Sie sind auf Seite 1von 15

ISSN 2303-1433

PENGALAMAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN PERILAKU KEKERASAN YANG


DISEBABKAN HALUSINASI DI RUANG MELATI RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT
LAWANG

Sulistyono , Indah winarni , Heni Dwi Windarwati

ABSTRACT
The high numbers of patients with an angry expression of asertif with a history of
violent behavior that average caused hallucinations, need to get attention and serious
handling for all parties concerned especially the nurse on duty in rsj dr. Radjiman
wediodiningrat lawang. This is because the patients in acute conditions as mentioned
above. may harm or threaten the safety of the patient or the safety of others. Research
purposes which is to dig experience nurse in giving an orphanage nursing in patients
behavior violence caused hallucinations in melati room rsj dr. Radjiman wediodiningrat
lawang. The method of this research is to use qualitative research designs with descriptive
phenomenology of approach. Participants who participated in this research as many as four
people room nurse melati rsj dr. Radjiman wediodiningrat lawang. The result of analisi
with the methods colaizzi against the transcript verbatim produce three themes the steps
the preformance of the process of nursing, self-awareness, and empathy. A conclusion that
obtained from the results of this research is a nurse in to treating a patient behavior
violence caused hallucinations there has been a cycle is turning which is that of self-
awareness, empathy, and carry out steps in the process of nursing. The institution clinic
should increase the capability of perawatnya especially in treating patients in the condition
of acute or crisis
Key words: patients with violent behavior, nurse experience, qualitative

PENDAHULUAN Wediodiningrat Lawang. Hal ini


Dari hasil penelitian yang dikarenakan pasien yang dalam kondisi
dilakukan oleh Dewa Gede Anom di RSJ akut seperti yang tersebut diatas, dapat
Dr. Radjiman Wdiodiningrat lawang membahayakan atau mengancam
(2005), didapatkan data bahwa dari keselamatan pasien sendiri maupun
kapasitas rumah sakit 600 orang, pasien keselamatan orang lain.
yang masuk rumah sakit dirawat inap Realita dilapangan sering ditemukan
dengan ekspresi marah yang tak asertif bahwa tindakan perawat dalam
dengan riwayat perilaku kekerasan yang menangani pasien perilaku kekerasan
rata-rata disebabkan halusinasi cukup yang disebabkan karena halusinasi selalu
banyak yaitu 41,6%, sedangkan sisanya mengedepankan tindakan managemen
mengalami gangguam kemauan, krisis khususnya dilakukan tindakan
gangguan proses pikir, mental organik, manset atau pengekangan pada pasien.
gangguan proses degeneratif, gangguan Ada juga perawat yang dalam
sosial, distres spiritual, gangguan afek penanganannya mengedepankan
emosi, penyalahgunaan napza, tidak kemampuan komunikasinya dengan
tergolongkan. pasien, dan ada juga yang tetap
Tingginya angka pasien dengan melakukan tindakan keperawatan
ekspresi marah yang tak asertif dengan managemen halusinasi atau memaksakan
riwayat perilaku kekerasan yang rata-rata melakukan tindakan keperawatan
disebabkan halusinasi (dalam kondisi membimbing pasien mengontrol
akut), perlu mendapatkan perhatian serta halusinasi. Artinya setiap perawat
penanganan yang serius bagi semua pihak mempunyai cara yang berbeda dalam
yang terkait khususnya perawat yang merawat pasien perilaku kekerasan yang
berdinas di RSJ Dr. Radjiman disebabkan halusinasi.
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 20
ISSN 2303-1433

Tujuan penelitian yaitu untuk dengan alat perekam. Pertanyaan yang


menggali pengalaman perawat dalam diajukan antara lain: bagaimana
memberikan asuhan keperawatan pada pengalaman saudara dalam melakukan
pasien perilaku kekerasan yang pengkajian, bagaimana pengalaman
disebabkan halusinasi di ruang Melati saudara dalam menentukan diagnosa
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat keperawatan, bagaimana pengalaman
Lawang. saudara dalam menentukan rencana
Manfaat dari penelitian ini diharapkan keperawatan, bagaimana pengalaman
dapat menambah wawasan dan dijadikan saudara dalam melaksanakan tindakan
masukkan terhadap teman sejawat dalam keperawatan dan bagaimana pengalaman
merawat pasien dengan perilaku saudara dalam melakukan evaluasi. Hasil
kekerasan, dan dapat memberikan wawancara dibuat transkrip kemudian
pemahaman kepada pasien tentang dianalisis menggunakan pendekatan
perilaku / cara mengontrol marah yang collaizi untuk mendapatkan tema.
efektif serta meningkatkan pengetahuan
pasien tentang masalah yang dialaminya HASIL PENELITIAN
sehingga nanti diharapkan pasien mampu Hasil penelitian ini mengungkapkan
secara mandiri mengatasi tiga tema antara lain: melaksanakan
permasalahannya. tahapan-tahapan dalam proses
Hasil penelitian ini dapat juga keperawatan, kesadaran diri, empati.
digunakan sebagai informasi untuk Melaksanakan tahapan-tahapan dalam
pengembangan ilmu keperawatan proses keperawatan.
terutama dalam hal memberikan asuhan Tahapan proses keperawatan yang
keperawatan kepada pasien perilaku dilakukan oleh perawat dalam merawat
kekerasan yang disebabkan halusinasi, pasien perilaku kekerasan yang
serta menghasilkan teori baru yang disebabkan halusinasi adalah semua
mungkin dapat mendukung teori yang tahapan yang ada dalam proses
sudah ada atau bahkan memberikan keperawatan, hal ini didapat dari hasil
perspektif yang berbeda, sehingga penelitian yang mana dalam tema
nantinya akan mempermudah perawat melaksanakan tahapan-tahapan dalam
dalam melaksanakan perannya dalam proses keperawatan didapatkan sub tema
merawat pasien gangguan jiwa khususnya mulai dari melakukan pengkajian,
pasien yang mengalami perilaku menentukan diagnosa, membuat rencana
kekerasan yang disebabkan halusinasi. keperawatan, melaksanakan tindakan
keperawatan dan melakukan evaluasi.
METODE
Penelitian ini menggunakan desain Pengkajian
riset kualitatif dengan pendekatan Pada pengkajian yang dilakukan pada
fenomenologi deskriptif. Lokasi pasien perilaku kekerasan harus ada
penelitian di ruang Melati RSJ Dr. identifikasi penyebab pasien melakukan
Radjiman Wediodiningrat Lawang. perilaku kekerasan, dalam penelitian ini
Penelitian dilakukan selama tujuh bulan. pada sub tema pengkajian ditemukan sub-
Partisipan yang ikut dalam penelitian ini sub tema identifikasi penyebab marah dan
sebanyak empat orang perawat dengan didalamnya didapatkan katagori tanya
tingkat pendidikan minimal D3 penyebab marah, seperti yang
keperawatan dan dengan pengalamn kerja diungkapkan oleh partisipan sebagai
minimal 5 tahun. berikut:
Data dikumpulkan dengan metode “ Ya jika pasien itu masih ...apa ya....
wawancara semi terstruktur dengan waktu marah-marah ya mungkin marah-marah
kurang lebih 20-40 menit dan direkam bisa dikendalikan istilahnya itu bisa kita

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 21


ISSN 2303-1433

bimbing, kita tanya penyebabnya itu, Sedangkan katagori yang diinginkan


seperti halusinasinya itu...” (P1) sekarang seperti yang diungkapkan oleh
“...maka sementara difiksasi dulu nanti partisipan sebagai berikut:
kalau sudah tenang fiksasinya akan “ Apa yang diinginkan sekarang apa “
dilepas...itu, dan nanti ketika pasien (P1).
sudah tenang kita tanyakan faktor Pada tahap pengkajian, seorang
penyebab dia marah apa...” (P2) perawat harus mengerti bagaimana cara
“ Iya....yang kita lihat, kita observasi dari dalam melakukan pengkajian. Pengkajian
pasien, kemudian selain observasi kita dapat dilakukan dengan wawancara ,
juga menannyakan pada pasien juga observasi dan melihat data yang ada di
untuk mengetahui dia marahnya rekam medik. Pada sub-sub tema cara
kenapa...begitu “ (P3) mengkaji didapatkan katagori observasi,
Pada pengkajian yang dilakukan pada observasi dan wawancara, melihat rekam
pasien perilaku kekerasan yang medik, serta interaksi dan tanya jawab.
disebabkan halusinasi selain harus Pada katagori observasi seperti yang
dilakukan identifikasi penyebab marah diungkapkan oleh pasrtisipan sebagai
juga harus diketahui faktor-faktor berikut:
penyebab halusinasi. Pada penelitian ini “ ... Dan kita ketahui dan
juga didapatkan sub-sub tema identifikasi apa....(menunduk) observasi perilaku atau
penyebab halusinasi yang mana penampilan klinis klien masih memori
didalamnya didapatkan katagori tanda tanda e...kemungkinan munculnya
halusinasi karena apa, seperti yang perilaku kekerasan...” (P4)
diungkapkan oleh partisipan sebagai Sedangkan pada katagori observasi
berikut: dan wawancara yang diungkapkan oleh
“ Pastinya untuk perilaku kekerasan yang partisipan sebagai berikut:
karena halusinasi ee..ya kita cari dulu “ ... jadi mulai dari pengkajian, dari
halusinasi karena apa, halusinasi apa...” pengkajian kita lakukan dengan cara
(P1) observasi dan wawancara ...” (P4)
Kemudian juga harus dilakukan Sedangkan untuk katagori melihat
eksplorasi perasaan pasien. Dari hasil rekam medik telah diungkapkan oleh
penelitian ini didapatkan yang mana partisipan sebagai berikut:
didalamnya didapatkan katagori “ ... untuk menggali data selain
menanyakan keadaan pasien, menanyakan menanyakan pasien kita juga melihat
perasaan, menanyakan apa yang dialami, rekam medik pasien juga...” (P3)
dan yang diinginkan sekarang seperti Untuk katagori interaksi dan tanya
yang diungkapkan partisipan sebagai jawab diungkapkan oleh partisipan
berikut: sebagai berikut:
Katagori menanyakan keadaan pasien “ ... Ya kita interaksi dengan pasien,
seperti yang diungkapkan oleh partisipan interaksi dan tanya jawab apa....? “ (P1)
sebagai berikut: Pada saat seorang perawat yang akan
“ menanyakan keadaan pasien kondisinya melakukan pengkajian harus membina
saat ini juga apa yang dirasakan..” (P1). hubungan saling percaya dulu dengan
Sedangkan katagori menanyakan pasien. Dalam penelitian sub tema
perasaan seperti yang diungkapkan oleh melakukan pengkajian ini didapatkan
partisipan sebagai berikut: katagori membina hubungan saling
“ ya menanyakan perasaannya “ (P1) percaya dan melakukan pengkajian.
“ ... yang ditanyakan....ya perasaan dia Untuk katagori membina hubungan saling
saat itu bagaimana, terus faktor percaya seperti yang diungkapkan
penyebabnya dia marah kenapa, teruse..” partisipan sebagai berikut:
(P2)

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 22


ISSN 2303-1433

“...ya kita sebelumnya kita harus Katagori gangguan proses pikir:


membina hubungan saling percaya dulu “...pasien juga kebanyakan itu juga
dengan pasien tersebut...” (P2) mengalami gangguan proses pikir...”
(P3)
Menentukan diagnosa Dan untuk katagori perilaku kekerasan:
Dari hasil penelitian ini pada sub tema “....yang pertama pasien yang pindahan
menentukan diagnosa keperawatan dari ruang intensive tadi yang memang
didapatkan sub-sub tema mengumpulkan dari sana diagnosanya adalah perilaku
data, mengelompokan data, analisa data, kekerasan...” (P4)
standart, memilih diagnosa, dan cara Kemudian dalam melaksanakan tahapan-
memperioritaskan. Sedangkan pada sub- tahapan dalam proses keperawatan setelah
sub tema cara mengumpulkan data diketahui jenis diagnosa keperawatan
didapatkan katagori mencari data yang yang muncul pada pasien perilaku
sesuai, data didapatkan dari pengkajian, kekerasan yang disebabkan halusinasi,
ditentukan dari data mayor disertai data seorang perawat harus menentukan
minor, analisa data, mendengar lewat prioritas diagnosa. Dalam penelitian ini
telinga, SOP, dan ada acuannya, seperti telah didapatkan sub-sub tema cara
yang diungkapkan partisipan sebagai memperioritaskan yang mana didalamnya
berikut: terdapat katagori perioritaskan yang
“...cara mengetahui diagnosa pasien itu utama seperti yang diungkapkan
dengan mencari data yang sesuai partisipan sebagai berikut:
diagnosa tersebut..” (P2) “ ... tapi yang kita utamakan kita
“ ... kemudian kita ada acuannya, prioritaskan yang utama dulu jadi yang
ya...kalau data subyektifnya seperti ini kita atasi yang utama dulu...” (P3)
obyektifnya seperti ini..oh ini adalah Rencana keperawatan
diagnosanya ini “. (P4) Dalam penelitian ini partisipan
Dalam penelitian ini diagnosa khusunya dalam sub tema menentukan
keperawatan yang sering muncul adalah rencana keperawatan didapatkan dua sub-
diagnosa krisis, perilaku kekerasan, sub tema yaitu, sub-sub tema kondisi
halusinasi dan diagnosa gangguan proses perawatan dalam merencanakan tindakan
pikir, seperti katagori diagnosa krisis, dan sub-sub tema cara merencanakan
diagnosa halusinasi, gangguan proses tindakan.
pikir, dan perilaku kekerasan yang Didalam sub-sub tema kondisi
didapatkan dalam sub-sub tema jenis perawatan dalam merencanakan tindakan
diagnosa, yang mana seperti yang didapatkan beberapa katagori, yaitu
diungkapkan oleh partisipan, yaitu terdapat rencana tindakan, pada kondisi
sebagai berikut:. marah tidak direncanakan, membuat
Pada katagori diagnosa krisis : rencana tindakan, dan merencanakan
“ jika memang perilaku kekerasannya tindakan keperawatan, seperti yang
yang saya katakan tadi tidak bisa saya diungkapkan oleh partisipan sebagai
kontrol maka diagnosa yang kita berikut:
tegakkan pertama diagnosa krisis “ (P3) “Ada terdapat rencana tindakan seperti
Katagori diagnosa halusinasi: untuk halusinasi itru “ (P1)
“untuk mengatasi perilaku kekerasannya Pada sub tema menentukan rencana
tersebut jika sudah mulai tenang kita keperawatan juga didapatkan sub-sub
mulai dengan diagnosa halusinasi...” tema cara merencanakan tindakan, yang
(P3) mana terdiri dari katagori ada
pedomannya, ada SOP, merencanakan
sifatnya individual, menetapkan tujuan,
melibatkan yang bertanggung jawab pada

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 23


ISSN 2303-1433

pasien, perencanaan berasal dari diagnosa, fiksasi, tindakan pengamanan, partisipan


seperti yang diungkapkan partisipan juga melakukan tindakan isolasi. Dalam
sebagai berikut: penelitian ini pada sub-sub tema tindakan
“ ... caranya kalau di rumah sakit khan isolasi didapatkan dua katagori, yaitu:
sudah ada apa. e...pedomannya..” (P2) katagori dimasukkan kamar dan katagori
dimasukkan sampai reda marahnya.
Melakukan tindakan keperawatan Seperti yang diungkapkan partisipan
Dalam penelitian ini, pada sub tema sebagai berikut:
melakukan tindakan keperawatan ini “ Kan dimasukkan kamar “ (P1)
didapatkan beberapa sub-sub tema, yaitu: “ Iya...iya dimasukan sampai dia itu
tindakan fiksasi, tindakan pengamanan, sudah reda marahnya sudah lepas lagi...”
tindakan isolasi, managemen halusinasi, (P1)
orientasi realita, dan persiapan pasien Perawat dalam merawat pasien
pulang. perilaku kekerasan yang disebabkan
Dalam merawat pasien perilaku halusinasi, selain dituntut harus mampu
kekerasan yang disebabkan halusinasi mengatasi perilaku kekerasannya juga
kadang kala pada saat-saat tertentu dituntut harus mengatasi penyebabnya
perawat harus melakukan tindakan fiksasi dalam hal ini adalah halusinasi. Dalam
atau pengikatan. Dalam penelitian ini penelitian ini pada sub-sub tema
pada sub-sub tema tindakan fiksasi managemen halusinasi, didapatkan
didapatkan katagori: dimanset, dilakukan beberapa katagori, yaitu: mengontrol
restrain, tidak perlu direstrain, fiksasi, halusinasi, dibantu untuk mendistraksi,
fiksasi psikologis, seperti yang dan mengenal halusinasi.
diungkapkan partisipan sebagai berikut: Untuk katagori mengontrol halusinasi
“ ... jadi saat pasien itu marah-marah didapatkan dari ungkapan partisipan,
dan tidak bisa diatasi kita melakukan sebagai berikut:
itu...pasien di manset untuk sementara “ .... ya kita coba latih mengontrol
biar tidak mengancam, mencederai diri halusinasinya itu kalau itu tidak nyata
sendiri dan juga temannya...” (P1) dan ...” (P1)
“ya perlu di manset” (P1). Seorang perawat selain dituntut untuk
“ ... yang perilaku kekerasannya memang memberikan asuhan keperawatan selama
kira-kira merusak, membahayakan diri pasien dirawat di rumah sakit, perawat
sendiri dan orang lain itu perlu saya juga harus melakukan persiapan pasien
lakukan restrain ...” (P3) pulang, yang mana hal tersebut bertujuan
Disamping tindakan fiksasi perawat untuk persiapan perawatan mandiri di
dalam merawat pasien perilaku kekerasan rumah. Dalam penelitian ini dalam sub
ini juga harus melakukan pengamanan tema melakukan tindakan keperawatan
pada pasien, dalam penelitian ini, Sub-sub didapatkan sub-sub tema persiapan pasien
tema tindakan pengamanan didapatkan pulang yang didalamnya terdapat katagori
beberapa katagori, yaitu: managemen cepat pulang, seperti yang diungkapkan
krisis dan menjaga keamanan pasien. Hal oleh partisipan sebagai berikut:
tersebut didapatkan dari ungkapan “ kalau marah-marah terus tidak bisa
partisipan sebagai berikut: pulang tidak bisa cepat pulang“(P1)
“untuk perilaku kekerasan itu ya mungkin
managemen krisis “ (P1) Melakukan evaluasi
“...ya...pokoknya kita ya itu tadi menjaga Dalam penelitian ini pada sub tema
keamanan pasien dan kita jadi apa melakukan evaluasi ini didapatkan
ya...cara untuk merawat pasien...” (P1) beberapa sub-sub tema, yaitu: evaluasi
Selain perawat dalam hal ini obyektif, evaluasi subyektif, cara
partisipan harus melakukan tindakan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 24


ISSN 2303-1433

evaluasi, menganalisa, rencana tindak megkaji perasaan pasien setelah dilakukan


lanjut, dan format evaluasi. tindakan itu bagaimana, hal ini seperti
Evaluasi obyektif ini bertujuan untuk yang diungkapkan partisipan, yaitu:
mengetahui respon perilaku pasien setelah “mengevaluasinya ya...dari subyektif kita
dilakukan tindakan keperawatan. Dalam e....mengkaji bagaimana perasaan pasien
penelitian ini dalam Sub-sub tema saat itu, kemudian...” (P2)
evaluasi obyektif didapatkan beberapa Sub-sub tema cara evaluasi, dalam
katagori yaitu: katagori observasi posisi penelitian ini ditemukan katagori
manset, observasi restrain, observasi dilakukan menanyakan dan observasi.
posisi dan pemenuhan ADL, melihat Cara untuk melakukan evaluasi memang
perubahan tingkah laku. menggunakan dua cara yaitu dengan
Untuk katagori observasi posisi menanyakan dan juga dengan
manset, dalam penelitian ini ditemukan pengamatan, hal ini seperti yang
bahwa posisi pasien dimanset harus diungkapkan partisipan sebagai berikut:
diperhatikan ini dibuktikan dengan “Evaluasi kita lakukan kepada pasien
ungkapan partisipan sebagai berikut: bagaimana kita lakukan secara verbal,
“ apa...mengobservasi posisi manset “ kita juga melakukan observasi ..” (P3)
(P1) “ ... menanyakan pada pasien kondisinya
Kemudian untuk katagori observasi bagaimana, perasaan saat ini apakah
restrain, dalam penelitian ini ditemukan sudah bisa menjawab, sudah kooperatif
bahwa pasien yang direstrain harus dengan kita, selain itu kita juga
dilakukan obsrvasi, hal ini seperti yang mengobservasi restrain yang kita
diungkapkan oleh partisipan sebagai lakukan, semacam itu...apakah juga ADL
berikut: nya juga terpenuhi..” (P3)
“ kita mengobservasi restrain “ (P3) Sub-sub tema menanalisa. Dalam
Kemudian untuk katagori observasi penelitian ini ditemukan katagori
posisi dan pemenuhan ADL, dalam membandingkan dengan tujuan dan
penekitian ini ditemukan bahwa pasien kriteria hasil dan menarik kesimpulan.
yang dimanset atau direstrain harus Dalam evaluasi ada komponen yang mana
diperhatikan posisi dan pemenuhan ADL perawat harus menganalisa dengan cara
nya atau pemenuhan kebutuhan sehari- menarik kesimpulan dan membandingkan
harinya, seperti yang diungkapkan dengan kriteria hasil yang ada pada tujuan
partisipan sebagai berikut: di rencana keperawatan, hal ini seperti
“ ... diobservasi nggih istilahnya yang diungkapkan partisipan sebagai
posisinya bagaimana terus pemenuhan berikut:
ADLnya bagaimana gitu...” (P1) “ ... kita tarik kesimpulan apakah rencana
Sedangkan untuk katagori melihat kita sudah berhasil atau belum...: (P2)
perubahan tingkah laku, ditemukan bahwa Tema kesadaran diri
setiap kali kita melakukan tindakan Hubungan terapeutik perawat –
keperawatan harus dilakukan evaluasi pasien merupakan pengalaman belajar
perubahan tingkah laku pasien, seperti timbal balik dan pengalaman emosional
yang diungkapkan pasrtisipan berikut ini: bagi pasien, dan dalam hubungan ini
“ ... kemudian secara obyektif kita lihat perawat menggunakan diri dan teknik-
melihat perubahan tingkah lakunya teknik klinik tertentu dalam bekerja
bagaimana?” (P2) dengan pasien untuk meningkatkan
Sub-sub tema evaluasi subyektif, perubahan perilaku pasien. Perangkat
dalam penelitian ini ditemukan katagori pembantu utama yang dapat digunakan
mengakaji perasaan pasien. Dalam oleh perawat jiwa dalam praktik adalah
evaluasi khusunya dalam evaluasi dirinya.
subyektif salah satu komponennya adalah

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 25


ISSN 2303-1433

Analisis diri merupakan aspek yang Dari hasil penelitian diketahui bahwa
penting untuk memberikan asuhan semua partisipan dalam pengkajian hanya
keperawatan yang terapeutik, dan fokus kepada masalah yang terjadi saat itu
eksplorasi perasaan merupakan aspek dan penyebabnya saja dan lebih banyak
yang sangat penting untuk perawat dalam melakukan pengkajian secara observasi,
usaha untuk menjalin hubungan terapeutik dan untuk pengkajian penyebabnya
ini. Dari hasil pengumpulan data yang partisipan hanya menanyakan jenis
didapatkan melalui wawancara dengan halusinasi saja. Hal ini disebabkan karena
partisipan dan dilakukan analisa tema ini menurut partisipan kondisi pasien yang
telah didapatkan sub tema tidak mampu tidak memungkinkan untuk diwawancarai
mengatasi sendiri, waspada terhadap sebab pasien masih dalam kondisi marah
kondisi pasien, kepuasan dengan dan agresif, disamping itu juga
pekerjaan, dan kepercayaan diri. dikarenakan partisipan lebih
mengutamakan mengamankan pasien
Tidak mampu mengatasi sendiri dulu dari pada melakukan wawancara
Dalam merawat pasien perilaku sehingga tidak memungkinkan partisipan
kekerasan yang disebabkan halusinasi melakukan pengkajian secara
sering kali muncul berbagai permasalahan menyeluruh. Tetapi disini partisipan juga
yang muncul terutama berkaitan dengan mengatakan bahwa setelah pasien
kemampuan seorang perawat. Dalam diamankan, baru dilakukan eksplorasi
penelitian ini telah didapatkan sub tema perasaan dan dalam melakukan
tidak mampu mengatasi sendiri yang pengkajian selain dari hasil observasi juga
mana didalamnya didapatkan sub-sub berdasarkan atau melihat dari data rekam
tema mencari bantuan, merasa kesulitan, medik.
dan merasa takut. Tetapi harus diketahui bahwa
Didalam sub-sub tema mencari pengkajian untuk pasien gangguan jiwa
bantuan didapatkan katagori bantuan khususnya yang dirawat di RSJ Dr.
teman dinas, bantuan satpam, dan Radjiman Wediodingrat lawang
kolaborasi dengan dokter seperti yang menggunakan format yang sudah
diungkapkan partisipan sebagai berikut: dilegalkan oleh pihak rumah sakit, hal
“ ... pasien di manset untuk sementara tersebut diungkapkan oleh salah satu
biar tidak mengancam, mencederai diri partisipan, dan pengkajiannya sifatnya
sendiri dan juga temannya. Pasien itu kita harus menyeluruh mulai dari pengkajian
manset dengan bantuan teman kita alasan masuk, faktor predisposisi, faktor
otomatis ya...jadi jika saat dinas tidak presipitasi, pemeriksaan fisik, pengkajian
ada orang kita bisa memanggil satpam “. psikososial, status mental, kebutuhan
(P1) persiapan pulang, mekanisme koping,
tingkat pengetahuan.
PEMBAHASAN Pengkajian merupakan tahap yang
Melaksanakan tahapan-tahapan dalam paling menentukan bagi tahap berikutnya,
proses keperawatan. disamping itu dalam merawat pasien
Pengkajian perilaku kekerasan yang disebabkan
Semua partisipan telah melakukan halusinasi, sebelum menentukan tingkat
pengkajian, hal tersebut dinyatakan oleh kegawat daruratannya, perawat harus
partisipan dalam bentuk mengidentifikasi melakukan pengkajian dulu terutama
penyebab marah, mengidentifikasi berkaitan dengan isi halusinasi, respon
penyebab halusinasi, eksplorasi perasaan, pasien terhadap halusinasi, wktu
dan melakukan cara-cara yang ada di terjadinya dan situasi pencetus terjadinya
pengkajian. halusinasi.

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 26


ISSN 2303-1433

Menurut Iyus bahwa asuhan jenis diagnosa yang muncul pada pasien
keperawatan yang kompeten bagi perawat perilaku kekerasan yang disebabkan
jiwa salah satunya adalah melakukan halusinasi dinyatakan Iyus Yosep (2009),
pengkajian biopsikososial yang peka bahwa diagnosa yang menyertai pasien
terhadap budaya (Iyus. 2009). Hal perilaku kekerasan diantaranya adalah
tersebut selaras dengan apa yang perilaku kekerasan, perubahan persepsi
dijelaskan oleh Gail W, Stuart bahwa sensori halusinasi, gangguan proses pikir,
pengkajian dilakukan dengan wawancara, harga diri rendah, mekanisme koping
observasi, perilaku, tinjauan catatan- individu, mekanisme koping keluarga
catatan data dasar, dan pengkajian (Iyus, 2009). Tetapi sebaliknya apa yang
komprehensif terhadap klien dan sistem dikatakan Anna keliat bahwa Khusus
yang relevan (Gail W, Stuart. 2007) untuk pasien perilaku kekerasan yang
dalam kondisi akut diagnosa yang muncul
Menentukan diagnosa keperawatan. adalah diagnosa krisis yaitu perilaku
Dari hasil penelitian ini semua kekerasan (Kelliat, 2007).
partisipan dalam merawat pasien perilaku
kekerasan yang disebabkan halusinasi ini Menentukan rencana keperawatan.
telah melakukan tahap menentukan Pada penelitian ini dalam hal
diagnosa keperawatan, yang dinyatakan menentukan rencana keperawatan,
dalam bentuk mengumpulkan partisipan menyatakan bahwa rencana
data,mengelompokkan data, analisa data, keperawatan untuk pasien perilaku
sesuai standart, dan cara kekerasan yang disebabkan halusinasi ini
memeperioritaskan diagnosa. sudah tersedia dan dalam bentuk SOP
Dalam menentukan prioritas belum (standart operasional prosedur), sehingga
sepenuhnya sesuai dengan konsep yang dalam menentukan rencana keperawatan
ada. partisipan dalam menentukan harus berdasarkan SOP, kemudian waktu
prioritas hanya berdasar diagnosa yang menentukan rencana keperawatan ini
sering muncul atau yang tampak saat itu, dilakukan sebelum interaksi dengan
padahal dalam konsep seperti yang pasien dan setelah ditemukan
disebutkan dalam Budi Anna Keliat diagnosanya, selain itu dalam membuat
(2005) bahwa dalam memperioritaskan rencana keperawatan harus ditetapkan
suatu masalah keperawatan adalah dengan tujuannya juga, dalam membuat rencana
mengutamakan yang mengancam nyawa keperawatan ini sasaranya individu dan
atau keselamatan pasien. Kemudian untuk seharusnya juga melibatkan penanggung
jenis diagnosa dari hasil penelitian ini jawab pasien dalam hal ini keluarga. Dari
partisipan menyatakan bahwa diagnosa hasil penelitian juga didapatkan bahwa
yang sering muncul pada pasien perilaku tindakan keperawatan khususnya
kekerasan yang disebabkan halusinasi managemen krisis sebelumnya tidak
adalah diagnosa krisis, halusinasi, direncanakan, hal ini dikarenakan pasien
gangguan proses pikir, dan perilaku dalam kondisi marah dan sifatnya secara
kekerasan. Hal ini sebenarnya juga kurang tiba-tiba, sehingga tindakan keperawatan
tepat karena sesuai dengan keunikan yang dilakukan lebih banyak
pasien gangguan jiwa yang mana mengandalkan instuisi dan tidak rencana.
mempunyai sifat unik yaitu satu individu Walaupun tindakan tersebut hanya
pasien bisa memiliki masalah atau mengandalkan instuisi petugas tetapi
diagnosa keperawatan yang banyak dalam sudah sesuai dengan SOP yang ada hal
artian sangat komplek, dan hal tersebut tersebut mungkin dikarenakan rencana
dapat terjadi dikarenakan partisipan dalam keperawatan yang ada di SOP sudah
melakukan pengkajian tidak secara terbiasa dilakukan.
menyeluruh. hal yang berkaitan dengan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 27


ISSN 2303-1433

Selaras dengan apa yang dikatakan Lakerman (2001) menjelaskan bahwa


Budi Anna Kelliat (2010) bahwa setelah membantu pasien yang mengalami
menegakan diagnosa perawat menentukan halusinasi dengan mendampingi dan
rencana tindakan keperawatan baik menciptakan rasa aman jauh lebih baik
kepada pasien maupun keluarganya. dari pada sekedar memberikan
Tetapi dalam penelitian ini partisipan pengawasan terhadap obat-obatan yang
belum memahami bagaimana harus diminum pasien, obat-obatan yang
pendokumentasian rencana keperawatan, terbaikpun masih belum bisa
hal ini dibuktikan dengan semua menghilangkan gangguan halusinasi dari
partisipan dalam merencanakan pasien, tetapi pasien yang mengalami
keperawatan tidak secara tertulis tetapi halusinasi harus dilakukan pendampingan
hanya berdasar SOP, apa yang dipikirkan, dalam rangka mengontrol halusinasi.
dan apa yang dirasakan. Hal ini selaras Pada aplikasinya tindakan
dengan apa yang dijelaskan Kelliat (2005) keperawatan untuk pasien halusinasi yang
bahwa kebanyakan perawat belum dapat menimbulkan efek perilaku
terbiasa menggunakan rencana tertulis kekerasan atau tidak, masalahnya sama
dalam melaksanakan tindakan dengan rencana keperawatan yang mana
keperawatan, yang biasa adalah rencana tidak selalu bisa diterapkan seutuhnya
tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, tetapi perlu dilakukan pengembangan dan
dirasakan, itu yang dilaksanakan. modifikasi terutama tindakan
keperawatan yang berkaitan dengan cara
Melakukan tindakan keperawatan. mengenal dan mengontrol halusinasi,
Hasil penelitian ini khusunya dalam misalnya tidak jarang pula pasien
hal melakukan tindakan keperawatan mempunyai cara sendiri dalam mengontol
dinyatakan oleh partisipan dalam bentuk halusinasi, yang mana cara tersebut
melakukan tindakan pada fase akut, dianggap yang paling pas atau paling
managemen halusinasi, dan orientasi disukai pasien. Hal tersebut seperti yang
realita. Dari hasil tersebut membuktikan dijelaskan dalam Model Konseptual
bahwa perawat dalam melakukan Hildegard E. Peplau bahwa Individu
tindakan keperawatan pada pasien adalah suatu organisme yang berjuang
perilaku kekerasan yang disebabkan dengan caranya sendiri untuk megurangi
halusinasi hanya bertujuan bagaimana ketegangan yang disebabkan oleh
agar pasien tidak melakukan perilaku kebutuhan (Merritt & Procter. 2010).
kekerasan, begitu juga untuk mengatasi
halusinasinya hanya berdasarkan buku Melakukan evaluasi.
teori saja tidak menyesuaikan dengan Dari penelitian ini didapatkan hasil
situasi dan kondisi pasien, juga tidak bahwa partisipan dalam melakukan
melakukan pengembangan dari teori yang evaluasi tindakan dinyatakan dalam
ada . bentuk evaluasi obyektif atau evaluasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan hasil pengamatan, evaluasi subyektif atau
dalam aplikasinya disesuaikan dengan evaluasi hasil wawancara, cara
kondisi dan kebutuhan pasien. Dalam mengevaluasi, menganalisa, rencana
merawat pasien mengontrol halusinasi tindak lanjut, dan menggunakan teknik
memang harus dilakukan pendampingan, yang sesuai yaitu SOAP. Hal tersebut
karena dengan pendampingan dapat sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh
memberikan rasa kontrol dan aman Budi Anna Keliat (2005) bahwa evaluasi
kepada pasien untuk belajar mengurangi adalah proses yang berkelanjutan untuk
rasa takut, campur tangan dari halusinasi menilai efek dari tindakan keperawatan
tersebut, dan juga cara mengatasi apabila pada klien. evaluasi dilakukan terus
halusinasi tersebut kembali muncul. menerus pada respon klien terhadap

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 28


ISSN 2303-1433

tindakan keperawatan yang dilakukan. keperawatan tersebut mereka mencari


Evaluasi dapat dilakukan dengan bantuan ke orang lain.
menggunakan pendekatan SOAP Dalam penelitian ini didapatkan data
(subyektif, obyektif, analisa, perencanaan bahwa partisipan dalam merawat pasien
atau tindak lanjut). perilaku kekerasan yang disebabkan
Hal tersebut juga selaras dengan apa halusinasi ini pada saat menghadapi
yang dijelaskan Gail W. Stuart (2007) situasi pasien yang menunjukkan perilaku
bahwa evaluasi merupakan suatu proses kekerasan dimana partisipan harus
penilaian berkesinambungan tentang melakukan tindakan fiksasi atau manset,
pengaruh intervensi keperawatan dan mereka mencari bantuan kepada teman
regimen pengobatan terhadap status dinas atau satpam, hal ini dikarenakan
kesehatan klien dan hasil kesehatan yang partisipan merasa takut kalau perilaku
diharapkan. kekerasan pasien tidak terkontrol dan
menyerang petugas.
Perasaan perawat dalam menjalin Sedangkan partisipan lainnya
hubungan terapeutik pada saat merawat menyatakan bahwa mereka merasa tidak
pasien perilaku kekerasan yang aman dan takut kalau pada saat bekerja
disebabkan halusinasi dalam kondisi cuman sendiri atau cuman
Perasaan perawat dalam menjalin berdua, ada juga partisipan yang
hubungan terapeutik pada saat merawat menyatakan bahwa dia merasa tegang
pasien perilaku kekerasan yang dalam melakukan tindakan fiksasi karena
disebabkan halusinasi terjawab dalam dua sering kali pasien memberontak dan
tema yaitu tema menyadari potensi diri berusaha melawan petugas sehingga pada
dan tema emapati. Pembahasan secara saat melakukan tindakan fiksasi pada
terinci tentang tema-tema tersebut pasien perilaku kekerasan membutuhkan
sebagai berikut: bantuan satpam. Disamping itu perlu
Tema : kesadaran diri. diketahui juga bahwa partisipan dalam
Dalam penelitian ini didapatkan tema penelitian ini adalah perempuan semua
kesadaran diri, yang mana didalamnya sehingga dikarenakan keterbatasan fisik
didapatkan sub tema tidak mampu juga mereka merasa tidak mampu
mengatasi sendiri, waspada terhadap mengatasi sendiri sehingga muncul
kondisi pasien, kepuasan dengan perasaan takut, tidak aman, tegang dan
pekerjaan, dan kepercayaan diri. Disini berusaha mencari bantuan ke orang lain
peneliti akan membahas satu persatu sub dalam melakukan tindakan fiksasi.
tema yang membangun tema kesadaran Dalam melaksanakan suatu tindakan
diri. keperawatan seorang perawat selain harus
Tidak mampu mengatasi sendiri. bekerja sama dengan perawat yang lain
Dalam penelitian ini untuk sub tema dan juga harus bekerja sama dengan
tidak mampu mengatasi sendiri, oleh profesi lain dalam hal ini dengan profesi
partisipan dinyatakan dalam bentuk dokter. Dalam tindakan keperawatan ada
mencari bantuan, merasa kesulitan, istilah tindakan kolaboratif, yang mana
merasa takut. yang dimaksud dengan tindakan
Perawat khususnya partisipan dalam kolaboratif adalah tindakan yang
merawat pasien gangguan jiwa khususnya dilakukan hasil kerja sama dengan tim
pasien perilaku kekerasan yang kesehatan lain.
disebabkan halusinasi pada saat-saat Dalam penelitian ini tindakan
tertentu kadang kala tidak mampu kolaboratif dengan tim dokter dalam
melakukan sendiri dalam melaksanakan merawat pasien perilaku kekerasan yang
suatu tindakan keperawatan, sehingga disebabkan halusinasi ini adalah dalam
dalam melaksanakan tindakan menenangkan pasien yaitu dengan

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 29


ISSN 2303-1433

pemberian terapi psikofarmaka atau terapi komunikasi dua arah sehingga perasaan
kimiawi bisa juga dikatakan fiksasi sulit, perasaan berat dan gagal
kimiawi. hal tersebut dibuktikan dengan dikarenakan sulit menjalin komunikasi
beberapa partisipan menyatakan bahwa tidak dirasakan perawat (Iyus, 2009).
dalam merawat pasien perilaku kekerasan Kemudian perasan takut, tidak aman,
perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter tegang, merasa sulit, terasa berat, dan
dalam hal pemberian fiksasi kimiawi. merasa gagal atau kecolongan seharusnya
dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak boleh dirasakan perawat secara terus
dalam menenangkan pasien perilaku menerus, karena perasaan-perasaan
kekerasan sangat perlu diberikan terapi tersebut dapat mempengaruhi psikologis
psikofarmaka, dan ini bukan wewenang perawat dan akan menyebabkan stres.
seorang perawat, sehingga dalam Menurut Robin (2003 dalam Sanjaya
pemberian fiksasi kimiawi ini perawat 2009) tugas dan tanggung jawab perawat
tidak mampu melakukannya dikarenakan bukan hal yang ringan untuk dipikul, hal
keterbatasan peran. inilah yang bisa menimbulkan stres kerja
Hal tersebut selaras dengan teknik pada perawat. Stres yang dihadapi oleh
managemen krisis, yang mana disebutkan perawat di dalam bekerja akan sangat
bahwa dalam melakukan prosedur mempengaruhi kualitas pelayanan
tindakan managemen krisis diharapkan keperawatan yang diberikan kepada
membentuk tim krisis yang terdiri dari pasien. Stres kerja akan berpengaruh pada
perawat, dokter, dan konselor dan kondisi fisik, psikologis dan sikap
memberi tahu petugas keamanan jika perawat
perlu (Iyus, 2009). Waspada pada kondisi pasien
Selain hal-hal tersebut diatas, dalam Dalam penelitian ini dalam sub tema
penelitian ini juga didapatkan data bahwa waspada pada kondisi pasien dinyatakan
ada partisipan yang merasa sulit dalam oleh partisipan dalam bentuk
merawat pasien perilaku kekerasan ini. kewaspadaan dan antisipasi.
Perasaan merasa sulit ini oleh partisipan Kewaspadaan perawat disini dirasakan
dinyatakan dalam bentuk merasa sulit, karena pasien perilaku kekerasan
terasa berat, dan merasa gagal atau khususnya yang disebabkan halusinasi ini
kecolongan. Partisipan merasa sulit dan sifatnya tidak bisa diduga apalagi pasien
berat ini dikarenakan pasien perilaku yang halusinasinya berisi suatu perintah
kekerasan yang pernah dia rawat karena halusinasi ini sifatnya selalu
mengalami kesulitan dalam destruktif dan bisa membahayakan
berkomunikasi dan sulit diarahkan yang keselamatan pasien maupun orang lain.
disebabkan pasien masih dalam kondisi Kemudian yang berkaitan dengan
marah. Disini bisa disimpulkan bahwa antisipasi dilakukan perawat karena
perawat berusaha untuk menjalin perawat merasa kuatir terjadi hal-hal yang
komunikasi dua arah dengan pasien yang membahayakan pasien maupun orang lain
masih dalam kondisi marah. Dalam termasuk membahayakan keselamatan
menentukan intervensi keperawatan pada diri petugas, sehingga dalam merawat
pasien perilaku kekerasan terdapat tiga pasien perilaku kekerasan ini perawat
intervensi yaitu strategi preventif, strategi selalu bersikap antisipasi. Dalam
antisipatif, dan strategi pengurungan. Bila penelitian ini sikap antisipasi ini
kondisi pasien dalam masih kondisi dinyatakan dalam bentuk mengamankan
marah maka strategi yang dilakukan pasien dan juga menjaga jarak dengan
adalah strategi pengurungan, sehingga pasien agar aman. Hal tersebut sesuai
komunikasi yang dilakukan adalah dengan apa yang dinyatakan Iyus bahwa
komunikasi sepihak dan perawat tidak perawat dalam merawat pasien perilaku
memaksakan untuk melakukan kekerasan ini diharuskan mempunyai

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 30


ISSN 2303-1433

sikap waspada atau berjaga-jaga terhadap dilakukan partisipan. Kemudian partisipan


adanya peningkatan peningkatan agitasi merasa lega bila pasiennya sudah tidak
pada klien, disamping itu perawat harus marah lagi, selain itu partisipan berpikiran
mengkaji pula afek klien yang bahwa pasien yang dirawat disini
berhubungan dengan perilaku agresif membutuhkan pertolongan sehingga
(Iyus, 2009). partisipan merasa harus membantu pasien
Tetapi perlu diketahui bahwa sikap dalam menyelesaikan masalahnya. Tetapi
waspada dan tindakan antisipasi tidak dari penelitian ini juga didapatkan hasil
boleh dilakukan secara berlebihan hal ini bahwa partisipan dalam melaksanakan
dapat merugikan pasien maupun perawat perannya sebagai perawat kadang kala
sendiri. Pasien perilaku kekerasan dalam juga merasa tidak puas bila pasiennya
penanganannya tidak selalu harus sulit diarahkan atau sudah dikasih
dilakukan tindakan fiksasi atau manset pengertian tapi tidak mau mengerti.
karena tindakan perilaku kekerasan tidak Dari hasil penelitian tersebut dapat
selalu destruktif, dan tindakan fiksasi disimpulkan bahwa partisipan memiliki
dilakukan bukan untuk hukuman bagi sifat altruisme atau perhatian terhadap
pasien yang kurang bisa diarahkan. kesejahteraan orang lain tanpa
Kemudian perasaan waspada yang memperhatikan diri sendiri. Altruisme
berlebihan akan sangat mempengaruhi lebih menitikkan pada kesejahteraan
kondisi psikologis perawat, sehingga orang lain. Tidak diartikan secara
perawat akan selalu curiga pada pasien altruistik diri juga tidak menampilkan
juga akan menyebabkan perawat sulit kompensasi yang adekuat dan
untuk bersikap empati dan sulit menjalin pengulangan atau pengingkaran secara
hubungan terapeutik dengan pasien. praktis atau pengorbanan diri. Akhirnya,
Kemudian sikap selalu curiga pada pasien altruisme juga dapat diasumsikan sebagai
akan sangat mempengaruhi perawat bentuk perubahan sosial yang dibuat
dalam mengambil sikap dalam bekerja untuk manusia dalam bentuk kebutuhan
dan ini menjadi salah satu penyebab akan kesejahteraan. Salah satu tujuannya
utama terjadinya stres kerja, seperti Hasil adalah semua profesional harus dapat
penelitian Widodo (2010), menunjukkan membantu orang lain dalam pemberian
kemampuan individu dalam mengambil pelayanan dan mengembangkan
sikap di tempat kerja memberi pengaruh kemampuan sosial. Secara legitimasi
yang cukup besar sebagai penyebab stres diperlukan peran perawat dalam
kerja. Faktor sikap kerja merupakan melakukan pekerjaannya untuk
faktor yang dominan dalam menyebabkan mengadakan perubahan struktur yang
stres pada perawat mungkin disebabkan besar dan proses perubahan sosial dalam
karena kondisi yang dihadapi individu meningkatkan kesehatan individu dan
dalam kehidupan sehari-hari, baik yang kemampuan dirinya (Stuart, G.W., and
berkaitan dengan pekerjaan maupun Laraia, M.T. 2001)
kehidupan pribadi Kepuasan dan penyelesain dari
Kepuasan dengan pekerjaan. pekerjaan yang dilakukan bisa dicapai
Dalam penelitian ini sub tema maka dapat menumbuhkan motivasi
kepuasan dengan pekerjaan dinyatakan dalam menyelesaikan pekerjaan
partisipan dalam bentuk merasa puas dan berikutnya. Seseorang selama hidupnya
merasa tidak puas dengan hasil pekerjaan. membutuhkan kepuasan dan penyelesaian
Dalam penelitian ini partisipan merasa dari kerja yang dilakukan. Tujuannya
puas bila pasien mampu menyadari mempertahankan keseimbangan antara
bahwa tindakannya selama ini salah dan kedua kebutuhan tersebut.
juga merasa puas bila tampak tanda-tanda
keberhasilan dari pekerjaan yang

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 31


ISSN 2303-1433

Kepercayaan diri dengan kepekaan sedemikian rupa hingga


Dalam penelitian ini sub tema menunjukkan bahwa ia sungguh-sungguh
kepercayaan diri dinyatakan partisipan mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer
dalam bentuk menilai kemampuan diri menganggap empati lebih merupakan
dan perasaan aman. Partisipan merasa pemahaman terhadap orang lain
yakin bahwa apa yang dia lakukan saat itu ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi
dia memang harus dia lakukan. Di dalam terhadap orang lain.
penelitian ini diantara empat partisipan Empati menekankan kebersamaan
yang ada hanya satu partisipan yang dengan orang lain lebih daripada sekadar
mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, hubungan yang menempatkan orang lain
hal tersebut dapat dibuktikan dengan sebagai obyek manipulatif. Empati
pernyataan-pernyataan partisipan tersebut dibangun pada lingkup self-awareness
tentang alasan dia melakukan suatu (kesadaran diri). Makin terbuka terhadap
prilaku itu apa dan pernyataan-pernyataan emosi kita sendiri, makin terampil kita
partisipan tersebut tentang perasaan dia dalam memahami perasaan orang lain.
saat melakukan perilaku tersebut. Dari Emosi tidak banyak diekspresikan dalam
sini bisa kita nilai bahwa partisipan kata-kata, justru ia lebih banyak
tersebut adalah orang yang mengetahui diekspresikan dalam isyarat-isyarat
bahwa dirinya mampu berdasarkan nonverbal, seperti intonasi suara, gerakan
pengalaman dan perhitungannya dalam bagian tubuh, ekspresi wajah. Maka
melakukan suatu tindakan. kemampuan empati terutama melibatkan
Sedangkaan untuk partisipan lain kemampuan seseorang untuk membaca
tidak ditemukan pernyataan-pernyataan perasaan lewat pemahaman terhadap
yang menunjukan rasa percaya diri, tetapi isyarat-isyarat nonverbal orang lain.
hal tersebut belum bisa kita nilai bahwa Berdasarkan pernyataan tersebut
mereka tidak percaya dir. Menurut diatas, dari hasil penelitian bisa
penilaiian peneliti berdasarkan disimpulkan bahwa partisipan mempunyai
pernyataan-pernyataan mereka saat empati pada saat merawat pasien perilaku
dilakukan wawancara, mereka merasa kekerasan. Hal ini dibuktikan dengan sub
kurang percaya diri ketika menghadapi tema yang ditemukan, yaitu kemauan,
situasi atau keadaan tertentu. Berdasarkan menyadari kebutuhan pasien, menerima
praktek hidup, kita bisa mengatakan pasien apa adanya, dan menyadari
bahwa yang terakhir itu normal dalam arti keunikan pasien.
dialami oleh semua manusia. Dari hasil penelitian ini dapat
Menurut Thantaway dalam Kamus disimpulkan bahwa kesadaran diri
istilah Bimbingan dan Konseling seorang perawat yang dibangun dari
(2005:87), percaya diri adalah kondisi perasaan tidak mampu menyebabkan
mental atau psikologis diri seseorang perasaan waspada dan menimbulkan sikap
yang memberi keyakinan kuat pada antisipasi, kemudian muncul rasa aman
dirinya untuk berbuat atau melakukan akan menyebabkan kepercayaan diri
sesuatu tindakan. Orang yang tidak perawat meningkat, hal inilah yang
percaya diri memiliki konsep diri negatif, mendukung perawat untuk bersikap
kurang percaya pada kemampuannya, empati pada pasien dan sikap empati
karena itu sering menutup diri. inilah yang mendorong seorang perawat
Tema :Empati . untuk melakukan tahapan-tahapan proses
Menurut Bullmer (dalam sanjaya, keperawatan dalam memberikan asuhan
2009) empati adalah suatu proses ketika keperawatan pada pasien perilaku
seseorang merasakan perasaan orang lain kekerasan yang disebabkan halusinasi,
dan menangkap arti perasaan itu, setelah itu partisipan kembali lagi pada
kemudian mengkomunikasikannya tahap kesadaran diri, jadi antara kesadaran

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 32


ISSN 2303-1433

diri, sikap empati, dan melaksanakan Akuntansi (LPA), Fakultas


proses keperawatan merupakan suatu Ekonomi Universitas
siklus yang terus berputar. Diponegoro Semarang, 31 Juli –
1 Agustus 2009
KESIMPULAN Cherill Stockmann, PhD, MSN(R), RN,
Dari hasil penelitian didapatkan hasil Assistant Professor. A Literature
bahwa semua partisipan telah Review Of The Progress Of The
melaksanakan semua tahapan-tahapan Psychiatric Nurse-Patient
yang ada dalam proses keperawatan tetapi Relationship As Described By
ada beberapa komponen, tidak Peplau. Bradley University,
dilaksanakan, dengan alasan kondisi Department of Nursing,
pasien. Juga didapatkan hasil tema Peoria,Illinois, USA
kesadaran diri dan empati. Hubungan Creswell, J.W. 2010. Quality inquiry and
antara ketiga tema tersebut diatas telah research design choosing among
membentuk suatu siklus. Yang mana 5th ed.Thousand Oaks: Sage
siklus tersebut terus berputar, mulai dari Pub. Inc
Kesadaran Diri – Empati - Melaksanakan Dewa Gede, A. 2005. Pengaruh Teapi
Tahapan-Tahapan Dalam Proses Aktivits Kelompok Latihan
Keperawatan. Asertif Terhadap Ekspresi
Kemarahan Pada Klien Dengan
SARAN Riwayat Perilaku Kekerasan Di
Perlunya untuk melakukan penelitian RSJ Dr. Radjiman
lanjutan dengan metode kulaitatif Wediodiningrat Lawang, Tugas
sehingga pengalaman perawat dapat Akhir. Universitas Brawijaya
dieksplorasi lebih mendalam Malang
Djam’an Satori dan Aan Komariah . 2011.
Metodologi Penelitian Kualitatif.
DAFTAR PUSTAKA Bandung: Alfa Beta.
Fontaine, K.L. 2009. Mental Health
Analysis of the Work of Hildegard E. Nursing. New Jersey. Pearson
Peplau. Journal of advanced Education. Inc
Nursing. 1998. 28(6), 1312- Gastmans C. 1998. Interpersonal
1319. Relations in Nursing: a
Baihaqi MIF, dkk. 2005. Psikiatri Konsep Philosophical-Ethical. Journal of
Dasar Dan Gangguan-Gangguan. advanced nursing, 1998. 28 (6).
Bandung: Refika Aditama. Hal 1312 - 1319
68 Gail Wiscarz. Sandra J Sundeen. 1998.
Birchwood. 2009. Cognitive behaviour Keperawatan Jiwa. Terjemahan.
therapy for commend Edisi IV. Jakarta: EGC.
hallucination. Gail W, Stuart. 2007. Keperawatan Jiwa.
http//publications.cpa- Edisi 5. Jakarta: EGC. Hal 2, 247-249,
apc.org/media.php?mid=503, Hidayat. 2004. Pengantar Konsep dasar
diunduh tanggal 11 Februari Keperawatan. Salemba Medika.
2013 Jakarta
Chariri, A. 2009. Landasan Filsafat dan Isaacs Ann. 2005. Keperawatan
Metode Penelitian Kualitatif, Kesehatan Jiwa & Psikiatrik.
Paper disajikan pada Workshop Edisi 3. Jakarta: EGC. Hal 151-
Metodologi Penelitian 166
Kuantitatif dan Kualitatif, Iyus Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa,
Laboratorium Pengembangan Edisi Revisi. Bandung: Refika Aditama

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 33


ISSN 2303-1433

Kelliat Budi Anna. 2006. Asuhan agustus 2013, dari


Keperawatan Kesehatan Jiwa. http://.www.koran-jakarta.com./
Fakultas Ilmu Keperawatan berita-detail.php?id.
Universitas Indonesia. Tidak Sarwono. 2003. Perbedaan Dasar Antara
Dipublikasikan. Pendekatan Kualitatif Dan
Kelliat Budi Anna & Akemat. 2010. Kuantitatif,
Model Praktek Keperawatan http://www.w3.org/TR/REChtm1
Profesional Jiwa. Jakarta: EGC 40. dikunjungi 10 Juli 2012
Kelliat Budi Anna, dkk. 2005. Proses Sugiyono. 2007. Statistika untuk
Keperawatan kesehatan jiwa. penelitian. Bandung: CV Alfabeta.
Jakarta: EGC Steven J. Frucht and Lorin Bernsohn
LoBiondo-Wood, G., & Haber, J. 2006. (2012). Neurology. Visual
Nursing Research; Methods and Hallucinations In PD. Neurology
Critical Appraisal for Evidence- ® is the official journal of the
Based Practice, St. Louis American Academy of
Missouri : Mosby, Inc. Neurology. Published
Michael K Merritt & Nicholas Procter. continuously since 1951, it is
2010. Conceptualising The now a weekly with 48 issues per
Functional Role Of Mental year. Copyright © 2002 by AAN
Health Consultation–Liaison Enterprises, Inc. All rights
Nurse In Multi-Morbidity, reserved. Print ISSN: 0028-3878.
Using Peplau’s Nursing Theory. Online ISSN: 1526-632X.
Copyright © Econtent http://www.neurology.org/conten
Management Pty Ltd. t/59/12/1965.full.html
Contemporary Nurse (2010) Sill. 2007. Hildegard Peplau 1909-1999
34(2): 158–166. Jakarta. Streubert, H.J. & Carpenter, D.R.1999.
Moleong, L. J.2006. Metodologi Qualitative research in nursing
penelitian kualitatif. Ed revisi. advancingthe humanistic
Bandung: PT Remaja Rosda imperative. 2nd Ed. Philadelphia:
Karya. Lippincot Williams & Wilkin.
Nanda, I. 2012. Nursing Diagnoses : Stuart, G.W., and Laraia, M.T. (2001).
Definitions and Classification Principles and practice of
2002-2014. T.Heather Herdman psychiatric nursing. Seventh
(editor), 2010. EGC. Made edition. St. Louis: Mosby Inc.
Sumarwati. Dwi Widiarti. Estu Tristiadi, AA. 2008. Psikiatri Islam.
Tiar. Monica Ester Malang: UIN Press. Hal: 46
(penterjemah). 2010. Diagnosis Varcarolis, E.M. 2006. Psychiatric
Keperawatan : definisi dan Nursing Clinical Guide;
Klasifikasi 2009-2011. p. 193 Assesment. Tools And
Polit, D.F. & Beck, C.T. 2010. Essenstials Diagnosis. Philadelphia: W.B
of nursing research methods, Saunders.Co
appraisal, & practice. 4th Ed. Wahyuningsih, D. 2009. Pengaruh asertif
Philadelphia: Mosby. training terhadap perilaku
Potter & Perry. 2005. Buku ajar kekerasan pada klien
Fundamental keperawatan. Volume 1. schizoprenia. Tesis. Jakarta. FIK
EGC. UI. Tidak dipublikasikan
Prijana. 2005. Metode Sampling Terapan, Widodo, 2010. Perbedaan Tingkat Stres
Bandung: Humaniora Kerja Perawat Kritis dan Perawat
Sanjaya, B. (2009.) Pasien Juga Butuh Gawat Darurat. Diperoleh pada
Empati. Diperoleh tanggal 14

Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 2 Mei 2014 34

Das könnte Ihnen auch gefallen