Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan Atresia ani.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa yang dimaksut atresia ani.
b. Mengetahui etiologi stresia ani
c. Mengetahui manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani
d. Mengetahui komplikasi yang timbul dari atresia ani
e. Memahami WOC atresia ani
f. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan atresia ani
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada atresia ani
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.1 DEFINISI
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002). Atresia Ani atau anus
imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm
mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM) Atresia Ani merupakan kelainan bawaan
(kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya
saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada
seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur.
Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir
selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.
1.2 ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus
dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan.
2
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.
3
1.3 POHON MASALAH
4
1.4 MANIFESTASI KLINIS
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)
1.5 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
(Ngastiyah, 2005).
1.6 KLASIFIKASI
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai
melalui saluran fistula eksterna.
Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi,
maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar
tinja.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi
spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera.
5
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
a. Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal
dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
b. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan
sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit
perineum lebih daai1 cm.
6
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah
antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.
1.8 PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk
kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir, kemudian anoplasti perineal
yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada
bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan
untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk
berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan
dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan di atas dengan menarik
kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus
tutup.
kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang
minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel
2. Pengobatan
a. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 205).
7
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA ANI
2.1 PENGKAJIAN
Nama, Tempat tgl lahir, umur , Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku Bangsa
Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa Medis
8
g. Pola konsep diri
: belum bisa
1) Identitas diri dikaji
: belum bisa
2) Ideal diri dikaji
3)Gambaran diri : belum bisa dikaji
4 : belum bisa
Peran
) diri dikaji
5 : belum bisa
Harga
) diri dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secara
mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap
adanya suatu masalah
9
Perasaan gelisah yang tak Klien mampu Nyatakan dengan jelas
jelas dari mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
ketidaknyamanan atau dan pasien
ketakutan yang disertai mengungkapkan Jelaskan semua prosedur
respon autonom (sumner gejala cemas dan apa yang dirasakan
tidak spesifik atau tidak Mengidentifikasi, selama prosedur
diketahui oleh individu); mengungkapkan Pahami prespektif pasien
perasaan keprihatinan dan menunjukkan terhdap situasi stres
disebabkan dari antisipasi tehnik untuk Temani pasien untuk
terhadap bahaya. Sinyal mengontol cemas memberikan keamanan
ini merupakan peringatan Vital sign dalam dan mengurangi takut
adanya ancaman yang batas normal Berikan informasi faktual
akan datang dan Postur tubuh, mengenai diagnosis,
memungkinkan individu ekspresi wajah, tindakan prognosis
untuk mengambil langkah bahasa tubuh dan Dorong keluarga untuk
untuk menyetujui tingkat aktivitas menemani anak
terhadap tindakan menunjukkan
Lakukan back / neck rub
Ditandai dengan berkurangnya
Dengarkan dengan penuh
Gelisah kecemasan
perhatian
Insomnia Identifikasi tingkat
Resah kecemasan
Ketakutan Bantu pasien mengenal
Sedih situasi yang menimbulkan
Fokus pada diri kecemasan
Kekhawatiran Dorong pasien untuk
Cemas mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
10
pasien/keluarga untuk
mencatat keluaran feses
Cuci area perianal
dengansabun dan air
lalukeringkan
Jaga kebersihan baju dan
tempat tidur
Lakukan program latihan
BAB
Monitor efek samping
pengobatan.
Bowel Training
Rencanakan program
BAB dengan pasien dan
pasien yang lain
Konsul ke dokter jika
pasien memerlukan
suppositoria
Ajarkan ke
pasien/keluarga tentang
prinsip latihan BAB
Anjurkan pasien untuk
cukup minum
Dorong pasien untuk
cukup latihan
Jaga privasi klien
Kolaborasi pemberian
suppositoria jika
memungkinkan
Evaluasi status BAB
secara rutin
Modifikasi program BAB
jika diperlukan
11
- Hipertermia atau Menunjukkan Monitor aktivitas dan
hipotermia pemahaman mobilisasi pasien
- Substansi kimia dalam proses Monitor status nutrisi
- Kelembaban udara perbaikan kulit pasien
- Faktor mekanik dan mencegah pasien dengan sabun
(misalnya : alat yang terjadinya sedera dan air hangat
dapat menimbulkan berulang
luka, tekanan, Mampu
restraint) melindungi kulit
- Immobilitas fisik dan
- Radiasi mempertahankan
- Usia yang ekstrim kelembaban kulit
- Kelembaban kulit dan perawatan
- Obat-obatan alami
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
12
interpretasi terhadap mampu menjelaskan identifikasi kemungkinan
informasi yang salah, kembali apa yang penyebab, dengna cara
kurangnya keinginan dijelaskan yang tepat
untuk mencari informasi, perawat/tim Sediakan informasi pada
tidak mengetahui sumber- kesehatan lainnya pasien tentang kondisi,
sumber informasi. dengan cara yang tepat
Hindari jaminan yang
kosong
Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.
13
Batasan karakteristik : mengidentifikasi vitamin C
- Berat badan 20 % atau kebutuhan nutrisi Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal Tidak ada tanda tanda Yakinkan diet yang
- Dilaporkan adanya malnutrisi dimakan mengandung
intake makanan yang Tidak terjadi tinggi serat untuk
kurang dari RDA penurunan berat mencegah konstipasi
(Recomended Daily badan yang berarti Berikan makanan yang
Allowance) terpilih ( sudah
- Membran mukosa dan dikonsultasikan dengan
konjungtiva pucat ahli gizi)
- Kelemahan otot yang Ajarkan pasien
digunakan untuk bagaimana membuat
menelan/mengunyah catatan makanan harian.
- Luka, inflamasi pada Monitor jumlah nutrisi
rongga mulut dan kandungan kalori
- Mudah merasa Berikan informasi tentang
kenyang, sesaat setelah kebutuhan nutrisi
mengunyah makanan Kaji kemampuan pasien
- Dilaporkan atau fakta untuk mendapatkan
adanya kekurangan nutrisi yang dibutuhkan
makanan
- Dilaporkan adanya Nutrition Monitoring
perubahan sensasi rasa BB pasien dalam batas
- Perasaan normal
ketidakmampuan untuk Monitor adanya
mengunyah makanan penurunan berat badan
- Miskonsepsi Monitor tipe dan jumlah
- Kehilangan BB dengan aktivitas yang biasa
makanan cukup dilakukan
- Keengganan untuk Monitor interaksi anak
makan atau orangtua selama
- Kram pada abdomen makan
- Tonus otot jelek Monitor lingkungan
- Nyeri abdominal selama makan
dengan atau tanpa Jadwalkan pengobatan
patologi dan tindakan tidak selama
- Kurang berminat jam makan
terhadap makanan Monitor kulit kering dan
- Pembuluh darah perubahan pigmentasi
kapiler mulai rapuh Monitor turgor kulit
- Diare dan atau Monitor kekeringan,
steatorrhea rambut kusam, dan
- Kehilangan rambut mudah patah
yang cukup banyak Monitor mual dan muntah
(rontok) Monitor kadar albumin,
- Suara usus hiperaktif total protein, Hb, dan
- Kurangnya informasi, kadar Ht
misinformasi Monitor makanan
kesukaan
Faktor-faktor yang Monitor pertumbuhan dan
berhubungan : perkembangan
Ketidakmampuan Monitor pucat,
14
pemasukan atau mencerna kemerahan, dan
makanan atau kekeringan jaringan
mengabsorpsi zat-zat gizi konjungtiva
berhubungan dengan Monitor kalori dan intake
faktor biologis, psikologis nuntrisi
atau ekonomi. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
15
perubahan peristaltik) (proteksi terhadap infeksi)
- Penyakit kronik Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
Pertahankan teknik isolasi
k/p
Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
Ajarkan cara menghindari
infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
16
normal jika diperlukan
Batasan Karakteristik : Tekanan darah, nadi, Monitor vital sign
- Kelemahan suhu tubuh dalam Monitor masukan
- Haus batas normal makanan / cairan dan
- Penurunan turgor Tidak ada tanda hitung intake kalori
kulit/lidah tanda dehidrasi, harian
- Membran mukosa/kulit Elastisitas turgor Kolaborasi pemberian
kering kulit baik, membran cairan IV
- Peningkatan denyut mukosa lembab, Monitor status nutrisi
nadi, penurunan tidak ada rasa haus Kolaborasikan pemberian
tekanan darah, yang berlebihan cairan
penurunan Berikan cairan IV pada
volume/tekanan nadi suhu ruangan
- Pengisian vena
Dorong masukan oral
menurun
Berikan penggantian
- Perubahan status
nesogatrik sesuai output
mental
Dorong keluarga untuk
- Konsentrasi urine
membantu pasien makan
meningkat
- Temperatur tubuh Tawarkan snack ( jus
meningkat buah, buah segar )
- Hematokrit meninggi Kolaborasi dokter jika
- Kehilangan berat tanda cairan berlebih
badan seketika (kecuali muncul meburuk
pada third spacing) Atur kemungkinan
Faktor-faktor yang tranfusi
berhubungan: Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan mekanisme
pengaturan
17
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita atresia ani
18
3.3 POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi terhadap kesehatan : Belum bisa terkaji
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan : Selama di rumah sakit, Klien beraktivitas ditempat
tidur dan digendong oleh orang tuanya
c. Pola istirahat/tidur : Menurut ibunya anak tidur kurang lebih 13-15 jam/ hari
d. Pola nutrisi metabolik :
Ibu mengatakan anaknya minum ASI selama 6 bulan. Setelah usia 6 bulan anak
minum susu formula dan belum diberikan makanan tambahan.
Asupan nutrisi Klien sesuai program: Sufor 6 x 150 cc, Tim saring 3x, Biskuit 1 x 3
keping
e. Pola eliminasi :
BAB : Klien biasa BAB per colostomy, konsistensi lunak, warna kuning, diare (-)
BAK : dbn, warna kuning jernih, hematuri (-)
f. Pola kognitif perseptual : Belum bisa terkaji
g. Pola konsep diri : Belum bisa terkaji
h. Pola seksual reproduksi : Klien merupakan anak perempuan dan masih belum
menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan : Belum bisa terkaji
j. Pola peran hubungan : Belum bisa terkaji
k. Pola koping : Belum bisa terkaji
19
9 Mulut Mukosa lembab, lidah lembab,
10 Leher JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
11 Paru-paru Vesikuler, ronkhi -|-, wheezing -|-, slym (-)
12 Jantung S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
13 Abdomen Supel, bising usus (+), distensi (-), kembung (-)
Terdapat colostomy, produk (+), prolapse (-)
14 Genitalia Jenis kelamin perempuan,
15 Anus Tidak tampak anus
16 Ekstremitas Akral hangat, nadi kuat, CRT < 2 detik, edema (-)
20
SGOT 39 U/L < 89
SGPT 62 U/L <57
Ureum darah 32 Mg/dL 10-50
Kreatinin darah 0.6 Mg/dL <1.1
b. Radiologi
1. Thorax Foto Anak
Mediastinum superior tampak melebar, sangat mungkin kelenjar thymus
Cor dengan ukuran, bentuk dan posisi normal
Kedua kelenjar hifus tidak menebal
Paru tampak infiltrate parakardial kanan paru
Sinus diafragma,tulang dan jaringan lunak normal
KESAN: DD: Interstitial pneumonia
2. Foto BNO
Preperitoneal fat kanan kiri sebagian menghilang
Distribusi udara usus sampai pelvis minor
Udara usus prominen, tidak tampak pelebaran lumen usus
Tampak penebalan dinding-dinding usus
Kontur kedua ginjal samar
Tidak tampak bayangan batu radiopak sepanjang proyeksi traktus urinarius
Psoas line kanan-kiri suram
Tulang-tulang baik
KESAN: Suspect peritonitis
3.6 TERAPI
Tanggal Pengobatan/ tindakan
2 September 2018 IVFD KAEN 3B 20 tpm (micro)
Terapi oral: Kotrimoxazol + Metromid 3 x 1 bks, PCT
dll 3 x 1 bks
Terapi IV: Dycinon 1 cc/12 jam, Asam tranexamat 2.5
cc/12 jam, Ceftriaxon 1 gr/24 jam (dalam D5% 100 cc,
habis dalam ½ jam)
Makanan: tim saring 3x/hari, sufor 6x 150 cc, biscuit 1 x
3 keping
21
Cek laboraturium: DL, PTT, APTT, ureum, creatinin,
elektrolit, SGOT, SGPT, protein total, albumin
Spoeling distal: pagi dan sore
Besok USG abdomen
3 September 2018 PRC 80 cc
Puasa: IVFD KAEN 3A 34 tpm (micro)
4 September 2018 Operasi PSRAP dan pemasangan IV long line
Terapi IV tambahan: Vitamin C 2cc/24 jam, Alinamin F
10 cc/12 jam, Tramal 30 mg/kolf
Puasa
Tampon pertahankan 24 jam
Cek lab: DL post operasi
5 September 2018 IVFD KAEN 3A 350 cc, D40% 75 cc, ASFI 6% 100 cc
(36 cc/jam)
Terapi IV tambahan: Metronidazole 15 cc/ 8 jam
Makanan: Tim saring 3x/hari, Sufor 6 x 150 cc, Biskuit
3 keping
Aff tampon
6 September 2018 IVFD KAEN 3A 400 cc, ASFI 6% 100 cc (32 cc/jam)
Terapi IV tambahan : gentamicin 20 mg/12 jam
7 September 2018 IVFD KAEN 3A 400 cc, ASFI 6% 100 cc (28 ccc/jam)
Rawat luka
Cek elektrolit, protein total, dan albumin.
22
3.7 ANALISA DATA
23
3.8 RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa/ Masalah Kolaboratif Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Cemas b/d pembedahan dan NOC : NIC :
mempunyai anak yang tidak Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
Anxiety control
sempurna Gunakan pendekatan yang menenangkan
Coping Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Definisi :
Impulse control Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Perasaan gelisah yang tak jelas dari prosedur
ketidaknyamanan atau ketakutan Kriteria Hasil : Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
yang disertai respon autonom
Klien mampu mengidentifikasi dan Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
(sumner tidak spesifik atau tidak mengurangi takut
diketahui oleh individu); perasaan mengungkapkan gejala cemas Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
keprihatinan disebabkan dari
Mengidentifikasi, mengungkapkan prognosis
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal
Dorong keluarga untuk menemani anak
ini merupakan peringatan adanya dan menunjukkan tehnik untuk
Lakukan back / neck rub
ancaman yang akan datang dan
memungkinkan individu untuk
mengontol cemas Dengarkan dengan penuh perhatian
mengambil langkah untuk Vital sign dalam batas normal Identifikasi tingkat kecemasan
menyetujui terhadap tindakan Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
Ditandai dengan tubuh dan tingkat aktivitas kecemasan
Gelisah menunjukkan berkurangnya Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
Insomnia kecemasan persepsi
Resah Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
Ketakutan Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
Sedih
Fokus pada diri
Kekhawatiran
Cemas
24
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri:
selama 2x24 jam masalah dapat teratasi a. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap nyeri (PQRST),
dengan kriteria; observasi tanda nonverbal adanya ketidaknyamanan
b. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup (ex: tidur,
Pain level
selera makan, aktivitas, kognisi, mood, dll)
Lama episode nyeri berkurang
Merintih dan menangis menurun c. Sediakan informasi tentang nyeri, misalnya penyebab, onset
RR dbn dan durasi nyeri, antisipasi ketidaknyamanan karena
Nadi dbn prosedur tertentu
d. Kontrol factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
klien terhadap ketidaknyamanan (ex: suhu ruang,
kebisingan, cahaya)
e. Tingkatkan istirahat dan tidur.
f. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
g. Evaluasi efektivitas intervensi
h. Kolaborasikan pemberian analgetik
3 Kerusakan integritas jaringan b/d NOC : NIC :
factor mekanik (luka operasi) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Wound Care
selama 6x24 jam masalah dapat teratasi Catat karakteristik luka,meliputi drainase, warna ,ukuran,
dengan kriteria; dan bau
Wound healing:primary intention Basuh luka dengan cairan normal saline
Keutuhan kulit baik
Sediakan perawatan pada area incisi
Pus tidak ada
Kemerahan di sekitar luka tidak ada Berikan salep yang sesuai pada kulit/luka
Edema pada luka tidak ada Pertahankan teknik dressing steril saat perawatan luka
Bandingkan dan catat perubahan pada luka secara teratur
Monitor luka tiap kali dilakukan dressing
Ajarkan pada Klien dan keluarga tentang prosedur
perawatan luka
4. Resiko infeksi b/d pembedahan NOC : NIC :
25
Definisi : Peningkatan resiko Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
masuknya organisme patogen Knowledge : Infection control Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : Risk control Pertahankan teknik isolasi
- Prosedur Infasif Batasi pengunjung bila perlu
- Ketidakcukupan pengetahuan Kriteria Hasil : Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
untuk menghindari paparan Klien bebas dari tanda dan gejala berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
patogen infeksi Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Trauma Mendeskripsikan proses penularan Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Kerusakan jaringan dan penyakit, factor yang mempengaruhi kperawtan
peningkatan paparan lingkungan penularan serta penatalaksanaannya, Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Ruptur membran amnion Menunjukkan kemampuan untuk Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Agen farmasi (imunosupresan) mencegah timbulnya infeksi Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
- Malnutrisi
Jumlah leukosit dalam batas normal dengan petunjuk umum
- Peningkatan paparan lingkungan
Menunjukkan perilaku hidup sehat Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
patogen
- Imonusupresi kandung kencing
- Ketidakadekuatan imum buatan Tingktkan intake nutrisi
- Tidak adekuat pertahanan Berikan terapi antibiotik bila perlu
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
inflamasi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Tidak adekuat pertahanan tubuh Monitor hitung granulosit, WBC
primer (kulit tidak utuh, trauma Monitor kerentanan terhadap infeksi
jaringan, penurunan kerja silia, Batasi pengunjung
cairan tubuh statis, perubahan Saring pengunjung terhadap penyakit menular
sekresi pH, perubahan Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
peristaltik) Pertahankan teknik isolasi k/p
- Penyakit kronik Berikan perawatan kuliat pada area epidema
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
Dorong masukkan nutrisi yang cukup
26
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Ajarkan cara menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
27
3.9 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
30
sebagian
P:
Rawat luka dengan bactigrass
Catat karakteristik luka
Bandingkan dan catat perubahan luka
5 Selasa,10-9-2018
32
b. Metronidazole 15 cc Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
c. Gentamicin 20 mg Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
TTV: t: 36.4oC, N: 128x/menit, RR: 30x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P:
Monitor tanda dan gejala infeksi
Kelola pemberian antibiotic
Rawat luka dengan Bactigrass
Minggu, 8-9-2018 14.00 Monitor tanda dan gejala infeksi S: -
18.00 Mengelola pemberian terapi antibiotic IV: O:
a. Ceftriaxone 1 gr dalam D5% 100 cc (habis dalam ½ Luka PSA (+), luka tertutup bactigrass, kasa dan
jam) plester
b. Metronidazole 15 cc Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
c. Gentamicin 20 mg Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
TTV: t: 36.4oC, N: 128x/menit, RR: 28x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P:
Monitor tanda dan gejala infeksi
Kelola pemberian antibiotic
Senin,9-9-2018 16.00 Melakukan perawatan luka post PSA S: OT mengatakan memahami cara melakukan vulva
Melakukan perawatan pada insersi IV long line hygiene dan perawatan luka operasi dengan salep
Monitor tanda dan gejala infeksi O:
Luka PSA (+), pus (-), perawatan luka terbuka
Mengajarkan OT cara melakukan vulva higiene
18.00 dengan salep (+)
Mengelola pemberian terapi antibiotic IV:
Spoeling DC dengan gentamicin 20 mg + NaCl 50
a. Ceftriaxone 1 gr dalam D5% 100 cc (habis dalam ½
cc (+) oleh dinas pagi
jam)
Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
b. Metronidazole 15 cc
Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
c. Gentamicin 20 mg
TTV: t: 36.2oC, N: 128x/menit, RR: 28x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
33
P:
Monitor tanda dan gejala infeksi
Kelola pemberian antibiotik
Selasa,10-9-2018
34
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Atresia Ani adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau
organ tubuler secara kongenital. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia ani yaitu tidak
berlubangnya dubur.
Dalam asuhan neonates tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada
anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus
akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan
yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Karenanya sebagai perawat, diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada anak dengan atresia ani bisa lebih teliti dalam melakukan pengkajian. Agar pasien
mendapatkan layanan kesehatan yang maksimal.
4.2 SARAN
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi
seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika
menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan
dengan tepat.
Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan
pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.
35
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainul. 2010. Gambaran Jenis Atresia Ani Pada Penderita Atresia Ani Di Rsup H. Adam
Malik Tahun 2008-2010. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
McCloskey, J.C, Bulechek, G.M. (2004) Nursing Intervention Classification (NIC) 4th edition,
Mosby, Elsevier.
Moorhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, M.L., Swnason, E. (2008) Nursing Outcomes
Classification (NOC) 4th edition, Mosby, Elsevier.
NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2011-2012.
Jakarta : EGC
36