasien untuk
metabolisme tubuh. tujuan meningkatkan protein dan
 Berat badan vitamin C
Batasan ideal sesuai  Berikan substansi gula
karakteristik: dengan tinggi  Yakinkan diet yang dimakan
 Berat badan 20 % badan mengandung tinggi serat untuk
atau lebih di bawah  Mampu mencegah konstipasi
ideal mengidentifik  Berikan makanan yang terpilih
 Dilaporkan adanya asi kebutuhan ( sudah dikonsultasikan
intake makanan nutrisi dengan ahli gizi)
yang kurang dari  Tidak ada
RDA tanda tanda  Ajarkan pasien bagaimana
(Recomended malnutrisi membuat catatan makanan
Daily Allowance)  Tidak terjadi harian.
penurunan  Monitor jumlah nutrisi dan
 Membran mukosa berat badan kandungan kalori
dan konjungtiva yang berarti  Berikan informasi tentang
pucat kebutuhan nutrisi
 Kelemahan otot  Kaji kemampuan pasien untuk
yang digunakan mendapatkan nutrisi yang
untuk dibutuhkan
menelan/menguny
ah Nutrition Monitoring
 Luka, inflamasi  BB pasien dalam batas normal
pada rongga mulut  Monitor adanya penurunan
 Mudah merasa berat badan
kenyang, sesaat  Monitor tipe dan jumlah
setelah mengunyah aktivitas yang biasa dilakukan
makanan  Monitor interaksi anak atau
 Dilaporkan atau orangtua selama makan
fakta adanya  Monitor lingkungan selama
kekurangan makan
makanan  Jadwalkan pengobatan dan
 Dilaporkan adanya tindakan tidak selama jam
perubahan sensasi makan
rasa  Monitor kulit kering dan
 Perasaan perubahan pigmentasi
ketidakmampuan  Monitor turgor kulit
untuk mengunyah  Monitor kekeringan, rambut
makanan kusam, dan mudah patah
 Miskonsepsi  Monitor mual dan muntah
 Kehilangan BB  Monitor kadar albumin, total
dengan makanan
cukup protein, Hb, dan kadar Ht
 Keengganan untuk  Monitor makanan kesukaan
makan  Monitor pertumbuhan dan
 Kram pada perkembangan
abdomen  Monitor pucat, kemerahan, dan
 Tonus otot jelek kekeringan jaringan
 Nyeri abdominal konjungtiva
dengan atau tanpa  Monitor kalori dan intake
patologi nutrisi
 Kurang berminat  Catat adanya edema,
terhadap makanan hiperemik, hipertonik papila
 Pembuluh darah lidah dan cavitas oral.
kapiler mulai  Catat jika lidah berwarna
rapuh magenta, scarlet
 Diare dan atau
steatorrhea
 Kehilangan rambut
yang cukup banyak
(rontok)
 Suara usus
hiperaktif
 Kurangnya
informasi,
misinformasi

Faktor-faktor yang
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau
mencerna makanan
atau mengabsorpsi
zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis,
psikologis atau
ekonomi.

3. Resiko Infeksi b/d NOC : NIC :


kelainan § Immune Status (Infection Control)
Knowledge :  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko : Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
 Prosedur Infasi § Risk control  Cuci tangan setiap sebelum
 Kerusakan dan sesudah tindakan
jaringan dan keperawatan
peningkatan Kriteria hasil:  Gunakan baju, sarung tangan
paparan  Klien bebas sebagai alat pelindung
lingkungan dari tanda  Ganti letak IV perifer dan
 Malnutrisi dan gejala dressing sesuai dengan
 Peningkatan infeksi petunjuk umum
paparan  Menunjukan  Gunakan kateter intermiten
lingkungan kemampuan untuk menurunkan infeksi
patogen untuk kandung kencing
 Imonusupresi mencegah  Tingkatkan intake nutrisi
 Tidak adekuat timbulnya  Berikan terapi
pertahanan infeksi antibiotik:............................
sekunder  Jumlah  Monitor tanda dan gejala
(penurunan Hb, leukosit infeksi sistemik dan lokal
dalam batas
Leukopenia,  Pertahankan teknik isolasi
penekanan respon normal k/p
inflamasi)  Menunjukka  Inspeksi kulit dan membran
 Penyakit kronik n perilaku mukosa terhadap kemerahan,
 Imunosupresi hidup sehat
panas, drainase
 Malnutrisi  Status imun,
 Pertahanan gastrointestin  Monitor adanya luka
primer tidak al,  Dorong masukan cairan
adekuat genitourinari  Dorong istirahat
(kerusakan kulit, a dalam batas  Ajarkan pasien dan keluarga
trauma jaringan, normal tanda dan gejala infeksi
gangguan  Kaji suhu badan pada pasien
peristaltik) neutropenia setiap 4 jam
 Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung granulosit,
WBC
 Monitor kerentangan
terhadap infeksi
4.. Kurang NOC: NIC :
pengetahuan b/d  Knowledge : Teaching : disease Process
proses penyakit, disease  Berikan penilaian tentang
prosedur process tingkat pengetahuan pasien
perawatan,  Kowledge : tentang proses penyakit yang
pengobatan health spesifik
Behavior  Jelaskan patofisiologi dari
Definisi : Kriteria Hasil : penyakit dan bagaimana hal ini
Tidak adanya atau  Pasien dan berhubungan dengan anatomi
kurangnya informasi keluarga dan fisiologi, dengan cara yang
kognitif sehubungan menyatakan tepat.
dengan topic pemahaman  Gambarkan tanda dan gejala
spesifik. tentang yang biasa muncul pada
penyakit, penyakit, dengan cara yang
Batasan kondisi, tepat
karakteristik: prognosis dan
memverbalisasikan program  Gambarkan proses penyakit,
adanya masalah, pengobatan dengan cara yang tepat
ketidakakuratan
mengikuti instruksi,  Pasien dan  Identifikasi kemungkinan
perilaku tidak sesuai. keluarga penyebab, dengna cara yang
mampu tepat
Faktor yang melaksanakan  Sediakan informasi pada
berhubungan : prosedur yang pasien tentang kondisi, dengan
keterbatasan dijelaskan cara yang tepat
kognitif, interpretasi secara benar  Hindari harapan yang kosong
terhadap informasi  Pasien dan  Sediakan bagi keluarga atau
yang salah, keluarga SO informasi tentang
kurangnya keinginan mampu kemajuan pasien dengan cara
untuk mencari menjelaskan yang tepat
informasi, tidak kembali apa  Diskusikan perubahan gaya
mengetahui sumber- yang hidup yang mungkin
sumber informasi. dijelaskan diperlukan untuk mencegah
perawat/tim komplikasi di masa yang akan
kesehatan datang dan atau proses
lainnya pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan, dengan
cara yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan
bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat kelahiran atau
beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau
cacat bawaan pada neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom,
faktor genetik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor
hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya.
3. Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu
encephalocele, hidrocephalus, bibir sumbing (Labio Paltoskiziz),
atressia esofagus, atrssia ani, hirschprung, spina bifida, kelainan
jantung kongenital, omfalokel.
4. Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang
memerlukan tindakan bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan
kelainan kongenital yang memerlukan koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal
ini harus dibicarakan dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor
penyebab, langkah-langkah penanganan dan prognosisnya.
Kelainan kongenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan
resiko terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alkohol,
menghindari rokok , obat terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga
teratur, menjalani vaksinasi, melakukan pemeriksaan prenatal dengan rutin,
dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:
1. Dalam mempelajari asuhan neonates, seorang perawat diharapkan
mengetahui kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya
terjadi pada neonatus sehingga mampu memberikan asuhan neonates
dengan baik dan sesuai dengan kewenangan profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam
pembuatan makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul
makalah ini, diharapkan kekurangan yang ada pada makalah ini dapat
diperbaharui denganbaik.
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C.L. 2003. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Doenges, M.E.dkk.1999. Rencana Asuhan Keperawatan & Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III.Alih

Bahasa: I Made Kriasa. Jakarta : EGC

Donna, L Wong. 2004. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis NANDA NIC-NOC. Jilid 1, 2, & 3. Jogjakarta : Mediaction.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC

Morgan Speer, Kathleen. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan

Clinical Pathways. Jakarta: EGC

Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985 Buku Kuliah Ilmu Kesehatan

Anak : Infomedika Jakarta

Das könnte Ihnen auch gefallen