Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRAK. Saat ini abu batubara dari boiler tekanan rendah merupakan limbah yang belum
tertangani dengan baik. Komponen utama yang ada di dalam abu batubara adalah silika
(Si02), yaitu sebesar 40,22%. Oleh karena itu, silika dalam abu batubara memiliki potensi yang
besar untuk di-recovery menjadi produk berbasis silika. Proses recovery dilakukan dengan
cara mereaksikan abu batubara dengan larutan NaOH, kemudian campuran reaksi difiltrasi
sehingga menghasilkan filtrat berupa, natrium silikat. Untuk melakukan proses recovery
tersebut, maka diberikan variasi: konsentrasi larutan NaOH (0,5; 0,8; 1,1; 1,4; 1,6; dan 2 M),
rasio mol NaOH/Si02 (0,5; 0,7; 1,7; 3; dan 4), suhu reaksi (60, 70, 80, 90 dan 100°C), waktu
reaksi (1, 3, 5, 7, dan 9 jam), dan diameter partikel abu (+2 mm, -1+0,63 mm, -0,63+0,335 mm,
-0,355+0,2 mm, dan -0,112+0,05 mm).
Dari penelitian yang telah dilakukan, kondisi operasi yang menghasilkan persen recovery
silika tertinggi dari abu batubara adalah: konsentrasi larutan NaOH 2M, rasio mol NaOH/Si02
4, suhu reaksi 100°C, waktu reaksi 9 jam, dan diameter partikel abu -0,112+0,05 mm. Selain
itu, didapatkan hasil bahwa rentang variasi diameter partikel abu yang diberikan tidak
menghasilkan perbedaan persen recovery yang signifikan.
35
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311
36
Recovery Silika Dari Abu Batubara Boiler Tekanan Rendah
(Taofik Hidayat, Hartini Hadi Santosa)
37
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311
38
Recovery Silika Dari Abu Batubara Boiler Tekanan Rendah
(Taofik Hidayat, Hartini Hadi Santosa)
39
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311
1. Persiapan Peralatan
Peralatan utama yang digunakan 2. Persiapan Bahan
dalam penelitian ini adalah Bahan utama yang digunakan
(a) labu leher tiga kapasitas 500 dalam penelitian ini adalah
ml dilengkapi dengan kondensor; (c) NaOH teknis dan p.a. dari
(b) termometer dengan Brataco Chemical yang telah
temperatur maksimal 250 °C; distandardisasi dengan asam
(c) motor pengaduk dengan oksalat
kecepatan maksimum sebesar 800 (d) abu batubara dari boiler
rpm; tekanan rendah dari pabrik
(d) spektrofotometer HA tekstil PT Garuda Mas Tekstil
CHD2800\ Cimahi
(e) penangas listrik dengan
spesifikasi yaitu : Tahap Pelaksanaan Percobaan
• Temperatur maksimal
200 °C Tahap pelaksanaan percobaan yang
• Voltase 200 volt dilakukan adalah sebagai berikut:
• Daya 1000 watt (1) Tahap pre-treatment
• Frekuensi 50 Hz
a) Pengecilan ukuran Abu boiler yang
Gambar 3.1 menunjukkan
didapatkan dikecilkan ukurannya
rangkaian reaktor yang digunakan
dengan menggunakan ball mill agar
untuk penelitian.
luas permukaan antara abu dengan
NaOH lebih besar sehingga silika
yang bereaksi menjadi lebih
banyak.
b) Pengayakan
Pengayakan dilakukan untuk
memvariasikan ukuran partikel
yang digunakan untuk reaksi,
pengayakan ini dilakukan dengan
menggunakan screen analyzer
c) Pencucian
Pencucian dilakukan untuk
menghilangkan alkali total dengan
cara melarutkannya dengan
aquades, agar alkali total tersebut
tidak mengganggu proses reaksi
Keterangan: yang akan dilakukan. Abu batubara
1. Rdicuci dengan aquades dan
eaktor disaring sampai filtrat mempunyai
2. PpH yang netral. Setiap 10 gram abu
enangas batubara dicuci dengan aquades
3. Ksebanyak 100 ml.
ondensor d) Pengeringan
4. TAbu yang telah dicuci dikeringkan
ermometer dengan menggunakan oven pada
5. Ttemperatur 110 °C selama 4 jam
abung CaCL agar abu yang ditimbang bebas air.
6. e) MPenghilangan senyawa besi
otor pengaduk (separasi magnetik)
7. SSenyawa besi dalam abu batubara
elang silikon merupakan pengotor yang akan
8. L mengganggu proses reaksi yang
ubang pengambil sampel akan dilakukan. Penghilangan
40
Recovery Silika Dari Abu Batubara Boiler Tekanan Rendah
(Taofik Hidayat, Hartini Hadi Santosa)
41
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311
42
Recovery Silika Dari Abu Batubara Boiler Tekanan Rendah
(Taofik Hidayat, Hartini Hadi Santosa)
tertahan oleh kertas watman 40. tersebut direaksikan dengan NaOH teknis
(2) Mengaerasi produk reaksi selama dengan konsentrasi 3 M, rasio mol
satu hari kemudian larutan hasil aerasi NaOH/Si02 3, suhu 90°C dan waktu 2 jam.
disentrifugasi. Hal ini dilakukan Hasil dari percobaan tersebut adalah
berdasarkan hipotesis bahwa larutan produk yang masih berwarna
penyebab warna cokelat adalah sisa cokelat. Dengan demikian, flotasi yang
senyawa besi di dalam abu yang tidak dilakukan tidak mampu menghilangkan zat
terpisahkan ketika dilakukan separasi penyebab wama keruh di dalam larutan
magnetik. Dengan meng-aerasi produk karena tekniknya masih sederhana
larutan tersebut diharapkan senyawa sehingga persen penyisihan karbonnya
besi penyebab warna dapat dioksidasi sedikit.
dan diendapkan oleh sentrifugasi. Untuk membuktikan bahwa penyebab
Hasil sentrifugasi tetap menghasilkan wama cokelat dalam filtrat adalah karbon,
larutan yang bernama cokelat yang maka dilakukan percobaan dengan cara
menunjukkan bahwa penyebab wama mereaksikan karbon aktif dengan NaOH 1
bukan senyawa besi tetapi senyawa M pada suhu 90°C selama 5 jam. Hasilnya
lain yang tidak dapat mengendap adalah sebuah larutan yang berwarna
dengan cara di-aerasi dan cokelat. Menurut Huda (2010), karbon
sentrifugasi. Selain, senyawa besi bersifat inert (tidak bereaksi) terhadap
tidak dapat menyebabkan wama larutan NaOH. Dengan demikian,
larutan natrium silikat menjadi cokelat penyebab wama cokelat bukan karbon
tetapi menyebabkan wama yang ikut bereaksi dengan NaOH tetapi
kekuningan yang tidak akan sepekat ada suatu senyawa yang teijebak dalam
seperti yang dihasilkan pada padatan karbon dan larut dalam NaOH.
penelitian ini (Saleh, 2010).
(3) Melakukan pencucian dengan air Menurut Saleh (2010), penyebab wama
bersuhu 90°C kemudian mereaksikan coklat tersebut adalah asam humat (humic
abu hasil pencucian dengan larutan acid) yang terdapat di dalam batubara dan
NaOH 1 M, rasio mol Na0H/Si02 0,5, tersisa di dalam abu yang dihasilkan dari
suhu reaksi 90°C, dan waktu reaksi 5 pembakaran batubara. Karena
jam. Hal ini dilakukan berdasarkan batubaranya dibakar di dalam boiler
hipotesis bahwa zat yang bertekanan rendah dengan sistem
menyebabkan warna cokelat pada pembakaran fix bed, maka asam humat
produk reaksi adalah zat yang dapat masih tersisa di dalam abu yang dihasilkan
larut dalam air panas. Setelah abu dari boiler tersebut. Asam humat adalah
hasil pencucian direaksikan dengan senyawa berwarna cokelat yang dapat
larutan NaOH, produk reaksi yang larut dalam basa kuat seperti NaOH
dihasilkan masih berwarna cokelat. (Ariyanto, tanpa tahun).
Hal ini menunjukkan bahwa zat yang
menyebabkan warna cokelat tidak Penjernihan Filtrat
terbuang pada saat pencucian. Warna cokelat pada filtrat disebabkan oleh
Dengan demikian, zat yang adanya asam humat. Menurut Ariyanto
menyebabkan wama cokelat adalah (tanpa tahun), asam humat merupakan
zat yang tidak larut dalam air bersuhu koloid yang bermuatan negatif. Oleh
90°C karena itu, PAC (polialumunium klorida)
dapat digunakan sebagai pendestabil
Kadar karbon yang terkandung di dalam koloid asam humat sehingga muatan
abu batubara yang digunakan dalam negatif dalam koloid dapat dinetral dengan
penelitian ini adalah 35,42%. Diperkirakan muatan positif dari ion alumunium. Menurut
zat yang menyebabkan cokelatnya larutan Saleh (2010), konsentrasi larutan PAC
produk adalah kandungan karbon yang yang digunakan untuk mengendapkan
tinggi dalam abu sehingga karbon tersebut asam humat adalah 50% dan jumlah
bereaksi dengan NaOH (Soeswanto, penambahannya adalah 30% dari volume
2010). Oleh karena itu, dilakukan flotasi filtrat yang akan dijernihkan. Dengan
sederhana pada abu kemudian hasil flotasi penambahan PAC tersebut, asam humat
43
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311
44
Recovery Silika Dari Abu Batubara Boiler Tekanan Rendah
(Taofik Hidayat, Hartini Hadi Santosa)
45
KONVERSI Vol. 2 No. 2 Oktober 2013 ISSN 2252-7311
46