Sie sind auf Seite 1von 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan karya ilmiah adalah salah satu faktor penting yang harus di
ajukan, dalam penulisan laporan karya ilmiah di butuhkan metode-metode
yang baik dan benar agar dalam penulisan laporan karya ilmiah terlihat rapi
dan runtut dan dapat di terima, namun banyak orang yang dalam penulisan
laporan karya ilmiah tidak memperhatikan keruntutan dan kerapian dalam
penulisan.
Dalam penulisan laporan karya ilmiah juga perlu di perhatikan
tentang kode etik penulisannya, jadi dalam penulisannya tidak sembarangan
harus di lakukan dengan adanya bukti atau acuan yang dapat di per tanggung
jawabkan. Ada tiga hal pokok yang juga sangat penting untuk di
perhatikan, yaitu : cara pengutipan dan perujukan, cara perizinan, dan juga
cara penyebutan data informan.
Ada banyak ragam dari karya ilmiah dan juga sistematika
penulisannya yang berbeda yang perlu di ketahui pula seperti halnya antara
lain : artikel, makalah, laporan penelitian, dan skripsi. Artikel di susun untuk
laporan sebagai bahan ajaran yang mendidik tentang suatu hal secara
lengkap seperti seni budaya pariwisata dll. Makalah di susun sebagai
rangkuman dari suatu bahan ajaran untuk menjelaskan secara ringkas.
Laporan penelitian adalah laporan yang di susun untuk menginformasikan
suatu hal yang telah di teliti dan di buktikan kebenarannya. Sedangkan
skripsi di susun sebagai laporan hasil penelitian lapangan atau studi
kepustakaan yang di susun mahasiswa sesusai bidang studynya sebagai
tugas akhir.
Jadi ada beberapa ragam karya ilmiah yang perlu di ketahui dan juga
perlu di perhatikan sistematika penulisannya sebagai laporan dalam study
kepustakaan yang juga akan bermanfaat bagi orang lain.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat dari teori bagi penelitian ?
2. Apa yang dimksud dari Sistematika Penulisan Tinjauan Pustaka ?
3. Apa saja jenis-jenis dari sumber pustaka ?
4. Apa yang dimaksud dari teknik mencari sumber pustaka secara
cepat?
5. Apa yang dimaksud dari peta konsep dari kerangka teori penelitian?
6. Apa yang dimaksud dari kerangka konsep dalam penelitian ?
7. Apa yang dimaksud dari hipotesis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat teori penelitian.
2. Untuk mengetahui sistematika penulisan tinjauan pustaka.
3. Untuk mengetahui jenis sumber daftar pustaka.
4. Untuk mengetahui teknik mencari sumber pustaka secara cepat.
5. Untuk mengetahui peta konsep kerangka teori penelitian.
6. Untuk mengetahui kerangka konsep dalam penelitian.
7. Untuk mengetahui tentang hipotesis.
D. Manfaat
Manfaat disusun makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mahasiswa
a. Menambah pengetahuan tentang pembelajaran dalam metodelogi
penelitian
b. Mampu melakukan penulisan tentang sistematika tinjauan pustaka
c. Agar mampu mengetahui jenis-jenis sumber daftar pustaka
d. Mampu menyusun teknik mencari sumber pustaka secara cepat
e. Mampu membuat kerangka peta konsep dari teori penelitian
f. Mampu mengetahui cara penulisan hipotesis secara benar
2. Untuk Institusi Stikes Zainul Hasan Genggong
a. Makalah ini dapat menjadi audit internal kualitas pengajar
b. Sebagai tambahan informasi dan bahan kepustakaan dalam
pembelajaran mata kuliah metodelogi penelitian
3. Untuk pembaca
Pembaca dapat mengetahui, memahami dan menguasai tentang
sumber pustaka,kerangka konsep penelitiaan dan hipotesis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manfaat Teori Bagi Penelitian


1. Kegunaan atau fungsi teori dalam penelitian secara umum mempunyai
tiga fungsi yaitu:
a. Untuk menjelaskan (explanation) yang digunakan memperjelas dan
mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan
diteliti.
b. Untuk meramalkan (prediction) yang digunakan memprediksi,
memandu serta menemukan fakta untuk merumuskan hipotesis dan
menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu
merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
c. Untuk pengendalian (control) yang digunakan mencandra dan
membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya untuk memberikan
saran dalam pemecahan masalah.
2. Menurut sugiyono, teoi dalam penelitian mempunyai kegunaan dan
fungsi sebagai berikut :
a. Digunakan untuk memperjelaskan dan mempertajam ruang lingkup
atau konstruk fareabel yang akan di teliti
b. Prediksi dan pemandu untuk menemuan fakta adalah merumuskan
hipotesis dan menyusun instrument penelitian karena pada dasarnya
hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif .
c. Digunakan untuk mencandra dan membahas hasil penelitian
sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam
pemecahan masalah. (prof.Dr.Sugiono.2011.Metode penelitian
kuantitatif, kualitatif dan R&D.Bandung )
3. Menurut Nanag Martono, teori dalam penelitian mempunyai kegunaan
atau fungsi sebagai berikut:
a. Memberikan pola dalam proses interpretasi data
Teori menyediakan berbagai argumentasi yang dapat
digunakan untuk menganalisis atau memberikan penafsiran atas
hasil penelitian yang telah diolah. Argumentasi akan lebih kuat
apabila di dukung dengan teori yang ada.
b. Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya
Teori membantu peneliti menemukan suatu kerangka
konseptual untuk menjelaskan hubungan antara hasil penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang akan
dilakukan.
c. Menyajikan kerangka
Teori memberikan penjelasan mengenai definisi atau makna
sebuah konsep atau variabel. Definisi konsep bermanfaat untuk
membatasi studi yang dilakukan serta memberikan informasi bagi
orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian kita, sehingga ia
dapat melakukan studi lanjutan.
d. Memungkinkan peneliti menginterpretasikan data yang lebih besar
dari temuan yang diperoleh dari suatu penelitian (Nanang Martono,
2011:43).
4. Menurut Snelbecker ada tiga kegunaan teori dalam penelitian :
a. Sebagai pensistematiskan temuan-temuan penelitian.
b. Sebagai pendorong untuk menyusun hipotesis. Dan dengan hipotesis
membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban serta membuat
ramalan-ramalan atas dasar penemuan.
c. Sebagai penyaji penjelasan dalam menjawab pertanyaan (Sardar
Ziauddin, 1996:86). Jika dijabarkan ada beberapa kegunaan teori
dalam penelitian yaitu:
1) Sebagai penyusun generalisasi atas fakta-fakta
2) Menjadi kerangka orientasi untuk pengumpulan, pengolahan,
dan analisa data
3) Pembuat prediksi terhadap fenomena baru yang akan terjadi
4) Pengawas lowongan dalam pengetahuan dengan cara deduksi
5) Sebagai rujukan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian
6) Sebagai kerangka penalaran logis.
B. Sistematika Penulisan Tinjauan Pustaka

Penulisan Tinjuaun Putaka (Article review)merupakan salah satu


bentuk tulisan ilmiah yang tidak kalah pentingnya dengan artikel hasil
penelitian. Itulah sebabnya, jenis tulisan ini hampir selalu kita temukan
pada setiap Jurnal Ilmiah. Bahkan ada jurnal tertentu yang khusus
menerbitkan artikel Tinjauan Pustaka seperti Nutritional Review. Dalam
jurnal ini kita akan memperoleh informasi dari suatu topik berdasarkan
literatur atau hasil penelitian terakhir dan ditulis oleh ilmuan senior yang
banyak menggeluti topik tersebut. Tentu dengan pengalamannya yang
banyak itu akan memberikan penilaian objektif tentang perkembangan topik
tersebut. Ini tidak berarti kita tidak bisa menulis artikel ilmiah jenis ini
dengan baik.

Tulisan ini dibuat untuk memudahkan mahasiswa dalam menulis


dan mengikuti format penulisan yang umum digunakan. Perlu ditekankan
kembali bahwa artikel Tinjauan Pustaka bukan semata-mata menyadur hasil
yang telah diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya, namun suatu
kritisi kita sebagai ilmuwan dalam membaca hasil penelitian yang telah
dipublikasi dalam satu topik tertentu. Dengan demikian, hasil karya ilmiah
dari suatu Tinjauan Pustaka harus memperlihatkan pendapat penulis
terhadap apa yang telah dilakukan orang selama ini sesuai dengan
kemampuan yang dimiliki oleh penulis tersebut.

Untuk melakukan penulisan Tinjauan Pustaka maka langkah-langkah di


bawah ini perlu dilakukan:

1. Tetapkan topik yang akan dipilih. Penetapan topik ini dapat


tergantung dengan interest atau memang karena Review dari topik itu
sangat dibutuhkan saat itu.

2. Kumpulkan seluruh artikel hasil penelitian yang berhubungan


dengan topik tersebut dalam jurnal ilmiah. Perhatikan untuk
mencarinya dalam Jurnal yang bertaraf internasional dan unggul
dalam topik tersebut. Untuk topik Gizi baik komunitas maupun klinis
saat ini adalah AJCN (American Journal of Clinical Nutrition),
disusul dengan Journal of Nutrition. Keduanya dari Amerika. Di
dataran Eropa ada juga European Journal of Clinical Nutrition, British
Journal of Nutrition, dan Public Health Nutrition. Di kawasan asia
pasifik ada Asia Pacific Journal in Clinical Nutrition.

3. Tidak ada salahnya Anda juga mencari “article review” yang juga
telah dibuat oleh orang lain sebelumnya. Bisa saja apa yang Anda
cari banyak terdapat dalam artikel ini sehingga Anda dapat
melihatnya dari sudut yang lain. Ingat, pembuatan “Article Review”
bisa berbeda dari setiap penulis pada topik yang sama. Ini bisa terjadi
bila kedua penulis menyorotinya dari sudut yang berbeda.

4. Tinjauan Pustaka harus ditulis untuk dipublikasi minimal dalam suatu


proceding seminar. Memang tulisan ini sangat diperlukan sebagai
suatu langkah awal menyusun kerangka penelitian, namun sangat sia-
sia bila tidak dipublikasi. Untuk itu, penulisan artikel ini harus
mengacu pada Jurnal yang akan dikirim. Jadi, tetapkan dulu jurnal
yang akan dikirim, dan susunlah berdasarkan format yang telah
ditetapkan. Beberapa jurnal yang ada di Indonesia (umumnya dalam
bahasa Indonesia) kami lampirkan. Copy dari “Petunjuk Bagi
Penulis” dari masing-masing artikel ini tersedia di kantor S2 Gizi
(hubungi sdri Yani).

5. Tidak seperti halnya dengan penulisan artikel hasil penelitian,


penulisan Tinjauan Pustaka tidak punya format yang baku. Namun,
secara umum, penulisan ini dapat disusun sebagai berikut:

a. Pendahuluan:

Bagian ini hanya terdiri dari 2-3 paragraf. Paragraf


pertama langsung ditujukan kepada kondisi terakhir tentang topik
tersebut (ditinjau dari satu perspektif yaitu yang ada kaitannya
dengan topik yang akan dibahas dalam tulisan tersebut)
sedangkan paragraf terakhir (bila hanya 2 paragraf) memberikan
secara eksplisit apa yang akan dibahas dalam tulisan tersebut dan
mengapa itu penting untuk dibicarakan.

b. Isi

Pada bagian ini akan disampaikan secara utuh tinjauan kita


tentang topik yang dipilih. Bagian ini dapat terdiri dari beberapa
sub topik. Jumlah sub topik sangat tergantung dari luasnya
masalah yang akan kita kaji. Namun demikian, ada baiknya kita
membatasi masalah yang akan kita kaji. Untuk itu, janga
membuat topik yang terlalu luas misalnya “Pemberian Makanan
Pendamping ASI pada anak Baduta di Sulawesi Selatan”. Coba
bandingkan dengan “Faktor Sosiokultural dalam Pemberian
Makanan Pendamping ASI di Sulawesi Selatan”. Perampingan
judul bisa juga di lihat dari luasnya lokasi. Misalnya “di
Sulawesi Selatan” diganti dengan “Pada penduduk Suku Bugis
di Sulawesi Selatan”.

Salah satu yang harus diperhatikan pada bagian ini adalah


runtutnya cerita yang disampaikan dari sub topik 1 ke sub topik
2, dan seterusnya. Alur uraian kita harus tersusun dengan baik
sehingga mudah untuk dimengerti. Untuk itu, sebelum memulai,
buatlah skema penulisan berdasarkan sub topik yang dipilih
(lihat contoh terlampir). Perhatikan, dalam setiap sub judul atau
sub topik, sebaiknya sudah diperkirakan “kalimat inti” dari
setiap paragraf. Hal ini akan mempermudah dalam membuat
penulisan.

Dari beberapa hasil penelitian, kita dapat merangkumnya


menjadi satu tabel atau dalam satu grafik. Hal ini bisa kita
lakukan apabila, beberapa penelitian tersebut dilakukan pada
kelompok umur yang sama atau dengan jenis intervensi yang
sama. Juga tentu metode yang digunakan tidak berbeda. Jadi,
akan lahir dari tulisan kita kesimpulan dari apa yang telah
dilakukan dalam beberapa tahun terakhir ini. Kita dapat menarik
kesimpulan dengan mudah bila kita dapat melakukan hal ini
dalam tulisan kita.

Kadang, pada bagian ini seorang penulis akan memulai


dengan menyampaikan metode yang dilakukannya dalam
mengkaji literatur yang ada. Misalnya, dikatakan bahwa tulisan
ini mengacu pada 5 penelitian terakhir, atau untuk kesamaan
persepsi ada istilah-istilah yang digunakan secara berbeda
disatukan, atau lainnya.

c. Penutup atau Kesimpulan

Pada bagian ini umumnya kita hanya memberikan 1-2


paragraf saja. Kita dapat menyampaikan beberapa point
kesimpulan yang dapat diambil dalam kajian pustaka kita. Ada
baiknya memberikan saran untuk penelitian sebelumnya dari
hasil kajian kita. Apalagi kalau kita memang melakukan kajian
ini untuk akhirnya memperoleh topik penelitian yang nantinya
dapat kita lakukan. Tentu, beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penelitian berikutnya harus disampaikan dalam bagian
ini.

Dengan petunjuk di atas, kami sangat mengharapkan agar


mahasiswa dapat melakukan penulisan artikel Tinjauan Pustaka
dengan baik. Pada dasarnya semua orang itu sangat MALAS
untuk menulis, tapi seperti kata beberapa pakar, belajar tanpa
menulis sepertinya sia-sia. Hal ini tentu berlaku pada semua
bidang, termasuk apa yang sedang kita pelajari saat ini.

Tulisan ini dibuat untuk dapat membantu kita semuanya agar


dapat melakukan tugas kita dengan baik. Kami sadari apa yang
dikemukakan pada kesempatan ini masih sangat jauh dari yang
sempurna. Kami tentunya, dengan senang hati, akan menerima
seluruh saran dan kritik dari pembaca terhadap tulisan ini.
C. Jenis-jenis Sumber Pustaka
Ada sumber pustaka yang berupa media cetak da nada yang berupa
media non cetak

1. Media cetak
Sumber pustaka yang berupa media cetak terdiri atas buku
acuan, sumber pustaka primer dan sumber pustaka sekunder.
a. Buku acuan (general reference)
1) Buku acuan yang memberikan informasi langsung
meliputi kamus ensiklopedia, direktori,biografi, atlas
dan buku statistic. Jenis acuan ini diperlukan,
misalnya untuk mengetahui arti suatu kata (dengan
melihat kamus), untuk mencari penjelasan mengenai
suatu topik (dengan menggunakan ensiklopedia).
2) Buku acuan yang memberikan petunjukmenenai
sumber informasi jenis buku acuan ini digunakan
dalam kegiatan mencari sumber pustaka untuk
keperluan penelitian. Jenis buku acuan ini meliputi
bilbiografi, indekkks dan buku abstrak.
a) Bilbiografi memuat tentang data publikasi dari
buku-buku ataupun artikel riset dalam suatu topic
tertentu. Sebagai contoh, bila anda tertarik untuk
melakukan penelitian tentang kepuasan keja,
makaanda dapat terlebih dahulu mempelajari
sebuah bilbiografi tentang kepuasan kerja.
b) Buku indeks memuat daftar pengarang, judul dan
nama penerbit. Seperti halnya buku indeks, buku
abstrak juga memuat informasi nama pengarang,
judul dan nama penerbit, tetapi juga memuat
ringkasan dan artikel atau makalahnya.
b. Sumber pustaka primer
Pustaka yang merupakan penjelasan langsung dari
seorang peneliti mengenai kegiatan penelitian yang telah
dilakukannya.sumber pustaka primer biasanya berupa
artikel atau laporan penelitian yang ditulis langsung oleh
peneliti yang bersangkutan dan biasanya dimuat dalam
sebuah jurnal ilmiah. Jurnal adalah sebuah media cetak
yang diterbitkan secra berkala, misalnya sebulan sekali,
atau setiap kuartal (empat bulan sekali), atau enam bulan
sekali.
c. Sumber pustaka sekunder
Adalah setiap publikasi yang disusun oleh seorang
penulis yang bukan pengamat langsung atau partisipan
dalam kegiatan yang digambarkan dalam pustaka
tesebut. Misalnya, sebuah buku teks dalam bidang
pendidikan memuat tulisan dari beberapa penulis yang
membahas mengenai pendidikan. Pengarng bahan
pustaka hanya menyunting kembali tulisan-tulisan orang
lain mengenai pendidikan mengenai sebuah buku teks.
Pustaka sekunder merupakan pustaka yang di peroleh
dari berbagai sumber, seperti buku teks, indeks,
ensiklopedia dll (Aziz Alimul, 2017).
Macam-Macam Sumber Tinjauan Pustaka

Sumber-sumber yang dapat digunakan dalam menyusun


pustaka adalah referensi ilmiah yang memiliki ISBN untuk buku,
ISSN untuk jurnal dan sedapat mungkin dari jurnal ilmiah yang
berbobot. Sumber-sumber referensi ilmiah yang dapat digunakan
dalam penelitian kesehatan antara lain:

1. Jurnal Penelitian

Jurnal penelitian yang disetujui adalah jurnal ilmiah yang


memiliki ISSN, terakreditasi baik jurnal lokal, nasional
maupun internasional. Akan lebih bagus lagi jika jurnal
yang diambil sebagai referensi adalah jurnal yang sudah
terindeks SCOPUS. Sebagai contoh jurnal ilmiah dapat
diakses melalui Proquest, EBSCO, WHO, Cochrane dan
lain sebagainya. Di Indonesia Kementrian Riset dan
Pendidikan Tinggi (KEMENRISTEK DIKTI) telah
memfasilitasi seluruh civitas akademika baik di PTN
maupun PTS untuk dapat mengakses jurnal ilmiah yang
bagus dengan membuka portal jurnal seperti EBSCO,
Proquest dll. Kata sandi jurnal tersebut diperoleh dengan
menghubungi pustakawan di perguruan tinggi masing-
masing. Penelitian yang berkualitas menggunakan
sumber pustaka dari jurnal ilmiah sebesar 80% dari
seluruh referensi yang ada.

2. Buku Ajar

Buku ajar yang telah dipublikasi oleh penerbit baik dari


dalam maupun luar negeri. Buku yang sudah dipublikasi
akan memiliki nomor ISBN. Sedapat mungkin
menggunakan buku yang ditulis oleh penulis yang
kompeten di bidangnya, baik sebagai pendidik maupun
terlatih kesehatan. Untuk melihat kualitas buku ajar
tersebut, lihat bagian referensi yang digunakan. Jika
menggunakan referensi yang terbaru dan dapat
dipertangungjawabkan, buku ajar ini adalah buku yang
layak digunakan dan dapat menjadi koleksi peneliti.

3. Artikel dari Internet

artikel dari internet yang layak dijadikan sumber pustaka


adalah artikel yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
lembaga pendidikan. Peneliti harus mencantumkan URL
/ alamat situs tersebut sebagai syarat meminta referensi
ilmiah. Contohnya artikel elektronik dari WHO,
Kemenkes, Universitas Harvard, Universitas Indonesia,
dan lain sebagainya.
4. Narasumber

Menggunakan sumber pustaka dari narasumber dapat


digunakan jika sumber lain tidak ada atau waktu yang
dibutuhkannya sudah lebih dari 10 tahun. Sebagai bukti
harus dicantumkan kapan saja dan di mana topik tersebut
dibicarakan seperti seminar, lokakarya dan pertemuan
ilmiah lainnya. Untuk studio kualitatif, dapat
dilampirkan bukti berupa transkrip dari rekaman yang di
rekam saat narasumber ini berbicara pada acara tersebut
dilaksanakan. Narasumber yang disetujui adalah
narasumber yang kompeten dan seorang guru besar.

5. Majalah Kesehatan

sepanjang majalah kesehatan ini memiliki ISBN dan


penulisnya dapat di kontak untuk dimintai keterangan
atau konfirmasi terkait penelitian yang terkait, sumber
tersebut dapat digunakan.

D. Teknik Mencari Sumber Pustaka Secara Cepat

1. Media cetak
a. Menemukan masalah penelitian setepat mungkin
b. Mencari dan mempelajari sumber pustaka sekunder
c. Memilih buku acuan yang tepat, buku yang berisikan infurmasi
(keterangan) yang di pakai sebagai panduan dalam melaksankan
sesuatu (penelitian dsb)
d. Menentukan kata kunci yang relevan
e. Mencari sumber pustaka primer yang relevan
f. Mendapatkan sumber pustaka yang tidak tersedia di perpustakaan
universitas anda
2. Media elektronik
Media elektronik seperti halnya televise dan jaringan computer telah
banyak di gunakan sebagai media komunikasi, termasuk untuk
mempublikasikan karya ilmiah. Jaringan computer yang paling popular
saat ini adalah internet atau bias di sebut google. Internet menghubungkan
jaringan-jaringan computer di seluruh dunia, sehingga atar pengguna
jaringam dapat saling berkomunikasi informasi yang dapat di manfaatkan
dari internet meliputu segala topic mulai dari resep makanan, berita
terhangat, sampai hasil penelitian. Dalam mecari informasi melalui
internet dapat melalui beberapa mesin pencari informasi antra lain adalah
google, yaooh, altavista, wabcrauler, metacrauler. Hal yang paling penting
adalah kita harus tahu informasi apa yang akan kita cari dan menggunkan
kata kunci yang tepat dalam mencari informasi melalui internet.
E. Cara menyusun daftar pustaka
1. Buku
Nama : Siti Azizah
Azizah, Siti.
Tahun : 2018
Judul : Metodelogi Penelitian Vol.2
Kota Terbit : Jakarta
Penerbit : EGC
Jadi penulisan
Azizah, Siti. 2018. Metodelogi Penelitian Vol.2. Jakarta : EGC
a. Nama
Nama penulis ditulis paling awal. Ingatlah untuk selalu
menuliskan nama belakang penulis terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan tanda koma (,) setelah itu cantumkan nama
depan dan tengah penulis buku tersebut. Jika buku tersebut
merupakan karya dari dua penulis atau lebih, hanya penulis pertama
yang urutan namanya dibalik. Penulis kedua dan seterusnya berada
setelahnya dengan urutan yang sesuai nama aslinya. Jika pada buku
tersebut nama penulis dicantumkan lengkap dengan gelar
pendidikan atau gelar lain, gelar-gelar tersebut tidak perlu
dituliskan.
b. Tahun penerbit
Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang teman-
teman gunakan sebagai referensi. Jangan terkecoh pada angka tahun
cetakan awal sebab bisa saja buku yang kamu pakai merupakan
cetakan kedua, ketiga, ataupun terakhir.
c. Judul buku
Tuliskan judul bukumu secara lengkap. Jangan lupa,
penulisan judul dibuat dengan italic (miring).
d. Kota dan nama penerbit
Bagian terakhir dalam penulisan daftar pustaka sebuah buku
adalah mencantumkan kota penerbitan dan nama penerbit yang
mencetak buku tersebut. Dahulukan penulisan nama kota, baru
diikuti dengan nama penerbit yang dibatasi dengan tanda titik dua
(:).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tanda batas dari tiap urutan.
Pastikan menggunakan tanda titik (.) untuk membatasi urutan nama,
tahun terbit, judul buku, hingga kota dan nama penerbit.
2. Jurnal
a. Nama
Nama penulis ditulis paling awal. Ingatlah untuk selalu
menuliskan nama belakang penulis terlebih dahulu, kemudian
dilanjutkan dengan tanda koma (,) setelah itu cantumkan nama
depan dan tengah penulis buku tersebut. Jika buku tersebut
merupakan karya dari dua penulis atau lebih, hanya penulis pertama
yang urutan namanya dibalik. Penulis kedua dan seterusnya berada
setelahnya dengan urutan yang sesuai nama aslinya. Jika pada buku
tersebut nama penulis dicantumkan lengkap dengan gelar
pendidikan atau gelar lain, gelar-gelar tersebut tidak perlu
dituliskan.
b. Tahun
Setelah nama, cantumkan tahun terbit dari buku yang
gunakan sebagai referensi. Jangan terkecoh pada angka tahun
cetakan awal sebab bisa saja buku yang kamu pakai merupakan
cetakan kedua, ketiga, ataupun terakhir.
c. Judul
Tuliskan judul jurnal secara lengkap. Jangan lupa, penulisan
judul dibuat dengan italic (miring).
d. Link Doi jurnal
Berisi nomor doi dan penerbit jurnal, penerbit jurnal bisa
berisi tentang universitas yang membuat.
Contoh :
Eric, D.Schadler.2018. Biologics For the primary care physician:
Review And treatment of psoriasis.
https://doi.org/10.1016/j.disamonth : Elsevier.

F. Peta Konsep Kerangka Teori Penelitian


Kerangka Teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan studi
empiris. 6 Kerangka teori harus berdasarkan teori asal / grand theory .
Sebagai contoh masalah ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya
dapat menggunakan teori tentang hijau yang sering digunakan mahasiswa,
atau dapat juga menggunakan teori tindakan, Model Percaya Kesehatan ,
atau teori lain yang sesuai dengan masalah penelitian yang dapat ditemukan
di dalam buku ajar Perilaku Kesehatan Teori untuk Kesehatan Masyarakat
dan buku ajar lainnya.

G. Kerangka Konsep dalam Penelitian


Kerangka Konsep adalah hubungan antara konsep yang dibangun
berdasarkan hasil-hasil studi. Konsep merupakan abstraksi yang dibentuk
oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan
abstraksi, maka konsep tidak dapat langsung dipahami atau dipahami.
Konsep yang hanya dapat dipahami dan dipahami melalui konstruk yang
dikenal dengan istilah variabel.
Variabel adalah sesuatu yang bervariasi. Variabel penelitian adalah
sesuatu yang beragam yang dapat diperoleh. Contoh variabel dalam
penelitian kesehatan adalah Hb darah, tekanan darah, berat badan,
kunjungan ANC, jenis tenaga kesehatan, dan lain sebagainya. 1
Kerangka Konsep dapat berpijak pada pembahasan teori yang dibuat
pada bab II. Kerangka teori biasanya lebih rumit dari konsep semula, karena
tidak semua variabel dalam pembahasan diangkat menjadi variabel
penelitian. Oleh karena itu pada BAB II sebelum gambar disetujui konsep
penelitian dipaparkan, peneliti wajib menjustifikasi Fakta variabel lain tidak
diperkenalkan. Alasan yang disampaikan haruslah ilmiah, saat dibuka
terbatas waktu, dana, tenaga dan kemampuan saat ini. Contoh gambar yang
dapat dilihat dilihat pada gambar di bawah ini.

Pendidikan Perilaku

Kualitas fisik Kualitas air Kejadian


sarana air bersih bersih diare

Status ekonomi Status sosial

VARIABEL BEBAS VARIABEL


Independen Variables TERIKAT

H. Hipotesis
1. Definisi Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua buah suku kata Hypo dan Thesis. Hipo
berarti lemah sedangkan Thesis berarti pernyataan atau pendapat. Jadi
hipotesis adalah suatu pernyataan yang pada waktu di ungkapkan belum
di ketahui kebenarannya. Tetapi mengungkapkan untuk di uji dalam
pernyataan empiris. Pada umumnya hipotesis terdiri atas pernyataan
terhadap ada atau tidak adanya hubungan antar dua variabel, yakni
variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent
variable). Variabel bebas merupakan variabel penyebab atau variabel
pengaruh, sedangkan variabel terikat merupakan variabel akibat atau
variableh terpengaruh. Jadi, hipotesis itu merupakan suatu kesimpulan
sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian. ((Hidayat, A.
Aziz Alimul, 2018)

Margono (2004: 67) mengungkapkan bahwa hipotesis adalah


jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis
dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya.
Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi
yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel
penelitian. Secara statistik, hipotesis merupakan pernyataan keadaan
parameter yang akan diuji melalui statistik sampel. Di dalam hipotesis
itu terkandung suatu ramalan. Ketepatan ramalan itu tentu tergantung
pada penguasaan peneliti itu atas ketepatan landasan teoritis dan
generalisasi yang telah dibacakan pada sumber-sumber acuan ketika
melakukan telaah pustaka.

Nazir (2005: 151) menyatakan bahwa hipotesis tidak lain dari


jawaban sementara terhadap permasalahn penelitian, yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Menurutnya, hipotesis
menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari.
Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai
suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan
merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah
keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang
kompleks.

Hipotesa sangat berguna dalam penelitian. Tanpa hipotesa, tidak


aka nada progress dalam wawasan atau pengertian ilmiah dalam
mengumpulkan fakta empiris. Tanpa ide yang membimbing, maka sulit
dicari fakta-fakta yang ingin dikumpulkan dan sukar untuk menentukan
mana yang relevan dan mana yang tidak.
Secara garis besar, kegunaan hipotesa adalah:
a. Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan penelitian
dan kerja penelitian
b. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar
fakta yang kadangkala hilang begitu saja dari pehatian peneliti
c. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang
bercerai berai tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting
dan menyeluruh.
d. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyeuaian dengan
fakta dan antar fakta.

Tinggi rendahnya kegunaan hipotesa tergantung pada:

1. Pengamatan yang tajam peneliti


2. Imajinasi serta pemikiran kreatif peneliti
3. Kerangka analisa yang digunakan oleh peneliti
4. Metode serta desain penelitian yang dipilih peneliti

Hipotesis sebaiknya dibuat sebelum peneliti terjun ke


lapangan mengumpulkan data yang diperlukan, karena dua alasan
yaitu:

1. Hipotesis yang baik menunjukkan bahwa peneliti mempunyai


ilmu pengetahuan yang cukup dalam kaitannya dengan
permasalahan.
2. Hipotesis dapat memberi arah dan petunjuk tentang pengambilan
data dan poses interpretasinya

Dalam penelitian, seorang peneliti yang menuliskan


hipotesis dengan baik mempunyai beberapa tujuan diantaranya:

a. Menyediakan keterangan secara sementara terhadap gejala dan


memungkinkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
b. Menyediakan para peneliti dengan pernyataan hubungan
antarvariabel yang dapat diuji kebenarannya
c. Memberikan arah yang perlu dilakukan oleh peneliti dalam
melakukan penelitian
d. Memberikan kisi-kisi laporan untuk melaporkan kesimpulan
studi
2. Cara memperoleh Hipotesa
a. Penentuan masalah
Dasar penalaran ilmiah ialah kekayaan pengetahuan ilmiah
yang biasanya timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang
terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
Berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan
sadar dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah
tersebut, penentuan masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
b. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary
hypothesis).
Dugaan atau anggapan sementara yang menjadi pangkal
bertolak dari semua kegiatan. Ini digunakan juga dalam penalaran
ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan tidak akan
terarah. Fakta yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan
untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak relevan
dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara
eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan
hipotesis keseluruhan penelitian, namun merupakan sebuah
hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba sebelum
penelitian sebenarnya dilaksanakan.
c. Pengumpulan fakta.
Dalam penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang
besarnya tak terbatas itu hanya dipilih fakta-fakta
yang relevan dengan hipotesa preliminer yang perumusannya
didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih fakta.
d. Formulasi hipotesa.
Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi,
dimana logika tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa
diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di antara sejumlah
fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang jelas menggambarkan
sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel jatuh
dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya
bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat
hipotesanya, yang dikenal dengan hukum gravitasi.
e. Pengujian hipotesa
Artinya, mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang
dapat diamati dalam istilah ilmiah hal ini
disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok
dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan)
terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak
sesuai dengan hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka
hipotesa tidak terbantah oleh fakta yang
dinamakan koroborasi (corroboration). Hipotesa yang sering
mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat disebut teori.
f. Aplikasi/penerapan.
Apabila hipotesa itu benar dan dapat diadakan
menjadi ramalan (dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan
ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus
dapat diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
3. Ciri-ciri Hipotesa yang baik

Ciri-ciri hipotesa yang baik adalah :

a. Hipotesa harus menyatakan hubungan.


b. Harus sesuai dengan fakta.
c. Harus berhubungan dengan ilmu serta sesuai dan tumbuh dengan
ilmu pengetahuan
d. Harus dapat diuji
e. Harus sederhana
f. Harus bisa menerangkan hubungan
4. Jenis-jenis Hipotesa
Menurut Nazir 2005 Macam-macam hipotesis adalah sebagai
berikut:
a. Hipotesis Hubungan dan Perbedaan
Hipotesis dapat kita bagi dengan melihat apakah pernyataan
sementara yang diberikan adalah hubungan atau perbedaan.
Hipotesis tentang hubungan adalah pernyataan rekaan yang
menyatakan tentang saling berhubungan antara dua variabel atau
lebih, yang mendasari teknik korelasi ataupun regresi. Sebaliknya,
hipotesis yang menjelaskan perbedaan menyatakan adanya
ketidaksamaan antarvariabel tertentu disebabkan oleh adanya
pengaruh variabel-variabel yang berbeda-beda. Hipotesis ini
mendasari teknik penelitian komparatif. Hipotesis tentang hubungan
dan perbedaan merupakan hipotesis hubungan analitis. Hipotesis ini,
secara analitis menyatakan hubungan atau perbedaan satu sifat
dengan sifat yang lain.
b. Hipotesis Kerja dan Hipotesis Nol
Dengan melihat cara pandang seorang peneliti menyusun
pernyataan dalam hipotesisnya, hipotesis dapat dibedakan antara
hipotesis kerja dan hipotesis nol.
Hipotesis nol, yang mula-mula diperkenalkan oleh bapak
statistikan Fisher, diformulasikan untuk ditolak sesudah pengujian.
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya
dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yang diuji dengan
perhitungan statistik.
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara
dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y. Dengan kata lain selisih antara variabel pertama dengan
kedua adalah nol atau nihil.
Dalam hipotesis nol ini, selalu ada implikasi “tidak ada
beda”. Perumusannya bisa dalam bentuk: “Tidak ada beda antara
….. dengan …..” Hipotesis nol dapat juga ditulis dalam bentuk:
“….tidak mem….”
Hipotesis biasanya diuji dengan menggunakan statistika.
Seperti telah dinyatakan di atas, hipotesis nol biasanya ditolak.
Dengan menolak hipotesis nol, maka kita menerima hipotesis
pasangan, yang disebut hipotesis alternatif.
Hipotesis nol biasanya digunakan dalam penelitian
eksperimental. Akhir-akhir ini hipotesis nul juga digunakan dalam
penelitian sosial, seperti penelitian di bidang sosiologi, pendidikan
dan lain-lain.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara....................dengan...............
Contoh :
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat 3 dan mahasiswa
tingkat 4 dalam disiplin kuliah
b. Tidak ada pengaruh.......................terhadap .....................
Contoh :
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah ke sekolah terhadap
kerajinan mengikuti kuliah.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X
dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Hipotesis kerja, di lain pihak, mempunyai rumusan dengan
implikasi alternatif di dalamnya. Hipotesis kerja biasanya
dirumuskan sebagai berikut:
“Andaikata…… maka……”
Hipotesis kerja biasanya diuji untuk diterima dan dirumuskan
oleh peneliti-peneliti ilmu sosial dalam disain yang
noneksperimental. Dengan adanya hipotesis kerja, si peneliti
dapat bekerja lebih mudah dan terbimbing dalam memilih
fenomena yang relevan dalam rangka memecahkan masalah
penelitiannya.
Arikunto (1990:61) membagi hipotesis kerja (H1) atas 2
bagian:
1. Hipotesi kerja (H1) terarah
Peneliti sudah berani dengan tegas menyatakan bahwa
variabel bebas memang berpengaruh terhadap variabel terikat
2. Hipotesis kerja (H1) tidak terarah
Peneliti merasakan adanya pengaruh tetapi belum berani
menyatakan dengan tegas pengaruh tersebut, dengan kata lain
peneliti hanya berani menyatakan ada pengaruh
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika ............................maka...................
Contoh :
Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik
b. Ada perbadaan antara ........................dan........................
Contoh:
Ada perbedaan antara penduduk kota dan penduduk desa dalam
cara berpakaian
c. Ada pengaruh................................terhadap...........................
Contoh :
Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.

Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi Ho,


agar tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur,
tidak terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi
ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.

c. Hipotesis tentang ideal dan common sense


Hipotesis acapkali menyatakan terkaan tentang dalil dan
pemikiran bersahaja dan common sense (akal sehat). Hipotesis ini
biasanya menyatakan hubungan keseragaman kegiatan terapan.
Contohnya, hipotesis sederhana tentang produksi dan status
pemilikan tanah, hipotesis mengenai hubungan tenaga kerja dengan
luas garapan, hubungan antara dosis pemupukan dengan daya tahan
terhadap insekta, hubungan antara kegiatan-kegiatan dala industri,
dan sebagainya.
Sebaliknya, hipotesis yang menyatakan hubungan yang
kompleks dinamakan hipotesis jenis ideal. Hipotesis ini bertujuan
untuk menguji adanya hubungan logis antara keseragaman-
keseragaman pengalaman empiris. Hipotesis ideal adalah
peningkatan dari hipotesis analitis. Misalnya, tentang hubungan
jenis tanaman A dengan jenis tanah A dan jenis tanaman B dengan
jenis tanah B. Jika kita perinci hubungan ideal di atas, misalnya
mencari hubungan antara varietas-varietas tanaman A saja, maka
kita memformulasikan hipotesis analitis.
Menurut sukardi (2003:42), adapun macam-macam hipotesis
adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis penelitian
Hipotesis penelitian mempunyai fungsi memberikan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research
question. Walaupun hal ini tidak mutlak, hipotesis penelitian pada
umumnya sama banyaknya dengan jumlah rumusan masalah yang
telah ditetapkan dalam rencana penelitian. Yang penting adalah
bahwa dengan dirumuskan hipotesis penelitian. Rumusan masalah
yang direncanakan dapat dicakup dalam penelitian yang hendak
dilakukan. Dilihat dari posisinya, hipotesis penelitian ditempatkan
pada bab kedua yaitu studi kepustakaan setelah landasan teori dan
atau setelah kerangka berpikir tersusun. Hipotesis penelitian pada
umumnya tidak diuji dengan tekhnik statistika. Karena memang
fungsi utamanya untuk memberikan jawaban secara sementara,
sebagai rambu-rambu tindakkan selanjutnya dilapangan.
Berikut ini diberikan beberapa contoh hipotesis penelitian:
a. Ada korelasi positif dan significant antara usaha peningkatan
belajar disekolah dengan hasil pencapaian belajar siswa.
b. Ada pengaruh positif dan significant antara motivasi dan gaya
kepemimpinan dalam organisasi terhadap produktivitas
lembaga.
c. Ada hubungan yang negatif dan tidak signifikan antara besarnya
gaji yang diterima para guru dalam keinginan bekerja sambilan
di luar lembaga tempat bekerja.
2. Hipotesis Statistika
Jenis hipotesis yang kedua adalah hipotesis statistika.
Hipotesis ini strukturnya merupakan rangkaian dua atau lebih
variabel yang menjadi interes dan hendak di uji oleh sipeneliti.
Hipotesis statistika ini dipergunakan jika peneliti melakukan uji
analisis dengan hanya menggunakan sebagian dari keseluruhan data
yang ada. Sedangkan proses teknik statistika yang menggambarkan
pengambilan dari keseluruhan arah sebagian populasi disebut
sebagai proses infersi. Teknik statistika dalam menganalisis sampel
ini sering juga disebut sebagai statistika inferensial. Jika hasil
analisis dari sempel tersebut kemudian dipergunakan untuk
menyimpulkan hasil analisis keseluruhan populasi, maka proses
tersebut disebut sebagai proses generalisasi.

Generalisasi
Cuplikan Populasi
Inferensisal

Pertanyaan sering timbul dalam kasus ini. di antara


pertanyaan tersebut ialah bagaimana jika seorang peneliti langsung
menggunakan populasi sebagai dasar analisis? Apakah perlu ada
hipotesis? Jawaban yang memungkinkan adalah bahwa hipotesis
penelitian tetap diperlukan untuk memberikan arah kegiatan
dilapangan sedangkan hipotesis statistika menjadi kurang perlu.
Dalam hal ini peneliti dapat langsung menganalisis data yang ada
kemudian akan langsung memperoleh hasilnya yang
menggambarkan apa yang diteliti saat itu.

Mengenai bagaimana keterkaitan antara hipotesis penelitian


dan hipotesis statistika dalam suatu proses penelitian? Jawaban yang
perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah hendaknya selalu
sinkron dan konsisten. Sebagai contohnya jika dalam landasan teori,
peneliti telah menyatakan bahwa ada korelasi positif antara variabel
satu dengan variabel lain. Hal ini perlu diperhatikan agar para
peneliti tidak menjadi bingung dan akhirnya menimbulkan
kerancuan dalam melakukan tes statistika dan dalam
menginterpretasikan hasil analisis.

Dilihat dari posisinya dalam proses penelitian, hipotesis


statistika pada umumnya ditempatkan dalam bab keempat atau bab
yang berkaitan dengan analisis data dengan menggunakan analisis
statistika. Hipotesis ini biasanya dinyatakan secara eksplisit dan
jelas dengan menggunakan simbol statistika yang sesuai.

Menurut Brilian (1982:31/ dalam sukardi 2003:43), macam-


macam hipotesis statistika adalah sebagai berikut:

1. Hipotesis Nihil
Hipotesis nihil tidak lain adalah merupakan hipotesis
yang menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan
antara variabel yang menjadi interes si peneliti. Hipotesis ini
merupakan hipotesis dasar penelitian kuantatif yang pada intinya
adalah merupakan pernyataan teoritis yang perlu diuji. Hipotesis
ini juga dapat dikatakan sebagai hipotesis deduktif karena
diperoleh setelah peneliti mempelajari dari bermacam-macam
sumber yang kemudian disusun dalam bentuk landasan teori.
Karena diturunkan dari sumber pustaka maka kebenarannya
perlu diuji dengan menggunakan data yang dieksplorasi atau
diambil dari lapangan. Secara simbolis, hipotesis nihil
dinyatakan dengan H_o. Penggunaannya dalam tekhnik
statistika dapat dilihat sebagai berikut:
H_0:U_1=U_2
H_r: U_1=U_2

Simbol statistika tersebut dapat diartikan bahwa


hipotesis nihil menunjukkan tidak ada perbedaan antara nilai
rerata grup satu dengan nilai rerata grup dua. Di samping itu,
peneliti juga mengajukan hipotesis tandingan atau hipotesis riset
yang menunjukkan bahwa ada perbedaan antara grup satu
dengan grup yang kedua.Yang diuji dalam analisis data adalah
hipotesis nihil, yaitu jawaban sementara yang disimpulkan dari
hasil kajian pustaka atau setelah peneliti menyusun landasan
teori.

2. Hipotesis Riset
Hipotesis ini sering muncul untuk mendampingi
hipotesis nihil. Hipotesis ini tidak diuji mereka ditampilkan
sebagai pendamping atau tandingan terhadap hipotesis pertama.
Peranan hipotesis riset adalah menakomodasi substansi ide dari
kajian teoritis. Hipotesis ini tidak diuji, mereka ditampilkan
sebagai pendamping atau tandingan terhadap hipotesis pertama.
Peranan hipotesis riset adalah mengakomodasi substansi ide dari
kajian teoritis, jika hipotesis pertama atau hipotesis nihil gagal,
maka hipotesis riset akan tidak ditolak. Kemungkinan kedua
adalaah jika hipotesis nihil diterima, maka secara otomatis
hipotesis pendamping atau hipotesis riset ditulak.
3. Hipotesis Alternatif
Hipotesis alternatif diposisikan sebagai bentuk batasan
ilmu pengetahuan setelah diperoleh dari hasil kajian teoritis.
Mereka dapat digunakan untuk menempatkan bentuk pernyataan
lain selain hipotesis nihil. Secara simbolis hipotesis alternatif
sering dinyatakan dengan H_a.
Contoh penggunaannya dalam perhitungan statistik dan
hipotesis alternatif dapat dilihat sebagai berikut:
H_a:U_1<U_2
H_r:U_1>U_2
Jika suatu ketika peneliti menggunakan dua atau lebih
hipotesis alternatif, maka digunakan indeks dibelakang sebagai
penunjuknya. Sebagai contoh, H_((a)2) ini berarti bahwa
peneliti menggunakan hipotesis alternatif nomor dua.
4. Hipotesis Penyerah
Hipotesis penelitian pada prinsipnya dapat berbentu
hipotesis yang menunjukkan arah yang pasti dan arah yang
belum pasti atau masih dalam dua arah. Dalam statistika,
hipotesis dengan arah yang pasti berarti, peneliti ketika
melakukan testing hipotesis akan menggunakan analisis satu
ekor dimana tingkat kesalahan testing hipotesis akan
menggunakan analisis satu ekor dimana tingkat kesalahan yang
besarnya=0,1 atau =0,5 mengumpul pada satu sisi kurva.
Sedangkan untuk hipotesis yang belum menunjukkan arah.
Maka peneliti dalam melakukan testing biasanya akan
menggunakan analisis dua ekor.
Berdasarkan lingkupnya, Arikunto (1990:62) membagi
hipotesis atas 2 bagian, yaitu:
1. Hipotesis mayor, artinya hipotesis yang menunjukkan sesuatu
yang besar atau hipotesis mengenai kaitan seluruh variabel dan
seluruh subjek penelitian. Contoh: bakat menjadi guru
berpengarh terhadap kualitas profesional guru
2. Hipotesis minor, artinya hipotesis yang menunjukkan sesuatu
yang kecil atau hipotesis mengenai kaitan dari variabel
ataudengan kata lain pecahan dari hipotesis mayor. Contoh:
bakat menjadi guru berpengaruh terhadap kualitas mengajarnya,
kualitas mendidiknya, dan kualitas melatihnya. Disini untuk
merumuskan hipotesis minor yang dijabarkan adalah variabel
terikatnya, yaitu kualitas profesioonal guru. Artinya kualitas
profesional guru dapat dilihat dari aspek mengajar, mendidik,
dan melatih. Penjabarn hipotesis minor ini tidak terbatas dari
variabel terikat saja, mungkin juga bisa dari variabel bebas.
5. Perumusan Hipotesa
Merumuskan hipotesis bukan pekerjaan mudah bagi peneliti.
Oleh karena itu seorang peneliti dituntut untuk dapat menggali sumber-
sumber hipotesis. Untuk itu dipersyaratkan bagi peneliti harus:
1. Memiliki banyak informasi tentang masalah yang akan dipecahkan
dengan cara banyak membaca literatur yang ada hubungannya
dengan penelitian yang sedang dilaksanakan.
2. Memiliki kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang
tempat, objek, dan hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam
fenomena yang sedang diselidiki.
3. Memiliki kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan
dengan keadaan yang lain yang sesuai dengan kerangka teori dan
bidang ilmu yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
penggalian sumber-sumber hipotesis dapat berasal dari:
1. Ilmu pengetahuan dan pengertian yang mendalam yang
berkaitan dengan fenomena.
2. Wawasan dan pengertian yang mendalam tentang suatu
fenomena.
3. Materi bacaan dan literatur yang valid.
4. Pengalaman individu sebagai suatu reaksi terhadap fenomena
5. Data empiris yang tersedia.
6. Analogi atau kesamaan dan adakalanya menggunakan
imajinasi yang berdasar pada fenomena.

Hambatan atau kesulitan dalam merumuskan hipotesis


lebih banyak disebabkan karena hal-hal:
1. Tidak adanya kerangka teori atau tidak ada pengetahuan
tentang kerangka teori yang jelas.
2. Kurangnya kemampuan peneliti untuk menggunakan
kerangka teori yang ada.
3. Gagal berkenalan dengan teknik-teknik penelitian yang
ada untuk merumuskan kata-kata dalam membuat
hipotesis secara benar.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Manfaat teori bagi penelian adalah sebagai Sebagai pendorong
untuk menyusun hipotesis. Dan dengan hipotesis membimbing peneliti
mencari jawaban-jawaban serta membuat ramalan-ramalan atas dasar
penemuan. Sistematika penyusunan tinjauan pustaka juga harus
berdasarkan dengan referensi yang jelas.
Macam-macam sumber pustaka dapat diperoleh dari jurnal, buku,
narasumber, majalah kesehatan, dan artikel. hipotesis adalah suatu
pernyataan yang pada waktu di ungkapkan belum di ketahui kebenarannya.
Tetapi mengungkapkan untuk di uji dalam pernyataan empiris.

B. Saran
Setelah kita bahas bagaimana membahas sumber pustaka, kerangka
konsep dan hipotesisi. Maka penulis berharap agar kita semua mampu
mengerti tentang cara dan langkah pembuatan tinjauan pustaka, cara
merumuskan hipotesis dan jenis sumber pustaka. Dan juga mengajukan
pertanyaan semoga makalah ini bisa menjadi pedoman yang disetujui dan
dapat menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa serta membaca
pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arikuntolo, S. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Martono, Nanang. 2011. Metode penelitian kuantitatif. Jakarta : PT. Raja grafindo
prasada.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif , kualitatif, dan R & D. Bandung :


alfa beta.

Hidayat , A. Alimul Aziz. 2018. Metode penelitian keperawatan dan kesehatan.


Jakarta : Salemba Medika

Das könnte Ihnen auch gefallen