Sie sind auf Seite 1von 6

SAP 2

“TINJAUAN TERHADAP ILMU KEPERILAKUAN : DALAM


PERSPEKTIF AKUNTANSI”

AKUNTANSI KEPERILAKUAN (EKA 450 C1)

OLEH KELOMPOK 2:

Anak Agung Gede Rama Sayudha (1607531114)

I Dewa Gede Ngurah Eka Chandra Pramuditya (1607531119)

I Gede Pradana Juniarta (1607531128)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM REGULER
2019
2.1. Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi
Peningkatan ekonomi pada suatu organisasi dapat digunakan sebagai dasar dalam
memilih informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan. Saat ini, keterampilan
matematis telah berperan dalam menganalisis permasalahan keuangan yang kompleks.
Demikian pula halnya dengan kemajuan dalam teknologi komputer akuntansi yang
memungkinkan informasi dapat tersedia dengan cepat. Kesempurnaan teknis tidak pernah
mampu mencegah orang untuk menyadari bahwa tujuan akhir jasa akuntansi organisasi bukan
sekedar teknik yang didasarkan pada efektivitas dari pelaksanaan segala prosedur akuntansi,
tetapi juga bergantung pada bagaimana perilaku orang-orang didalam perusahaan, baik sebagai
pemakai maupun pelaksana, dipengaruhi oleh informasi yang dihasilkan.

2.1.1. Akuntansi adalah Tentang Manusia


Berdasarkan pemikiran perilaku, manusia dan faktor sosial sesungguhnya didesain
secara jelas dalam aspek-aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Para akuntan
membuat beberapa asumsi secara berkelanjutan mengenai bagaimana mereka membuat orang
termotivasi, bagaimana mereka menginterpretasikan dan menggunakan informasi akuntasi,
serta bagaimana agar sistem akuntansi mereka sesuai dengan kenyataan manusia dan
memengaruhi organisasi. Jika akuntan berhubungan dengan efektivitas dan prosedur
perusahaan secara luas, maka mereka juga selayaknya memonitor ketepatan asumsi yang
bersifat kontradiktf terhadap apa yang mereka lihat dalam relitas perusahaan.
Dari pengalaman dan praktik, banyak manajer dan akuntan telah memeperoleh suatu
pemahaman yang lebih dari sekedar aspek manusia dalam tugas mereka. Masih banyak sistem
akuntansi yang dihadapkan pada berbagai kesulitan manusia yang tidak terhitung, bahkan
terkadang samapai menyebabkan penggunaan dan penerimaan seluruh sistem akuntansi
menjadi meragukan. Para manajer terbiasa bebas memanipulasi laporan informasi sistem
akuntansi karena pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan dilakukan hanya
berdasarkan hasil yang mereka laporkan dan bukan berdasarkan kontribusi mereka yang lebih
luas terhadap efektivitas organisasi. Prosedur dapat menjadi tujuan akhir jika semata-mata
dibandingkan dengan teknik organisasi yang lebih luas.
Akuntansi adalah mengenai akuntansi. Orang yang optimis dengan hal tersebut akan
membantah bahwa terdapat banyak reaksi perilaku yang tidak menguntungkan terhadap sistem
akuntansi. Untuk membuat pandangan ini menjadi adil, cara pandang akuntan harus
mengandung beberapa pandangan yang terintegrasi. Pengetahuan akuntan, sebagaimana
diketahui bersama, cenderung bersifat parsial, terbatas oleh waktu, sementara mereka bekerja
1
dalam organisasi yang kompleks, sehingga adalah tidak realistis untuk mengharapkan semua
aspek dari kehidupan organisasi dapat dihubungkan satu sama lain tanpa tekanan. Namun,
sebagai petunjuk tindakan, pandangan ini juga siap menghadirkan suatu kompromi, dan
bertindak sebagai suatu pendekatan yang memungkinkan akuntan untuk tidak berdampingan
dengan hal-hal yang tidak bertanggung jawab.
Dalam pandangan ini, pengertian yang lebih mendalam dan berharga dapat diperoleh
dari pemahaman atas perilaku dan ilmu-ilmu sosial. Dengan menganalisis secara sistematis
hubungan antara sistem akuntansi, bentuk pengendalian, sikap manusia, dalam pengambilan
keputusan, serta tingkatan sosial dan perilaku, akuntan dapat memusatkan perhatiannya keluar.
Dengan demikian, hal tersebut tidak menjadi dasar bagi munculnya konflik dan pertentangan
dari banyaknya permasalahan akuntansi, serta tidak menyebabkan potensi organisasi dan
akuntansi itu sendiri diragunkan.

2.1.2. Akuntansi adalah Tindakan


Dalam organisasi, semua anggotanya mempunyai peran yang harus dimainkan dalam
mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada seberapa besar porsi dan rasa
tanggungjawab terhadap pencapaian tujuan. Rasa tanggungjawab tersebut dihargai dalam
bentuk penghargaan tertentu. Pencapaian tujuan dalam bentuk kuantitatif juga merupakan salah
satu bentuk tanggung jawab anggota organisasi dalam memenuhi keinginannya untuk
mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Peran anggota organisasi akan sangat berpengaruh
pada pencapaian tersebut.
Apabila suatu anggaran telah ditetapkan untuk dilaksanakan oleh suatu unit kerja dalam
organisasi, maka anggaran itu akan berinteraksi dengan para individu dalam organisasi
tersebut. Dimana masing-masing individu tersebut mempunyai tujuannya masing-masing dan
sekaligus bertanggungjawab mencapai tujuan organisasi. Keselarasan tujuan antara individu
dan organisasi diperlukan untuk mewujudkan terjadinya sinergi antara individu dan organisasi.
Keselarasan tersebut akan dapat lebih diwujudkan manakala individu memahami dan patuh
pada ketetapan-ketetapan yang ada di dalam anggaran.

2.2. Lingkup dan Sasaran Hasil dari Akuntansi Keperilakuan


Akuntansi keperilakuan berada dibalik akuntansi tradisional yang berarti
mengumpulkan, mengukur, mencatat dan melaporkan informasi keuangan. Dengan
demikian, dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia dan juga dengan desaian,
konstruksi, serta penggunaan suatu system informasi akuntansi yang efisien. Akuntansi
2
dengan mempertimbangkan hubungan antara perilaku manusia dengan sistem akuntansi
mencerminkan dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. Secara umum,
lingkup dari akuntansi keperilakuan dapat dibagi menjadi tiga bidang besar.
a. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan
system akuntansi. Bidang dari akuntansi keperilakuan ini mempunyai kaitan dengan
sikap dan filosofi manajemen yang memengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi
yang berfungsi dalam organisasi.
b. Pengaruh system akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang dari akuntansi
keperilakuan ini berkenaan dengan bagaimana system akauntansi memengaruhi
motivasi, produktivitas, pengambilan keputusan , kepuasan kerja, serta kerja sama.
c. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang
ketiga dari akuntansi keperilakuan ini mempunyai hubungan dengan cara system
akuntansi digunakan sehingga memengaruhi perilaku.
Para akuntan pada masa lalu hanya fokus pada pengukuran pendapatan dan biaya yang
mempelajari kinerja perusahaan di masa lalu untuk memprediksi masa depan. Mereka
mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku manusia dan
kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan mempengaruhi perilaku di masa
depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari suatu organisasi
harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita-cita individu
yang saling berhubungan dalam organisasi.
Para akuntan keperilakuan melihat kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan
penjualan terlebih dahulu mempertimbangkan perilaku juru tulis yang mencatat pesanan
pelanggan melalui telepon. Para juru tulis tersebut harus menyadari bahwa tujuan mereka
melakukn pekerjan itu adalah untuk kelangsungan hidup organisai. Para akuntan
keperilakuan juga menyadari bahwa mereka bebas mendesai sistem informasi untuk
memengaruhi motivasi, semangat, dan produktivitas karyawan. Tanggung jawab mereka
menjangkau ke luar pengumpulan dan penggunaan laporan akuntansi oleh orang lain.
Akuntan keperilakuan percaya bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah memengaruhi
perlaku dalam rangka memotivasi dilakukannya tindakan yang diinginkan.
Akuntan keperilakuan berpusat pada hubungan antara perilaku dan sistem akuntansi.
Mereka menyadari bahwa proses akuntansi melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian
ekonomi makro yang dihasilkan dari perilaku manusia dan akuntansi iru sendiri, serta dari
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku yang pada gilirannya secara bersama-sama
akan mementukan semua keberhasilan peristiwa ekonomi. Akuntan keperilakuan melihat
3
bahwa perusahaan yang melakukan penjualan terlebih dahulu mempertimbangkan perilaku
juru tulis yang mencatat pesanan pelanggan melalui telepon. Juru tulis tersebut menyadari
bahwa tujuan mereka melakukan pekerjaannya adalah untuk kelangsungan hidup organisasi.
Selain itu, para akuntan keperilakuan juga menyadari dapat dengan bebas mendesain sistem
informasi untuk mempengaruhi motivasi, semangat dan produktivitas karyawan. Akuntan
keperilakuan percaya bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah untuk mempengaruhi
perilaku dalam rangka memotivasi tindakan yang diinginkan. Sebagai contoh, suatu
perusahaan bisa berhasi; dalam merundingkan kerja sama dengan kelompok organisasi lainnya
dengan baik, atau mungkin akan menjadi gagal karena orang-orang di organisasi tersebut
berjalan ke arah tujuan yang berlawanan.

4
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keprilakuan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

Das könnte Ihnen auch gefallen