Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DI SUSUN OLEH :
2. Tenggorokan (Faring)
Tenggorokan merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu
kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas
dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan
rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut
ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama
tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan
mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang
menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut
orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior
disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui
sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior
(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka
dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari
tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai
gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur
makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting yaitu lendir, asam klorida (HCL), dan prekusor
pepsin (enzim yang memecahkan protein). Lendir melindungi sel – sel
lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan asam klorida menciptakan
suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah
protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang
terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
2.1 Definisi
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah
vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah
anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid (wasir) merupakan dilatasi karena
varises pada pleksus venosus di submukosa anal dan parianal (Mitchell, 2006).
2.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Konservatif
a. koreksi konstioasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi seperti
kodein. ( Daniel, W.J)
b. Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar.
c. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid.
Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk mengurangi
efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu mengurangi
tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi
meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya.
2. Pembedahan
Apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik dengan
penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.
HITS ( Hemorrhoid Institue OF South Texas )menetapkan indikasi
tatalaksana pemebedahan hemoroid antara lain :
a. Hemoroid interna derajat II berulang.
b. Hemoroid derajat II dan IV dengan gejala.
c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.
d. Hemoroid derajat I dan derajat II dengan penyakit penyerta seperti
fisura.
e. Kegagalan penatalaksanaan kenservatif penyakit seperti fisura.
f. Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu : (Halverson, A & Acheson,
A.G)
a. Skleroterapi
b. Rubber band ligation
c. Infrared thermocoagulation
d. Bipolar diathermy
e. Lassser haemoorhoidectomy
f. Dopper ultrasound guided haemorrhoid artery ligation
g. Cryotherapy
h. Stappled hemmorrhoidpexy.
2.7 Patofisiologi
Faktor penyebab faktor-faktor hemoroid adalah mengedan saat defekasi,
konstipasi menahun, kehamilan dan obesitas. Keempat hal diatas menyebabkan
peningkatan tekanan intra abdominal lalu di transmisikan ke derah anorektal
dan elevasi yang tekanna yang berulang-ulang mengakibatkan vena
hemoroidalis mengalami prolaps. Hasil di atas menimbulkan gejala gatal atau
priritus anus akibat iritasi hemoroid dengan feses, perdarahan akibat tekanan
yang terlalu kuat dan feses yang keras menimbulkan perdarahan, dan ada
udema dan peradangan akibat infeksi yang terjadi saat ada luka akibat
perdarahan.
BAB III
TEORI ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID
3.1 Pengkajian
a. Anamanesa
Anamnesa adalah mengetahui kondisi pasien dengan cara wawancara atau
interview. Mengetahui kondisi pasien untuk saat ini dan masa yang lalu.
1) Identitas
Meliputi identitas klien yaitu : nama lengkap, tempat tanggal lahir,
jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,
No. RM, diagnose medis, dan alamat.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.
2) Keluhan utama
Kapan keluhan mulai berkembang, bagaimana terjadinya, apakah
secara tiba-tiba atau berangsur-angsur, apa tindakan yang dilakukan
untuk mengurangi keluhan, obat apa yang digunakan. Keluhan utama
yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output sedikit
sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak
selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa
lelah, napas berbau ( ureum ), dan gatal pada kulit.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang ( PQRST )
Mengkaji keluhan kesehatan yang dirasakan pasien pada saat di
anamnesa meliputi palliative, provocative, quality, quantity, region,
radiaton, severity scala dan time. Untuk kasus gagal ginjal kronis, kaji
onet penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola
nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau
ammonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji pula sudah kemana
saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan
mendapat pengobatn apa.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign prostatic
hyperplasia, dan prostektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu
saluran kemih, infeksi system prkemihan yang berulang, penyakit
diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya
yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai
riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji ada atau tidak salah satu keluarga yang mengalami
penyakit yang sama. Bagaimana pola hidup yang biasa di terapkan
dalam keluarga, ada atau tidaknya riwayat infeksi system perkemihan
yang berulang dan riwayat alergi, penyakit hereditas dan penyakit
menular pada keluarga.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Klien lemah dan terlihat sakit berat
2. Tingkat Kesadaran : Menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana
dapat mempengaruhi system saraf pusat
3. TTV : Sering didapatkan adanya perubahan RR meningkat, tekanan
darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat
c. Pola fungsional
1. Pola aktivitas istirahat: Kelamahan, kelelahan, malaise, gangguan tidur
ditandai kelemahan otot, kehilangan tonus otot dan penurunan rentang
gerak.
2. Sirkulasi: Hipertensi, edema jaringan umum dan pitting pada
extremitas, cenderung terjadi perdarahan
3. Integritas Ego: Faktor stress, perasaan tidak berdaya ditandai menolak,
ansietas, marah, mudah tersinggung dan perubahan kepribadian.
4. Eliminasi: Penurunan frekuensi urin, oligguri, oliguri dapat menjadi
anuria.
5. Makanan dan cairan: Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB,
anoreksia, nyeri ulu hati, rasa metalik tak sedap pada mulut, mual,
muntah ditandai distensi abdomen/asites, hepatomegali (tahap akhir),
perubahan turgor kulit, perdarahan gusi, penampilan lemah.
6. Neurosensori: Sakit kepala, kram otot, kejang, kelemahan; gangguan
status mental.
7. Nyeri/kenyamanan: Nyeri pinggang, sakit kepala, kram otot, gelisah.
8. Pernafasan: Nafas pendek, batuk dengan atau tanpa sputum kental,
takipnea, dispnea dan sputum merah muda encer.
9. Kenyamanan kulit: Kulit gatal/pruritus, ptekie, ekimosis pada kulit.
10. Seksualitas: Penurunan libido, amenore, dan infertiliti
11. Interaksi sosial: Tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi
peran dalam keluarga.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus
Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh
darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang
melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid (wasir)
merupakan dilatasi karena varises pada pleksus venosus di submukosa
anal dan parianal (Mitchell, 2006). Dengan tanda dan gejala : Timbul rasa
nyeri dan gatal, Perdarahan berwarna merah terang saat defekasi,
Pembengkakan pada area anus , Nekrosis pada area sekitar anus,
Pendarahan/prolaps.
3.2 Saran
Sebagai calon perawat, kita harus mengetahui pengertian, etiologi, tanda
dan gejala, patofisiologi dan hemoroid. Perawat harus tau bagaimana membuat
asuhan keperawatan sistem pencernaan pada hemoroid.
https://maike470.wordpress.com/2016/03/11/asuhan-keperawatan-pada-ggk/