Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitik berat yang diakibatkan
oleh defek molekul hemoglobin dan berkenaan dengan serangan nyeri.
Anemia sel sabit atau penyakit sel sabit homozigot (Hb SS) adalah
gangguan autosom resesif bawaan yang mempengaruhi pergantian valin
dengan asam glutamat pada rantai hemoglobin. Ada varian anemia sel
sabit yang lain dan yang paling banyak ditemui adalah Hb SB, Hb SD ,
Hb SE, Sel darah merah pada anemia ini kurang memiliki kemampuan
dalam hal membawa oksigen dan juga memiliki angka dekstruksi yang
lebih besar dibanding sel darah merah normal. Lama hidup sel sabit
menurun hingga 10-30 hari (normalnya 120 hari).
Insiden penyakit pada orang afrika amerika diperkirakan 1 dari 12
orang dan insiden penyakit diperkirakan 1 dari 375. Sekitar 2000 bayi
dilahirkan dengan penyakit sel sabit setiap tahun di amerika serikat,
kematian paling sering terjadi pada anak yang berusia 1 sampai 3 tahun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Definisi Penyakit Anemia Sel Sabit?
2. Apa Sajakah Etiologi Penyakit Anemia Sel Sabit?
3. Bagaimana Tanda dan Gejala Penyakit Anemia Sel Sabit?
4. Bagaimanakah Patofisiologi Penyakit Anemia Sel Sabit?
5. Bagaimanakah Pemeriksaan Diagnostik dan Penatalaksanaan Medis
Penyakit Anemia Sel Sabit?
C. Tujuan
1. Mengetahui Penyakit Anemia Sel Sabit
2. Mengetahui Apa Sajakah Etiologi Penyakit Anemia Sel Sabit
3. Mengetahui Tanda dan Gejala Penyakit Anemia Sel Sabit
4. Mengetahui Patofisiologi Penyakit Anemia Sel Sabit
5. Mengetahui Pemeriksaan Diagnostik dan Penatalaksanaan Medis
Penyakit Sel Sabit.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Pemeriksaan Diagnostik
Saat ini belum diketahui ada pengobatan yang dapat
mengembalikan sel sabit menjadi normal. Sehingga, pengobatan
ditujukan pada pencegahan dan penunjang. Karena infeksi tampaknya
mencetuskan sle krisis sel sabit, pengobatan ditekankan pada
pencegahan dan deteksi dini dan pengobatan segera.
Pemeriksaan penunjang yang lazim digunkan pada penderita
anmia sel sabit adalah :
1. Pemerikaaan darah lengkap : terjadi penurunan Ht, Hb, dan hitung
sel darah merah, LED, AGD, bilirubin serum meningkat,
2. Pemeriksaan darah atau sel janin saat prenatal mengidentifikasi
adanya status homozigot pada janin.
3. Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau
lengkap, sel bentuk bulan sabit.
4. Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan
adanya hemoglobin S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel
sabit dan sifat yang diwariskan (trait).
5. Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin
abnormal dan membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel
trait. Sebaiknya dilakukan pada saat bayi lahir sebagai bagian dari
penapisan bayi baru lahir uji ini menghitung presentasi HbS yang ada.
6. Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang
7. Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang
F. Penatalaksanaan Medis
1. Obat percobaan telah menunjukkan beberapa hasil yang menjanjikan,
mis: hidroksiurea (meningkatkan produksi hemoglobin janin),
setiedilsitrat (pengubah membrane SDM), pentoksifilin (menurunkan
viskositas darah dan tahananva skulerperifer), dan vanillin (aditif
makanan, sifat antisickling).
2. Nasihatkan populasi berisiko.
3. Dengan segera atasi infeksi, yang mempredisposisikan pada kritis.
4. Intruksikan pasien untuk menghindari ketinggian tinggi, anesthesia,
dan kehilangan cairan karena dehidrasi meningkatkan sickling.
5. Berikan terapi asam folat setiap hari untuk meningkatkan kebutuhan
sumsum.
Terapi
Adapun terapi yang dapat dilakukan terhadap penderita anemia sel
sabit adalah:
1. Transfusi darah
Terapi transfuse ini bertujuan untuk menambahkan jumlah
hemoglobin normal dalam darah sehingga dapat mencegah proses
polimerisasi. Bila penderita kerap kali mengalami krisis, terutama
vasooklusi, maka terapi ini perlu dilakukan dalam jangka panjang.
Akan tetapi, perlu diperhatikan pula efek samping dari terapi transfuse
ini, yaitu terjadinya hyperviscosity, yang disebabkan karena
penambahan hematokrit berbanding lurus dengan dengan viskositas
darah, hypersplenism, keracunan besi, dan kemungkinan infeksi,
yang disebabkan karena screening darah yang kurang akurat.
2. Terapi gen
Terapi gen ini menggunakan stem cell dan virus sebagai vektornya,
Human Immunodefiency Virus(HIV), dan Human Foamy Virus(HFV).
3. Transplantasi sumsum tulang
4. Mengaktifkan sintesa HbF
5. Pemberian agen anti sickling
6. Penurunan MCHC
7. Jika terjadi krisis, berikan suasana hangat, infuse salin fisiologik 3
L/hari, atasi infeksi, berikan analgesic secukupnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan