Sie sind auf Seite 1von 3

Rabu, 14 November 2018 07.00-13.

30

Tema LPDP: Refleksi Merah Putih, Aku Pergi Untuk Kembali

Memelihara Tradisi yang Baik dan Mengambil Tradisi baru yang lebih Baik: Metodologi
Pembentukan Sumber Daya Masa Depan Melalui Permainan Tradisional

Narasumber: Bpk. Mohammad Zaini Alif, S. Sn, M. Ds.

Profil Pembicara

Akrab dengan panggilan Kang Zaini, beliau merupakan lulusan Doktoral di Fakultas
Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) dan mendapatkan julukan
“Bapak Permainan Indonesia’. Beliau lahir di Subang, Mei 1975 dan saat ini aktif
sebagai Pakar Permainan Tradisional dan pendiri Komunitas Hong.

Isi

Pada sesi kali ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Mars LPDP, dan
Ikrar Penerima Beasiswa LPDP. Setelah itu dilanjutkan dengan musikalisasi puisi oleh
Palupi M, Ira Prihapsari, Muhammad Adam, dan Muhammad Ikhsan Ramadhan.
Diiringi musik oleh Khusnul Amr.

Pak Zaini lahir di suatu desa di Subang, Jawa Barat, beliau harus menempuh 12 km
jarak untuk bersekolah dari rumahnya. Selama perjalanan tersebut beliau sambil
bermain-main agar jarak yang jauh menjadi tidak terasa. Hal tersebut yang
menginspirasi beliau untuk melakukan

Pak Zaini menginisiasi KOMUNITAS HONG yang merupakan rumah bermain. Visi dari
KOMUNITAS HONG adalah memelihara tradisi yang baik dan mengambil tradisi baru
yang lebih baik.

Kita mengucapkan kata ajaib tersebu sambil tangan lurus ke depan dan telapak tangan
dibolak balik sampai lagunya berhenti. Kita memilih apakah tangan akan menghadap
muka atau mengahadap bawah. Hal ini mewakili bahwa kehidupan adalah pilihan,
apakah berada di atas atau dibawah, apakah menjadi baik atau tidak baik, dan
seterusnya.
“Aku Rindu Guruku Apa Adanya” adalah puisi curhatan Suhadi Rembang, seorang
guru SMA tentang guru yang dahulu senang belajar dan jujur apa adanya apabila tidak
bisa menjawab pertanyaan, menyajikan ilmu secara praktis dan tidak hanya teoritis
seperti sekarang.

Ki Hajar Dewantoro, bapak pendidikan Indonesia seperti dianalogikan dengan


membuat teori 3 dinding, dimana pada kelas terdapat dinding depan, dinding samping,
dinding belakang, dan satu sisi lagi adalah sisi yang terbuka, untuk murid berinteraksi
dengan alam yang tidak terbatasi. Teori ini justru banyak dipakai untuk mengajar di
Finlandia.

Pertanyaannya menaga di Indonesia justru teori tersebut tidak diterapkan? Karena di


Indonesia kata “bermain” masih dianggap sebagai sesuatu hal yang negatif, sesuatu
hal yang tidak serius dan sesuatu hal yang tidak/kurang bermanfaat.

Menurut Huizinga, Bermain justru sudah ada sebelum kebudayaan itu ada. Permainan
adalah fungsi manusiawi paling fundamental yang semua kebudayaan dari awal
(Huizinga, 1938). Tingkatannya Otak – Imajinasi – Kreativitas – Tindakan/Permainan –
Kebudayaan.

Permainan adalah salah fungsi manusiawi paling fundamental yang mengawali semua
kebudayaan. Dahulu permainan tradisional dimainkan dengan senang terlebih dahulu
kemudian baru merasakan kemenangan, sedangkan permainan modern harus
menang terlebih dahulu kemudian baru senang.

Toekoe uoemar spel merupakan board games yang popular di Belanda ketika tahun
1800-an berupa suatu bidak-bidak yang mewakili beberapa tentara belanda dan 1
penjahat yang dikejar yaitu Teuku Umar. Permainan ini dapat mengubah paham
secara implisit, paham terhadap posisi colonial saat itu yang menganggap Teuku Umar
sebagai penjahat padahal di Indonesia beliau merupakan pahlawan.

Ketika memasuki suatu permainan, seringkali kita mengucapkan “HOM PIM PAH
ALAIHOM GAMBRENG”. Kata-kata tersebut banyak yang tidak mengerti artinya apa.
Namun ia berasal dari bahasa kawi. HOM berarti merujuk pada nilai-nilai Tuhan,
PIMPAH berarti bersama, ALAIH berarti pindah. Sehingga HOM PIM PAH ALAIHOM
GAMBRENG berarti dari Tuhan kembali ke Tuhan.

Pak Zaini membuat suatu penelitian mengenai permainan tradisional di Indonesia


salah satunya dengan mengadakan lomba fotografi mengenai permainan tradisional,
dimana peserta yang ikut mengharuskan untuk menampilkan tata cara dan filosofi dari
permainan tersebut. Dari lomba fotografi tersebut didapatkan 220 permainan, ditambah
dengan yang lain menghasilkan total 2500 permainan tradisional dari seluruh
Indonesia.

Contoh-contoh permainan tradisional beserta arti filosofinya:

- Hompimpah alaih hom gambreng: persatuan.


- Wayangan: kreatif
- Gasing: mandiri
- Masak-masakan: cinta damai dan harmonis
- Ular naga: bersahabat, komunikatif, interaksi sosial
- Perepet jengkol: bertanggung jawab, peduli
- Sur ser: keseimbangan otak kanan dan kiri
- Congklak: filosofi entrepreneurship
- Gatrik: melatih logika matematika
- Imah-imahan: toleransi
- Injit-injit semut: kecerdasan emosional

Diantara penjelasan dari Pak Zaini, beliau dan timnya membawakan beberapa
permainan yang dapat kami praktekan bersama sehingga membawa suasana menjadi
semakin ramai. Permainannya diantaranya adalah parepet jengkol, cublak-cublak
suweng, dan ampar-ampar pisang serta membuat mainan dari janur dan berbagai
mainan dari sarung, misalnya membuat ekor monyet, perahuan dan bebalonan.

Generasi Indonesia diharapkan dekat dengan akar budayanya, karena bermain


bukanlah suatu hal yang negative, permainan tradisional dapat berkontribusi menjadi
filosofi dan nilai pembentuk karakter bangsa. Tujuannya adalah untuk menjaga supaya
bumi pertiwi tetap berdiri dengan tegak. Masa depan Indonesia ada di dalam harmoni
dan nilai toleransi.

PK 132

Wijayanti Pratiwi dan Effika

Das könnte Ihnen auch gefallen