Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh :
La ode Muh Aswad Kalam 10070316062
Seperti halnya diatas, bahwa penataan ruang itu tidak cukup hanya
sebatas perencanaan tata ruang saja. Tetapi juga sangat dibutuhkan
pemanfaatan ruang dan pengendalian tata ruang. Yang artinya tidak hanya
kepuasan sesaat saja tetapi memiliki hasil yang berkesinambungan dimasa
depan. Dengan kata lain bahwa rencana tata ruang tersebut dilakukan agar relasi
manusia dengan lingkungannya dapat berjalan serasi, selaras, seimbang untuk
tercapainya kesejahteraan yang lebih jauh. Pengendalian yang berarti
pengawasan atas terlaksananya proses pembangunan wilayah sehingga
pelaksanaan pembangunan tetap dalam koridor penetapan tujuan Rencana Tata
Ruang Wilayh (RTRW).
Pengertian Umum
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup
dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang, baik
direncanakan maupun tidak.
Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang,
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan wujud struktural dan pola
pemanfaatan ruang. Yang dimaksud dengan wujud struktural pemanfaatan
ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk lingkungan sosial dan lingkungan
buatan yang secara struktural berhubungan satu dengan lainnya membentuk
tata ruang; diantaranya meliputi pusat pelayanan seperti pusat kota, lingkungan;
prasarana jalan seperti jalan arteri, kolektor, lokal dan sebagainya. Sementara
pola pemanfaatan ruang adalah bentuk pemanfaatan ruang yang
menggambarkan ukuran fungsi, serta karakter kegiatan manusia dan atau
kegiatan alam; diantaranya meliputi pola lokasi, sebaran permukiman, tempat
kerja, industri, dan pertanian, serta pola penggunaan tanah perdesaan dan
perkotaan.
Untuk itu seorang perencana dituntut dapat menimbang langkah-langkah
perencanaan yang sesuai dengan aspek dan karakteristik wilayah. Yakni :
1. Mengidentifikasi permasalahan
Seorang perencana wilayah dapat memilih dan memprioritaskan alternatif mana
yang lebih dibutuhkan untuk pengembangan yang akan dilaksanakan.
2. Penetapan tujuan
Setelah itu seorang perncana dapat menetapkan tujuan yang akan dilaksanakan.
Baik secara umum maupun secara khusus.
3. Mengidentifikasi langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
Dengan kata lain, bahwa seorang perncana dapat memilih dan memilah langkah-
langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Sehingga dapat menghasilkan
kejelasan atas langkah-langkah yang dibuat secara akumulatif.
4. Memilih alternatif yang baik
Setelah dapat mengidentifikasi langkah-langkah yang dibuat. Selanjutnya
seorang perencana dapat memilih alternatif yang lebih baik dari beberapa
aternatif yang dibuat.
5. Peraturan
Peraturan merupakan alat yang mengikat atas perncanaan yang dibuat dan
untuk dilakasanakan. Sehingga dengan adanya peraturan yang mengikat maka
proses berjalannya perencanaan tersebut dapat berjalan sesuai dengan mutu
yang diharapkan.
6. Menyusun kebijakan
Setelah tersusun dari lima langkah diatas. Saatnya lah seorang perncana
bertindak dan membuat kebijakan untuk melaksanakan langkah-langkah
perencanaan yang dibuat untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
2. Pengertian RDTR
RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) merupakan rencana yang secara
terperinci tentang tata ruang wilayah Kabupaten/Kota yang dilengkapai dengan
peraturan zonasi yanag secara detail mengatur tata ruang suatu kawasan.
sebagaimana ketentuan Pasal 59 Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010
tentang Penyelenggraan Penataan Ruang, bahwa setiap Rencana Tata Ruang
Wilayah atau biasa disingkat RTRW Kabupaten/Kota harus menetapkan bagian
dari wilayahnya yang perlu disusun RDTR-nya. Dimana bagian dari wilayah yang
akan disusun RDTRnya merupakan kawasan perkotaan atau kawasan strategis
Kabupaten/Kota itu sendiri.
Status yang akan dihasilkan dari RDTR adalah Peraturan Daerah (Perda). Oleh
karena itu pembahasannya harus lebih rinci dan pasti, sehingga mudah dalam
implementasinya, selain itu juga RDTR juga harus memuat masukan dari
masyarakat mengenai alokasi ruang apa yang dibutuhkan bagi kegiatan
mastarakat. hal ini untuk mewujudkan kesepahaman anatara masayarakat dengan
pemerintah. Selain itu juga sebagaimana dimuat dalam Pasal 3 Peraturan Menteri
pekerjaan Umum tentang Pedoman Penyusunan RDTR dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota, bahwa RDTR memuat beberapa instrumen tat ruang diantaranya
3. Pengertian RTBL
Pedoman Umum dalam Perencanaan Tata Bangunan dan Lingkungan
merupakan panduan dalam merancang dan membangun suatu
lingkungan/kawasan; yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang, penataan bangunan serta penataan lingkungan.
Hal ini terkait dengan upaya untuk membuat suatu desain fisik dan spasial pada
sebuah kawasan yang dapat meningkatkan kualitas fisik lingkunganya, seperti
yang dikemukakan oleh Shirvani, Urban Design is the part of the planning
process that deals with the physical quality of the environment.
…………………… it is the physical and spatial design of the environment
(Shirvani, 1985, p.5-44).
Menghindari pertumbuhan kawasan yang tidak terarah dan tidak terkendali; serta
mendorong ke arah keseragaman wajah/rupa kota
Mempertahankan keunggulan spesifik suatu kawasan sebagai kawasan yang
berjati diri
Merespon berbagai konflik kepentingan dalam penataan : antar bangunan;
bangunan dengan lingkungannya; bangunan dengan prasarana kota; lingkungan
dengan konteks regional / kota; bangunan dan lingkungan dengan aktivitas
publik; serta lingkungan dengan pemangku kepentingan
Merespon kebutuhan tindak lanjut atas rencana tata ruang yang ada sekaligus
manifestasi atas pemanfaatan ruang
Merespon kebutuhan untuk merealisasikan, melengkapi, dan mengintegrasikan
berbagai peraturan yang ada pada suatu kawasan, ataupun persyaratan teknis
lain yang berlaku
Merespon kebutuhan alternatif perangkat pengendali yang mampu dilaksanakan
langsung di lapangan
Pola Penataan RTBL dapat berupa perbaikan kawasan, seperti penataan
lingkungan permukiman kumuh/nelayan (perbaikan kampung), perbaikan desa-
pusat pertumbuhan, perbaikan kawasan, serta pelestarian kawasan; atau juga
dapat berupa pengembangan kembali kawasan, seperti peremajaan kawasan,
pengembangan kawasan terpadu, revitalisasi kawasan, serta rehabilitasi dan
rekonstruksi kawasan pascabencana. Selain itu, dapat juga berupa
pembangunan baru kawasan, seperti pembangunan kawasan permukiman
(kawasan siap bangun/lingkungan siap bangun), pembangunan kawasan
terpadu, pembangunan desa agropolitan, pembangunan kawasan terpilih pusat
pertumbuhan desa (KTP2D), pembangunan kawasan perbatasan, dan
pembangunan kawasan pengendalian ketat (high-control zone). Yang terakhir,
berupa pelestarian/pelindungan kawasan, seperti pengendalian kawasan
pelestarian, revitalisasi kawasan, serta pengendalian kawasan rawan bencana.