Sie sind auf Seite 1von 5

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN Schefflera elliptica (Blume) Harms.


Antibacterial Activity of the Schefflera elliptica (Blume) Harms. Leaf Extract

R.S. Purwantoro*, A. Agusta**, dan Praptiwi**


*) Pusat Konservasi Tumbuhan – Kebun Raya Bogor, LIPI
**) Pusat Penelitian Biologi, LIPI
E-mail: subekti27@yahoo.com; bislunatin@yahoo.com; praptiwi@lipi.go.id

Abstract

The antibacterial activity of n-hexane, ethyl acetate, and methanol extracts of Schefflera elliptica (Blume)
Harms against Escherichia coli (NBRC 14237) dan Staphylococcus aureus (NBRC 14276) have been studied
through Agar Dilution Method. The results showed that the ethyl acetate and methanol extracts inhibited the
growth of S. aureus at concentration of 50, 100, and 200 mg/ml. While n-hexane extract did not show
antibacterial activity at tested concentrations.

Keywords: Schefflera elliptica, leaf extract, antibacterial activity, Staphylococcus aureus, Escherichia coli.

PENDAHULUAN Menurut Maryati et al. (2007) penyakit


infeksi masih merupakan masalah utama di
Schefflera elliptica (Blume.) Harms. Indonesia. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh
merupakan salah satu jenis anggota Araliaceae bakteri mudah menular dan berbagai cara
yang berpotensi sebagai tumbuhan obat. Pasta pengobatan masih belum efektif mengatasi
yang bahannya dibuat dari campuran daun S. penyakit infeksi ini. Dengan demikian memacu
elliptica, rizhoma Curcuma longa, buah Musa para peneliti mencari bahan pengobatan yang baru
paradisiaca, dan madu dapat digunakan untuk yang lebih efektif.
mengobati bagian tulang yang patah, sedangkan Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
minyak yang diekstrak dari bijinya digunakan merupakan bakteri patogen yang paling banyak
untuk obat penyakit kulit (Sharief et al. 2005). menyerang manusia. S. aureus merupakan bakteri
Adapun kulit batangnya secara tradisional dapat gram positif yang hidup sebagai saprofit di dalam
digunakan untuk pengobatan rematik dan juga saluran membran tubuh manusia, permukaan
sebagai tonik (Handa et al. 2006). Deskripsi S. kulit, kelenjar keringat, dan saluran usus,
elliptica yang telah dilakukan Wiart (2006) sedangkan E. coli merupakan bakteri gram negatif
sebagai berikut: Batang merambat berkayu atau yang banyak ditemukan dalam usus besar pada
perdu berukuran lebar dengan tajuk tersebar. manusia yang sehat (Pelezar et al. 1998 dalam
Tumbuhan sering epifit ditemukan di hutan Maryati et al. 2007)
pantai, mangrove, sisi sungai di Thailand dan Penelitan ini dilakukan dengan tujuan untuk
Malaysia. Daun menjari, terletak spiral tanpa mengetahui efek antibakteri dari ekstrak daun
stipula, lembar daun terdiri atas 4-6 anak daun, Schefflera elliptica. Dari hasil penelitian ini
panjang tangkai daun 7,5-16 cm, panjang anak diharapkan akan diperoleh informasi tentang daya
tangkai daun 2,5-7 cm, pada pangkalnya antibakteri ekstrak daun S. elliptica.
membundar, tepi anak daun berombak dan
terlekuk balik (recurved), ibu tulang daun BAHAN DAN METODE
tenggelam pada kedua sisi permukaan;
Perbungaan terletak terminalis tersusun tandan, Bahan Tumbuhan
panjang ibu tangkai bunga 2-3 cm, bunga Bahan penelitian berupa sampel daun yang
berukuran sangat kecil berwarna putih; Buah diperoleh dari koleksi Schefflera elliptica yang
berukuran 3 x 2 mm, mempunyai 5-6 ruang ditanam pada tanggal 22 Desember 1992 di Vak
berwarna kuning pucat setelah masak kehitam- XIII.J.182. di Kebun Raya Bogor dengan Nomor
hitaman. Tumbuhan ini umumnya sering sebagai Registrasi 992.VII.86/44. Koleksi tersebut berasal
tumbuhan epifit yang banyak ditemukan di hutan dari Gunung Pucung, Pugur Cianjur Selatan pada
pantai, mangrove, sisi sungai di Thailand dan ketinggian 750 m dpl. Tumbuhan ini telah
Malaysia Wiart (2006). De Padua et al. (1999) beradaptasi selama 19 tahun sebagai tanaman
dalam Wawaningrum & Puspitaningtyas (2008) koleksi Kebun Raya Bogor.
mengemukakan S. elliptica umum terdapat di
hutan sekunder dan semak belukar sampai hutan
pegunungan pada ketinggian 2.500 m dpl.
406
Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

Ekstraksi Escherichia coli (NBRC 14237) dan


Ekstraksi daun S. elliptica dilakukan secara Staphylococcus aureus (NBRC 14276). Sebagai
maserasi bertingkat yang menggunakan 3 jenis kontrol dibuat perlakuan yang sama tanpa
pelarut dengan tingkat kepolaran yang berbeda, mengandung ekstrak uji.
yaitu n-heksana, etil asetat dan metanol. Bahan Pengamatan aktivitas antibakteria dilakukan
berupa daun kering yang telah dipotong kecil- setelah diinkubasi selama 24 jam pada temperatur
kecil seberat 15 g direndam dengan 350 ml n- 37 oC. Aktivitas antibakteria dari ekstrak uji
heksana selama 24 jam, kemudian disaring ditandai dengan ada atau tidak adanya
dengan penyaringan kapas. Hal ini diulangi zona/daerah bening yang terbentuk disekeliling
sampai 3 kali sampai filtrat yang tertampung kertas cakram. Besar kecilnya diameter daerah
jernih. Perlakuan yang sama dilakukan pada hambatan menunjukkan tinggi rendahnya
pelarut etil asetat dan metanol. Kemudian masing- kemampuan ekstrak daun S. elliptica dalam
masing jenis ekstrak tersebut dipekatkan dengan menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S.
rotary evaporator pada suhu 35 oC. Ekstrak aureus.
ditimbang untuk mengetahui rendemen ekstrak.
Rendemen ekstrak adalah berat ekstrak dibagi HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan berat bahan dikalikan 100%. Ekstrak yang
diperoleh, selanjutnya digunakan untuk uji efek Hasil ekstraksi secara maserasi bertingkat
antibakteri. menghasilkan jumlah ekstrak bahan seperti
terlihat pada Tabel 1. Pada penelitian ini pelarut
Uji Efek Antibakteri metanol menghasilkan rendemen ekstrak bahan
Ekstrak daun S. elliptica dilarutkan di yang paling tinggi dibandingkan dengan pelarut
dalam aseton (untuk pelarut n-heksana dan etil n-heksana dan etil asetat. Rendemen ekstrak
asetat) dan metanol (untuk pelarut metanol) dengan pelarut metanol yang dihasilkan pada
dengan konsentrasi 100 mg/ml (10 μg/ μl). Uji Schefflera elliptica sebanyak 1,1749 g (7,83%),
aktivitas antibakteria dilakukan dengan metoda kemudian berturut-turut diikuti rendemen ekstrak
cakram. Di atas kertas cakram kosong yang telah dengan pelarut etil asetat 3,4905 g (3,27%), dan
disterilkan, dipipet sebanyak 5 μl (50 μg ekstrak), rendemen ekstrak dengan pelarut n-heksana
10 μl (100 μg ekstrak), 20 μl (200 μg ekstrak) 0,4520 g (3,01%). Perlakuan dengan pelarut
(Hartutiningsih-M. Siregar et al. 2009, metanol menghasilkan rendemen ekstrak S.
Purwantoro et al. 2010, Sudarmono et al. 2010), elliptica tertinggi dibandingkan pelarut lainnya,
kemudian dikering anginkan selama 30 menit hal ini menunjukkan bahwa pelarut metanol
pada temperatur ruang di dalam laminar air flow merupakan pelarut terbaik sebagai pelarut dalam
untuk menghilangkan pelarut. Setelah kering melanjutkan penelitian tahap berikutnya, antara
kemudian diletakkan diatas medium agar Mueller- lain isolasi dan karakterisasi bioaktif ekstrak S.
Hinton yang telah diinokulasi dengan bakteri uji

Tabel 1. Jumlah rendemen dari ekstrak daun Schefflera elliptica.


Ekstrak (g)
No. Nama Tumbuhan
n-heksana etil asetat metanol
1 Schefflera elliptica 0,4520 (3,01%) 0,4905 (3,27%) 1,1749 (7,83%)

Tabel 2. Diameter daerah hambat hasil uji antibakteri ekstrak daun S. elliptica
Staphylococcus aureus Escherichia coli
Ekstrak 50 μg 100 μg 200 μg 50 μg 100 μg 200 μg
n-Heksana
Schefflera elliptica - - - - - -
Etil asetat
Schefflera elliptica 7 mm 7,5 mm 8 mm - - -
Metanol
Schefflera elliptica 7 mm 7 mm 7 mm - - -
Keterangan: “-“ tidak memperlihatkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi yang diuji.

407
Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

elliptica. Kelarutan komponen bioaktif dalam Dwidjoseputro (2003) mengemukakan bahwa


pelarut terutama dipengaruhi oleh persamaan semakin rendah konsentrasi dari antibiotik maka
kepolaran antara pelarut dan komponen bioaktif S. daya hambatnya akan semakin lemah sehingga
elliptica untuk menghasilkan rendemen yang zona yang terbentuk akan semakin kecil dan
tinggi dan pada ekstraksi pelarut metanol ini sebaliknya semakin tinggi konsentrasi antibiotik,
memiliki sifat lebih polar dibandingkan dengan maka semakin kuat daya hambatnya sehingga
pelarut etil asetat dan n-heksana (Supriadi 2002). semakin besar zona bening yang terbentuk.
Penelitian pendahuluan berupa uji Kerentanan Staphylococcus aureus oleh
antibakteri memperlihatkan adanya hambatan pemberian ekstrak daun S. elliptica mungkin
aktivitas bakteri oleh ekstrak daun Schefflera disebabkan oleh kerusakan sel bakteri tersebut
elliptica. Pada Tabel 2 menunjukkan aktivitas karena hambatan sintesis dinding selnya. Hal ini
bakteri Staphylococcus aureus yang rentan tidak berbeda dengan hasil penelitian oleh Azizah
terhadap ekstrak bahan dengan menggunakan et al. (2007) bahwa ekstrak kayu ulin mampu
pelarut metanol maupun pelarut etil asetat. Uji menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
dengan pelarut metanol reaksinya positif aureus. Hal ini diduga karena adanya kandungan
berdasarkan daerah hambat 7 mm, 7 mm, dan 7 senyawa kimia seperti alkaloid, flavonoid,
mm, masing-masing pada konsentrasi 50 μg/ml, triterpenoid, tanin, dan saponin. Staphylococcus
100 μg/ml, dan 200 μg/ml, sementara itu reaksi aureus merupakan bakteri gram positif. Dinding
positif juga ditunjukkan oleh ekstrak dengan sel bakteri gram positif terdiri atas peptidoglikan
pelarut etil asetat berdasarkan daerah hambat 7 yang sangat tebal yang memberikan kekakuan
mm, 7,5 mm, dan 8 mm pada konsentrasi 50 untuk mempertahankan keutuhan sel. Proses
μg/ml, 100 μg/ml, dan 200 μg/ml, tetapi perakitan dinding sel bakteri diawali dengan
penggunaan ekstrak dengan pelarut n-heksana pembentukan rantai peptida yang akan
reaksinya negatif yang ditunjukkan oleh tidak membentuk jembatan silang peptida yang
terdapatnya daerah hambat pada waktu uji anti menggabungkan rantai glikan dari peptidoglikan
bakteri. Pengujian ekstrak dengan pelarut n- pada rantai yang lain sehingga menyebabkan
heksana, metanol, dan etil asetat terhadap dinding sel terakit sempurna. Jika ada kerusakan
Escherichia coli reaksinya negatif pada pada dinding sel atau ada hambatan dalam
konsentrasi 50 μg/ml, 100 μg/ml, dan 200 μg/ml. pembentukannya maka akan terjadi lisis pada sel
Ekstraksi tumbuhan adalah proses bakteri sehingga bakteri segera kehilangan
penarikan zat aktif dalam tumbuhan dengan kemampuan membentuk koloni dan diikuti
menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi dengan kematian sel bakteri. Pada Staphylococcus
tergantung pada tekstur dan kandungan bahan aureus pemberian obat/antimikroba dapat
dalam tumbuhan. Senyawa/kandungan dalam menghambat perakitan dinding sel dan
tumbuhan memiliki sifat kelarutan yang berbeda- mengakibatkan penggabungan rantai glikan tidak
beda dalam masing-masing pelarut. Ekstraksi terhubung silang ke dalam peptidoglikan dinding
bertingkat biasanya dilakukan secara bertahap sel menuju suatu struktur yang lemah dan
dimulai dengan pelarut yang bersifat nonpolar menyebabkan kematian bakteri (Morin dan
(kloroform atau n-heksana), semipolar (etilasetat Gorman, 1995 dalam Azizah et al. 2007). Setiap
atau dietil eter), dan terakhir dengan pelarut polar senyawa yang menghalangi tahap apapun dalam
(metanol atau etanol) (Harborne 1996 dalam sintesis peptidoglikan akan menyebabkan dinding
Indriani 2007). Pada penelitian ini berhasil sel bakteri diperlemah dan sel menjadi lisis
diketahui bahwa ekstrak yang bersifat sebagai (Jawetz et al., 2001 dalam Azizah et al. 2007).
antibakteri pada daun S. elliptica diperlihatkan Lisisnya sel bakteri tersebut dikarenakan tidak
pada penggunaan pelarut metanol dan pelarut etil berfungsinya lagi dinding sel yang
asetat yang bersifat relatif polar (Brieger 1969 mempertahankan bentuk dan melindungi bakteri
dalam Solehudin 2001). (Ajizah et al., 2007). Tanpa dinding sel, bakteri
Pengaruh ekstrak etil asetat semakin tinggi tidak dapat bertahan terhadap pengaruh luar dan
kosentrasi pelarut semakin tinggi tingkat segera mati (Wattimena et al., 1991 dalam Azizah
kerentanan aktivitas S. aureus. Menurut Zuhud et et al. 2007).
al. (2001) semakin tinggi konsentrasi ekstrak Menurut Pramuningtyas dan Rahadiyan
maka jumlah senyawa antimikrobia yang (2009) tidak adanya hambatan sama sekali bagi
dilepaskan semakin besar, sehingga Escherichia coli dimungkinkan karena berbagai
mempermudah penetrasi senyawa tersebut ke kandungan kimia dari ekstrak daun S. elliptica
dalam sel atau dengan kata lain semakin tinggi sebagian besar ikut terambil termasuk bahan
konsentrasi ekstrak dan lama waktu kontak maka kimia yang bersifat antagonis sehingga kandungan
aktivitas antimikrobia ekstrak daun makin baik. kimia bahan yang diharapkan mampu bersifat
408
Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

bakteriostatik ternetralkan. Selanjutnya plants Asia, Vol. II. United Nation


dikemukakan kemungkinan lainnya adalah sifat Industrial Development Organisation and
ekstrak itu sendiri yang tidak homogen, yaitu the International Centre for Science and
sebagian besar zat aktif ekstrak memiliki berat High Technology,Trieste: 295 hlm.
molekul (BM) tinggi sedangkan sebagian zat aktif Hartutiningsih-M. Siregar, R.S. Purwantoro,
ekstrak lainnya memiliki BM yang rendah. Hal Sudarmono, dan A. Agusta. 2009.
tersebut tampak pada sifat ekstrak yang cepat Pengungkapan Potensi Obat Pada Tiga
mengendap apabila didiamkan. Hal ini Jenis Begonia Terpilih (B. muricata Blume,
menyebabkan tidak semua zat aktif terserap B. multangula Blume, B. “Bacem Kebo”)
kedalam disk, karena hanya zat aktif yang berada Melalui Uji Antibakteri Escherichia coli
di dasar tabung yang terserap kedalam disk saat Dan Staphylococcus aureus Secara In
proses perendaman berlangsung. Vitro. Prosiding Seminar Nasional Sains II:
Peningkatan Peran Sains Dalam Pertanian
KESIMPULAN Dan Industri. Bogor, 14 November: 543-
551. ISBN: 978-979-95093-5-2.
Dari hasil penelitian tersebut dapat Indriani, D. P. 2007. Pengaruh suhu dan lama
disimpulkan sebagai berikut: penyimpanan terhadap aktivitas anthelintika
1. Ekstrak metanol dan ekstrak etil asetat dari sari daun miana (Coleus blumei) terhadap
daun S. elliptica menghambat pertumbuhan cacing pita ayam secara in vitro. Skripsi.
bakteri S. aureus pada konsentrasi 50 μg, 100 Fakultas Kedokteran Hewan. Institut
μg, dan 200 μg, sedangkan ekstrak n-heksan Pertanian Bogor, Bogor.
tidak mampu menghambat pertumbuhan Maryati, R.S. Fauzia, T. Rahayu. 2007. Uji
bakteri tersebut. aktivitas antibakteri minyak atsiri daun
2. Ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, dan kemangi (Ocimum basilicum L.) terhadap
ekstrak metanol dari daun S. elliptica yang Staphylococcus aureus dan Eschericha coli.
diuji tidak mampu menghambat pertumbuhan Jurnal Penelitian Sains & Teknologi 6(1):
E.coli pada seluruh konsentrasi yang 30-38.
digunakan. Pramuningtyas, R. dan W.B. Rahadiyan. 2009.
Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak Etanol
UCAPAN TERIMA KASIH Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata)
terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
Ucapan terima kasih kami sampaikan Atcc 6538 dan Escherichia coli Atcc 11229
kepada Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Secara Invitro. Biomedika 1(2): 43-50.
Kebun Raya Bogor, LIPI: Bp. Ir. Mustaid Siregar, Purwantoro, R.S., Hartutiningsih-M. Siregar,
MSi. melalui Proyek Insentif Riset untuk Peneliti Sudarmono dan Praptiwi 2010. Uji
dan Perekayasa: Kegiatan Sinergi Penelitian dan Antibakteri Lasianthus Sebagai Tumbuhan
Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Berkhasiat Obat Dan Upaya
DIKTI - LIPI 2009 atas dana yang diberikan Perbanyakannya. Buletin Kebun Raya
untuk penelitian, ucapan terima kasih juga 13(2): 86-93. ISSN 0125 – 961X.
disampaikan kepada Kepala Pusat Penelitian Sharief, M.U., S. Kumar, P.G. Diwakar, and
Biologi, LIPI yang telah mengijinkan penggunaan T.V.R.S. Sharma. 2005. Traditional
Laboratorium Fitokimia Bidang Botani dan dapat phytotherapy among Karens of Middle
bekerjasama dengan para peneliti Fitokimia Andaman. Indian Journal of Tradisional
beserta teknisi Laboratorium Fitokimia Puslit Knowledge 4(4): 429-436.
Biologi, LIPI. Solehudin, M. 2001. Ekstraksi minyak dan
oleoresin dari kulit kayu manis
DAFTAR PUSTAKA (Cinnamomum burmanii Blume) (Tidak
dipublikasi). Skripsi. Fakultas Teknologi
Ajizah, A., Thihana, Mirhanuddin. 2007. Potensi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
ekstrak kayu ulin (Eusideroxylon zwageri T Sudarmono, Hartutiningsih M. Siregar, R.S.
et B) dalam menghambat pertumbuhan Purwantoro, dan A. Agusta. 2010.
bakteri Staphylococcus aureus secara in Menggali Potensi Biofarmaka Pada
vitro. Bioscientiae 4(1): 37-42. Scuttelaria slametensis Sudarmono & BJ
Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Conn (Lamiaceae). Prosiding Seminar
Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. Nasional Biologi. Fakultas Biologi
Handa, S.S., D.D. Rakesh, K. Vasihst. 2006. Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto,
Compendium of medicinal and aromatic
409
Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN 978-979-99448-6-3

Februari: 730-733. ISBN: 978-979-16109- Wawaningrum, H. & D.M. Puspitaningtyas. 2008.


2-6. Keanekaragaman Araliaceae di Suaka
Sudarmono, Hartutiningsih M. Siregar, R.S. Alam Sulasih Talang, Sumatera Barat dan
Purwantoro, dan A. Agusta. 2010. Uji Aklimatisasinya. Biodiversitas 9(2): 123-
Antibaketri Pada Plectranthus javanicus 127.
(Bt.) Bth. Dan P. galeatus Vahl. Wiart, C. 2006. Medicinal Plants of the Asia-
(Lamiaceae) Sebagai Bahan Baku Obat. Pasific: Drugs for the Future?. World
Prosiding Seminar Nasional Biologi. Di Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., London:
Fakultas Biologi Universitas Gajah Mada xxxvi + 718 hlm.
Yogyakarta, Maret: 291-.294. ISBN: 978- Zuhud, E.A.M., W.P. Rahayu, C.H. Wijaya, dan
979-8969-04-1 P.P. Sari. 2001. Aktivitas Antimikroba
Supriadi. 2002. Optimalisasi Ekstraksi Komponen Ekstrak Kedawung (Parkia roxburghii G,
Bioaktif Daun Tabat Barito (Ficus Don) Terhadap Bakteri Patogen. Jurnal
deltoideus) (tidak dipublikasi). Fakultas Teknologi dan Industri Pangan 12(1): 6-12.
Pertanian Institut Teknologi Bogor

410

Das könnte Ihnen auch gefallen