Sie sind auf Seite 1von 98

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya orang tak sadar dengan masalah membaca. Kebanyakan

orang puas dengan kemampuan yang dimilikinya dalam membaca, baik dalam

kecepatan membacanya maupun dalam tingkat pemahaman. Padahal, secara

teoretis kecepatan dan pemahaman terhadap bacaan itu dapat ditingkatkan dua

kali atau tiga kali lipat dari kecepatan dan pemahaman semula.
Membaca sangat penting bagi setiap orang karena hal itu akan mampu

meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi mereka yang melakukannya.

Namun, kegiatan membaca belum banyak dilakukan oleh masyarakat terutama

oleh siswa, sehingga upaya membangun kesadaran masyarakat untuk gemar

membaca telah banyak dilakukan dengan berbagai cara


Belajar membaca adalah tindakan yang kompleks dan melelahkan. Semakin

maju suatu bangsa, semakin besar kebutuhan terhadap membaca untuk meraih

sukses. Konsep membaca yang yang lebih luas mengasumsikan bahwa membaca

tidak hanya melibatkan kefasihan, pengenalan kata yang akurat, tetapi juga

menggabungkan makna-makna yang spesifik yang dipresentasikan menjadi suatu

mata rantai gagasan yang saling berhubungan. Akhir-akhir ini, studi di bidang

membaca mengarahkan kepada dua aspek penting dalam hal membaca, yaitu

kecepatan mebaca dan pemahaman membaca.


Kemampuan membaca cepat ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan

sesuai dengan tujuan dan manfaat yang ditetapkan. Pada abad ini hampir di segala

1
2

sektor kehidupan terjadi perubahan yang sangat cepat. Untuk memperoleh

informasi dari sumber manapun ada satu kemampuan yang harus dimiliki oleh si

pencari informasi, adapun kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan

membaca, Karena sifat digital dan elektrolis dari sumber informasi yang marak

sekarang. kemampuan tersebut berubah bukan hanya kemampuan membaca saja

melainkan kemampuan membaca secara cepat.


Membaca cepat suatu tulisan atau bacaan tujuan sebenarnya bukan untuk

mencari kata atau gambar secepat mungkin, melainkan bertujuan untuk

mengidentifikasi dan memahami makna dari bacaan tersebut seefisien mungkin

dan kemudian menransfernya ke dalam otak sebagai memori jangka panjang.

Kemampuan membaca cepat merupakan kemampuan memilih isi bacaan yang

harus dibaca sesuai dengan tujuan, yang ada relevansinya dengan membaca tanpa

harus membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak

diperlukan.
Membaca cepat terkadang di dalamnya terkandung pemahaman yang cepat

pula. Bahkan pemahaman inilah yang menjadi pangkal otak pembahasan,

bukanya kecepatan. Akan tetapi, tidak berarti membaca secara lambat akan

meningkatkan pemahaman. Bahkan siswa yang membaca lambat untuk mengerti

suatu bacaan akan mengambil manfaat yang sangat besar dengan menerapkan

sistem membaca cepat. Sebagaimana mengendarai mobil, seorang pembaca yang

baik akan mengatur kecepatannya dan memilih jalan terbaik untuk mencapai

tujuannya. Kecepatan membaca anda tergantung pada bahan dan tujuan anda

membaca dan harus sering memahami bahan bacaan tersebut. Kecepatan


3

membaca dapat ditingkatkan dengan teknik membaca yang benar. Nurhadi (2010:

35) mengatakan bahwa “ secar teoretis kecepatan membaca itu dapat ditingkatkan

menjadi dua sampai tiga kali lipat dari kecepatan semula”.


Dalam penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas rendah SDN 04 Madiun lor

yang telah dilakukan observasi awal bahwa siswa sekolah dasar kelas rendah

masih ditemukan banyak yang membaca dengan menggunakan jari agar tidak ada

kata yang terlewati, maka dilakukan dengan bantuan jari atau pensil yang

menunjukan kata demi kata, karena cara demikian itu dipraktikan terus menerus

dan tidak ada yang memberikan petunjuk lebih lanjut bahwa sebetulnya tidak

perlu dilakukan apabila kita telah pandai membaca, akhirnya itu menjadi

kebiasaan dan dilakukan sampai dewasa. Cara membaca dengan menunjuk jari itu

sangat mengahambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat daripada

gerakan mata.
Selain itu karakter siswa sekolah dasar di SDN 04 Madiun lor ini membaca

masih menggerakan kepalanya karena pada usia anak-anak penglihatan memang

masih sulit menguasai seluruh penampang bacaan. Akibatnya digerakan kepala

dari kiri ke kanan untuk padat membaca baris-baris bacaan secara lengakap.

Setelah dewasa penglihatan mampu secara optimal sehingga seharusnya cukup

mata saja yang bergerak, membaca seperti itu akan menghambat proses membaca

sebab menggerakan mata lebih cepat dan lebih mudah daripada menggerakan

kepala.
4

Pelatihan yang dilakukan dimulai dari sejak dini, sehingga kemampuan

membaca cepat ini akan terus terasah seiring berjalannya waktu yang dilalui

peserta didik apabila sudah diberikan dasar dalam kemampuan membaca cepat.
Siswa yang tidak mendapat bimbingan atau latihan khusus membaca cepat,

sering mudah lelah dalam membaca karena lamban dalam membaca, tidak ada

gairah, merasa bosan tidak tahan membaca buku dan terlalu lama menyelesaikan

buku yang tipis sekalipun. Selain itu, banyak siswa lebih cenderung memilih

bacaan yang menarik daripada bacaan yang lebih banyak manfaatnya misalkan

banyak siswa yang hobi membaca buku komik yang ceritanya itu sedikit

manfaatnya daripada buku pelajaran, oleh sebab itu materi pembelajaran harus

disajikan dengan kemasan yang menarik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai

sesuai dengan yang direncanakan.


Untuk membuat suatu pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi

peserta didik dibutuhkan media yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran

yang akan diajarkan oleh guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai

dengan baik. Media pembelajaran merupakan alat bantu berupa fisik maupun non

fisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru dan siswa dalam

memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.


Gerlach & Ely (dalam Azhar 2017: 03) Mengatakan bahwa “media apabila

dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang

membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,

keterampilan, atau sikap”. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan

sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
5

belajar mengajar kecenderungan diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografi, atau

elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual

atau verbal.
Aplikasi penggunaan media visual ini merupakan salah satu langkah

pembejaran yang dapat menjadi motivasi agar siswa dapat terfokus kepada materi

yang diberikan oleh guru melalui media tesrsebut. Media ini dapat meningkatkan

imajinasi siswa agar hal yang abstrak dapat diuraikan menjadi suatu yng krongkrit

dalam pemikirannya sehingga dalam proses memahami dalam suatu bacaan akan

meningkat karena siswa membaca sambil melihat an membayangkan kejadian

yang sebenarnya.
Berdasarkan penjabaran singkat di atas, media visual ini membuat siswa

menjadi aktif, membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan membaca, dan bahkan membawa Hubungan

psikologis terhadap siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Nurseto, T. (2011: 20)

dalam jurnal ilmiahnya “bahwa dalam komunikasi pembelajaran media sangat

dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran”.

Media visual ini diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa,

menyajikan data yang menarik,memudahkan penaafsiran, menampilkan informasi

secara padat dan dapat digunakan sebagai alat pelatihan dalam membaca cepat.
Dengan menggunakan teknik membaca cepat ini para siswa diharapkan dapat

lebih efisien menggunakan waktu dalam belajar. Data survei menunjukan bahwa

lima dari empat puluh siswa yang telah mampu menggunaka pola speed reading

dapat memahami suatu bacaan sama baiknya dengan siswa yang belum
6

menguasai speed reading. Dengan pola pelatihan yang bersifat kontinyu

diharapkan siswa dapat membaca dengan kecepatan 80-200 kata per menit tanpa

menghilangkan makna bacaan.


Dari permasalahan di atas perlu adanya terobosan baru dalam pembelajaran

membaca cepat maka penelitian ini diberi judul “Hubungan penggunaan Media

Visual terhadap Kecepatan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Siswa Kelas 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun”.

B. Batasan Masalah

Agar peneliti ini dapat mencapai tujuan yang diinginkan dan tidak

menimbulkan salah penafsiran mengenai masalah yang terlalu luas ruang

lingkungan, maka peneliti ini dibatasi :

1. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2017/2018

pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dengan Kompetensi Dasar adalah

Menemukan gagasan utama suatu teks yang dibaca dengan kecepatan 75

kata/menit.
2. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup aspek-aspek yang berhubungan

dengan kemampuan membaca cepat, melalui teknik percepatan gerakan mata

yaitu membaca dengan menggunakan media teks berjalan.


C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Adakah Hubungan penggunaan Media

Visual Terhadap Kecepatan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Siswa Kelas 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun?”


7

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui Hubungan penggunaan media visual terhadap kecepatan membaca

pada mata Pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas 3 SDN 04 Madiun Lor Kota

Madiun

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dari berbagai

kalangan, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermanfaat terutama siswa

yang mengalami kesulitan dalam membaca cepat sehingga dapat

meningkatkan hasil belajarnya.

b) Siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran karena

kemampuan membaca termasuk kemampuan dasar dalam menyerap

informasi pembelajaran.

2. Bagi Guru

a) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan yang baik dalam

mendidik dan membimbing siswannya.


8

b) Menambah wawasan guru dengan menggunakan media visual sebagai

sarana meningkatkan kemampuan membaca dan memahami siswa dalam

pembelajaran.

3. Bagi Peneliti
Hasil dari penelitian merupakan umpan balik dan hasil nyata dari

penerapan ilmunya selama mengikuti perkuliahan di Universitas PGRI

Madiun.
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Hakekat Media

a. Pengertian Media

Kata media adalah bentuk jamak dari kata medium yang berasal dari

bahasa latin yang berarti pengantar atau perantara hal tersebut sesuai dengan

pendapat Heinich, dkk (dalam Azhar, 2017: 3-4) yang mengemukakan

“istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber

dan penerim. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang

diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media

komunikasi”.

Daryanto (2010: 4) menyatakan bahwa “media merupakan salah satu

komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator

menuju komunikan”.

Hal tersebut dipertegas oleh pendapat Rohani (2014: 3) yang secara

implisit mengatakan bahwa “media segala sesuatu yang dapat diindra yang

berfungsisebagai perantara/sarana/alat untuk proses komunikasi (proses

belajar mengajar)”
10

Sadiman, dkk (2011: 7) menyatakan bahwa “media adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi”.

Dari berbagai definisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media

adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

komunikator menuju komunikan yang terdiri dari antara lain buku, recorder,

kaset, vidio slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik dan lain - lain untuk

membantu mempermudah pemahaman siswa.

Di samping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga

dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia sehingga dapat

mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan

digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media

pengajaran, yang meliputi : 1) media sebagai alat komunikasi guna lebih

mengefektifkan proses belajar mengajar; 2) fungsi media dalam rangka

mencapai tujuan pendidikan; 3) seluk-beluk proses belajar; 4) hubungan

antara metode mengajar dan media pendidikan; 5) nilai atau manfaat media

pendidikan dalam pengajaran; 6) pemilihan dan penggunaan media

pendidikan; 7) berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan; 8) media

pendidikan dalam setiap mata pelajaran; 9) usaha inovasi dalam media

pendidikan.
11

Dari beberapa pengertian media menurut para ahli di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pngertian media pembelajaran adalah suatu alat atau

bahan yang digunakan sebagai perantara atau membantu guru dalam

menyampaikan suatu informasi atau materi pembelajaraan kepada siswa

dalam proses belajar mengajar agar mempermudah siswa belajar dalam upaya

memahami materi pelajaran tersebut.

b. Landasan Penggunaan Media Pembelajaran

Ada empat tinjauan tentang landasan penggunaan media pembelajaran,

antara lain landasan filosofis, psikologis, teknologis, dan empiris (Daryanto

2010: 12).

Untuk memperjelas pemahaman berikut ini diuraikan secara garis


besar mengenai keempat macam tinjauan tersebut, adalah sebagai berikut.
1) Landasan Filosofis
Ada suatu pandangan bahwa dengan digunakannya berbagai jenis
media hasil teknologi baru di dalam kelas, akan berakibat
proses pembelajaran yang kurang manusiawi. Dengan kata lain,
penerapan teknologi dalam pembelajaran akan terjadi dehumanisasi.
Pendapat tentang penerapan teknologi dalam pembelajaran akan
terjadi dehumanisasi itu keliru. Karena dengan adanya media
pembelajaran, hal itu dapat memberikan banyak pilihan terhadap siswa
untuk menggunakan media yang lebih sesuai dengan karakteristik
pribadinya. Dengan kata lain, siswa dihargai harkat kemanusiaannya dan
diberi kebebasan untuk menentukan pilihan, baik cara maupun alat
belajar sesuai dengan kemampuannya. Dengan demikian, penerapan
teknologi tidak berarti dehumanisasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa yang terpenting adalah proses
pembelajaran yang dilakukan, baik menggunakan media atau tidak, guru
harus menggunakan pendekatan humanis dalam proses pembelajaran.
2) Landasan Psikologis
Landasan psikologis penggunaan media pembelajaran adalah
alasan atau rasionalitas penggunaanmedia pembelajaran ditinjau dari
kondisi belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi. Kajian
psikologi menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal
12

yang konkret daripada yang abstrak. Berkaitan dengan hubungan


konkret-abstrak dan kaitannya dengan penggunaan media pembelajaran,
ada beberapa pendapat, yaitu sebagai berikut :
3) Landasan Teknologis
Tidak bisa dipungkiri bahwa kehadiran produk-produk teknologi
telah memberi dampak yang luar biasa terhadap peserta didik.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi komunikasi dan informasi
sangat membantu para guru dan peserta didik dalam memperoleh
informasi. Dalam pembelajaran misalnya, berbagai media interaktif
telah diproduksi dan diaplikasikan oleh banyak sekolah dan institusi
pendidikan. Media internetpun menyediakan materi pembelajaran yang
tak terbatas dan dapat diakses kapan dan dimana saja sesuai keperluan.
Hadirnya teknologi video conference memungkinkan
pembelajaran berlangsung jarak jauh (distance learning). Dengan
model pembelajaran seperti ini, tidak ada alasan lagi kegiatan belajar-
mengajar tidak dapat dilaksanakan, meskipun guru berhalangan hadir
untuk mengajar.
4) Landasan Empiris
Temuan-temuan penelitian menunjukkan bahwa terdapat
interaksi antara penggunaan media pembelajaran dan karakteristik
belajar siswa dalam menentukan hasil belajar siswa. Artinya, siswa akan
mendapat keuntungan yang signifikan jika siswa belajar dengan
menggunakan media yang sesuai dengan karakteristik tipe atau gaya
belajarnya. Siswa yang memiliki tipe belajar visual akan lebih
memperoleh keuntungan jika pembelajaran menggunakan media visual,
seperti gambar, diagram, video, atau film. Sementara siswa yang
memiliki tipe belajar auditif, akan lebih suka belajar dengan media
audio, seperti radio, rekaman suara, atau ceramah guru. Akan lebih tepat
dan menguntungkan siswa dari kedua tipe belajar tersebut jika
menggunakan media audio-visual.
Berdasarkan landasan rasional empiris, pemilihan media

pembelajaran hendaknya jangan atas dasar kesukaan guru. Akan tetapi harus

mempertimbangkan kesesuaian antara karakteristik pembelajar, materi

pelajaran, dan media itu sendiri


13

c. Ciri-ciri Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely (dalam Arsyad 2017: 15-17) mengemukakan tiga ciri

media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja

yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (atau kurang

efisien) melakukannya.

1) Ciri Fiksatif (Fixsative Property)


Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan
media seperti fotografi, video tape, disket komputer, dan film. Suatu
objek yang telah diambil gambarnya (direkam) dengan kamera atau
video kamera dengan mudah dapat diproduksi dengan mudah kapan
saja di perlukan. Dengan ciri fiksatis ini, media memungkinkan suatu
tertentu di trasportasikan tanpa mengenal waktu.
Cara ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek
yang telah direkam atau disimpan dengan format media yang ada
dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya sekali
(dalam satu dekade atau satu abad) dapat diabaikan dan disusun
kembali untuk keperluan pembelajaran, prosedur laboratorium, yang
rumit dapat direkan dan diatur untuk kemudian direproduksi berapa
kali pun pada saat diperlukan. Demikian pula kegiatan siswa dapat
direkam untuk kemudian dianalisis dan dikritik oleh siswa sejawat
baik secara perorangan maupun secara kelompok
2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif kejadian yang memakan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit
dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya,
bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi
kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi
tersebut.
3) Ciri Distributif (Distributive Property)
Ciri distributif dari media memungkinkan satu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian
tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus
pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Dewasa ini,
didistribusi media tidak hanya terbatas pada satu kelas atau beberapa
kelas pada sekolah-sekolah di dalam suatu wilayah tertentu, tetapi
juga media itu misalnya rekaman video, audio, disket komputer dapat
disebar ke seluruh penjuru tempat yang diinginkan kapan saja.
14

Sekali informasi direkan dalam format media apa saja, ia dapat

direproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan diberbagai

tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi

informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan

aslinya.

d. Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Kemp dan Dayton (dalam Arsyad 2018: 25-27) meskipun

telah lama disadari bahwa banyak keuntungan penggunaan media

pembelajaran, penerimaannya serta pengintegrasiannya ke dalam program-

program pengajaran berjalan amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa

hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media

sebagai bagian integral pembelajaran di dalam kelas atau sebagai cara utama

pelajaran langsung sebagai berikut.

1) Penyampaian palajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang melihat

atau mendengar penyajian melalui media menerima pesan yang sama.

Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan cara yang berbeda-

beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran itu dapat dikurangi

sehingga informasi yang sama dapat disampaikan kepada siswa sebagai

landasan untuk pengkajian, latihan, dan aplikasi lebih lanjut.


2) Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat diasosiasikan sebagai

penarik perhatian dan membuat siswa dapat terjaga dan memperhatikan.


15

3) Pembelajaran lebih interaktif dengan ditarpkannya teori belajar dan

prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa,

umpan balik, dan pengetahuan.


4) Lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat karena

kebanyakkan media hanya memerlukan waktu singkat untuk

mengantarkan pesan-pesan dengan isi pembelajaran dalam jumlah yang

cukup banyak dan kemungkinannya dapat diserap oleh siswa.


5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila mana integrasi kata dan

gambar sebagai media pembelajaran dapat mengomunikasikan elemen-

elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikan dengan baik,

spesifik, dan jelas.


6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan di mana diinginkan atau

diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk

penggunaan secara individu.


7) Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap

proses belajar dapat ditingkatkan.


8) Peran guru dapat berubah ke arah positif, beban guru untuk penjelasan

yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran dapat dikurangi bahkan

dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek

penting lain dalam proses belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan

atau penasehat siswa.

Manfaat media pembelajaran menurut Daryanto (2011: 4-5)


adalah sebagai berikut: 1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu
verbalistis; 2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya
indra; 3) Menimbulkan gairah belajar, berinteraksi secara langsung
antara peserta didik dengan sumber belajar; 4) Memungkinkan anak
16

belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,


auditori, dan kinestetiknya.; 5) Memberi rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang
sama.
2018: 29-30) menceritaka manfaat media pendidikan sebagai berikut.

1) Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir, oleh karena itu


mengurangi verbalisme; 2) Memperbesar perhatian siswa; 3)
Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangna belajar, oleh
karena itu membuat pelajaran lebih mantap; 4) Memberikan pengalaman
nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan
siswa; 5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama
melalui gambar hidup; 6) Membantu tumbuhnya pengertian yang dapat
membantu perkembangan kemampuan berbahasa; 7) Memberikan
pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan
membantu efisiensi dan keragaman yang lebih banyak dalam belajar.
Dari uraian dan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan beberapa

manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar

mengajar sebagai berikut.

1) Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehinggga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil

belaja

2) Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian

anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang

lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan

siswa untuk belajar sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan

waktu; a) objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan

langsung di ruang kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide,


17

realita, film, radio, atau model; b) objek atau benda yang terlalu kecil

yang tidak tampak oleh indera dapat disajikan dengan bantuan

mikroskop, film, slide, atau gambar; c) kejadian langka yang terjadi di

masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilan

melalui rekaman, video, film, foto, slide di samping acara verbal; d)

objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat

ditampiljan secara konkret melalui film, gambar, slide, atau stimulasi

komputer; e) kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat

disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video; f)

peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses

yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong

menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman

seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

4) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada

siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta

memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan gutu, masyarakat,

dan lingkungan misalnya melalui karyawati-serta kunjungan-

kunjunagan ke museum atau kebun binatang.


18

e. Media Visual

Menurut Sadiman, dkk (2011: 28-29) “Media grafis visual

sebagaimana halnya media yang lain. Media grafis untuk menyalurkan pesan

dari sumber ke penerima pesan”. Saluran yang dipakai menyangkut indera

penglihatan. Pesan yang akan disampikan dituangkan ke dalam simbol-simbol

komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar

proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien.

Khanifatul (2010: 31) mengatakan bahwa Media Audio-visual “adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran

berupa gambar dan suara untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Haryoko, S. (2010: 3) mengatakan bahwa media audio-visual adalah

media penyampai informasi yang memiliki karakteristik audio (suara) dan

visual (gambar)”.

Selain itu media grafis juga berfungsi pula untuk menarik perhatian,

memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin

akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

Selain sederhana dan mudah pembuatannya media grafis termasuk media

yang relatif murah ditinjau dari segi biayanya. Beberapa media grafis dengan

ciri-cirinya adalah sebagai berkut:

1) Gambar atau Foto


19

Di antara media pendidikan, gambar/ foto adalah media yang paling

mudah dipakai. Gambar atau Foto merupakan bahasa yang umum yang

dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana. Beberapa kelebihan media

gambar foto yang lain dijelaskan di bawah ini a) Sifatnya konkret; lebih

realistis menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal

semata; b) Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu; c) Media gambar/

foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; d) Foto dapat

memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia

berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan

kesalahpahaman; e) Foto harganya murah dan gampang didapat serta

digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

Selain kelebihan tersebut, gambar/ foto mempunyai beberapa

kelemahan yaitu. a) Gambar/ foto hanya menekankan persepsi indera

mata; b) Gambar/ foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk

kegiatan pembelajaran; c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok

besa.

2) Sketsa

Sketsa adalah gambar yang sederhana, atau draft kasar yang

melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Dengan sketsa selain

dapat menarik perhatian siswa, menghindari verbalisme dan dapat

memperjelas penyampaian pesan.


20

3) Diagram

Sebagai suatu gambar yang sedrhana yang menggunkan garis-garis

dan simbol-simbol, diagram atau skema menggambarkan struktur dari

objek secara garis besar. Diagram menunjukan hubungan yang ada antara

komponen dan sifat-sifat proses yang ada. Kriteria diagram yang baik

untuk dijadkan sebagai media pembelajaran adalah sebagai berikut. a)

Benar, digambar rapi, diberi titel, label dan penjelasan yang perlu; b)

Cukup besar dan ditempatkan secara strategi; c) Penyusunannya

disesuaikan dengan pola membaca yang umum yaitu dari kiri ke kanan

dan dari atas kebawah.

4) Bagan/Chart

Seperti halnya media grafis yang lain, Bagan atau chart termasuk

media visual. Fungsinya yang pokok adalah menyampaikan ide-ide atau

konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan

secara visual. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir

penting dari suatu presentasi. Sebagai media yang baik, bagan haruslah:

a) Dapat dimengerti anak

b) Sederhana dan lugas, tidak rumit dan berbelit-belit.

c) Diganti pada waktu tertentu agar selain tetap termasa juga tak

kehilangan daya tarik.

5) Grafik (Graphs)
21

Sebagai suatu media visual, grafik adalah gambar sederhana yang

menggunakan titik-titik, garis atau gambar. Untuk melengkapinya

seringkali simbol-simbol verbal digunakan pula disitu.

Fungsi grafik adalah untuk menggambarkan data kuantitatif secara

teliti, menerangkan perkembangan atau perbandingan sesuatu objek atau

peristiwa yang saling berhubungan secara singkat dan jelas.

Sebagai media pendidikan yang baik, media grafik harus mampu

memenuhi beberapa kriteria-kriteria, di antaranya: a) Jelas untuk dilihat

oleh seluruh kelas; b) Hanya menyajikan satu ide setiap grafik; c) Ada

jarak/ruang kosong antara kolom-kolom bagiannya; d) Warna yang

digunakan kontras dan harmonis; e) Berjudul dan ringkas; f) Sederhana

(simplicity); g) Mudah dibaca (legibility); h) Praktis, mudah

(manageability); i) Menggambarkan kenyataan (realisme); j) Menarik

(attractiveness); k) Jelas dan tak memerlukan informasi tambahan

(appropiateness); l) Teliti (accuracy)

Ada beberapa jenis grafik yang dapat kita gunakan diantaranya adalah

grafik garis (line graphs), grafik batang (bargraphs), grafik lengkaran

(circle atau pie graphs) dan grafik gambar (pictorial graphs).

6) Kartun

Kartun merupakan salah satu bentuk komunikasi grafis adalah suatu

gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk


22

menyampaikan sesuatu pesan secara cepat dan ringkas atau sesuatu sikap

terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.

7) Poster

Poster tidak hanya penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu

tetapi dia mampu pula untuk memHubungani dan memotivasi tingkah

laku orang yang melihatnya. Poster berfungsi untuk mempmengaruhi

orang-orang untuk membeli produk baru dari sesuatu perusahaan, untuk

mengikuti program keluarga berencana atau untuk menyayangi binatang

dapat dituangkan lewat poster.Kriteria poster yang baik hendaklah; a)

Sedehana; b) Menyajikan satu ide dan untuk mencapai suatu tujuan yang

pokok; c) Bewarna: d) Slogannya ringkas dan jitu; e) Tulisannya jelas; f)

Motif dan disain bervariasi.

8) Peta dan Globe

Peta dan globe berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi. Alasan

kenapa peta dipakai sebagai media dalam KBM:

a) Memungkinkan siswa mengerti tentang suatu posisi daerah.

b) Dapat merangsang minat siswa terhadap penduduk dan Hubungan-

Hubungan geografis.
23

c) Memungkinkan siswa memperoleh gamabaran tentangimigrasi dan

distribusi penduduk, tumbuh-tunbuhan dan kehidupan hewan serta

bentuk muka bumi sebenarnya.

9) Papan Flanel/ Flannel Board

Papan Flannel adalah media grafis yang efektif sekali untuk

menyajikan pesan-pesan tertentukepada sasaran tertentu pula. Papan

berlapis kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar

yang akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga

dapat dipakai berkali-kali.

f. Jenis-jenis Media Visual

1) Media yang tidak diproyeksikan

a) Media realita

Media realita adalah benda nyata. Benda tersebut tidak harus

dihadirkan di ruang kelas, tetapi siswa dapat melihat langsung ke

obyek. Kelebihan dari media realia ini adalah dapat memberikan

pengalaman nyata kepada siswa. Misal untuk mempelajari

keanekaragaman makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup,

ekosistem, dan organ tanaman.

b) Model

Model mrupakan benda tiruan dalam wujud tiga dimensi yang

merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya.


24

Penggunaan model untuk mengatasi kendala tertentu sebagai

pengganti realia. Misal untuk mempelajari sistem gerak, pencernaan,

pernafasan, peredaran darah, sistem ekskresi, dan syaraf pada hewan.

c) Media grafis

Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan

melalui simbol-simbol visual. Fungsi dari media grafis adalah menarik

perhatian, memperjelas sajian pelajaran, dan mengilustrasikan suatu

fakta atau konsep yang mudah terlupakan jika hanya dilakukan melalui

penjelasan verbal. Jenis-jenis media grafis adalah:

(1) gambar / foto: paling umum digunakan

(2) sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang melukiskan bagian

pokok tanpa detail. Dengan sketsa dapat menarik perhatian siswa,

menghindarkan verbalisme, dan memperjelas pesan.

(3) diagram/ skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan

simbol untuk menggambarkan struktur dari obyek tertentu secara

garis besar. Misal untuk mempelajari organisasi kehidupan dari sel

samapai organisme.

(4) bagan/ chart : menyajikan ide atau konsep yang sulit sehingga

lebih mudah dicerna siswa. Selain itu bagan mampu memberikan

ringkasan butir-butir penting dari penyajian. Dalam bagan sering


25

dijumpai bentuk grafis lain, seperti: gambar, diagram, kartun, atau

lambang verbal.

(5) grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, simbol

verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif.

Misalnya untuk mempelajari pertumbuhan.

2) Media proyeksi

a) Transparansi OHP

OHP yaitu merupakan alat bantu mengajar tatap muka sejati,

sebab tata letak ruang kelas tetap seperti biasa, guru dapat bertatap

muka dengan siswa (tanpa harus membelakangi siswa). Perangkat

media transparansi meliputi perangkat lunak ( Overhead

transparancy / OHT) dan perangkat keras (Overhead projector /

OHP). Teknik pembuatan media transparansi, yaitu:

(1) Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu

(2) Membuat sendiri secara manual

b) Film bingkai / slide

Adalah film transparan yang umumnya berukuran 35 mm dan

diberi bingkai 2X2 inci. Dalam satu paket berisi beberapa film

bingkai yang terpisah satu sama lain. Manfaat film bingkai hampir

sama dengan transparansi OHP, hanya kualitas visual yang


26

dihasilkan lebih bagus. Sedangkan kelemahannya adalah beaya

produksi dan peralatan lebih mahal serta kurang praktis. Untuk

menyajikan dibutuhkan proyektor slide.

2. Membaca Cepat

a. Pengertian Membaca

Membaca adalah “suatu proses yang kompleks dan rumit. Kompleks

berarti dalam proses membaca terlibat berbagai faktor internal dan faktor

eksternal pembaca” (Nurhadi, 2008 : 13). Faktor internal berupa intelegensi,

minat, sikap, bakat, motivasi, tujuan membaca, dan lain sebagainya. Faktor

eksternal bisa dalam bentuk sarana membaca, latar belakang sosial dan

ekonomi, dan tradisi membaca. Rumit artinya faktor eksternal dan internal

saling berhubungan membentuk koordinasi yang rumit untuk menunjang

pemahaman bacaan

Tampubolon (2008 : 5) mengatakan bahwa “membaca adalah satu dari

empat komponen bahasa pokok, dan merupakan satu bagianatau

komponendari komunikasi tiulisan”.Selanjutnya dapat pula dikatakan bahwa

dalam bahasa tulisan terdapat ide - ide atau pikiran-pikiran baru anggota-

anggota suatu masyarakat atau masyarakat lainnya, yang mungkin dapat

memperkaya pengetahuan anggota-anggota masyarakat tersebut dan

kebudayaannya.
27

Ahmad (2010: 12) Mengatakan bahwa “membaca adalah alternatif

terbaik untuk mendapatkan informasi sebagai model belajarkita dalam

memecahkan permasalahan yang kita hadapi”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu

cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca

melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan

mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi.

b. Pengertian Membaca Cepat

1) Kurmalasari, T., & Hamdan, A. R. (2014: 89) dalam jurnal ilmiahnya “he

intention is in this sense comprehension cognitive processes to be able to

understand the content of the readings in the not too long. Therefore, to

obtain the meaning of the text can be done with speed reading” hal ini

dapat diartikan bahwa kecepatan membaca adalah proses kognitif untuk dapat

memahami isi bacaan dalam waktu yang tidak terlalu lama

2) Nurhadi (2010:39) menyatakan “membaca cepat yaitu membaca yang

mengatakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya”.

3) Ahmad (2010: 42) menyatakan bahwa “membaca cepat adalah proses

membaca suatu bacaan untuk memahami isi suatu bacaan dengan cepat”.
28

Dari ketiga pengertian membaca cepat di atas dapat disimpulkan bahwa

membaca cepat adalah jenis membaca yang mengutamakan kecepatan,

dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaan.

c. Cara membaca cepat

Pada kelas rendah siswa harus diajarkan bagaimana teknik membaca yang

benar. Hal ini sangat penting untuk membentuk kebiasaannya dalam hal

membaca. Salah satu keterampilan membaca yang paling sulit untuk diajarkan

adalah bagaimana menarik kesimpulan dari suatu bacaan. Ini adalah suatu proses

yang komplek bagi murik SD untuk membaca suatu bacaan dan menyimpulkan

isinya. Stone (2013: 30) mengatakan bahwa “kesimpulan didapat dari

memadukan apa yang diketahui dan apa yang tersirat untuk menghasilkan satu

arti yang baru”, untuk itu perlu dibiasakan membaca dengan teknik yang benar

agar peserta didik kelas rendah lebih mudah menyimpulkan dari suatu bacaan

yang ia baca. Beberapa teknik dasar yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

kecepatan membaca siswa dengan pemahaman

1) Melihat dengan otak

Kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak.

Mata melihat dan otak menginterpretasikan saat itu juga sehingga apa

yang anda lihat, itulah yang anda dapat. Otak menyerap apa yang dilihat

oleh mata. Oleh karena itu melihat adalah mengerti.

2) Gerakan mata dalam membaca


29

Gerakan mata tergantung pada jarak benda yang dilihat. Apabila kita

melihat jauh mengikuti benda yang bergrak di lapangan pandang yang

luas, mata bergerak halus dan rasa seperti kalau kita melihat gambar atau

membaca: gerakan mata cepat, tersentak-sentak dalam irama tarikan-

tarikan kecil, seprti melompat-lompat

3) Melebarkan jangkuan mata

Pada saat mata berhenti, jangkauan mata kita dapat menangkap

beberapa kata sekaligus. Kata-kata dalam jangkauan mata itu dapat

dikenali sekalipun pembaca tidak memfokuskannya pada kata itu.

4) Transisi fiksasi ke fiksasi

Bacalah sebuah buku saku dengan cepat, menurut irama, dan

pelebaran jangkauan mata: dalam satu baris tiga fiksasi. Perpendek waktu

perpindahan fiksasi ke fiksasi. Cobalah satu fiksasi dengan sekali

pandang, lalu bergerak ke fiksasi berikutnya.

5) Gerakan otot mata dan latihan

Gerakan mata dikendalikan oleh otot kecil yang kuat. Otot-otot ini

bersama-sama mata dalam rangkaian tarikan-tarikan kecil tatkala kita

menelusuri baris-baris tulisan. Oleh karena itu, apabila otot-otot mata

terasa penat, kita lalu mengeluh, “mata capek”.


30

Untuk mendobrak gerakan mata yang sudah mendarah daging itu

diperlukan latihan yang terencana dan intensif yang memberikan

kesempatan otot-otot mata melakukan semacam “senam”.

6) Meningkatkan konsentrasi

Apabila perhatian kita fokuskan kepada apa yang kita bacamaka

gagasan dan gambaran tentang isi bacaan akan nampak jelas dan mudah

kita pahami. Untuk meningkatkan daya konsentrasi ada beberapa

hambatan yang perlu diperhatikan, yaitu:

a) Vokalisasi

Vokalisasi atau membaca dengan bersuara adalah salah satu hal

yangmampu menghambat kecepatan dalam membaca cepat. Jika

seseorang membaca dengan bersuara, maka seseorang melakukan dua

pekerjaan sekaligus sehingga akan menghambat kecepatan membaca

sekaligus pemahaman yang diperoleh.Itu berarti bahwa kita

mengucapkan kata demi kata secara lengkap.

b) Gerakan Bibir

Menggerakkan bibir ketika kita sedang membaca akan membuat

kecepatan membaca kita melambat. Itu sama saja dengan kita


31

membaca dengan bersuara. Soedarso menambahkan kecepatan

seseorang yang membaca dengan bersuara ataupun dengan gerakan

bibir hanya seperempat dari kecepatan seseorang yang membaca

secara diam

c) Gerakan Kepala

Kebiasaan menggerakkan kepala saat membaca merupakan

kebiasaan yang timbul pada masa kanak-kanak. Kebiasaan itu timbul

karena dulu jangkauan mata kita sewaktu masih kecil, kurang

mencukupi. Setelah dewasa, walaupun jangkauan mata kita sudah

mencukupi, kita sulit meninggalkan kebiasaan menggerakkan kepala

karena sudah sering dilakukan

d) Menunjuk dengan Jari

Kegiatan membaca dengan menunjukkan jari ini juga merupakan

kebiasaan membaca yang dibawa sejak kecil. Dulu kita melakukan hal

ini karena untuk menjaga agar tidak ada kata yang terlewatkan. Akan

tetapi, setelah dewasa, sudah barang tentu kemampuan membaca kita

semakin meningkat kebiasaan ini tetap dilakukan karena sudah

menjadi kebiasaan. Padahal membaca dengan menggunkan telunjuk

jari atau benda lain dapat menghambat kecepatan membaca kita. Cara
32

membaca dengan menunjuk dengan jari atau benda lain itu sangat

menghambat membaca sebab gerakan tangan lebih lambat daripada

gerakan mata

e) Regresi

Regresi ialah terjadinya pengulangan-pengulangan gerak mata pada

unit-unit bahasa yang telah dibaca Hal tersebut biasanya terjadi karena

kurang memahami kalimat yang dibacanya. Kebiasaan tersebut menjadi

hambatan yang sangat serius dalam membaca. Regresi sering diiringi

oleh beberapa sebab diantaranya adalah: (1). Kurang percaya diri

terhadap apa yang sedang di baca; (2). Merasa ada sesuatu yang

tertinggal; (3).Salah persepsi; (4). Terpaku pada detail; (5).

Mempersoalkan tentang salah cetak, yakin ada salah ejaan, dan kata

sulit.

Melamun merupakan penyebab kebiasaan regresi. Melamun

disebabkan karena kurang konsentrasi saat membaca. Sehingga

menyebabkan ingin kembali mengulang kata atau kalimat yang telah

dibaca.

f) Subvokalisasi

Subvokalisasi ini adalah suara yang biasa “ikut membaca” di

dalam pikiran kita. Jadi waktu kita membaca, di dalam pikiran kita seperti

ada suara yang menyuarakan bacaan itu. subvokalisasi ini juga


33

menghambat karena kita jadi lebih memperhatikan bagaimana melafalkan

daripada berusaha memahami ide yang dikandung dalam kata-kata yang

kita baca. Kebiasaan subvokalisasi ini akan menjadi penghambat pembaca

dalam melakukan kegiatan membaca cepat, karena pembaca menjadi tidak

fokus pada ide pokok bacaan tetapi terpecah menjadi cara pelafalannya

juga.

Walaupun dalam membaca cepat terdapat berbagai hambatan,

tetapi ada cara untuk meminimalisasi hambatan tesebut. Berikut ini adalah

cara-cara untuk menghilangkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat

berHubungan dalam kecepatan membaca, diantaranya:

(1) Vokalisasi

Soedarso mengungkapkan cara untuk menghilangkan

kebiasaan vokalisasi ini dapat dilakukan dengan cara menyiulkan

suara dengan bibir, sementara itu aktifitas membaca tetap berlangsung.

Pada waktu yang sama tangan diletakkan pada leher, dan diusahakan

tidak ada getaran pada leher.

(2) Gerakan Bibir

Kebiasaan menggerakkan bibir ketika membaca dapat

dihilangkan dengan melakukan kegiatan: (a) Merapatkan bibir kuat-

kuat, dan menekankan lidah ke langit-langit mulut; (b) Mengunyah

permen karet; (c) Mengambil pensil atau sesuatu yang lain yang cukup

ringan, lalu menjepit dengan kedua bibir (bukan gigi), diusahakan agar
34

pensil itu tidak bergerak; (d) Mengucapkan berulang-ulang, kata “satu,

dua, tiga”; (e) Bibir dalam posisi bersiul, tetapi tidak bersuara.

(3) Gerakan Kepala

Untuk menghilangkan kebiasaan gerakan kepala saat membaca

dapat dilakukan cara sebagai berikut:

(1) Meletakkan telunjuk jari ke pipi, menyandarkan siku tangan ke

meja selama membaca. Apabila terasatangan terdesak oleh

gerakan kepala, maka gerakan itu harus segera dihentikan.

(2) Memegang dagu dengan tangan seperti memegang-megang

jenggot dan bila kepala bergerak, maka gerakan itu harus segera

dihentikan.

(3) Meletakkan ujung telunjuk jari di hidung, maka bila kepala

bergerak, maka gerakan itu harus segera dihentikan.

(4) Kebiasaan menunjuk dengan jari ketika membaca dapat

dihilangkan dengan melakukan kebiasaan menggunakan kedua

tangan memegang buku yang dibaca, atau memasukkan tangan ke

saku selama membaca.

(5) Kebiasaan regresi ketika membaca dapat dihilangkan dengan

melakukan cara sebagai berikut. (1) Menanamkan kepercayaan

diri. Jangan berusaha mengerti setiap kata atau kalimat dalam

bacaan tersebut. Jangan terpaku pada detail, terus saja membaca

jangan ikuti godaan untuk kembali ke belakang; (2) Menghadapi


35

bahan bacaan tanpa perasaan ragu terhadap kesalahan yang

dilakukan, jika dalam keadaan membaca, bacalah. Apa yang

sudah ketinggalan, tinggalkan; (3) Cara menghilangkan

subvokalisasi dalam membaca memang tidak mungkin, tetapi

masih dapat diusahakan dengan cara melebarkan jangkauan mata

sehingga satu fiksasi (pandangan mata) dapat menangkap

beberapa kata sekaligus dan langsung menyerap idenya daripada

melafalkanya.

d. Penilaian Dalam Kecepatan Membaca

Nurgiyantoro (2009: 246) mengatakan bahwa “kegiatan membaca

merupakan aktivitas mental memahami apa yang dituturkan pihak lain melalui

sarana tulisan”. Selaian itu Merdekasari, A (2015: 80) mengatakan bahwa

“diperlukan kemampuan membaca cepat agar siswa dapat memanfaatkan

waktu yang tersedia untuk membaca dengan efektif”. Kecepatan membaca

pada penelitian ini diartikan sebagai kemampuan untuk memahami informasi

dari pihak lain melalui media tulisan. Tes kecepatan membaca ini

dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan

dari suatu teks dengan waktu yang sudah ditentukan oleh peneliti sesuai

dengan standart usia subjek penelitian dimana pada penelitian kali ini subjek

adalah anak sekolah dasar kelas III. Secara umum wacana yang diambil

sebagai bahan tes untuk kecepatan membaca dibuat dengan sederhana sesuai

karakter siswa kelas rendah dengan mempertimbangkan tingkat kesulitan kata,


36

panjang pendek, isi, jenis atau bentuk wacana. Dalam penilaian peneliti

mengambil tes tulis sebagai bahan ukur dalam melihat tingkat kecepatan

membaca dengan pemahan, dalam prosesnya siswa melakukan pre test dengan

pembelajaran konvensional tanpa menggunakan media untuk mengukur

kecepatan membaca dam pemahaman siswa terhadap suatu bacaan.

Dilanjutkan dengan diberikan pembelajaran menggunakan media visual teks

gerak berdurasi, dan dilakukan post test dengan materi sesuai dengan media

visual yang telah didemonstrasikan. Apabila ada Hubungan dari hasil post test

terhadap hasil pre test yang telah dilakukan maka media visual yang

diterapkan dianggap berHubungan terhadap kecepatan membaca siswa kelas

III. Rentang penilaian diambil dari tingkat ingatan (C1) sampai pada tingkat

penerapan (C3)

B. Kerangka Berpikir

Membaca merupakan salah cara untuk siswa menyerap informasi dalam

proses pembelajaran, pada sasaran penelitian telah didapatkan data bahwa masih

banyak siswa menggunakan kebiasaan yang membuat kemampuan membacanya

rendah, dikhawatirkan kebiasaan tersebut akan terbawa sampai siswa beranjak

dewasa. Kebiasaan tersebut ialah siswa membaca tanpa terfokus terhadap isi

bacaan, kebiasaan membaca menunjuk huruf dengan jari, membaca dengan

menggerakan kepala dll. Untuk itu peneliti akan melakukan pelatihan terhadap

siswa untuk meningkatkan kemampuan membaca agar proses pembelajaran


37

menjadi lebih efektif dan efisien serta menciptakan kebiasaan membaca yang baik

dan benar.

Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan pelatihan menggunakan

media visual untuk mempermudah dan mempercepat meningkatkan kemampuan

membaca siswa. Media visual yang dimaksud adalah teks dongeng berjalan

bergambar berbasis video maker yang menarik sehingga siswa dapat membaca

cepat dan fokus dengan bacaan. Hal ini akan dilaksanakan sebanyak 3 kali

pelatihan yang diterapkan kepada kelas eksperimen dengan dua kali uji tes untuk

mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam membaca

Penggunaan media visual diharapkan mampu menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan, kreatif dan inovatif serta tidak membosankan, media visual

ini juga akan memperlancar jalannya penyampaian materi sehingga pemahaman

siswa mengenai materi lebih maksimal membuat siswa dapat mengaitkan isi

materi pelajaran dengan dunia nyata agar lebih efektif. Berikut penulis sajikan

kerangka berpikir penelitia yang berjudul “Hubungan Penggunaan media visual

terhadap kecepatan membaca mata peljaran bahaa indonesia siswa kelas 3 SDN

04 Madiun Lor Kota madiun”.


38

Kemampuan awal membaca cepat siswa


SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun belum mencapai
kriteria membaca cepat diukur dengan pre-tes

Masalah Banyak siswa yang kurang aktif


di lapangan Membaca cepat belum sesuai
Kurang memahi isi bacaan

Kebiasaan membaca siswa dengan teknik yang salah (menggerakan kepala, menujuk bacaan dengan jari,
Kurangnya pembiasaan dalam hal membaca dengan teknik yang sesuai
Akar Permasalahan

Solusi

Penggunaan media Visual teks bergerak materi dongeng pelajaran bahasa indon

Kemampuan membaca cepat siswa SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Adakah Hubungan penggunaan

Media Visual Terhadap Kecepatan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Siswa Kelas 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun?”


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun.

Berdasarkan observasi yang diulakukan peneliti sebelumnya, diperoleh

informasi awal bahwa SDN 04 Madiun Lor tersedia sejumlah data yang

mendukung penelitian dengan alasan sebagai berikut.

a. Di sekolah ini, budaya membaca siswa masih sangat rendah terlebih

lagi kemampuan siswa dalam memahami suatu bacaan masih sangat

kurang.

b. siswa kelas rendah terbiasa menggunakan teknik membaca yang

kurang tepat, sehingga kebiasaan ini akan menghambat kemampuan

membaca siswa saat dewasa.

c. Belum adanya peneliti yang sama, sehingga dengan diadakan

penelitian ini akan memberikan sesuatu dampak positif terhadap

proses pembelajaran di sekolah tersebut.


40

d. Di SDN 04 Madiun Lor ini mampu memenuhi kriteria yang

ditentukan, di antaranya yaitu bersifat terbuka, responsif, dan senang

inovasi pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran dalam sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, pada bulan maret

sampai dengan objek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN 04 Madiun

Lor. Jadwal pelaksanaan dari persiapan sampai dengan penyusunan

laporan adalah sebagai berikut:


Tabel 3.1 Daftar Jadwal Penelitian

Bulan/Minggu Tahun 2018


Nama
No Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan
judul

2 Pengajuan
proposal

3 Penyusuna
instrumen

4 Ijin penelitian

5 Pelaksanaan
penelitian

6 Pengumpulan
41

data

7 Analisis data

8 Penyusunan
laporan

B. Desain Penelitian

Berdasarkan judul yang peneliti pilih yaitu “Pengaruh penggunaan

Media Visual terhadap Kecepatan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Siswa Kelas 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun” maka penelitian

ini peneliti menggunakan jenis penilitian kuantitatif dengan menggunakan

metode eksperimen semu (quasi experimental metode). Penelitian ini

memiliki variabel bebas (media visual) dan variabel terikat (kemampuan

membaca cepat siswa). Pada penelitian ini melibatkan dua kelas untuk

dijadikan sebagai sampel. Pada dua kelas ini masing-masing adalah kelas

eksperimen dan kelas kontrol.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel diantaranya adalah variabel

bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebas ini peneliti melakukan

pembelajaran tanpa menggunakan media visual. Sedangkan pada variabel

terkait ini penelitian melakukan pembelajaran dengan menggunakan media

visual berbasis teks berjalan dengan dipadukan dengan materi dongeng pada

pembelajaran bahasa indonesia di kelas rendah.


42

Tabel 3.2. Desain Penelitian


Post-Test
Kelompok Perlakuan Perlakuan
(Variabel Terikat)
Eksperimen XI X2 Y1
Kontrol X2 X1 Y1

Keterangan:

X1 = pembelajaran konvensional

X2 = pembelajaran dengan media visual teks bergerak

Y1 = pemberian tes (post-test) setelah pembelajaran di kelas eksperimen

C. Populasi, Sampel, dan Tekhnik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Menurut Arikunto (2013: 173) “Populasi adalah keseluruhan objek

penelitian”. Populasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah terhadap

siswa kelas III SDN 04 Madiun Lor. Adapun jumlah populasi pada kelas

III-A sebanyak 20 siswa sedangkan pada kelas III-B sebanyak 20 siswa.

Jumlah keseluruhan siswa SDN 04 Madiun Lor berjumlah sebanyak 357

siswa.

Tabel 3.3. Populasi


No Kelas Jumlah Siswa Kelas III
1 III-A 20
2 III-B 20
43

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018: 131) sampel adalah “bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sampel yang diambil

dalam penelitian ini adalah siswa kelas III-A sebagai kelas kontrol dan

siswa kelas III-B sebagai kelas eksperimen.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

sampling jenuh.. Menurut (Sugiyono, 2016: 124) “tekhnik sampling jenuh

ini merupakan teknik penentuan sampel yang apabila semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel dalam penelitian”. Hal ini dilakukan

apabila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian

yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil.

Penggunaan teknik sampling jenuh ini dikarenakan siswa kelas III-

A yang lebih mudah dikondisikan memiliki karakter yang merata sehingga

siswa tersebut dijadikan sebagai kelas kontrol dan siswa kelas III-B

sebagai kelas eksperiman jumlah siswa dari tiap kelas tersebut kurang dari

30 siswa. Peneliti ini mengambil kelas III-A sebagai kelas kontrol karena

kelas III-A cenderung lebih dapat dikondisikan, sedangkan kelas III-B


44

dijadikan kelas eksperimen karena kelas ini cendurung susah dikendalikan

sehingga peneliti mencoba menerapkan media visual sebagai sarana

pembelajaran untuk meningkatkan kecepatan membaca serta memperbaiki

kebiasaan membaca siswa.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2018: 55) variabel adalah “segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal-hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”. Dalam penelitian eksperimen terdapat dua variabel yang

menjadi perhatian utamanya, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2018: 57) variabel independen ini sering disebut

sebagai bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

“pengunaan media visual”.

b. Variabel Dependen
45

Menurut Sugiyono (2018: 57) variabel ini sering disebut sebagai

variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah “Kecepatan membaca siswa kelas

III pada mata pelajaran Bahasa Indonesia”


Variabel tersebut diuji untuk mengetahui apakah ada pengaruh

penggunaan media visual terhadap kecepatan membaca siswa kelas III

pada mata pelajaran bahasa indonesia

2. Definisi Operasional

Operasionalisasi variabel digunakan untuk menjabarkan mengenai

variabel yang diteliti, konsep, indikator, serta skala pengukuran yang akan

dipahami dalam operasionalisasi variabel penelitian. Tujuannya adalah

untuk memudahkan pengertian dan menghindari perbedaan persepsi dalam

penelitian.

a. Media visual merupakan penyampaian pesan atau informasi secara

teknik dan kreatif yang mana menampilkan gambar, grafik serta tata

dan letaknya jelas,sehingga peneria pesan dan gagasan dapat diterima

sasaran. Apabila dikaitkan antara media visual dan pembelajaran maka

pembelajaran itu akan menarik, efektif dan efesien apabila

menggunakan media visual sebagai sebagai media pembelajarannya.

sehingga pembelajaran akan menyenangka dan tidak menjenuhkan.


46

b. Membaca cepat adalah perpaduan kemampuan motorik (gerakan mata)

atau kemampuan visual dengan kemampuan kognitif seseorang dalam

membaca. Membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan

membaca dengan pemahaman isi bacaan. Kecepatan membaca

seseorang harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan

yang telah dibaca. Ketika kita membaca cepat suatu bacaan, tujuan

sebenarnya bukan untuk mencari kata dan gambar secepat mungkin,

namun untuk mengidentifikasi dan memahami makna dari bacaan

tersebut seefisien mungkin dan kemudian menransfer informasi ini

kedalam memori jangka panjang dalam otak kita. Kemampuan

membaca cepat merupakan keterampilan memilih isi bacaan yang

harus dibaca sesuai dengan tujuan yang ada relevansinya dengan

pembaca tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-

bagian lain yang tidak diperlukan. Kemampuan ini harus diajarkan

pada siswa sejak dini sehinnga kemampuan membaca akan terus

terasah seiring dengan perkembangannya.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik atau cara pengumpulan data ini dilakukan untuk memperoleh

data yang akurat, nyata, dan relevan berkaitan dengan apa yamg diteliti atau

diamati oleh peneliti. Ada beberapa cara yang bisa peneliti gunakan untuk
47

memecahkan masalah tersebut misalkan tes, angket, wawancara, observasi

dan dokumentasi.
Jenis data pada penelitia ini adalah interval. Intervaladalah data

statistik yang mempumyai jarak yang sama antara satu sama lainnya tetapi

tidak memiliki nilai absolut. Data interval dalam penelitian ini adalah berupa

tes. Tabel rentang dalam penelitian ini sebagaimana berikut yaitu:Tabel 3.4

Kriteria Interval

Interval Kriteria

76 – 100 Sangat Baik

51 – 75 Baik

26 – 50 Cukup

0 - 25 Kurang
Adapun teknik yang digunakan adalah dengan melakukan tes. Tes ini

dilakukan untuk mengukur kemampuan peningkatan membaca cepat siswa

kelas 3 SDN Madiun Lor dalam penggunaan media visual dalam materi

Bahasa Indonesia. Menurut Arikunto (2016: 67) tes merupakan alat atau

prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam

suasana, dengan cara atau aturan-aturan yang sudah ditentukan.


Pada penelitian ini tes dilakukan setelah siswa mengikuti kegiatan

pembelajaran sebagai pelatihan dengan menggunakan media visual dalam

materi Bahasa Indonesia. Tes dilakukan dengan menggunakan soal pilihan

ganda. Tes ini digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan


48

kemampuan membaca cepat siswa SDN 04 Madiun Lor kota Madiun. Adapun

langkah-langkah membuat tes yaitu : membuat kisi-kisi soal, menyusun soal,

mengadakan tes kepada siswa, menganalisis hasil tes tersebut.

F. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2018: 166) instrumen penelitian merupakan alat

yang digunakan peneliti untuk mengukur suatu fenomena atau kejadian alam

atau sosial yang diamati. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan

data adalah :

1. Silabus

Silabus disusun berdasarkan standar isi yang didalamnya

berisikan identitas mata pelajaran, kompetensi inti dan kompetensi

dasar, indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu,

sumber belajar, dan penilaian. Silabus sebagai dasar penyusunan

kegiatan pembelajaran.

2. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan bagian

penting dari salah satuperangkat yang diturunkan dari silabus.

Sebelum mengajar guru harus mempunya perangkat pembelajaran

terlebih dahulu agar seluruh pembelajaran dapat berjalan dengan baik


49

dan terencana, serta tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan

harapan.
50

3. Media Visual teks berjalan

Media pembelajaran viual digunakan untuk melatih

kemampuan siswa dalam membaca cepat, penerapan media ini dengan

mengajak siswa fokus membaca materi dongeng yng sudah disiapkan

dengan tidak bersuara serta menggunakan tekik yang akan diajarkan

peneliti sebelumnya. Hal ini akan diterapkan sebanyak 3 kali dan

siswa ditugaskan untuk mempelajari cara membaca secara mandiri di

rumah. Setelah dilakukan pelatihan maka peneliti akan mengadakan

tes untuk melihat perkembangan peserta dalam membaca.

4. Tes

Pada instrumen penelitian ini tes yang digunakan adalah

berupa pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Siswa diminta untuk

memilih salah satu jawaban yang dianggap paling benar dari pokok

bahasan. Sebelum instrumen penelitian ini digunakan dalam

penelitian, tes ini harus di uji kelayakannya terlebih dahulu dengan

menggunakan uji validitas, reabilitas, daya beda, dan uji taraf ukur

kesukaran soal.

a. Uji Validitas
51

Menurut Arikunto (2013: 211) mengatakan bahwa “sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan”. Semakin tinggi validitas suatu instrumen maka

semakin valid intrumen tes tersebut, sehingga instrumen tes

tesebut mampun mengukur apa yang hendak diukur. Hasil atau

skor dari intrumen tersebut dihitung dengan korelasi prodect

moment yang secara lengkap rumusnya sebagi berikut :

XY
∑ ¿−(∑ X )(∑ Y )
¿
N¿
r xy =¿
Keterangan :
(Arikunto, 2016: 95)
X : skor tiap butir soal
Y : skor total subyek skor tiap butir soal
N : banyak peserta tes
Setelah rxy diketahui, kemudian dicocokkan dengan tabel r

product momen dengan taraf signifikan yaitu α = 5%. Jika nilai

rxy>rtabel maka soal dapat dikatakan valid, namun jika rxy<rtabel maka

soal dapat dikatakan valid. Dengan demikian dapat diketahui

jumlah soal yang valid dan berapa jumlah soal yang tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Arikunto (2013: 221) mengatakan bahwa “Reliabilitas

menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data


52

karena instrumen tersebut sudah baik”. Untuk menghitung

reliabilitas instrumen tes pada penelitian ini yang berupa soal


53

pilihan ganda, digunakan rumus K-R 20 sebagai berikut:

V t −pq
k
( k −1
r 11 = )( Vt )
(Arikunto, 2013: 231)

Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

Vt = varians total

p = proporsi subjek yang menjawab betul pada suseuatu

butir (proporsi subjek yang mendapat skor

p = banyaknya subjek yang skornya 1

q = proporsi subjek yang mendapat skor 0

(q = 1 – p)

G. Teknik Analisis Data


54

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti untuk

menguji kebenaran atau menjawab hipotesis yang diajukan peneliti, dengan

menganilisis semua data yang telah terkumpul. Sugiyono (2016: 333)

mengatakan bahwa “teknik analisis data digunakan untuk menjawab rumusan

masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal”.

Adapun langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut:

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis

statistik yang bertujuan untuk mengolah data agar hasil penelitian atau

simpulan dapat dipercaya kebenaraya. Analisis data dalam penelitian adalah

menggunakan analisis diskriptif.

Mulyadi, M. (2011: 132) dalam jurnal ilmiahnya mengatakan bahwa

penelitian diskrptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai

suatu fenomena atau kenyataan soasial, dengan jalan mendiskripsikan

sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti”.

Analisis secara deskriptif dimaksudkan untuk mempermudah dalam

mencermati data statistik yang diperoleh berdasarkan perhitungan statistik.

Analisis yang dilaporkan berguna untuk memenuhi tujuan tersebut yaitu hasil

perhitungan tendensi sentral (kecenderungan memusat) yang meliputi mean;

median; dan modus, kemudian penghitungan tendensi penyebaran

( kecenderungan menyebar) yang meliputi range, varians dan standart deviasi


55

(simpangan baku). Selain itu, dilaporkan juga hasil penyusunan distribusi

frekuensi dan pembuatan gambar histogram.

a. Mean (rerata)

Rumus untuk menghitung mean (rerata) dari data interval adalah sebagai

berikut:

Keterangan:
X X = ∑ f=i . mean
xi
(rerata)
∑f i
∑ fi = jumlah data
∑ i . i = produk perkalian antara f i pada tiap interval data
f x
dengan tanda kelas ( x i ). Tanda kelas ( x i ) adalah nilai

terendah dan tertinggi setiap interval data.

b. Median (Nilai Tengah)

Rumus yang digunakan untuk menghitung median (nilai tengah) adalah

sebagai berikut:
1
Me = b + p
( )
2
n−F
f

Keterangan:

Me = median

b = batas bawah, dimana median akan terletak


56

n = banyak data

p = panjang kelas interval

F = jumlah semua frekuensi sebelum kelas median

F = frekuensi kelas median

c. Modus

Rumus yang digunakan untuk menghitung modus data adalah sebagai

berikut:
Mo = b + p

b1
Keterangan: (
b 1+ b 2 )
Mo = modus
b = batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak
p = panjang kelas interval
b1 = frekuensi pada kelas modus (frekuensi pada kelas
interval yang terbanyak) dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat sebelumnya
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas
interval berikutnya

d. Range (Rentang Data)

Rentang data atau range dapat diketahui dengan jalan mengurangi data

yang terbesar dengan data terkecil yang ada pada kelompok itu. Rumus

yang digunakan untuk menghitung varians adalah sebagai berikut:

Keterangan :
R = Xt – Xr
57

R = rentang
Xt = data terbesar dalam kelompok
Xr = data terkecil dalam kelompok

e. Varians

Rumus yang digunakan untuk menghitung varians adalah sebagai berikut:

¿ x−¿
¿
S= f .¿
∑¿
¿ (Arikunto, 2016: 112)

Keterangan:
S2 = varians
xi = nilai x data ke-i
= rata – rata
n = ukuran sampel

f. Standar Deviasi (Simpangan Baku)

Rumun yang digunakan untuk menghitung standar deviasi (simpangan

baku) adalah sebagai berikut:

¿ x−¿
¿ (Arikunto, 2016: 112)
Keterangan: f . ¿
S
S= ∑ ¿ deviasi (simpangan baku)
= standar
x ¿
= Simpangan x
√¿
= rata – rata
n = Banyaknya subjek pengikut teks
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada BAB I dan ulasan kajian pustaka pada BAB II,

maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Adakah Hubungan

penggunaan Media Visual Terhadap Kecepatan Membaca Pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun?”.

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu “Adakah Hubungan penggunaan

Media Visual Terhadap Kecepatan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Siswa Kelas 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun?”. Untuk menguji

dan membuktikan hipotesis yang telah diajukan maka digunakan n teknik

analisis data deskriptif sesuai dengan uraian pada BAB III.

C. Deskripsi Data

1. Kelas Eksperimen (III-A)

a. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Kelas III-A SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional tanpa

media visual.
59

Deskripsi data ini merupakan langkah awal untuk menjawab

rumusan masalah yang terdapat pada BAB I dan membuktikan hipotesis

penelitian yang terdapat pada BAB II. Deskripsi data ini akan

memaparkan data hasil belajar siswa kelas III-A SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa

media visual.

Tabel 4.1 Nilai Siswa Kelas III-A 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun
pembelajaran Konvensional tanpa media visual.
No Nama Siswa Nilai
1 Akmal Nufail Al Ghifary 75
2 Alika Andina Khairunnisa 85
3 Ananda Djati Yunanto Putro 75
4 Aura Dhia Syarafana 80
5 Berta Aulia Rahmadhani 75
6 Denise Atresia Putri Wardoyo 75
7 Fatima Azzahra Risantylaily 80
8 Hanif Fawwas 85
9 Hasna Muthiah Raniyah 75
10 Iqbal Nuraziz 85
11 Irfan Hanif Rahmatullah 70
12 Macrola Kurnia Abdul Alim 70
13 Maysyita Mutiara Azzahroh Afriyanti 80
14 Mezwa Hariya Ilma 65
15 Muhammad Ikhsan Fayyadh 70
16 Muhammad Irsyaad Palhadis Syafiq 75
17 Nafiu Rara Safi 70
18 Raditya Tsaqif Subandono 75
19 Rahadion Reza Noerdica 65
20 Rahil Ibnu Al Fathaariq 70
Jumlah 1.500

Berdasarkan penilaian hasil belajar siswa di kelas III-A SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun yang diajar menggunakan model pembelajaran


60

konvensional tanpa media visual, diperoleh data nilai tertinggi yakni

sebesar 85, sedangkan nilai terendah sebesar 65. Langkah selanjutnya

yaitu menyusun tabel distribusi frekuensi dengan cara sebagai berikut:

1) Mengitung Rentang Data

R = (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1


= (85 – 65) + 1 = 21

2) Menghitung banyak kelas interval

K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 20
= 1 + 3,3 (1,30)
= 1 + 4,29 = 5,29 (dibulatkan menjadi 5)

3) Menghitung lebar kelas interval

R 21
I= K = 5
= 4,2 (dibulatkan menjadi 4)

Tabel 4.2 Kerja Distribusi Frekuansi Kelas III-A 3 SDN 04 Madiun Lor
Kota Madiun pembelajaran Konvensional tanpa media visual.
Kelas Freku Nilai f i . xi xi−¿ xi−¿ xi−¿
Interval ensi Tengah ¿ ¿
f ( xi ¿ f .¿
¿ ) ) ¿ ¿
¿
¿
65- 68 2 66,5 217,5 -8 64 128
69 - 72 5 70,5 0 -4 16 80
73 - 76 7 74,5 178,5 0 0 0
77 - 80 3 78,5 607,5 4 16 48
81 - 85 3 82,5 302 8 64 192
Jumlah 20 1490 448

Melalui tabel kerja distribusi frekuensi diatas, kemudian dihitung:


61

a) Mean (Nilai rata-rata)

Nilai rata-rata yang dimaksud disini adalah jumlah nilai

keseluruhan siswa kelas Kelas III-A 3 SDN 04 Madiun Lor Kota

Madiun pembelajaran Konvensional tanpa media visual dengan

jumlah keseluruhan siswa yaitu 20, sehingga diperoleh nilai rata-

rata yakni:

X = ∑ f i . xi = 1490
= 74,5
∑f i 20

Sehingga nilai rata-rata (mean) pada siswa Kelas III-A 3 SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun pembelajaran Konvensional tanpa media

visual adalah 74,5.

b) Median (Nilai tengah)

Median merupakan suatu nilai atau angka yang membagi suatu

distribusi data dalam dua bagian yang sama besar. Sehingga dapat

diperoleh median atau nilai tengah pada data hasil belajar Kelas III-

A 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun pembelajaran Konvensional

tanpa media visual l. Karena data berupa interval (kelompok)

sehingga median dicari menggunakan rumus berikut.

1
Me = b + p
( ) 2
n−F
f
62

1
= 72,5 + 4
( )
2
20−7
7
=¿
72,5 + 1,7 = 74,2

Sehingga diperoleh nilai tengah (median) dari siswa Kelas III-A 3

SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun pembelajaran Konvensional

tanpa media visual adalah 74,2.

c) Modus

Modus merupakan nilai yang memiliki frekuensi paling banyak.

Modus dari data tes siswa Kelas III-A 3 SDN 04 Madiun Lor Kota

Madiun pembelajaran Konvensional tanpa media visual dicari

dengan menggunakan rumus berikut:

Mo = b + p ( b 1+b 1b 2 )
= 72,5 + 4 ( 2+24 ) = 72,5 + 1,2 = 73,7

Sehingga nilai yang paling banyak muncul (modus) dari data hasil

belajar siswa Kelas III-A 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun

pembelajaran Konvensional tanpa media visual adalah 73,7.

d) Varians

Varians dari data hasil tes menggunakan model pembelajaran

Konvensional dicari dengan menggunakan rumus berikut.


63

¿ x−¿
¿
Ϭ2 = f .¿
∑¿
¿

448
= = 22,4
20

Sehingga varians dari data tes Kelas III-A 3 SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun pembelajaran Konvensional tanpa media visual adalah

22,4.

e) Standar Deviasi

Standar deviasi dari data tes Kelas III-A 3 SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun pembelajaran Konvensional tanpa media visual dapat

dicari dengan menggunakan rumus berikut:

¿ x−¿
¿
f .¿
Ϭ=
∑¿
¿
√¿
=

448
20

= √ 22,4 = 4,7
Sehingga varians dari data tes Kelas III-A 3 SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun pembelajaran Konvensional tanpa media visual adalah

4,7
64

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi dan Prosentase Kelas III-A 3 SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun pembelajaran Konvensional

tanpa media visual.

Kelas Interval Frekuensi Prosentase


f (%)
¿ )
¿
¿
65- 68 2 10%
69 - 72 5 25%
73 - 76 7 35%
77 - 80 3 15%
81 - 85 3 15%
Jumlah 20 100%

Object 74 Be

rdasarkan tabel distribusi frekuensi data hasil belajar siswa Kelas

III-A 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun pembelajaran

Konvensional tanpa media visual diatas, dapat diperoleh bentuk

histogram sebagai berikut:


65

Grafik 4.1 Histogram Distribusi Frekuensi Data Kelas III-A 3 SDN


04 Madiun Lor Kota Madiun pembelajaran
Konvensional tanpa media visual
Berdasarkan bentuk histogram di atas, dapat diketahui bahwa

frekuensi tertinggi terdapat pada kelas interval 73-76, yaitu sebanyak 7

siswa. Sedangkan frekuensi tertinggi kedua terdapat pada interval 69-72

sebanyak 5 siswa, frekuensi tertinggi ketiga terdapat pada interval 77-80

yakni sebanyak 3 siswa, serta frekuensi terendah terdapat pada interval

65-68 yaitu sebanyak 2 siswa.

Selama kegiatan pembelajaran meggunakan model pembelajaran

konvensional tanpa media di kelas III-A, pembelajaran berjalan monoton

dan siswa terlihat kurang berkonsentrasi terhadap materi yang disajikan

oleh guru saat proses pembelajaran, hal ini membuat siswa kurang dapat

menangkap inti pembelajaran.

Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa Kelas III-A 3 SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun yang di ajar dengan pembelajaran

Konvensional tanpa media visual memiliki kriteria nilai hasil tes belajar

cukup rendah, dimana dibuktikan dengan tingginya frekuensi dikelas

interval 65-68. Kelas interval tersebut berada di bawah nilai KKM yang

ditentukan sekolah untuk hasil belajar Bahasa Indonesia yakni 75. Hanya

34,5% atau 9 siswa saja yang mendapatkan nilai diatas 75. Hal ini dapat
66

diartikan bahwa kemampuan membaca pada siswa kelas III SDN 04

madiun Lor Kota Madiun dengan menggunakan model pembelajaran

kjonvensional tanpa media masih sangatlah rendah

b. Deskripsi Data Hasil tes Belajar Siswa kelas III-A SDN 04 Madiun

Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran dengan media visual.

Deskripsi data ini akan memaparkan data hasil tes belajar siswa

kelas III-A SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan

Pembelajaran dengan media visual.

Tabel 4.4 Nilai kelas III-A SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun
Menggunakan Pembelajaran dengan media visual.
No Nama Siswa Nilai
1 Akmal Nufail Al Ghifary 75
2 Alika Andina Khairunnisa 95
3 Ananda Djati Yunanto Putro 80
4 Aura Dhia Syarafana 85
5 Berta Aulia Rahmadhani 85
6 Denise Atresia Putri Wardoyo 100
7 Fatima Azzahra Risantylaily 80
8 Hanif Fawwas 90
9 Hasna Muthiah Raniyah 90
10 Iqbal Nuraziz 75
11 Irfan Hanif Rahmatullah 95
12 Macrola Kurnia Abdul Alim 100
13 Maysyita Mutiara Azzahroh Afriyanti 80
14 Mezwa Hariya Ilma 80
15 Muhammad Ikhsan Fayyadh 85
16 Muhammad Irsyaad Palhadis Syafiq 80
17 Nafiu Rara Safi 100
18 Raditya Tsaqif Subandono 90
19 Rahadion Reza Noerdica 90
20 Rahil Ibnu Al Fathaariq 80
Jumlah 1740
67

Berdasarkan penilaian hasil belajar siswa di kelas III-A SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun setelah Menggunakan Pembelajaran dengan

bantuan media visual, diperoleh data nilai tertinggi yakni sebesar 100,

sedangkan nilai terendah sebesar 75. Langkah selanjutnya yaitu

menyusun tabel distribusi frekuensi dengan cara sebagai berikut.

1) Mengitung Rentang Data

R = (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1


= (100 – 75) + 1 = 26

2) Menghitung banyak kelas interval

K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 20
= 1 + 3,3 (1,30)
= 1 + 4,29 = 5,29 (dibulatkan menjadi 5)

3) Menghitung lebar kelas interval

R 26
I= = = 5,2 (dibulatkan menjadi 5)
K 5

Tabel 4.5 Kerja Distribusi Frekuansi siswa di kelas III-A SDN 04 Madiun
Lor Kota Madiun setelah Menggunakan Pembelajaran dengan
bantuan media visual.
Kelas Freku Nilai f i . xi xi−¿ xi−¿ xi−¿
Interval ensi Tengah ( ¿ ¿
f xi ) ¿ f .¿
¿ ) ¿ ¿
¿
¿
75- 79 2 77 154 -9,3 86,49 172,98
80 - 84 6 82 492 -4,3 18,49 110,94
85 - 89 3 87 261 0,7 0,49 1,47
90 - 94 4 92 368 5,7 32,49 129,96
68

95 - 100 5 97 485 10,7 114,49 572,45


Jumlah 20 1760 987,8

Melalui tabel kerja distribusi frekuensi diatas, kemudian dihitung:

a) Mean (Nilai rata-rata)

Nilai rata-rata yang dimaksud adalah jumlah nilai keseluruhan

siswa di kelas III-A SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun setelah

Menggunakan Pembelajaran dengan bantuan media visual dengan

jumlah keseluruhan siswa yaitu 20, sehingga diperoleh nilai rata-

rata yakni

X = ∑ f i . xi = 1760
= 88
∑f i 20

Sehingga nilai rata-rata (mean) pada siswa di kelas III-A SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun setelah Menggunakan Pembelajaran

dengan bantuan media visual adalah 88.

b) Median (Nilai tengah)

Median merupakan suatu nilai atau angka yang membagi suatu

distribusi data dalam dua bagian yang sama besar. Sehingga dapat

diperoleh median atau nilai tengah pada data hasil tes belajar siswa

di kelas III-A SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun setelah

Menggunakan Pembelajaran dengan bantuan media visual. Karena

data berupa interval (kelompok) sehingga median dicari

menggunakan rumus berikut.


69

1
Me = b + p
( ) 2
n−F
f

1
= 84,5 + 5
( )
2
20−8
3
= 84,5 + 3,3 = 87,8

Sehingga diperoleh nilai tengah (median) dari siswa di kelas III-A

SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun setelah Pembelajaran

meggunakan media visual yaitu 87,8.

c) Modus

Modus merupakan nilai yang memiliki frekuensi paling banyak.

Modus dari data hasil tes belajar s siswa di kelas III-A SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun setelah Menggunakan Pembelajaran

dengan bantuan media visual dicari dengan menggunakan rumus

berikut.

Mo = b + p ( b 1+b 1b 2 )
= 79,5 + 5 ( 4+4 3 ) = 79,5 + 2,8 = 82,3

Sehingga nilai yang paling banyak muncul (modus) dari data hasil

belajar siswa di kelas III-A SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun


70

setelah Menggunakan Pembelajaran dengan bantuan media visual

adalah 82,3.

d) Varians

Varians dari data tes hasil belajar Bahasa Indonsia menggunakan

bantuan media visual dapat dicari dengan menggunakan rumus

berikut.

¿ x−¿
¿
Ϭ2 = f . ¿
∑¿
¿

987,8
= = 49,09
20

Sehingga varians dari data tes hasil belajar siswa di kelas III-A

SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun setelah Menggunakan

Pembelajaran dengan bantuan media visual pada materi dongeng

mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 49,09.

e) Standar Deviasi

Standar deviasi dari data tes hasil belajar siswa di kelas III-A SDN

04 Madiun Lor Kota Madiun setelah Menggunakan Pembelajaran

dengan bantuan media visual pada materi dongeng mata pelajaran

Bahasa Indonesia dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut.


71

¿ x−¿
¿
f .¿
Ϭ=
∑¿
¿
√¿
=

987,8
20

= √ 49,09 = 7

Sehingga varians dari data tes hasil belajar siswa di kelas III-A

SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun setelah Menggunakan

Pembelajaran dengan bantuan media visual pada materi dongeng

mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 7.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Presentase Data siswa di kelas


III-A SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun dengan media
visual pada materi dongeng mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Kelas Interval Frekuensi Prosentase
f (%)
¿ )
¿
¿
75- 79 2 10%
80 - 84 6 30%
85 - 89 3 15%
90 - 94 4 20%
95 - 100 5 25%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data tes hasil belajar siswa di

kelas III-A SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun setelah

Menggunakan Pembelajaran dengan bantuan media visual pada


72

materi dongeng mata pelajaran Bahasa Indonesia diatas, dapat

diperoleh bentuk histogram sebagai berikut.

Object 117

Grafik 4.2 Histogram Distribusi Frekuensi Data tes siswa kelas III-

A SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun dengan media visual pada

materi dongeng mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Berdasarkan bentuk histogram di atas, dapat diketahui bahwa

frekuensi tertinggi terdapat pada kelas interval 80-84, yaitu sebanyak 6

siswa. Sedangkan frekuensi tertinggi kedua terdapat pada interval 95-100

sebanyak 5 siswa, frekuensi tertinggi ketiga terdapat pada interval 90-94

sebanyak 4 siswa, frekuensi tertinggi keempat terdapat pada interval 85-

89 sebanyak 3 siswa dan terendah terdapat pada interval 75-78 yaitu 2

siswa.

Selama kegiatan pembelajaran menggunakan media visual teks

gerak dengan materi dongeng pada mata pelajaran bahasa indonesia siswa

cenderung lebih tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran. Pada

proses pembelajaran ditampilkan video berdurasi disesuaikan dengan


73

KKM membaca cepat sisa kelas rendah, dan di akhiri dengan tes tulis

dengan memateri sesuai video. Siswa yang dapat mengerjakan soal diatas

75% dianggap sudah memenuhi kriteria membaca cepat yang peneliti

harapkan. Dengan menggunakan media visual ini, siswa lebih

berkonsentrasi dalam menyimak suatu teks gerak karena takut

ketinggalan cerita, hal ini secara tidak langsung akan melatih kemampuan

membaca cepat siswa tanpa harus dipaksakan dengan materi

pembelajaran konvensional.

Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa di kelas III-A SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun setelah Menggunakan Pembelajaran dengan

bantuan media visual pada materi dongeng mata pelajaran Bahasa

Indonesia memiliki kriteria kemampuan membaca yang tinggi, dimana

dibuktikan dengan tingginya frekuensi dikelas interval 80-84. Kelas

interval tersebut berada di atas nilai KKM yang ditentukan sekolah untuk

hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni 75. Sebanyak 90 %

atau 18 dari 20 siswa mampu memperoleh nilai diatas 75. Hal ini dapat

diartikan bahwa kemampuan membaca pada siswa kelas III SDN 04

madiun Lor Kota Madiun dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional dengan menggunakan bantuan media visual berbasis video

durasi teks gerak lebih tinggi dibanding dengan tanpa adanya media

visual.
74

2. Kelas Eksperimen (III-B)

a. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Kelas III-B SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional tanpa

media visual.

Deskripsi data ini akan memaparkan data tes hasil belajar

kemampuan memabaca siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota

Madiun yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional

tanpa media pembelajaran visual.

Tabel 4.7 Nilai tes hasil belajar siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor
Kota Madiun menggunakan model pembelajaran konvensional
tanpa media pembelajaran visual.
No Nama Siswa Nilai
1 Adelia Fitria Okta F 70
2 Aditya Dwi Putra B 80
3 Anggita Lurida Sari 70
4 Aqila Galih M 75
5 Aurelia Meiwati Fadila A 85
6 Chintya Novita Andhara 70
7 Dhaffa Zubaxi 70
8 Davina Harliz Aulia 70
9 Dehan Raysa Agung N 85
10 Dhevan Andrianalis Pratama 90
11 Varel Tri Maryanto 75
12 Farrel Octaro Wijaya 85
13 Felillah Nabilah Ramadhan 70
14 Fiska Widayana Awiddah W 75
15 Ramka Ramdzane Samudra 65
16 Remanda Okta Risqiulah W 70
17 Julia Rahmawati 75
18 Keysa Rifha Kirana 80
19 Muhammad Rifai Firdaus 75
20 Natania Azzara 70
Jumlah 1505
75

Berdasarkan penilaian hasil tes belajar siswa kelas III-B SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model pembelajaran

konvensional tanpa media pembelajaran visual, diperoleh data nilai

tertinggi yakni sebesar 90, sedangkan nilai terendah sebesar 65. Langkah

selanjutnya yaitu menyusun tabel distribusi frekuensi dengan cara sebagai

berikut:

1) Mengitung Rentang Data

R = (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1


= (90– 65) +1 = 26

2) Menghitung banyak kelas interval

K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 20
= 1 + 3,3 (1,30)

= 1 + 4,29 = 5,29 (dibulatkan menjadi 5)

3) Menghitung lebar kelas interval

R 26
I= = = 5,2 (dibulatkan menjadi 5)
K 5
76

Tabel 4.8 Kerja Distribusi Frekuansi siswa kelas III-B SDN 04 Madiun
Lor Kota Madiun menggunakan model pembelajaran
konvensional tanpa media pembelajaran visual.
Kelas Freku Nilai f i . xi xi−¿ xi−¿ xi−¿
Interval ensi Tengah ¿ ¿
f ( xi ¿ f .¿
¿ ) ) ¿ ¿
¿
¿
65- 69 1 77 77 -10 100 100
70 - 74 8 82 656 -5 25 200
75 - 79 5 87 435 0 0 0
80 - 84 2 92 184 5 25 50
85 - 90 4 97 388 10 100 400
Jumlah 20 1740 750

Melalui tabel kerja distribusi frekuensi diatas, kemudian dihitung:

a) Mean (Nilai rata-rata)

Nilai rata-rata yang dimaksud disini adalah jumlah nilai

keseluruhan siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun

menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa media

pembelajaran visual dengan jumlah keseluruhan siswa yaitu 20,

sehingga diperoleh nilai rata-rata yakni:

X = ∑ f i . xi = 1740
= 87
∑f i 20

Sehingga nilai rata-rata (mean) pada siswa siswa kelas III-B SDN

04 Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model pembelajaran

konvensional tanpa media pembelajaran visual adalah 87.

b) Median (Nilai tengah)


77

Median merupakan suatu nilai atau angka yang membagi suatu

distribusi data dalam dua bagian yang sama besar. Sehingga dapat

diperoleh median atau nilai tengah pada data tes hasil siswa kelas

III-B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model

pembelajaran konvensional tanpa media pembelajaran visual.

Karena data berupa interval (kelompok)

sehingga median dicari menggunakan rumus berikut.

1
Me = b + p
( ) 2
n−F
f

1
= 74,5 + 5
( )
2
20−9
5
= 74,5 + 1 = 75,5

Sehingga diperoleh nilai tengah (median) dari siswa siswa kelas III-

B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model

pembelajaran konvensional tanpa media pembelajaran visual yaitu

75,5.

c) Modus

Modus merupakan nilai yang memiliki frekuensi paling banyak.

Modus dari data hasil belajar siswa siswa kelas III-B SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model pembelajaran


78

konvensional tanpa media pembelajaran visual dapat dicari dengan

menggunakan rumus berikut:

Mo = b + p ( b 1+b 1b 2 )
= 69,5 + 5 ( 7+37 ) = 69,5 + 3,5 = 73

Sehingga nilai yang paling banyak muncul (modus) dari data hasil

belajar siswa siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun

menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa media

pembelajaran visual adalah 73.

d) Varians

Varians dari data hasil tes belajar konvensional tanpa media visual

dicari dengan menggunakan rumus berikut:

¿ x−¿
¿
Ϭ2 = f . ¿
∑¿
¿

750
= = 37,5
20

Sehingga varians dari data tes hasil belajar siswa kelas III-B SDN

04 Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model pembelajaran


79

konvensional tanpa media pembelajaran visual pada materi

dongeng mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 37,5.

e) Standar Deviasi

Standar deviasi dari data hasil belajar siswa kelas III-B SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model pembelajaran

konvensional tanpa media pembelajaran visual pada materi

dongeng mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat dicari dengan

menggunakan rumus berikut:

¿ x−¿
¿
f .¿
Ϭ=
∑¿
¿
√¿

=
=
√√ 750
20
37,5 = 6,1

Sehingga varians dari data hasil siswa kelas III-B SDN 04 Madiun

Lor Kota Madiun menggunakan model pembelajaran konvensional

tanpa media pembelajaran visual pada materi dongeng mata

pelajaran Bahasa Indonesia adalah 6,1


80

Tabel 4.9 Tabel Distribusi Frekuensi dan Presentase data tes siswa
kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun
menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa
media pembelajaran visual .
Kelas Interval Frekuensi Prosentase
f (%)
¿ )
¿
¿
65- 69 1 5%
70 - 74 8 40%
75 - 79 5 25%
80 - 84 2 10%
85 - 90 4 20%
Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data hasil belajar siswa

kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model

pembelajaran konvensional tanpa media pembelajaran visual pada

materi dongeng mata pelajaran Bahasa Indonesia di atas, dapat

diperoleh bentuk histogram sebagai berikut.

Object 161

Grafik 4.3 Histogram Distribusi Frekuensi Data siswa kelas III-B


SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun menggunakan model
81

pembelajaran konvensional tanpa media pembelajaran


visual.

Berdasarkan bentuk histogram di atas, dapat diketahui bahwa

frekuensi tertinggi terdapat pada kelas interval 85-89, yaitu sebanyak 6

siswa. frekuensi tertinggi kedua terdapat pada interval 90-94 yakni

sebanyak 5 siswa, frekuensi tertinggi ketigs terdapat pada interval 75-79

yakni sebanyak 4 siswa, frekuensi tertinggi keempat terdapat pada

interval 80-84 yakni sebanyak 3 siswa serta frekuensi terendah terdapat

pada interval 65-69 sebanyak 2 siswa.

Selama kegiatan pembelajaran meggunakan model pembelajaran

konvensional di kelas III-B, pembelajaran tidak jauh berbeda dengan

kelas III-A ketika diajar menggunakan model pembelajaran konvensional

tanpa media visual. Pembelajaran berjalan monoton dan siswa terlihat

kurang antusias, terbukti ketika guru mengadakan tanya jawab singkat

kepada siswa direspon pasif oleh siswa, siswa tidak dapat menyimak

dengan baik dengan teknik yang sampaikan peneliti sebelumya, dalam hal

membaca cepat dapat digunakan video durasi untuk mengetahui

kecepatan membaca, serta dapat dilakukan tes untuk mengetahui seberapa

besar pemahaman yang diperoleh dengan media visual yang telah

ditentukan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa


82

media memiliki kriteria nilai hasil tes yang cukup rendah, dimana

dibuktikan dengan tingginya frekuensi dikelas interval 65-69. Kelas

interval tersebut berada di bawah nilai KKM yang ditentukan sekolah

untuk hasil tes mata peloajaran Bahasa Indonesia yakni 75. Hal ini dapat

diartikan bahwa kemampuan membaca pada siswa kelas III SDN 04

madiun Lor Kota Madiun dengan menggunakan model pembelajaran

konvensional tanpa media masih sangatlah rendah.

b. Deskripsi Data Hasil Tes Siswa Kelas III-B SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional dengan

media pembelajaran visual video teks gerak..

Deskripsi data ini akan memaparkan data tes siswa kelas III-B SDN

04 Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional

dengan media pembelajaran visual.


83

Tabel 4.10 Nilai Siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun
Pembelajaran Konvensional dengan media visual.
No Nama Siswa Nilai
1 Adelia Fitria Okta F 90
2 Aditya Dwi Putra B 95
3 Anggita Lurida Sari 100
4 Aqila Galih M 90
5 Aurelia Meiwati Fadila A 85
6 Chintya Novita Andhara 100
7 Dhaffa Zubaxi 85
8 Davina Harliz Aulia 100
9 Dehan Raysa Agung N 90
10 Dhevan Andrianalis Pratama 80
11 Varel Tri Maryanto 75
12 Farrel Octaro Wijaya 90
13 Felillah Nabilah Ramadhan 75
14 Fiska Widayana Awiddah W 90
15 Ramka Ramdzane Samudra 85
16 Remanda Okta Risqiulah W 80
17 Julia Rahmawati 90
18 Keysa Rifha Kirana 80
19 Muhammad Rifai Firdaus 95
20 Natania Azzara 80
Jumlah 1755
Berdasarkan penilaian hasil belajar siswa di kelas III-B SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional

dengan media pembelajaran visual video teks gerak, diperoleh data nilai

tertinggi yakni sebesar 100, sedangkan nilai terendah sebesar 75 Langkah

selanjutnya yaitu menyusun tabel distribusi frekuensi dengan cara sebagai

berikut:

1) Mengitung Rentang Data

R = (nilai tertinggi – nilai terendah) + 1


= (100 – 75) + 1 = 21
84

2) Menghitung banyak kelas interval

K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 20
= 1 + 3,3 (1,30)
= 1 + 4,29 = 5,29 (dibulatkan menjadi 5)

3) Menghitung lebar kelas interval

R 26
I= = = 5,2 (dibulatkan menjadi 5)
K 5

Tabel 4.11 Kerja Distribusi Frekuansi kelas III-B SDN 04 Madiun Lor
Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional
dengan media visual video teks gerak.
Kelas Freku Nilai f i . xi xi−¿ xi−¿ xi−¿
Interval ensi Tengah ¿ ¿
f ( xi ) ¿ f .¿
¿ ) ¿ ¿
¿
¿
65- 69 2 77 154 -12 144 288
75- 79 4 82 328 -7 49 196
80 - 84 3 87 261 -2 4 12
85 - 89 6 92 552 3 9 54
90 - 94 5 97 485 8 64 320
Jumlah 20 1780 870

Melalui tabel kerja distribusi frekuensi diatas, kemudian dihitung:

a) Mean (Nilai rata-rata)

Nilai rata-rata yang dimaksud disini adalah jumlah nilai

keseluruhan siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun

Menggunakan Pembelajaran Konvensional dengan media visual

dengan jumlah keseluruhan siswa yaitu 26, sehingga diperoleh nilai

rata-rata yakni
85

X = ∑ f i . xi = 1780
= 89
∑f i 20

Sehingga nilai rata-rata (mean) pada siswa siswa kelas III-B SDN

04 Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran

Konvensional dengan media visual adalah 89.

b) Median (Nilai tengah)

Median merupakan suatu nilai atau angka yang membagi suatu

distribusi data dalam dua bagian yang sama besar. Sehingga dapat

diperoleh median atau nilai tengah pada data tes siswa kelas III-B

SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran

Konvensional dengan media visual. Karena data berupa interval

(kelompok) sehingga median dicari menggunakan rumus berikut:

1
Me = b + p
( ) 2
n−F
f

1
= 89,5 + 5
( )
2
2∗−9
6
= 89,5 + 0,8 = 90,3

Sehingga diperoleh nilai tengah (median) dari siswa siswa kelas III-

B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran

Konvensional dengan media visual yaitu 90,3.

c) Modus
86

Modus merupakan nilai yang memiliki frekuensi paling banyak.

Modus dari data tes siswa siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional dengan

media visual dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

Mo = b + p ( b 1+b 1b 2 )
= 89,5 + 5 ( 3+13 ) = 89,5 + 3,75 = 93,3

Sehingga nilai yang paling banyak muncul (modus) dari data tes

siswa siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun

Menggunakan Pembelajaran Konvensional dengan media visual

adalah 93,3.

d) Varians

Varians dari data tes siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor Kota

Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional dengan media

visual dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut. Ϭ 2 =

¿ x−¿
¿ 870
f .¿ = = 43,5
20
∑¿
¿
87

Sehingga varians dari data tes siswa kelas III-B SDN 04 Madiun

Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional

dengan media visual adalah 43,5.

e) Standar Deviasi

Standar deviasi dari data tes siswa kelas III-B SDN 04 Madiun Lor

Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional dengan

media visual dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut:

¿ x−¿
¿
f .¿
Ϭ=
∑¿
¿
√¿

=

870
20
= √ 43,5 = 6,6

Sehingga varians dari data tes siswa kelas III-B SDN 04 Madiun

Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran Konvensional

dengan media visual adalah 8,2.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi dan Presentase Data siswa kelas III-
B SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan
Pembelajaran Konvensional dengan media visual.
Kelas Interval Frekuensi Prosentase
f (%)
¿ )
¿
¿
65- 69 2 10%
75- 79 4 20%
80 - 84 3 15%
85 - 89 6 30%
90 - 94 5 25%
88

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi data tes siswa kelas III-B

SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan Pembelajaran

Konvensional dengan media visual diatas, dapat diperoleh bentuk

histogram sebagai berikut:

6
5
4
3
2
1
0
65- 69 75- 79 80 - 84 85 - 89 90 - 94

Grafik 4.4 Histogram Distribusi Frekuensi Data siswa kelas III-B


SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun Menggunakan
Pembelajaran Konvensional dengan media visual

Berdasarkan bentuk histogram di atas, dapat diketahui bahwa

frekuensi tertinggi terdapat pada kelas interval 85-89, yaitu sebanyak 6

siswa. Sedangkan frekuensi tertinggi kedua terdapat pada interval 90-94

yakni sebanyak 5 siswa, frekuensi tertinggi ketiga terdapat pada interval

75-79 yakni sebanyak 4 siswa, frekuensi tertinggi keempat terdapat pada

interval 80-84 yakni sebanyak 3 siswa, frekuensi terendah terdapat pada

interval 65-69 sebanyak 2 siswa.


89

Selama kegiatan pembelajaran menggunakan media visual teks

gerak dengan materi dongeng pada mata pelajaran bahasa indonesia siswa

cenderung lebih tertarik dan termotivasi mengikuti pembelajaran. Pada

proses pembelajaran ditampilkan video berdurasi disesuaikan dengan

KKM membaca cepat sisa kelas rendah, dan di akhiri dengan tes tulis

dengan memateri sesuai video. Siswa yang dapat mengerjakan soal diatas

75% dianggap sudah memenuhi kriteria membaca cepat yang peneliti

harapkan. Dengan menggunakan media visual ini, siswa lebih

berkonsentrasi dalam menyimak suatu teks gerak karena takut

ketinggalan cerita, hal ini secara tidak langsung akan melatih kemampuan

membaca cepat siswa tanpa harus dipaksakan dengan materi

pembelajaran konvensional.

Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa di kelas III-A SDN 04

Madiun Lor Kota Madiun setelah Menggunakan Pembelajaran dengan

bantuan media visual pada materi dongeng mata pelajaran Bahasa

Indonesia memiliki kriteria kemampuan membaca yang tinggi, dimana

dibuktikan dengan tingginya frekuensi dikelas interval 80-84. Kelas

interval tersebut berada di atas nilai KKM yang ditentukan sekolah untuk

hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni 75. Sebanyak 90 %

atau 18 dari 20 siswa mampu memperoleh nilai diatas 75. Hal ini dapat

diartikan bahwa kemampuan membaca pada siswa kelas III SDN 04

madiun Lor Kota Madiun dengan menggunakan model pembelajaran


90

konvensional dengan menggunakan bantuan media visual berbasis video

durasi teks gerak lebih tinggi dibanding dengan tanpa adanya media

visual.

D. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya Hubungan

penggunaan Media Visual Terhadap Kecepatan Membaca Pada Mata Pelajaran

Bahasa Indonesia Siswa Kelas 3 SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun pada tahun

pelajaran 2017/2018. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas III-A dan III-B

dengan jumlah siswa keseluruhan 40 siswa. Kelas III-A dengan jumlah 20 siswa

dan kelas III-B dengan jumlah siswa 20 siswa. Masing-masing kelas

mendapatkan dua perlakuan, yaitu menerapkan model pembelajaran

Konvensional tanpa media visual teks gerak pada perlakuan pertama dan

penerapan pembelajaran Konvensional dengan media visual teks gerak pada

perlakuan kedua.

Langkah selanjutnya adalah memberikan perlakuan berupa pemberian tes

akhir (post-test) kepada masing-masing kelas setelah penerapan model

pembelajaran. Soal post-test yang diberikan kepada siswa ini berupa soal pilihan

ganda dengan 4 alternatif jawaban. Jumlah soal keseluruhan dalam post-test ini

yaitu 20 soal objektif pilihan ganda yang berkaitan dengan pengukuran

pemahaman terhadap materi memalului kegiatan membaca cepat. Penilaian tes

ini dilakukan dengan memberikan skor 1 untuk setiap soal yang dijawab dengan

benar, sedangkan skor 0 untuk setiap soal dengan jawaban salah.


91

Khanifatul (2013: 30) mengatak bahwa “Media pembelajaran berarti

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan bahan pembelajaran sehingga dapat

merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran”. Media visual di sini digunakan sebagai pembantu dalam proses

membaca cepat, dimana media ini akan menampilkan teks gerak dengan dongeng

ringan yang disesuaikan dengan kemampuan pemahaman siswa kelas III.

kemampuan membaca cepat siswa diukur dengan media visual berdurasi yang

akan disesuaikan dengan standart kecepatan membaca pada usia dini yang akan

ditentukan dengan nilai tes materi dongeng pada mata pelajaran bahasa indonesia

dimuat pada media yang digunakan. Apabila dalam mengerjakan tes siswa

mampu mengerjakan soal diatas 80% maka media visual dianggap berHubungan

terhadap kecepatan membaca siswa kelas III.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa penggunaan materi

dongeng siswa lebih tertarik dan lebih termotivasi dalam mengikuti

pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari antusiasnya siswa dalam kegiatan

pembelajaranmembaca cepat. Dengan menggunakan pemilihan meia serta

materi pembelajaran yang sesuai akan menjadikan siswa berfokus kepada proses

pembelajaran sepenuhnya.

Pada penelitian di kelas III-A dan III-B SDN 04 Madiun Lor Kota

Madiun, peneliti menggunakan model pembelajaran konvensional tanpa

menggunakan media visual untuk pertemuan pertama. Pada saat kegiatan


92

pembelajaran siswa terlihat kurang antusias dari awal pembelajaran hingga akhir

pembelajaran. Hanya beberapa siswa saja yang mengikuti pembelajaran dengan

baik. Ketika kegiatan tanya jawab berlangsung, kurang adanya interaksi yang

diharapkan guru, kebanyakan siswa kesulitan dalam menjawab pertanyaan yang

diajukan. Hal tersebut dikarenakan siswa bosan dengan model pembelajaran

konvensional yang cenderung monoton. Ketika guru memberikan soal post-test

diakhir kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa pun tergolong rendah. Hal

tersebut dapat diketahui melalui hasil belajar siswa kelas III-A dengan nilai rata-

rata kelas 74,5 dan hanya sekitar 15 % atau 3 siswa saja yang mendapatkan nilai

diatas 75. Sedangkan pada kelas III-B dengan nilai rata-rata kelas 87 dan hanya

sebanyak 20% atau 4 siswa III-B yang mampu mendapatkan nilai diatas 75.

Angka tersebut menunjukkan bahwa masih banyaknya siswa yang memiliki

kemampuan membaca dan memahami teks yang ditentukan oleh peneliti dalam

mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Berbeda ketika siswa diajar mengguanakan model pembelajaran dengan

menggunakan media visual teks gerak. Baik siswa kelas III-A maupun kelas III-

B ketika kegiatan pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih kondusif dan

lebih konsentrasi terhadap proses pembelajaran karena siswa lebih tertarik

dengan gambar-gambar yang ditampilkan guru melalui media visual teks gerak

ini. Dengan menggunakan mmedia ini siswa terlihat lebih termotivasi untuk

memperhatikan materi yang disampaikan. Pada saat kegiatan pemutaran video,

siswa lebih fokus terhadap media dan konsentrasi dalam membaca, sehingga
93

teknik membaca cepat yang diberikan sebelumnya yakni tidak menggerakan

kepala, tidak menunjuk mata, mebaca bait per bait secara tidak langsung

dilakukan sendirinya oleh peserta didik.. Begitu juga ketika guru memberikan

pertayaan kepada siswa, mereka dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan

baik. Dengan menggunakan media ini materi pembelajaran lebih dapat diserap

siswa dengan waktu membaca yang amat singkat, siswa dituntut untuk

menyelesaikan proses membaca perbait dengan waktu yang sudah ditentukan

oleh peneleiti, Sehingga media ini mampu membantu daya ingat siswa terhadap

materi yang sedang dipelajari dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

Ketika guru memberikan soal post-test diakhir kegiatan pembelajaran, hasil

belajar siswa pun tergolong tinggi. Hal tersebut dapat diketahui melalui hasil tes

belajar siswa kelas III-A dengan nilai rata-rata kelas 88 dan sebesar 60 % atau

12 siswa mampu memperoleh nilai diatas 85. Sedangkan pada kelas III-B

dengan nilai rata-rata kelas 88 dan 55 % atau 11 siswa mampu memperoleh nilai

diatas 85. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil saja siswa

yang memperoleh nilai dibawah KKM dan sisanya memperoleh nilai di atas

KKM yang ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia

yakni 85.

Dari penjabaran di atas maka dapat diambil kesimpuan pada penelitian ini

yaitu terdapat Hubungan penggunaan media visual terhadap kecepatan membaca

siswa kelas III SDN 04 Madiun Lor Kota Madiun pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia tahun pelajaran 2017/2018.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan permasalahan yang ada dan hasil analisis data tentang

Hubungan penggunaan Media Visual Terhadap Kecepatan Membaca Pada Mata

Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 3 SDN 04Madiun Lor Kota Madiun.

Maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Penggunaan media visual ini sangatlah efektif apabila diterapkan sebagai

media pembantu dalam proses peningkatan kecepatan membaca. Karena

media visual akan menarik konsentrasi siswa dalam pembelajaran menjadi

lebih maksimal. Hal ini akan melatih kebiasaan siswa dalam membaca

menjadi lebih baik sehingga secar tidak langsung juga meningkatkan

kemampuan membacanya menjadi lebih cepat dan efisien.

2. Nilai rata – rata kelas pada saat menggunakan media visual teks gerak dapat

diketahui melalui hasil belajar siswa kelas III-A dengan nilai rata-rata kelas

88 dan sebesar 60 % atau 12 siswa mampu memperoleh nilai diatas 85.

Sedangkan pada kelas III-B dengan nilai rata-rata kelas 88 dan 55 % atau 11

siswa mampu memperoleh nilai diatas 85. Angka tersebut menunjukkan

bahwa hanya sbagian kecil saja siswa yang memperoleh nilai dibawah KKM

dan sisanya memperoleh nilai di atas KKM yang ditentukan oleh sekolah

untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia.


95

3. Pembelajaran konvensional tanpa media dalam mata pelajaran tertentu dirasa

kurang tepat. Missal, dalam peningkatan kemampuan membaca cepat pada

mata pelajaran bahasa indonesiasiswa akan berfokus hamay pada materi.

Dengan menggunakan bantuan media visual ini siswa memahami secara

konkrit teknik membaca cepat yang akan ia lakukan dalam proses

pembelajaran.

4. Penerapan materi dongeng disesuaikan dengan karakter siswa kelas rendah

yang memiliki pemikiran sederhana, sehingga materi berbobot tetapi terkesan

lebih mudah dan sederhana. Hal ini akan memuadahkan siswa dalam

memahami kata per kata tanpa harus memikirkan artinya secara mendalam

sehingga siswa dapat melakukan kegiatan membaca dengan lancar

B. Saran

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia dan

meningkatkan kemampuan membaca siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran,

maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang bermanfaat terutama yang

mengalami kesulitan dalam membaca cepat sehingga dapat meningkatkan

hasil belajarnya.Siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran

karena kemampuan membaca termasuk kemampuan dasar dalam menyerap

informasi pembelajaran.
96

2. Guru hendaknya berfikir aktif dan kreatif, dalam pembelajaran guru

diharapakan memberikan pembelajaran bermakna agar siswa dapat lebih

memahami dan mengingat materi yang diajarkan. Guru dapat menggunakan

variasi pembelajran menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran

akan membantu memvisualkan suatu teori yang abstrak menjadi lebih

konkrit, hal ini sangat sesuai dengan karakter siswa kelas rendah yang

memiliki pemikiran yang masih sederhana

3. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih tertarik untuk melakukan penelitian

yang sama mengingat banyaknya bidang ilmu dalam bahasa indonesia yang

masih harus digali secara mendalam agar guru dapat mengajar secara

obyektif terhadap peserta didiknya. Hal ini akan meningkatkan berbagai

aspek prestasi siswa.


97

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, L. (2010). Speed Reading Teknik Dan Metode Membaca Cepat.


Jogjakarta: A Plus Books.

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2016). No TitleDasar - dasar evaluasi pendidikan. (Restu


Damayanti, Ed.). Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2017). media pembelajaran. jakarta: rajawali pers.

Daryanto. (2010). No Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Haryoko, S. (2010). Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual Sebagai


Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi@Elektro, 5(1), 1–
10. Retrieved from http://journal.uny.ac.id/index.php/jee/article/view/972

Khanifatul. (2013). Pembelajaran Inovatif Strategi Mengelola Kelas Secara


Efektif dan Menyenangkan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA

Kurmalasari, T., & Hamdan, A. R. (2014). The Effectiveness Symbolic


Technique In Speed Reading Arabic-Malay Writing, 2(8), 88–94.

Merdekasari, A., Pengajar, S., Islamiyah, S., Pembangunan, K., & Ngawi, P.
(2015). Pengaruh Pelatihan Membaca Efektif Terhadap Peningkatan Kecepatan
Membaca Dan Pemahaman Bacaan. Januari-Juni, 01(02), 2406–2775.

Mulyadi, M. (2011). Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif serta Pemikiran Dasar


Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 15(1), 127–138.

Nurgiyantoro, B. (2009). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.


Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

Nurhadi. (2010). Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Nurseto, T. (2011). Membuat Media Pembelajaran yang Menarik – Tejo Nurseto.


Ekonomi & Pendidikan, 8, 19–35.
98

Rohani, A. (2014). MEDIA INSTRUKSIONAL EDUKATIF. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sadiman, A. S. dkk. (2011). Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Jakarta: rajawali pers.

Stone, R. (2013). Cara - Cara Terbaik untuk Mengajar READING (yang


dilakukan oleh guru - guru peraih penghargaan). Jakarta: INDEKS.

Sugiyono. (2018). METODE PENELITIAN KUANTITATIF. (Setiyawami, Ed.).


Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). METODE PENELITIAN PENDIDIKAN Pendekatan


Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Tampubolon. (2008). KEMAMPUAN MEMBACA TEKNIK MEMBACA


EFEKTIF DAN EFISIEN. Bandung: Angkasa.

Das könnte Ihnen auch gefallen