Sie sind auf Seite 1von 10

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunianya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, karena tanpa-Nya mustahil
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun sebagai bahan pembelajaran kami, dalam mengenal lebih jauh
tentang agama islam. Terlebih ini adalah tugas dari guru yang harus kami kerjakan dan harus
kami selesaikan. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat memberikan banyak
manfaat, khususnya bagi kami, dan umumnya bagi semua yang membaca makalah ini.

Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, kepada
orang tua kami yang selalu mendo’akan kami, dan kepada seluruh pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, yang tak bisa kami sebutkan satu persatu
tetapi tidak mengurangi rasa hormat kami.

Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “tiada gading yang tak retak,” atau “sepandai-
pandainya tupai melompat pasti akan jatuh juga,” kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Kebenaran dan kesempurnaan
hanyalah milik Allah semata.

Tulungagung, 02 Desember 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Kata Pengantar
DAFTAR ISI

BAB PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan

BAB PEMBAHASAN
Pendahuluan
Pengertian Toleransi
Toleransi Beragama menurut Islam
Konsep Kerukunan Umat Beragama
Sejarah Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

BAB PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.
Manusia adalah makhluk indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam
masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda
warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.
Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan
sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat
menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak
dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.
Dalam AL-QUR’AN juga dibahas tentang toleransi Oleh karena itu kita sebagai umat
muslim sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan
saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar
umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat
beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan
diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.
Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan
beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan.
Namun yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan
kebebasan yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan
toleransi dengan membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya,
pemahaman yang benar mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama
merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
 Bagaimana isi kandungan surat yunus ayat 40-41
 Bagaimana tentang toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia
 Bagaimana isi kandungan surat Al Maidah ayat 32
 Bagaimana menelaah kembali surat Al Maidah ayat 32 sebagai salah satu Surat yang
membahas tentang cara menghindarkan diri dari tindakan kekerasan

1.3 Tujuan
Sejalan dengan persoalan yang telah dikemukakan diatas, penulisan makalah ini mempunyai
manfaat untuk :
 Mengetahui isi kandungan surat yunus ayat 40-41
 Mengetahui salah satu Surat yang membahas tentang toleransi.
 Mengetahui tentang toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Indonesia
 Mengetahui isi kandungan surat Al Maidah ayat 32

BAB II
KAJIAN TEORI

Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap
atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang berarti sikap
dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang
berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah
toleransi beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan
keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan
definisi "kelompok" yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain.
Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi, baik
dari kaum liberal maupun konservatif.

2.1 Q.S YUNUS (10) AYAT 40 DAN 41


Artinya :
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Qur’an, dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui
tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. Jika mereka mendustakan kamu, maka
katakanlah: “Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa
yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan”. ( QS Yunus
40-41 )
Dalam ayat 40 ini, Allah SWT menjelaskan bahwa orang yang pernah menerima
seruan dakwah Nabi Muhammad, ada orang-orang yang berIman kepada Al-Qur’an dan
mengikutinya serta memperoleh manfaat dari risalah yang di sampaikannya. Tapi ada juga
yang tidak beriman kepada nabi Muhammad, mereka mati dalam kekafiran.
Pada ayat yang ke 41 surat Yunus, bahwa Islam sangat menghargai perbedaan-perbedaan
diantara manusia, karena masing-masing punya hak. Dan tidak boleh memaksakan orang lain
memeluk agama Islam, sekalipun Islam agama yang benar.
ISI KANDUNGAN SURAH YUNUS AYAT 40-41

1. Ada golongan umat manusia yang beriman terhadap Al-Qur'an dan ada yang tidak beriman
kepada Al-Qur'an.
2. Allah SWT mengetahui sikap dan perilaku orang-orang yang beriman yang bertakwa kepada
Allah SWT dan orang-orang yang tidak beriman yang berbuat durhaka kepada Allah SWT.
3. Orang-orang yang beriman kepada Allah SWT (umat Islam) harus yakin bahwa Rasul Allah
SWT yang terakhir adalah Nabi Muhammad SWT dan Al-Qur'an adalah kitab suci yang
harus dijadikan pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.

Umat Islam harus menyadari bahwa setiap amal perbuatan manusia baik ataupun buruk
diketahui oleh Allah SWT. Dan masing-masing orang akan memikul dosanya sendiri-sendiri.

2.2 Q.S AL-MAIDAH AYAT 32

surah / surat : Al-Maidah Ayat : 32

‫ض‬ِ ‫سا ٍد ِفى ۡاۡلَ ۡر‬ َ َ‫ِم ۡن ا َ ۡج ِل ٰذ ِل َك ۛؔ ۚ َكت َ ۡبنَا َع ٰلى َب ِن ۡۤۡى ا ِۡس َرآ ِء ۡي َل اَنَّهٗ َم ۡن قَت َ َل ن َۡف ًۢسا ِبغ َۡي ِر ن َۡف ٍس ا َ ۡو ف‬
ِ ‫سلُنَا ِب ۡال َب ِي ٰن‬
‫ت ث ُ َّم‬ ُ ‫اس َج ِم ۡيعاؕ َولَـقَ ۡد َجا ٓ َء ۡت ُه ۡم ُر‬ َ َّ‫اس َج ِم ۡيعاؕ َو َم ۡن ا َ ۡح َياهَا فَ َكاَنَّ َم ۤۡا ا َ ۡح َيا الن‬ َ َّ‫فَ َكاَنَّ َما قَتَ َل الن‬
ِ ‫ا َِّن َك ِث ۡيرا ِم ۡن ُه ۡم َبعۡ دَ ٰذ ِل َك فِى ۡاۡلَ ۡر‬
﴾۳۲﴿ َ‫ض لَ ُم ۡس ِرفُ ۡون‬

ARTINYA :
Dengan sebab (kisah pembunuhan kejam) yang demikian itu Kami tetapkan atas Bani Isra`il,
bahawasanya sesiapa yang membunuh seorang manusia dengan tiada alasan yang
membolehkan membunuh orang itu, atau (kerana) melakukan kerosakan di muka bumi, maka
seolah-olah dia telah membunuh manusia semuanya dan sesiapa yang menjaga keselamatan
hidup seorang manusia, maka seolah-olah dia telah menjaga keselamatan hidup manusia
semuanya. Dan demi sesungguhnya, telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan
membawa keterangan yang cukup terang kemudian, sesungguhnya kebanyakan dari mereka
sesudah itu, sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang melampaui batas (melakuan
kerosakan) di muka bumi.

Ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:


a. Nasib manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan
merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah
mata rantai akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
b. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan
maksud jahat, merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang
pembunuh dalam rangka qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.
Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia,
seperti para dokter dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat
dari kehancuran

2.3 Hadis yang Terkait


Dalam hadis Rasulullah saw. ternyata cukup banyak ditemukan hadis-hadis yang
memberikan perhatian secara verbal tentang toleransi sebagai karakter ajaran inti Islam. Hal
ini tentu menjadi pendorong yang kuat untuk menelusuri ajaran toleransi dalam Alquran,
sebab apa yang disampaikan dalam hadis merupakan manifestasi dari apa yang disampaikan
dalam Alquran.
Di dalam salah satu hadis Rasulullah saw., beliau bersabda :

‫ع ْن‬
َ ‫صي ِْن‬ َ ‫ع ْن دَ ُاودَ ب ِْن ْال ُح‬ َ َ‫ح َؔدَّثَنِا عبد هللا حدثنى أبى حدثنى يَ ِزيد ُ َقا َل أنا ُم َح َّمد ُ ب ُْن ِإ ْس َحاق‬
َّ ‫ان أ َ َحبُّ ِإلَى‬
‫َّللاِ َقا َل‬ ُّ َ ‫سلَّ َم أ‬
ِ َ‫ي اْأل َ ْدي‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َّ ‫سو ِل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫َّاس قَا َل قِي َل ِل َر‬ َ َ‫ِع ْك ِر َمة‬
ٍ ‫ع ِن اب ِْن َعب‬
]13[.ُ‫س ْم َحة‬َّ ‫ْال َحنِي ِفيَّةُ ال‬
[Telah menceritakan kepada kami Abdillah, telah menceritakan kepada saya Abi telah
menceritakan kepada saya Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin
Ishaq dari Dawud bin Al Hushain dari Ikrimah dari Ibnu 'Abbas, ia berkata; Ditanyakan
kepada Rasulullah saw. "Agama manakah yang paling dicintai oleh Allah?" maka beliau
bersabda: "Al-Hanifiyyah As-Samhah (yang lurus lagi toleran)]"

Ibn Hajar al-Asqalany ketika menjelaskan hadis ini, beliau berkata: “Hadis ini di
riwayatkan oleh Al-Bukhari pada kitab Iman, Bab Agama itu Mudah” di dalam sahihnya
secara mu'allaq dengan tidak menyebutkan sanadnya karena tidak termasuk dalam kategori
syarat-syarat hadis sahih menurut Imam al-Bukhari, akan tetapi beliau menyebutkan
sanadnya secara lengkap dalam al-Adâb al-Mufrad yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah
ibn ‘Abbas dengan sanad yang hasan.[14] Sementara Syekh Nasiruddin al-Albani
mengatakan bahwa hadis ini adalah hadis yang kedudukannya adalah hasan lighairih.”[15]
Berdasarkan hadis di atas dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang toleran
dalam berbagai aspeknya, baik dari aspek akidah maupun syariah, akan tetapi toleransi dalam
Islam lebih dititikberatkan pada wilayah mua’malah. Rasulullah saw. bersabda :
‫ط ِرفٍ قَا َل َحدَّثَنِي ُم َح َّمدُ ب ُْن‬َ ‫َّاش َحدَّثَنَا أَبُو َغسَّانَ ُم َح َّمدُ ب ُْن ُم‬ ٍ ‫ي ب ُْن َعي‬ ُّ ‫َحدَّثَنَا َع ِل‬
‫سلَّ َم‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ‫َّللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫سو َل‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْن ُه َما أ َ َّن َر‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ َّ ‫ْال ُم ْن َكد ِِر َع ْن َجا ِب ِر ب ِْن َع ْب ِد‬
ِ ‫َّللاِ َر‬
]16[.‫ضى‬ َ َ ‫ع َوإِذَا ا ْشت َ َرى َو ِإذَا ا ْقت‬
َ ‫س ْمحا ِإذَا بَا‬َ ‫َّللاُ َر ُجًل‬ َّ ‫قَا َل َر ِح َم‬
[Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin 'Ayyasy telah menceritakan kepada kami Abu
Ghassan Muhammad bin Mutarrif berkata, telah menceritakan kepada saya Muhammad bin
al-Munkadir dari Jabir bin 'Abdullah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Allah merahmati
orang yang memudahkan ketika menjual dan ketika membeli, dan ketika memutuskan
perkara"].
Imam al-Bukhari memberikan makna pada kata ‘as-samâhah’ dalam hadis ini dengan
kata kemudahan, yaitu pada “Bab Kemudahan dan Toleransi dalam Jual-Beli”.[17]
Sementara Ibn Hajar al-‘Asqalâni ketika mengomentari hadis ini beliau berkata: "Hadis ini
menunjukkan anjuran untuk toleransi dalam interaksi sosial dan menggunakan akhlak mulia
dan budi yang luhur dengan meninggalkan kekikiran terhadap diri sendiri, selain itu juga
menganjurkan untuk tidak mempersulit manusia dalam mengambil hak-hak mereka serta
menerima maaf dari mereka.[18]
Islam sejak diturunkan berlandaskan pada asas kemudahan, sebagai-mana Rasulullah
saw. bersabda :
‫س ِعي ٍد ْال َم ْقب ُِري ِ َع ْن أَ ِبي‬
َ ‫س ِعي ِد ب ِْن أ َ ِبي‬ َ ‫اري ِ َع ْن‬ ِ َ‫ع َم ُر ْبنُ َع ِلي ٍ َع ْن َم ْع ِن ب ِْن ُم َح َّم ٍد ْال ِغف‬ ُ ‫ط َّه ٍر قَا َل َحدَّثَنَا‬ َ ‫سًلَ ِم ْبنُ ُم‬َّ ‫َحدَّثَنَا َع ْبد ُ ال‬
‫اربُوا َوأ َ ْبش ُِروا َوا ْستَ ِعينُوا‬ ِ َ‫س ِدد ُوا َوق‬ َ َ‫سلَّ َم قَا َل إِ َّن ال ِدينَ يُس ٌْر َولَ ْن يُشَادَّ ال ِدينَ أَ َحد ٌ إِۡلَّ َغلَبَهُ ف‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ ‫ه َُري َْرة َ َع ْن النَّبِي‬
]19[.‫ش ْيءٍ ِم ْن الد ُّْل َج ِة‬ َّ ‫بِ ْالغَد َْوةِ َو‬
َ ‫الر ْو َح ِة َو‬
[Telah menceritakan kepada kami Abdus Salam bin Muthahhar berkata, telah menceritakan
kepada kami Umar bin Ali dari Ma'an bin Muhammad Al Ghifari dari Sa'id bin Abu Sa'id Al
Maqburi dari Abu Hurairah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulit agama kecuali dia
akan dikalahkan (semakin berat dan sulit). Maka berlakulah lurus kalian, men-dekatlah
(kepada yang benar) dan berilah kabar gembira dan minta tolong-lah dengan al-ghadwah
(berangkat di awal pagi) dan ar-ruhah (berangkat setelah zhuhur) dan sesuatu dari ad-duljah
(berangkat di waktu malam)"].
Ibn Hajar al-‘Asqalâni berkata bahwa makna hadis ini adalah larangan bersikap
tasyaddud (keras) dalam agama yaitu ketika seseorang memaksa-kan diri dalam melakukan
ibadah sementara ia tidak mampu melaksana-kannya itulah maksud dari kata : "Dan sama
sekali tidak seseorang berlaku keras dalam agama kecuali akan terkalahkan" artinya bahwa
agama tidak dilaksanakan dalam bentuk pemaksaan maka barang siapa yang memaksakan
atau berlaku keras dalam agama, maka agama akan mengalahkannya dan menghentikan
tindakannya.[20]
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. datang kepada
‘Aisyah ra., pada waktu itu terdapat seorang wanita bersama ‘Aisyah ra., wanita tersebut
memberitahukan kepada Rasulullah saw. perihal salatnya, kemudian Rasulullah saw.
bersabda :
ُ ‫احبُه‬ َ ‫علَ ْي ِه‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ام‬ ِ ‫َّللاُ َحتَّى ت َ َملُّوا َو َكانَ أ َ َحبَّ ال ِد‬
َ َ‫ين ِإلَ ْي ِه َماد‬ َّ ‫ َعلَ ْي ُك ْم ِب َما ت ُ ِطيقُونَ فَ َو‬،ْ‫َمه‬
َّ ‫َّللاِ َۡل َي َم ُّل‬
["Hentikan, Kerjakan apa yang sanggup kalian kerjakan, dan demi Allah sesungguhnya Allah
tidak bosan hingga kalian bosan, dan Agama yang paling dicintai disisi-Nya adalah yang
dilaksanakan oleh pemeluknya secara konsisten"].[21]
Hadis ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak memuji amalan-amalan yang
dilaksanakan oleh wanita tersebut, dimana wanita itu menberitahukan kepada Rasulullah saw.
tentang salat malamnya yang membuatnya tidak tidur pada malam hari hanya bertujuan untuk
mengerja-kannya, hal ini ditunjukkan ketika Rasulullah saw. memerintahkan kepada ‘Aisyah
ra. untuk menghentikan cerita sang wanita, sebab amalan yang dilaksanakannya itu tidak
pantas untuk dipuji secara syariat karena di dalamnya mengandung unsur memaksakan diri
dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam, sementara Islam melarang akan hal tersebut
sebagaimana yang ditunjukkan pada hadis sebelumnya.[22]
Keterangan ini menunjukkan bahwa di dalam agama sekalipun terkandung nilai-nilai
toleransi, kemudahan, keramahan, dan kerahmatan yang sejalan dengan keuniversalannya
sehingga menjadi agama yang relevan pada setiap tempat dan zaman bagi setiap kelompok
masyarakat dan umat manusia.
Terdapat banyak ayat-ayat Alquran yang menjelaskan bahwa Islam adalah agama yang
sarat dengan kemudahan di antaranya adalah firman Allah swt:
ِ ‫ ه َُو اجْ تَبَا ُك ْم َو َما َجعَ َل َعلَ ْي ُك ْم فِي ال ِد‬---
---ٍ‫ين ِم ْن َح َرج‬
[Dia telah memilih kamu. Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
suatu kesempitan].[23]
Pada ayat lain Allah berfirman :
---‫ ي ُِريد ُ َّللاُ بِ ُك ُم ْاليُس َْر َوۡلَ ي ُِريدُ ِب ُك ُم ْالعُس َْر‬---
[Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu].[24]
Selanjutnya, di dalam hadis riwayat Muslim, Rasulullah saw. bersabda :
‫" َهلَكَ ْال ُمتَن َِطعُونَ " قَالَ َها ثَ ًَلث‬
["Kehancuran bagi mereka yang melampaui batas" diulangi sebanyak tiga kali”].[25]
Kata "al-Mutanatti'un" adalah orang-orang yang berlebihan dan me-lampaui batas
dalam menjelaskan dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.[26] Al-Qâdi ‘Iyad mengatakan
bahwa, maksud dari kehancuran mereka adalah di akhirat.[27] Hadis ini merupakan
peringatan untuk menghindari sifat keras dan berlebihan dalam melaksanakan ajaran
agama.[28]
Toleransi dalam Islam bukan berarti bersikap sinkretis. Pemahaman yang sinkretis
dalam toleransi beragama merupakan dan kesalahan dalam memahami arti tasâmuh yang
berarti menghargai, yang dapat mengakibat-kan pencampuran antar yang hak dan yang batil
(talbisu al-haq bi al-bâtil), karena sikap sinkretis adalah sikap yang menganggap semua
agama sama. Sementara sikap toleransi dalam Islam adalah sikap menghargai dan
menghormati keyakinan dan agama lain di luar Islam, bukan menyamakan atau
mensederajatkannya dengan keyakinan Islam itu sendiri.
Pada ayat ini terdapat perintah untuk mengajak para ahli kitab dari kalangan Yahudi
dan Nasrani untuk menyembah kepada Tuhan yang tunggal dan tidak mempertuhankan
manusia tanpa paksaan dan kekerasan sebab dalam dakwah Islam tidak mengenal paksaan
untuk beriman sebagaimana Allah swt. berfirman:
‫آل ِإ ْك َراهَ ِف ْي ال ِدي ِْن‬
[Tidak ada paksaan dalam beragama][30]
Dalam beberapa riwayat diketahui Rasulullah saw. Juga mendoakan agar Allah swt.
memberikan kepada mereka (kaum musyrik) hidayah untuk beriman kepada-Nya dan kepada
risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah kisah
qabilah Daus yang menolak dakwah Islam yang disampaikan oleh Tufail bin Amr ad-Dausi,
kemudian sampai hal ini kepada Rasulullah saw., lalu beliau berdo'a :
ِ ْ‫"اللَّ ُه َّم ا ْه ِد دَ ْوسا َوأ‬
"‫ت بِ ِه ْم‬
[Ya Allah, tunjukilah qabilah Daus hidayah dan berikan hal itu kepada mereka].[31]

Berdasarkan riwayat di atas, maka benarlah bahwa Rasulullah saw. diutus menjadi
rahmat bagi seluruh alam. Beliau tidak tergesa-gesa mendoakan mereka (orang kafir) dalam
kehancuran, selama masih terdapat kemungkinan diantara mereka untuk menerima dakwah
Islam, sebab beliau masih mengharapkannya masuk Islam. Adapun kepada mereka yang telah
sampai dakwah selama beberapa tahun lamanya, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kenginan
untuk menerima dakwah Islam dan dikhawatirkan bahaya yang besar akan datang dari
mereka seperti pembesar kaum musyrik Quraisy (Abu Jahal dan Abu Lahab dkk), barulah
Rasulullah mendoakan kehancuran atas nama mereka.[32]
Sikap Rasululullah saw yang mendoakan dan mengharapkan orang-orang musyrik
supaya menjadi bagian umat Islam, menguatkan bahwa Rasulullah saw. diutus membawa
misi toleransi, sebagaimana sabda beliau;
[33] ‫ص َرانِيَّ ِة َولَ ِكنِي بُ ِعثْتُ بِ ْال َحنِي ِفيَّ ِة الس َّْم َح ِة‬ ْ َ‫سلَّ َم إِنِي لَ ْم أ ُ ْبع‬
ْ َّ‫ث بِ ْال َي ُهو ِديَّ ِة َوۡلَ بِالن‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُّ ِ‫فَقَا َل النَّب‬
َ ‫ي‬
[Maka Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya aku tidak diutus untuk orang-orang Yahudi
dan Nasrani, akan tetapi aku diutus untuk orang-orang yang lurus terpuji.”]

Das könnte Ihnen auch gefallen