Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
– Kapas secukupnya.
– Spon-spon plastik
– Shampho
– Kapur barus
– Air
– Minyak wangi
– 3 buah ember untuk tempat airnya (1 untuk tempat melarutkan daun bidara serbuk, 1 untuk air bersih
– 2 buah gayung (1 untuk ember daun bidara dan 1 lagi untuk ember air bersih dan ember kamper) .
– Handuk lebar .
– Kain untuk penutup saat tubuh mayat telah dikeringkan dari sisa air pemandian.
– Plester kedap air (bila dibutuhkan untuk menutupi luka yang ada pada mayat).
Memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila kuku-kuku jenazah itu panjang, maka
dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun bulu kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu
Kemudian petugas mengangkat kepala jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu ia menjalankan
tangannya (lengan bawah seperti pada gambar di atas) ke atas perut jenazah sambil menekannya dengan
5. Mewudlukannya
Setelah selesai membersihkan mayat maka dilanjutkan dengan me-wudlu’-kan jenazah tersebut sebagaimana
wudlu’ untuk shalat, kecuali pada kumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung). Maka cukup
dengan petugas mengusap gigi-gigi jenazah serta kedua lubang hidungnya dengan dua jari yang sudah
dibasahi air. Atau bisa juga dengan secarik kain yang dibasahi air. Dan jangan memasukkan air ke dalam mulut
6. Memandikannya
Selanjutnya petugas membasuh kepala dan janggutnya dengan air buih sidrin (daun bidara) atau dengan busa
sabun. Kemudian membasuh anggota tubuhnya yang bagian kanan. Dimulai dari sisi kanan tengkuknya,
kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya yang sebelah kanan, kemudian
sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis dan telapak kaki yang sebelah kanan.
Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian membasuh belahan
punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama petugas membasuh anggota tubuh
jenazah yang sebelah kanan, lalu membalikkannya hingga miring ke sebelah kanan dan membasuh belahan
Apabila sudah bisa bersih, maka yang wajib adalah memandikannya satu kali dan mustahabb (disukai /
sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka ditambah lagi memandikannya sampai bersih atau
sampai tujuh kali. Dan disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang terakhir, karena bisa
mewangikan jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah ditambahkannya kapur barus ini pada
Setelah selesai dari memandikan jenazah ini petugas mengelapnya (menghandukinya) dengan kain atau yang
semisalnya.
Kemudian didatangkan jenazah yang sudah dimandikan lalu diletakkan di atas lembaran-lembaran kain kafan
itu dengan posisi terlentang. Kemudian didatangkan hanuth yaitu minyak wangi (parfum) dan kapas. Lalu
kapas tersebut dibubuhi parfum dan diletakkan di antara kedua pantat jenazah, serta dikencangkan dengan
secarik kain di atasnya. Kemudian sisa kapas yang lain yang sudah diberi parfum diletakkan di atas kedua
matanya, kedua lubang hidungnya, mulutnya, kedua telinganya dan di atas tempat-tempat sujudnya, yaitu
dahinya, hidungnya, kedua telapak tangannya, kedua lututnya, ujung-ujung jari kedua telapak kakinya, dan
juga pada kedua lipatan ketiaknya, kedua lipatan lututnya, serta pusarnya. Dan diberi parfum pula antara
Selanjutnya ujung kain kafan yang paling atas yang sebelah kiri dilipatkan (diselimutkan) ke sisi tubuhnya yang
sebelah kanan. Dan ujung yang sebelah kanan diselimutkan ke sisi tubuhnya yang sebelah kiri. Berikutnya
lembaran kafan yang kedua juga seperti itu, demikian pula lembaran yang ketiga. Dan hendaknya lebihan
panjang kain kafan yang ada di bagian kepala lebih panjang dari pada lebihan yang ada di bagian kedua
kakinya. Kemudian lebihan kain kafan yang ada pada bagian kepala di himpun dan dilipat ke atas wajahnya,
sedangkan lebihan kain kafan yang ada pada bagian kaki dihimpun dan ke atas kakinya (ke arah atas).
Kemudian kain-kain kafan itu diikat agar tidak berlepasan dan (nantinya) ikatan-ikatan ini dilepas di dalam