Sie sind auf Seite 1von 11

Perbedaan RTRW, RDTR dan RTBL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perencanaan


Perkotaan Semester 2 Tahun Akademik 2017/2018

Oleh :
La ode Muh Aswad Kalam 10070316062

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 M / 1439 H
1. Pengertian RTRW
Rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota yang selanjutnya disingkat
RTRWkabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari
wilayahkabupaten/kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan
yang berisitujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten/kota,
rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota, rencana pola ruang wilayah
kabupaten/kota, penetapankawasan strategis kabupaten/kota, arahan
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota,dan ketentuan pengendalian
pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Nomor: 20/PRT/M/2011 tentang
Pedoman Penususan Rencana Detail Tata Ruang danPeraturan Zonasi
Kabupaten/Kota. (PeraturanMenteri Pekerjaan Umum Nomor: 20/PRT/M/2011
tentang Pedoman Penususan Rencana 'etail Tata Ruang danPeraturan Zonasi
Kabupaten/Kota.
Berbicara tentang rencana tidak lepas dari suatu kajian potensi yang dimiliki
suatu wilayah. Sehingga berdasarkan potensi tersebut, kita dapat melihat lebih
jauh seperti apa rencana yang akan kita laksanakan. Berbicara tentang potensi
yang dimiliki wilayah, itu artinya kita dituntut untuk mengetahui seperti apa modal
yang dimiliki untuk mengelola wilayah tersebut. Yakni yang dimaksud adalah
relasi antara Sumber Daya Alam (SDA) dan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh
karena itu, kita harus mampu meningkatkan kualitas dan mutu SDM dari wilayah
tersebut. Apa lah artinya wilayah yang kaya akan sumber daya alam, sementara
SDM-nya tidak memiliki kekuatan ataupun strategi untuk untuk memanfaatkan
potensi sumber daya alam yang kaya itu. Untuk itu seorang perencana harus
memiliki setidaknya suatu pandangan yang lebih jauh atapun tidak pragmatis.
Sehingga kebijakan yang dibuat tidak semata untuk kepentingan sesaat tetapi
untuk kesejahteraan masa depan yang lebih jauh. Memang hal mewujudkan
kesejahteraan suatu wilayah bukan perkara mudah atau bukan halnya seperti
magic. Dimana sutau proses kebijakan tersebut akan dihadapkan berbagai
macam hambatan dan rintangan. Dan ini lah tugas seorang perencana untuk
melihat relasi antara sumber daya manusia dengan sumber daya alam. Sehingga
akan tercapai suatu tujuan apabila keduanya saling mendukung.
Secara sederhana, penataan ruang dapat dipahami sebagai upaya
melakukan perubahan yang lebih baik dari sebelumnya yang ditandai oleh
membaiknya faktor-faktor produksi. Sehingga dari hal tersebut akan terciptalah
kesempatan kerja, investasi, dan teknologi yang dipergunakan dalam proses
produksi. Secara mudah, perekonomian wilayah yang meningkat dapat
diindikasikan dengan meningkatnya proses antara konsumsi dengan produksi
antar wilayah.

Seperti halnya diatas, bahwa penataan ruang itu tidak cukup hanya
sebatas perencanaan tata ruang saja. Tetapi juga sangat dibutuhkan
pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang. Yang artinya tidak hanya
kepuasan sesaat saja tetapi memiliki hasil yang berkesinambungan dimasa
depan. Dengan kata lain bahwa rencana tata ruang tersebut dilakukan agar relasi
manusia dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk
tercapainya kesejahteraan yang lebih jauh. Pengendalian yang berarti
pengawasan atas terlaksananya proses pembangunan wilayah sehingga
pelaksanaan pembangunan tetap dalam koridor penetapan tujuan Rencana Tata
Ruang Wilayh (RTRW).

Dengan pendekatan wilayah dalam arti sempit, bahwa seorang


perencana harus memperhatikan ruang dengan segala kondisinya. Dimana
seorang perencana harus memperhatikan bagaimana seharunya rencana
kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan potensi yang dimiliki wilayah
tersebut. Sehingga penggunaan ruang tesebut menghasilkan efisiensi terhadap
kemakmuran masyarakatnya.

Dari pembahasan yang lebih dalam, dimana seorang perencana tata


ruang wilyah menurut saya harus melihat faktor besar yang menentukan
berjalannya proses perencanaan tersebut. Misalnya jika seorang perencana
akan memformat sebuah wilayah menjadi kawasan industri maka seorang
perencana harus memandang lebih jauh demi pengembangan ekonomi wilayah
itu. Yakni yang dimaksud adalah :
1. SDM (sumber daya manusia)
2. SDA (sumber daya alam)
3. Infrastruktur

Pengertian Umum
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup
dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.

Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun tidak.
Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang. Yang dimaksud dengan wujud struktural pemanfaatan
ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk lingkungan sosial dan lingkungan
buatan yang secara struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk
tata ruang; diantaranya meliputi pusat pelayanan seperti pusat kota, lingkungan;
prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, lokal dan sebagainya. Sementara
pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang
menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau
kegiatan alam; diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat
kerja, industri, dan pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan
perkotaan.
Untuk itu seorang perencana dituntut dapat menimbang langkah-langkah
perencanaan yang sesuai dengan aspek dan karakteristik wilayah. Yakni :
1. Mengidentifikasi permasalahan
Seorang perencana wilayah dapat memilih dan memprioritaskan alternatif mana
yang lebih dibutuhkan untuk pengembangan yang akan dilaksanakan.
2. Penetapan tujuan
Setelah itu seorang perncana dapat menetapkan tujuan yang akan dilaksanakan.
Baik secara umum maupun secara khusus.
3. Mengidentifikasi langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
Dengan kata lain, bahwa seorang perncana dapat memilih dan memilah langkah-
langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Sehingga dapat menghasilkan
kejelasan atas langkah-langkah yang dibuat secara akumulatif.
4. Memilih alternatif yang baik
Setelah dapat mengidentifikasi langkah-langkah yang dibuat. Selanjutnya
seorang perencana dapat memilih alternatif yang lebih baik dari beberapa
aternatif yang dibuat.
5. Peraturan
Peraturan merupakan alat yang mengikat atas perncanaan yang dibuat dan
untuk dilakasanakan. Sehingga dengan adanya peraturan yang mengikat maka
proses berjalannya perencanaan tersebut dapat berjalan sesuai dengan mutu
yang diharapkan.
6. Menyusun kebijakan
Setelah tersusun dari lima langkah diatas. Saatnya lah seorang perncana
bertindak dan membuat kebijakan untuk melaksanakan langkah-langkah
perencanaan yang dibuat untuk mencapai tujuan yang dimaksud.

Akihrnya dapat saya simpulkan, bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah


(1997) tentang RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA. Tujuan nasional pemanfaatan tata ruang adalah:
a. mencapai pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat;
b. meningkatkan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah
serta keserasian antarsektor melalui pemanfaatan ruang kawasan secara serasi,
selaras dan seimbang serta berkelanjutan;
c. meningkatkan kemampuan memelihara pertahanan keamanan negara
yang dinamis dan memperkuat integrasi nasional
d. meningkatkan kualitas lingkungan hidup serta mencegah timbulnya
kerusakan fungsi dan tatanannya.

2. Pengertian RDTR
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) merupakan rencana yang secara
terperinci tentang tata ruang wilayah Kabupaten/Kota yang dilengkapai dengan
peraturan zonasi yanag secara detail mengatur tata ruang suatu kawasan.
sebagaimana ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010
tentang Penyelenggraan Penataan Ruang, bahwa setiap Rencana Tata Ruang
Wilayah atau biasa disingkat RTRW Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian
dari wilayahnya yang perlu disusun RDTR-nya. Dimana bagian dari wilayah yang
akan disusun RDTRnya merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis
Kabupaten/Kota itu sendiri.

Status yang akan dihasilkan dari RDTR adalah Peraturan Daerah (Perda). Oleh
karena itu pembahasannya harus lebih rinci dan pasti, sehingga mudah dalam
implementasinya, selain itu juga RDTR juga harus memuat masukan dari
masyarakat mengenai alokasi ruang apa yang dibutuhkan bagi kegiatan
mastarakat. hal ini untuk mewujudkan kesepahaman anatara masayarakat dengan
pemerintah. Selain itu juga sebagaimana dimuat dalam Pasal 3 Peraturan Menteri
pekerjaan Umum tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota, bahwa RDTR memuat beberapa instrumen tat ruang diantaranya

1 Tujuan penataan ruang bagian wilayah perencanaan


2 Rencana pola ruang
3 Rencana jaringan prasarana
4 Penetapan sub bagian wilayah perencanaan yang diprioritaskan
penanganannya
5 Ketentuan pemanfaatan ruang dan
6 Peraturan zonasi
Apa yang terjadi jika pemanfaatan ruang dilaksanakan tanpa adanya
pengendalian sesuai perencanaan. Misalnya kawasan industri berdekatan
dengan permukiman penduduk, pusat perbelanjaan berdiri megah di tengah
permukiman, perkantoran pemerintah berseberangan dengan mall. Banyak hal
negatif yang muncul. Kekacauan, kekumuhan, tidak tertatanya bangunan,
tiadanya estetika dan kesemrawutan wajah kota serta dampak negatif lainnya
bagi lingkungan. Semua ini berakibat sulitnya dalam penataan jaringan utilitas,
penyediaan fasilitas publik, dampak negatif bagi kondisi sosial, mencoloknya
kesenjangan ekonomi antar lapisan masyarakat , biaya yang tinggi untuk
penyelesaian masalah lingkungan dan berbagai hal negatif lainnya.
Tentunya untuk mencegah berbagai hal negatif tersebut diatas, perlu adanya
pengendalian pemanfaatan ruang agar pelaksanaannya sesuai dengan
perencanaan ruang yang telah dibuat, dimana yang terkandung dalam Rencana
Detail Tata Ruang (RDTR). yang meliputi beberapa instrumen pengendalian
diantaranya: (a). Peraturan Zonasi (b). Acuan Pemberian Izin Pemanfaatan
Ruang (c). Insentif dan Disinsentif dan (d). Pengenaan Saknsi bagi pelanggar
tata ruang.

3. Pengertian RTBL
Pedoman Umum dalam Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan
merupakan panduan dalam merancang dan membangun suatu
lingkungan/kawasan; yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang, penataan bangunan serta penataan lingkungan.

Hal ini terkait dengan upaya untuk membuat suatu desain fisik dan spasial pada
sebuah kawasan yang dapat meningkatkan kualitas fisik lingkunganya, seperti
yang dikemukakan oleh Shirvani, Urban Design is the part of the planning
process that deals with the physical quality of the environment.
…………………… it is the physical and spatial design of the environment
(Shirvani, 1985, p.5-44).

Tujuan penyusunan RTBL adalah untuk :

Menghindari pertumbuhan kawasan yang tidak terarah dan tidak terkendali; serta
mendorong ke arah keseragaman wajah/rupa kota
Mempertahankan keunggulan spesifik suatu kawasan sebagai kawasan yang
berjati diri
Merespon berbagai konflik kepentingan dalam penataan : antar bangunan;
bangunan dengan lingkungannya; bangunan dengan prasarana kota; lingkungan
dengan konteks regional / kota; bangunan dan lingkungan dengan aktivitas
publik; serta lingkungan dengan pemangku kepentingan
Merespon kebutuhan tindak lanjut atas rencana tata ruang yang ada sekaligus
manifestasi atas pemanfaatan ruang
Merespon kebutuhan untuk merealisasikan, melengkapi, dan mengintegrasikan
berbagai peraturan yang ada pada suatu kawasan, ataupun persyaratan teknis
lain yang berlaku
Merespon kebutuhan alternatif perangkat pengendali yang mampu dilaksanakan
langsung di lapangan
Pola Penataan RTBL dapat berupa perbaikan kawasan, seperti penataan
lingkungan permukiman kumuh/nelayan (perbaikan kampung), perbaikan desa-
pusat pertumbuhan, perbaikan kawasan, serta pelestarian kawasan; atau juga
dapat berupa pengembangan kembali kawasan, seperti peremajaan kawasan,
pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi dan
rekonstruksi kawasan pascabencana. Selain itu, dapat juga berupa
pembangunan baru kawasan, seperti pembangunan kawasan permukiman
(kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun), pembangunan kawasan
terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan terpilih pusat
pertumbuhan desa (KTP2D), pembangunan kawasan perbatasan, dan
pembangunan kawasan pengendalian ketat (high-control zone). Yang terakhir,
berupa pelestarian/pelindungan kawasan, seperti pengendalian kawasan
pelestarian, revitalisasi kawasan, serta pengendalian kawasan rawan bencana.

Manfaat Penataan RTBL adalah :

Mengarahkan jalannya pembangunan sejak dini


Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat
dan konkret sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
Melengkapi peraturan daerah tentang bangunan gedung
Mewujudkan kesatuan karakter dan meningkatkan kualitas bangunan gedung
dan lingkungan/kawasan
Mengendalikan pertumbuhan fisik suatu lingkungan/kawasan
Menjamin implementasi pembangunan agar sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat dalam pengembangan lingkungan/ kawasan yang
berkelanjutan
Menjamin terpeliharanya hasil pembangunan pascapelaksanaan, karena adanya
rasa memiliki dari masyarakat terhadap semua hasil pembangunan
Sehubungan dengan itu, sesuai dengan PP No. 36 Pasal 28, tercakup peraturan
pelaksanaan penataan RTBL sebagai berikut :

Dokumen RTBL disusun oleh pemerintah daerah atau berdasarkan kemitraan


pemerintah daerah, swasta, masyarakat dan/atau dengan dukungan fasilitasi
penyusunannya oleh Pemerintah sesuai dengan tingkat permasalahan pada
lingkungan/kawasan yang bersangkutan
Penyusunan Dokumen RTBL dilakukan dengan mendapat pertimbangan teknis
dari tim ahli bangunan gedung dan mempertimbangkan pendapat publik
Dokumen RTBL ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota, dan untuk
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan Peraturan Gubernur
Dalam penyusunan dokumen RTBL, Pemerintah dan pemerintah daerah
melaksanakan kewajibannya sesuai ketentuan.
Berikut ini penjelasan mengenai materi pokok RTBL :

PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN


Merupakan penjabaran lebih lanjut dari perencanaan dan peruntukan lahan yang
telah ditetapkan untuk kurun waktu tertentu, yang memuat jenis, jumlah, besaran,
dan luasan bangunan gedung, serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas
umum, fasilitas sosial, prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan, dan sarana
penyehatan lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang
sudah ada maupun baru

RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN


Merupakan ketentuan-ketentuan rancangan tata bangunan dan lingkungan yang
bersifat umum dalam mewujudkan lingkungan/kawasan perencanaan yang layak
huni, berjati diri, produktif, dan berkelanjutan. Terbagi berdasarkan :

Intensitas Pemanfaatan Lahan : pengaturan blok lingkungan; pengaturan


kaveling; pengaturan bangunan; pengaturan ketinggian & elevasi lantai
bangunan
Tata Bangunan : pengaturan blok lingkungan; pengaturan kaveling; pengaturan
bangunan; pengaturan ketinggian & elevasi lantai bangunan
Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung : jaringan jalan & pergerakan; sirkulasi
kendaraan umum; sirkulasi kendaraan pribadi; sirkulasi kendaraan umum
informal setempat; pergerakan transit; parkir; jalur servis lingkungan; sirkulasi
pejalan kaki & sepeda; jalur penghubung terpadu
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau : ruang terbuka umum; ruang terbuka
pribadi; ruang terbuka pribadi untuk umum; pepohonan & tata hijau; bentang
alam; jalur hijau
Tata Kualitas Lingkungan : konsep identitas lingkungan; konsep orientasi
lingkungan; wajah jalan
Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan : jaringan air bersih; jaringan air
limbah & air kotor; jaringan drainase; jaringan persampahan; jaringan listrik;
jaringan telepon; jaringan pengamanan kebakaran; jaringan jalur evakuasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://2uatitik.wordpress.com/2009/09/15/rencana-tata-bangunan-dan-
lingkungan-rtbl/
https://id.scribd.com/document/350227517/RTRW-RTBL-RDTR
http://mediatataruang.com/rdtr-dan-peraturan-zonasi-kendali-pemanfaatan-
ruang-wilayah-kabkota/

Das könnte Ihnen auch gefallen