Sie sind auf Seite 1von 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Atresia Ani adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau
organ tubuler secara kongenital. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia ani yaitu tidak
berlubangnya dubur. Atresia ani disebut juga Anus Imperforata.
Malformasi kecil terdapat 1 diantara 5000 kelahiran hidup, sedangkan malformasi besar
terjadi pada 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Kasus pada laki-laki lebih sering terjadi
daripada perempuan. Pada laki-laki sering didapatkan fistula rektouretra, sedangkan pada
perempuan paling sering didapatkan fistula rektovestibuler.
Dalam asuhan neonates tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada
anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus
akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan
yang cermat atau pemeriksaan perineum.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada anak dengan Atresia ani.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa yang dimaksut atresia ani.
b. Mengetahui etiologi stresia ani
c. Mengetahui manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani
d. Mengetahui komplikasi yang timbul dari atresia ani
e. Memahami WOC atresia ani
f. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan atresia ani
g. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada atresia ani

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

1.1 DEFINISI
Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal sebagai anus imperforate
meliputi anus, rectum atau keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002). Atresia Ani atau anus
imperforate adalah tidak terjadinya perforasi membran yang memisahkan bagian entoderm
mengakibatkan pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak berhubungan langsung
dengan rectum. (sumber Purwanto. 2001 RSCM) Atresia Ani merupakan kelainan bawaan
(kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong, 520 : 2003).
Atresia berasal dari bahasa Yunani, artinya tidak ada, trepis artinya nutrisi atau
makanan. Dalam istilah kedokteran atresia itu sendiri adalah keadaan tidak adanya atau
tertutupnya lubang badan normal atau organ tubular secara kongenital disebut juga clausura.
Dengan kata lain tidak adanya lubang di tempat yang seharusnya berlubang atau buntunya
saluran atau rongga tubuh, hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia dapat terjadi pada
seluruh saluran tubuh, misalnya atresia ani. Atresia ani yaitu tidak berlubangnya dubur.
Atresia ani memiliki nama lain yaitu anus imperforata. Jika atresia terjadi maka hampir
selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya.

1.2 ETIOLOGI

Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, namun ada sumber mengatakan
kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan pembentukan anus
dari tonjolan embriogenik. Atresia ani dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan.

2
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu
keempat sampai keenam usia kehamilan.

4. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan sekumpulan gejala


mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat ekstra
salinan kromosom 21)

5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

3
1.3 POHON MASALAH

4
1.4 MANIFESTASI KLINIS
1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touché terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)

1.5 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal.
h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare, pembedahan dan infeksi).
(Ngastiyah, 2005).

1.6 KLASIFIKASI
Secara fungsional, pasien atresia ani dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu :
1. Yang tanpa anus tetapi dengan dekompresi adequate traktus gastrointestinalis dicapai
melalui saluran fistula eksterna.
Kelompok ini terutma melibatkan bayi perempuan dengan fistula rectovagina atau
rectofourchette yang relatif besar, dimana fistula ini sering dengan bantuan dilatasi,
maka bisa didapatkan dekompresi usus yang adequate sementara waktu.
2. Yang tanpa anus dan tanpa fistula traktus yang tidak adequate untuk jalam keluar
tinja.
Pada kelompok ini tidak ada mekanisme apapun untuk menghasilkan dekompresi
spontan kolon, memerlukan beberapa bentuk intervensi bedah segera.

5
Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu :
a. Anomali rendah
Rectum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborectalis, terdapat
sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal
dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
b. Anomali intermediet
Rectum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis; lesung anal dan
sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
c. Anomali tinggi
Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini
biasanya berhungan dengan fistuls genitourinarius – retrouretral (pria) atau
rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit
perineum lebih daai1 cm.

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :


1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel mekonium.
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat menunjukkan
adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada mekonium yang
mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum tersebut
sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum sudah
masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
6. Pemeriksaan radiologis dapat ditemukan :
a. Udara dalam usus berhenti tiba-tiba yang menandakan obstruksi di daerah tersebut.
b. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bagian baru lahir dan
gambaran ini harus dipikirkan kemungkinan atresia reftil/anus impoefartus,
pada bayi dengan anus impoefartus. Udara berhenti tiba-tiba di daerah sigmoid,
kolon/rectum.

6
c. Dibuat foto anterpisterior (AP) dan lateral. Bayi diangkat dengan kepala dibawah
dan kaki diatas pada anus benda bang radio-opak, sehingga pada foto daerah
antara benda radio-opak dengan dengan bayangan udara tertinggi dapat diukur.

1.8 PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan keparahan
kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur pengobatannya. Untuk
kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari setelah lahir, kemudian anoplasti perineal
yaitu dibuat anus permanen (prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada
bayi berusia 12 bulan. Pembedahan ini dilakukan pada usia 12 bulan dimaksudkan
untuk memberi waktu pada pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk
berkembang. Tindakan ini juga memungkinkan bayi untuk menambah berat badan
dan bertambah baik status nutrisnya. Gangguan ringan di atas dengan menarik
kantong rectal melalui afingter sampai lubang pada kulit anal fistula, bila ada harus
tutup.
kelainan membranosa hanya memerlukan tindakan pembedahan yang
minimal membran tersebut dilubangi degan hemostratau skapel

2. Pengobatan
a. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan setelah 3 bulan
dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus permanen) (Staf Pengajar FKUI. 205).

7
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ATRESIA ANI

2.1 PENGKAJIAN

2.1.1 IDENTITAS PASIEN

Nama, Tempat tgl lahir, umur , Jenis Kelamin, Alamat, Agama, Suku Bangsa
Pendidikan, Pekerjaan , No. CM, Tanggal Masuk RS, Diagnosa Medis

2.1.2 RIWAYAT KESEHATAN


a. Keluhan Utama : Distensi abdomen
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :Muntah, perut kembung dan membuncit, tidak bisa
buang air besar, meconium keluar dari vagina atau meconium terdapat dalam urin.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Klien mengalami muntah-muntah setelah 24-48 jam
pertama kelahiran

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Merupakan kelainan kongenital bukan kelainan/


penyakit menurun sehingga belum tentu dialami oleh angota keluarga yang lain
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan : Kebersihan lingkungan tidak mempengaruhi
kejadian atresia ani

2.1.3 POLA FUNGSI KESEHATAN


a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Klien belum bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang dirasakan
dan apa yang diinginkan
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan
Pasien belum bisa melakukan aktifitas apapun secara mandiri karena masih bayi.
c. Pola istirahat/tidur
Diperoleh dari keterangan sang ibu bayi atau kelurga yang lain
d. Pola nutrisi metabolik
Klien hanya minum ASI atau susu kaleng
e. Pola eliminasi
Klien tidak dapat buang air besar, dalam urin ada meconium
f. Pola kognitif perseptual
Klien belum mampu berkomunikasi, berespon, dan berorientasi dengan baik pada
orang lain

8
g. Pola konsep diri
: belum bisa
1) Identitas diri dikaji
: belum bisa
2) Ideal diri dikaji
3)Gambaran diri : belum bisa dikaji
4 : belum bisa
Peran
) diri dikaji
5 : belum bisa
Harga
) diri dikaji
h. Pola seksual Reproduksi
Klien masih bayi dan belum menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan
Belum bisa dikaji karena klien belum mengerti tentang kepercayaan
j. Pola peran hubungan
Belum bisa dikaji karena klien belum mampu berinteraksi dengan orang lain secara
mandiri
k. Pola koping
Belum bisa dikaji karena klien masih bayi dan belum mampu berespon terhadap
adanya suatu masalah

2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Cemas b/d pembedahan dan mempunyai anak yang tidak sempurna
2. Inkontinensia Bowel b/d struktur anus yang tidak komplit
3. Kerusakan integritas kulit b/d kolostomi
4. Kurang pengetahuan b/d perawatan di rumah dan pembedahan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mencerna makanan
6. Resiko infeksi b/d pembedahan
7. Resiko defisit volume cairan b/d pengurangan intake cairan

2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Cemas b/d pembedahan NOC : NIC :


dan mempunyai anak  Anxiety control Anxiety Reduction
yang tidak sempurna  Coping (penurunan kecemasan)
 Impulse control  Gunakan pendekatan
Definisi : Kriteria Hasil : yang menenangkan

9
Perasaan gelisah yang tak  Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
jelas dari mengidentifikasi harapan terhadap pelaku
ketidaknyamanan atau dan pasien
ketakutan yang disertai mengungkapkan  Jelaskan semua prosedur
respon autonom (sumner gejala cemas dan apa yang dirasakan
tidak spesifik atau tidak  Mengidentifikasi, selama prosedur
diketahui oleh individu); mengungkapkan  Pahami prespektif pasien
perasaan keprihatinan dan menunjukkan terhdap situasi stres
disebabkan dari antisipasi tehnik untuk  Temani pasien untuk
terhadap bahaya. Sinyal mengontol cemas memberikan keamanan
ini merupakan peringatan  Vital sign dalam dan mengurangi takut
adanya ancaman yang batas normal  Berikan informasi faktual
akan datang dan  Postur tubuh, mengenai diagnosis,
memungkinkan individu ekspresi wajah, tindakan prognosis
untuk mengambil langkah bahasa tubuh dan  Dorong keluarga untuk
untuk menyetujui tingkat aktivitas menemani anak
terhadap tindakan menunjukkan
 Lakukan back / neck rub
Ditandai dengan berkurangnya
 Dengarkan dengan penuh
 Gelisah kecemasan
perhatian
 Insomnia  Identifikasi tingkat
 Resah kecemasan
 Ketakutan  Bantu pasien mengenal
 Sedih situasi yang menimbulkan
 Fokus pada diri kecemasan
 Kekhawatiran  Dorong pasien untuk
 Cemas mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
 Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan

2 Inkontinensia Bowel b/d NOC: NIC :


struktur anus yang tidak  Bowel Continence Bowel Inkontinence care
komplit  Bowel Elimination  Perkirakan penyebab fisik
Kriteria Hasil : dan psikologi dari
 BAB teratur, mulai inkontimemsia fekal
dari setiap hari  Jelaskan penyebab
sampai 3-5 hari masalah dan rasional dari
 Defekasi lunak, tindakan
feses berbentuk  Jelaskan tujuan dari
 Penurunan insiden managemen bowel pada
inkontinensia usus pasien/keluarga
 Diskusikan prosedur dan
criteria hasil yang
diharapkan bersama
pasien
 Instruksikan

10
pasien/keluarga untuk
mencatat keluaran feses
 Cuci area perianal
dengansabun dan air
lalukeringkan
 Jaga kebersihan baju dan
tempat tidur
 Lakukan program latihan
BAB
 Monitor efek samping
pengobatan.

Bowel Training
 Rencanakan program
BAB dengan pasien dan
pasien yang lain
 Konsul ke dokter jika
pasien memerlukan
suppositoria
 Ajarkan ke
pasien/keluarga tentang
prinsip latihan BAB
 Anjurkan pasien untuk
cukup minum
 Dorong pasien untuk
cukup latihan
 Jaga privasi klien
 Kolaborasi pemberian
suppositoria jika
memungkinkan
 Evaluasi status BAB
secara rutin
 Modifikasi program BAB
jika diperlukan

3 Kerusakan integritas kulit NOC : Tissue Integrity : NIC : Pressure Management


b/d kolostomi Skin and Mucous  Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaian
Definisi : Perubahan pada Kriteria Hasil : yang longgar
epidermis dan dermis  Integritas kulit  Hindari kerutan padaa
yang baik bisa tempat tidur
Batasan karakteristik : dipertahankan  Jaga kebersihan kulit
- Gangguan pada (sensasi, agar tetap bersih dan
bagian tubuh elastisitas, kering
- Kerusakan lapisa temperatur,  Mobilisasi pasien
kulit (dermis) hidrasi, (ubah posisi pasien)
- Gangguan pigmentasi) setiap dua jam sekali
permukaan kulit  Tidak ada  Monitor kulit akan
(epidermis) luka/lesi pada adanya kemerahan
Faktor yang berhubungan kulit  Oleskan lotion atau
:  Perfusi jaringan minyak/baby oil pada
Eksternal : baik derah yang tertekan

11
- Hipertermia atau  Menunjukkan  Monitor aktivitas dan
hipotermia pemahaman mobilisasi pasien
- Substansi kimia dalam proses  Monitor status nutrisi
- Kelembaban udara perbaikan kulit pasien
- Faktor mekanik dan mencegah  pasien dengan sabun
(misalnya : alat yang terjadinya sedera dan air hangat
dapat menimbulkan berulang
luka, tekanan,  Mampu
restraint) melindungi kulit
- Immobilitas fisik dan
- Radiasi mempertahankan
- Usia yang ekstrim kelembaban kulit
- Kelembaban kulit dan perawatan
- Obat-obatan alami
Internal :
- Perubahan status
metabolik
- Tulang menonjol
- Defisit imunologi
- Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
- Perubahan sensasi
- Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
- Perubahan status
cairan
- Perubahan pigmentasi
- Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)

4 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :


perawatan di rumah dan  Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
pembedahan. process  Berikan penilaian tentang
 Kowledge : health tingkat pengetahuan
Definisi : Behavior pasien tentang proses
Tidak adanya atau Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
kurangnya informasi  Pasien dan keluarga  Jelaskan patofisiologi dari
kognitif sehubungan menyatakan penyakit dan bagaimana
dengan topic spesifik. pemahaman tentang hal ini berhubungan
penyakit, kondisi, dengan anatomi dan
Batasan karakteristik : prognosis dan fisiologi, dengan cara
memverbalisasikan program pengobatan yang tepat.
adanya masalah,  Pasien dan keluarga  Gambarkan tanda dan
ketidakakuratan mampu gejala yang biasa muncul
mengikuti instruksi, melaksanakan pada penyakit, dengan
perilaku tidak sesuai. prosedur yang cara yang tepat
dijelaskan secara  Gambarkan proses
Faktor yang berhubungan benar penyakit, dengan cara
: keterbatasan kognitif,  Pasien dan keluarga yang tepat

12
interpretasi terhadap mampu menjelaskan  identifikasi kemungkinan
informasi yang salah, kembali apa yang penyebab, dengna cara
kurangnya keinginan dijelaskan yang tepat
untuk mencari informasi, perawat/tim  Sediakan informasi pada
tidak mengetahui sumber- kesehatan lainnya pasien tentang kondisi,
sumber informasi. dengan cara yang tepat
 Hindari jaminan yang
kosong
 Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
 Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
 Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
 Rujuk pasien pada grup
atau agensi di komunitas
lokal, dengan cara yang
tepat
 Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat.

5 Ketidakseimbangan NOC : Nutrition Management


nutrisi kurang dari Nutritional Status : food  Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh b/d and Fluid Intake makanan
ketidakmampuan Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli
mencerna makanan  Adanya peningkatan gizi untuk menentukan
berat badan sesuai jumlah kalori dan nutrisi
Definisi : Intake nutrisi dengan tujuan yang dibutuhkan pasien.
tidak cukup untuk  Berat badan ideal  Anjurkan pasien untuk
keperluan metabolisme sesuai dengan tinggi meningkatkan intake Fe
tubuh. badan  Anjurkan pasien untuk
 Mampu meningkatkan protein dan

13
Batasan karakteristik : mengidentifikasi vitamin C
- Berat badan 20 % atau kebutuhan nutrisi  Berikan substansi gula
lebih di bawah ideal  Tidak ada tanda tanda  Yakinkan diet yang
- Dilaporkan adanya malnutrisi dimakan mengandung
intake makanan yang  Tidak terjadi tinggi serat untuk
kurang dari RDA penurunan berat mencegah konstipasi
(Recomended Daily badan yang berarti  Berikan makanan yang
Allowance) terpilih ( sudah
- Membran mukosa dan dikonsultasikan dengan
konjungtiva pucat ahli gizi)
- Kelemahan otot yang  Ajarkan pasien
digunakan untuk bagaimana membuat
menelan/mengunyah catatan makanan harian.
- Luka, inflamasi pada  Monitor jumlah nutrisi
rongga mulut dan kandungan kalori
- Mudah merasa  Berikan informasi tentang
kenyang, sesaat setelah kebutuhan nutrisi
mengunyah makanan  Kaji kemampuan pasien
- Dilaporkan atau fakta untuk mendapatkan
adanya kekurangan nutrisi yang dibutuhkan
makanan
- Dilaporkan adanya Nutrition Monitoring
perubahan sensasi rasa  BB pasien dalam batas
- Perasaan normal
ketidakmampuan untuk  Monitor adanya
mengunyah makanan penurunan berat badan
- Miskonsepsi  Monitor tipe dan jumlah
- Kehilangan BB dengan aktivitas yang biasa
makanan cukup dilakukan
- Keengganan untuk  Monitor interaksi anak
makan atau orangtua selama
- Kram pada abdomen makan
- Tonus otot jelek  Monitor lingkungan
- Nyeri abdominal selama makan
dengan atau tanpa  Jadwalkan pengobatan
patologi dan tindakan tidak selama
- Kurang berminat jam makan
terhadap makanan  Monitor kulit kering dan
- Pembuluh darah perubahan pigmentasi
kapiler mulai rapuh  Monitor turgor kulit
- Diare dan atau  Monitor kekeringan,
steatorrhea rambut kusam, dan
- Kehilangan rambut mudah patah
yang cukup banyak  Monitor mual dan muntah
(rontok)  Monitor kadar albumin,
- Suara usus hiperaktif total protein, Hb, dan
- Kurangnya informasi, kadar Ht
misinformasi  Monitor makanan
kesukaan
Faktor-faktor yang  Monitor pertumbuhan dan
berhubungan : perkembangan
Ketidakmampuan  Monitor pucat,

14
pemasukan atau mencerna kemerahan, dan
makanan atau kekeringan jaringan
mengabsorpsi zat-zat gizi konjungtiva
berhubungan dengan  Monitor kalori dan intake
faktor biologis, psikologis nuntrisi
atau ekonomi.  Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

6 Resiko infeksi b/d NOC : NIC :


pembedahan  Immune Status Infection Control (Kontrol
 Knowledge : infeksi)
Definisi : Peningkatan Infection control  Bersihkan lingkungan
resiko masuknya  Risk control setelah dipakai pasien lain
organisme patogen Kriteria Hasil :  Pertahankan teknik isolasi
 Klien bebas dari  Batasi pengunjung bila
Faktor-faktor resiko : tanda dan gejala perlu
- Prosedur Infasif infeksi  Instruksikan pada
- Ketidakcukupan  Mendeskripsikan pengunjung untuk
pengetahuan untuk proses penularan mencuci tangan saat
menghindari paparan penyakit, factor berkunjung dan setelah
patogen yang berkunjung meninggalkan
- Trauma mempengaruhi pasien
- Kerusakan jaringan penularan serta  Gunakan sabun
dan peningkatan penatalaksanaannya antimikrobia untuk cuci
paparan lingkungan , tangan
- Ruptur membran  Menunjukkan  Cuci tangan setiap
amnion kemampuan untuk sebelum dan sesudah
- Agen farmasi mencegah tindakan kperawtan
(imunosupresan) timbulnya infeksi  Gunakan baju, sarung
- Malnutrisi
 Jumlah leukosit tangan sebagai alat
- Peningkatan paparan dalam batas normal pelindung
lingkungan patogen
 Menunjukkan  Pertahankan lingkungan
- Imonusupresi
perilaku hidup sehat aseptik selama
- Ketidakadekuatan
pemasangan alat
imum buatan
 Ganti letak IV perifer dan
- Tidak adekuat
line central dan dressing
pertahanan sekunder
sesuai dengan petunjuk
(penurunan Hb,
umum
Leukopenia,
penekanan respon  Gunakan kateter
inflamasi) intermiten untuk
- Tidak adekuat menurunkan infeksi
pertahanan tubuh kandung kencing
primer (kulit tidak  Tingktkan intake nutrisi
utuh, trauma jaringan,  Berikan terapi antibiotik
penurunan kerja silia, bila perlu
cairan tubuh statis,
perubahan sekresi pH, Infection Protection

15
perubahan peristaltik) (proteksi terhadap infeksi)
- Penyakit kronik  Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
 Monitor hitung
granulosit, WBC
 Monitor kerentanan
terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
 Pertahankan teknik isolasi
k/p
 Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara menghindari
infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif

7 Resiko defisit volume NOC:


cairan b/d pengurangan  Fluid balance Fluid management
intake cairan  Hydration  Timbang popok/pembalut
 Nutritional Status : jika diperlukan
Definisi : Penurunan Food and Fluid  Pertahankan catatan
cairan intravaskuler, Intake intake dan output yang
interstisial, dan/atau Kriteria Hasil : akurat
intrasellular. Ini mengarah  Mempertahankan  Monitor status hidrasi (
ke dehidrasi, kehilangan urine output sesuai kelembaban membran
cairan dengan dengan usia dan BB, mukosa, nadi adekuat,
pengeluaran sodium BJ urine normal, HT tekanan darah ortostatik ),

16
normal jika diperlukan
Batasan Karakteristik :  Tekanan darah, nadi,  Monitor vital sign
- Kelemahan suhu tubuh dalam  Monitor masukan
- Haus batas normal makanan / cairan dan
- Penurunan turgor  Tidak ada tanda hitung intake kalori
kulit/lidah tanda dehidrasi, harian
- Membran mukosa/kulit Elastisitas turgor  Kolaborasi pemberian
kering kulit baik, membran cairan IV
- Peningkatan denyut mukosa lembab,  Monitor status nutrisi
nadi, penurunan tidak ada rasa haus  Kolaborasikan pemberian
tekanan darah, yang berlebihan cairan
penurunan  Berikan cairan IV pada
volume/tekanan nadi suhu ruangan
- Pengisian vena
 Dorong masukan oral
menurun
 Berikan penggantian
- Perubahan status
nesogatrik sesuai output
mental
 Dorong keluarga untuk
- Konsentrasi urine
membantu pasien makan
meningkat
- Temperatur tubuh  Tawarkan snack ( jus
meningkat buah, buah segar )
- Hematokrit meninggi  Kolaborasi dokter jika
- Kehilangan berat tanda cairan berlebih
badan seketika (kecuali muncul meburuk
pada third spacing)  Atur kemungkinan
Faktor-faktor yang tranfusi
berhubungan:  Persiapan untuk tranfusi
- Kehilangan volume
cairan secara aktif
- Kegagalan mekanisme
pengaturan

17
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 IDENTITAS KLIEN


No. Rekam Medis : 59.09.14 Orang tua/wali
Nama Klien : An. A Nama ayah : Tn. D
Nama Panggilan :N Pekerjaan ayah : Wiraswasta
Tempat/Tanggal Lahir : 2 Februari 2018 Pendidikan : SLTA
Umur : 7 bulan Alamat ayah : Ds. Manukan Rt. 01 Rw. 04
Jenis Kelamin : Perempuan Kec. Garum Blitar

Tgl. masuk : Senin, 2 September 2018


Ruang : Dahlia
Diagnosa medis : Atresia ani post colostomy dengan vistel retrovestibular

3.2 RIWAYAT KESEHATAN


a. Keluhan Utama : BAB melalui colostomy
b. Riwayat Kesehatan Sekarang : Klien dengan atresia ani post colostomy
direncanakan operasi PSARP tanggal 4 September 2018
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
1. Prenatal
ANC teratur ke bidan, obat-obatan (-), hipertensi (-), diabetes mellitus (-)
2. Perinatal
Bayi lahir dengan secsio caesarea, BBL: 2200 gram, lahir langsung menangis,biru
(-), kuning (-)
3. Post natal
Anak kontrol rutin di RS, imunisasi (+), kuning (-).
4. Injuri/kecelakaan : tidak ada
5. Alergi : tidak ada
6. Penyakit yang pernah diderita : -
7. Imunisasi : lengkap

d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita atresia ani

18
3.3 POLA FUNGSI KESEHATAN
a. Pola persepsi terhadap kesehatan : Belum bisa terkaji
b. Pola aktifitas kesehatan/latihan : Selama di rumah sakit, Klien beraktivitas ditempat
tidur dan digendong oleh orang tuanya
c. Pola istirahat/tidur : Menurut ibunya anak tidur kurang lebih 13-15 jam/ hari
d. Pola nutrisi metabolik :
Ibu mengatakan anaknya minum ASI selama 6 bulan. Setelah usia 6 bulan anak
minum susu formula dan belum diberikan makanan tambahan.
Asupan nutrisi Klien sesuai program: Sufor 6 x 150 cc, Tim saring 3x, Biskuit 1 x 3
keping
e. Pola eliminasi :
BAB : Klien biasa BAB per colostomy, konsistensi lunak, warna kuning, diare (-)
BAK : dbn, warna kuning jernih, hematuri (-)
f. Pola kognitif perseptual : Belum bisa terkaji
g. Pola konsep diri : Belum bisa terkaji
h. Pola seksual reproduksi : Klien merupakan anak perempuan dan masih belum
menikah
i. Pola nilai dan kepercayaan : Belum bisa terkaji
j. Pola peran hubungan : Belum bisa terkaji
k. Pola koping : Belum bisa terkaji

3.4 PEMERIKSAAN FISIK


1 Keadaan umum KU sedang, Kesadaran : CM
2 Tanda-tanda vital N: 132x/menit RR:32x/menit t: 36,7o C
3 Antropometri BB: 8.7 kg TB : 65 cm LK:41 cm LLA: 15.5 cm
4 Kulit Integritas utuh, turgor elastis, warna pucat (-), sianosis (-),
ikterik (-)
5 Kepala Ukuran: mesochepal, luka (-)
6 Mata  Pupil isokor, reaksi terhadap cahaya (+)
 Konjungtiva anemis -|-, Sklera ikterik -|-
7 Telinga: Tidak ada kelainan, discharge (-)
8 Hidung Tidak terjadi sinusitis maupun epistaksis

19
9 Mulut Mukosa lembab, lidah lembab,
10 Leher JVP tidak meningkat, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
11 Paru-paru Vesikuler, ronkhi -|-, wheezing -|-, slym (-)
12 Jantung S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
13 Abdomen  Supel, bising usus (+), distensi (-), kembung (-)
 Terdapat colostomy, produk (+), prolapse (-)
14 Genitalia Jenis kelamin perempuan,
15 Anus Tidak tampak anus
16 Ekstremitas  Akral hangat, nadi kuat, CRT < 2 detik, edema (-)

3.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PENUNJANG


a. Hematologi
2-9-2018 Satuan Nilai normal
Darah rutin:
Hemoglobin 10.9 g/dL 10.1-12.9
Hematokrit 31.2 % 32 - 44
Jumlah leukosit 17.08 10*3/µL 6.00-17.50
Hitung Jenis:
Basofil 0.2 % 0.0-1.0
Eosinofil 2.1 % 1.0-6.0
Neutrofil batang 0.0 % 2.0-6.0
Neutrofil segmen 30.1 % 50.0-70.0
Limfosit 57.5 % 20.0-40.0
Monosit 10.1 % 2.0-9.0
Jumlah trombosit 507 ribu/ µL 150-450
PTT
PT (Klien) 12.5 Detik 9.7-13.1
PT (control) 11.4 Detik
APTT
APTT (Klien) 34.9 Detik 25.5-42.1
APTT (control) 30.6 Detik
2-9-2018 Satuan Nilai normal
Elektrolit:
Natrium 136 Mmol/L 135-145
Kalium 5.1 Mmol/L 3.5-5.3
Klorida 116 Mmol/L 98-107
Kalsium 12.2 Mg/dL 8.1-10.4
Protein total 6.73 g/dL 6.6-8.7
Albumin 3.80 g/dL 3.4-5.0

20
SGOT 39 U/L < 89
SGPT 62 U/L <57
Ureum darah 32 Mg/dL 10-50
Kreatinin darah 0.6 Mg/dL <1.1

b. Radiologi
1. Thorax Foto Anak
Mediastinum superior tampak melebar, sangat mungkin kelenjar thymus
Cor dengan ukuran, bentuk dan posisi normal
Kedua kelenjar hifus tidak menebal
Paru tampak infiltrate parakardial kanan paru
Sinus diafragma,tulang dan jaringan lunak normal
KESAN: DD: Interstitial pneumonia
2. Foto BNO
Preperitoneal fat kanan kiri sebagian menghilang
Distribusi udara usus sampai pelvis minor
Udara usus prominen, tidak tampak pelebaran lumen usus
Tampak penebalan dinding-dinding usus
Kontur kedua ginjal samar
Tidak tampak bayangan batu radiopak sepanjang proyeksi traktus urinarius
Psoas line kanan-kiri suram
Tulang-tulang baik
KESAN: Suspect peritonitis

3.6 TERAPI
Tanggal Pengobatan/ tindakan
2 September 2018  IVFD KAEN 3B 20 tpm (micro)
 Terapi oral: Kotrimoxazol + Metromid 3 x 1 bks, PCT
dll 3 x 1 bks
 Terapi IV: Dycinon 1 cc/12 jam, Asam tranexamat 2.5
cc/12 jam, Ceftriaxon 1 gr/24 jam (dalam D5% 100 cc,
habis dalam ½ jam)
 Makanan: tim saring 3x/hari, sufor 6x 150 cc, biscuit 1 x
3 keping

21
 Cek laboraturium: DL, PTT, APTT, ureum, creatinin,
elektrolit, SGOT, SGPT, protein total, albumin
 Spoeling distal: pagi dan sore
 Besok USG abdomen
3 September 2018  PRC 80 cc
 Puasa: IVFD KAEN 3A 34 tpm (micro)
4 September 2018  Operasi PSRAP dan pemasangan IV long line
 Terapi IV tambahan: Vitamin C 2cc/24 jam, Alinamin F
10 cc/12 jam, Tramal 30 mg/kolf
 Puasa
 Tampon pertahankan 24 jam
 Cek lab: DL post operasi
5 September 2018  IVFD KAEN 3A 350 cc, D40% 75 cc, ASFI 6% 100 cc
(36 cc/jam)
 Terapi IV tambahan: Metronidazole 15 cc/ 8 jam
 Makanan: Tim saring 3x/hari, Sufor 6 x 150 cc, Biskuit
3 keping
 Aff tampon
6 September 2018  IVFD KAEN 3A 400 cc, ASFI 6% 100 cc (32 cc/jam)
 Terapi IV tambahan : gentamicin 20 mg/12 jam
7 September 2018  IVFD KAEN 3A 400 cc, ASFI 6% 100 cc (28 ccc/jam)
 Rawat luka
 Cek elektrolit, protein total, dan albumin.

22
3.7 ANALISA DATA

No Tanggal Data Masalah Etiologi


PRE OPERATIF
1 2-9-2018 DS : Cemas Pembedahan dan
Ibu klien mengatakan meski anaknya mempunyai anak
pernah dioperasi pembuatan kolostomi, yang tidak
namun tetap sedikit waswas dengan sempurna
operasi yang akan dijalani anaknya
DO :
Ibu klien tampak gelisah

POST OPERATIF PSARP


1 4-9-2018 DS : Ibu klien mengatakan kalau klien Nyeri akut injuri fisik
rewel setelah sadar penuh
DO :
 Klien dengan post operasi PSRAP
H-0
 Klien mendapatkan terapi IV Tramal
30 mg/kolf
 Klien tampak rewel setelah sadar
penuh
 TTV: t: 36.7oC, N: 132x/menit, RR:
28x/menit
2 4-9-2018 DS : - Kerusakan integritas Factor mekanik
DO : jaringan (luka operasi)
 Klien dengan post operasi PSRAP
H-0
 Terdapat luka PSRAP di daerah
anus, luka tertutup tampon,
perdarahan (-)
4 4-9-2018 DS : - Resiko infeksi Pembedahan
DO :
 Klien dengan post operasi PSRAP
H-0
 Terdapat luka PSRAP di daerah
anus, luka tertutup tampon,
perdarahan (-)
 Hasil laborat leukosit : 10.000/uL
 TTV: t: 36.7oC, N: 132x/menit, RR:
28x/menit

23
3.8 RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa/ Masalah Kolaboratif Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
(NOC) (NIC)
1 Cemas b/d pembedahan dan NOC : NIC :
mempunyai anak yang tidak Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
 Anxiety control
sempurna  Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Coping  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Definisi :
 Impulse control  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
Perasaan gelisah yang tak jelas dari prosedur
ketidaknyamanan atau ketakutan Kriteria Hasil :  Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
yang disertai respon autonom
 Klien mampu mengidentifikasi dan  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
(sumner tidak spesifik atau tidak mengurangi takut
diketahui oleh individu); perasaan mengungkapkan gejala cemas  Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
keprihatinan disebabkan dari
 Mengidentifikasi, mengungkapkan prognosis
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal
 Dorong keluarga untuk menemani anak
ini merupakan peringatan adanya dan menunjukkan tehnik untuk
 Lakukan back / neck rub
ancaman yang akan datang dan
memungkinkan individu untuk
mengontol cemas  Dengarkan dengan penuh perhatian
mengambil langkah untuk  Vital sign dalam batas normal  Identifikasi tingkat kecemasan
menyetujui terhadap tindakan  Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
Ditandai dengan tubuh dan tingkat aktivitas kecemasan
 Gelisah menunjukkan berkurangnya  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,
 Insomnia kecemasan persepsi
 Resah  Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
 Ketakutan  Barikan obat untuk mengurangi kecemasan
 Sedih
 Fokus pada diri
 Kekhawatiran
 Cemas

2 Nyeri akut b/d injuri fisik NIC : NOC :

24
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri:
selama 2x24 jam masalah dapat teratasi a. Lakukan pengkajian komprehensif terhadap nyeri (PQRST),
dengan kriteria; observasi tanda nonverbal adanya ketidaknyamanan
b. Tentukan dampak nyeri terhadap kualitas hidup (ex: tidur,
Pain level
selera makan, aktivitas, kognisi, mood, dll)
 Lama episode nyeri berkurang
 Merintih dan menangis menurun c. Sediakan informasi tentang nyeri, misalnya penyebab, onset
 RR dbn dan durasi nyeri, antisipasi ketidaknyamanan karena
 Nadi dbn prosedur tertentu
d. Kontrol factor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon
klien terhadap ketidaknyamanan (ex: suhu ruang,
kebisingan, cahaya)
e. Tingkatkan istirahat dan tidur.
f. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
g. Evaluasi efektivitas intervensi
h. Kolaborasikan pemberian analgetik
3 Kerusakan integritas jaringan b/d NOC : NIC :
factor mekanik (luka operasi) Setelah dilakukan asuhan keperawatan Wound Care
selama 6x24 jam masalah dapat teratasi  Catat karakteristik luka,meliputi drainase, warna ,ukuran,
dengan kriteria; dan bau
Wound healing:primary intention  Basuh luka dengan cairan normal saline
 Keutuhan kulit baik
 Sediakan perawatan pada area incisi
 Pus tidak ada
 Kemerahan di sekitar luka tidak ada  Berikan salep yang sesuai pada kulit/luka
 Edema pada luka tidak ada  Pertahankan teknik dressing steril saat perawatan luka
 Bandingkan dan catat perubahan pada luka secara teratur
 Monitor luka tiap kali dilakukan dressing
 Ajarkan pada Klien dan keluarga tentang prosedur
perawatan luka
4. Resiko infeksi b/d pembedahan NOC : NIC :

25
Definisi : Peningkatan resiko  Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
masuknya organisme patogen  Knowledge : Infection control  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko :  Risk control  Pertahankan teknik isolasi
- Prosedur Infasif  Batasi pengunjung bila perlu
- Ketidakcukupan pengetahuan Kriteria Hasil :  Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat
untuk menghindari paparan  Klien bebas dari tanda dan gejala berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
patogen infeksi  Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
- Trauma  Mendeskripsikan proses penularan  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Kerusakan jaringan dan penyakit, factor yang mempengaruhi kperawtan
peningkatan paparan lingkungan penularan serta penatalaksanaannya,  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
- Ruptur membran amnion  Menunjukkan kemampuan untuk  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
- Agen farmasi (imunosupresan) mencegah timbulnya infeksi  Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai
- Malnutrisi
 Jumlah leukosit dalam batas normal dengan petunjuk umum
- Peningkatan paparan lingkungan
 Menunjukkan perilaku hidup sehat  Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi
patogen
- Imonusupresi kandung kencing
- Ketidakadekuatan imum buatan  Tingktkan intake nutrisi
- Tidak adekuat pertahanan  Berikan terapi antibiotik bila perlu
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
inflamasi)  Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
- Tidak adekuat pertahanan tubuh  Monitor hitung granulosit, WBC
primer (kulit tidak utuh, trauma  Monitor kerentanan terhadap infeksi
jaringan, penurunan kerja silia,  Batasi pengunjung
cairan tubuh statis, perubahan  Saring pengunjung terhadap penyakit menular
sekresi pH, perubahan  Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko
peristaltik)  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Penyakit kronik  Berikan perawatan kuliat pada area epidema
 Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
 Dorong masukkan nutrisi yang cukup

26
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan infeksi
 Laporkan kultur positif

27
3.9 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

DIAGNOSA KEPERAWATAN: CEMAS


No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
1 Senin, 2-9-2018 15.00  Menilai tingkat kecemasan yang dialami orang tua S:
klien  Ibu mengatakan cukup jelas dengan penjelasan dokter
 Menginformasikan pada orang tua klien tentang dan perawat tentang prodesur operasi
tanggal, jam, dan lokasi operasi  Ibu mengatakan meski anaknya pernah dioperasi
 Menentukan pengalaman operasi sebelumnya dan pembuatan kolostomi, namun tetap sedikit waswas
tingkat pengetahuan tentang operasi yang akan dengan operasi yang akan dijalani anaknya
dilakukan O:-
A: masalah cemas teratasi sebagian
P:
 Sediakan waktu bagi Klien untuk bertanya atau
berdiskusi
 Jelaskan persiapan operasi (anesthesia, diet bowel
preparation, test/lab,dll).
2 Selasa, 3-9-2018 16.00  Menjelaskan persiapan operasi (anesthesia, diet bowel S: Ibu Klien mengatakan sedikit cemas bila mengingat
preparation, test/lab,dll). prosedur yang akan dijalani anaknya besok
 Menyediakan waktu bagi Klien untuk bertanya atau O:
A: masalah teratasi sebagian
berdiskusi
P: Dampingi anak dan OT hingga ruang persiapan operasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN: NYERI AKUT


No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
1 Rabu, 4-9-2018 15.00  Melakukan pengkajian komprehensif terhadap nyeri S: ibu mengatakan anaknya tidak rewel setelah operasi
(PQRST), observasi tanda nonverbal adanya O:
ketidaknyamanan  Anak tampak tidur tenang
 Analgesik IV Tramal 30 mg/kolf
 Mengontrol factor lingkungan yang dapat
 TTV: t: 36.7oC, N: 132x/menit, RR: 28x/menit
mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan
A: masalah teratasi sebagian
28
(ex: suhu ruang, kebisingan, cahaya) P:
 Mengelola pemberian analgesic IV Tramal 30 mg/kolf  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Evaluasi efektivitas intervensi

2 Kamis, 5-9-2018 21.00  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan S: -


 Evaluasi efektivitas intervensi O:
 Mengontrol factor lingkungan yang dapat  Anak tampak tidur tenang
 Analgesik IV Tramal 30 mg/kolf
mempengaruhi respon klien terhadap ketidaknyamanan
 TTV: t: 36.2oC, N: 128x/menit, RR: 28x/menit
(ex: suhu ruang, kebisingan, cahaya)
A: masalah teratasi sebagian
P:
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Evaluasi efektivitas intervensi

DIAGNOSA KEPERAWATAN: KERUSAKAN INTEGRITAS JARINGAN


No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
1 Kamis, 5-9-2018 11.00  Melepas tampon S:-
 Melakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan O:
betadine serta bactigrass.  Aff tampon (+), perdarahan (-), perawatan luka
 Mempertahankan teknik steril saat perawatan luka dengan bactigrass (+)
 Mencatat karakteristik luka  Karakteristik luka: kemerahan (-), bengkak (-),
discharge (-), pus (-), dehisensi (-)
A: masalah kerusakan integritas jaringan teratasi
sebagian
P:
 Rawat luka dengan bactigrass
 Catat karakteristik luka
 Bandingkan dan catat perubahan luka
2 Jumat, 6-9-2018 09.00  Melakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan S:-
29
betadine serta bactigrass. O:
 Mempertahankan teknik steril saat perawatan luka  Perawatan luka dengan bactigrass (+), luka tutup
 Mencatat karakteristik luka dengan kasa dan plester, perdarahan (-),
 Karakteristik luka: kemerahan (-), bengkak (-),
discharge (-), pus (-), dehisensi (-)
A: masalah kerusakan integritas jaringan teratasi
sebagian
P:
 Rawat luka dengan bactigrass
 Catat karakteristik luka
 Bandingkan dan catat perubahan luka
3 Sabtu,7-9-2018  Melakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan S:-
betadine serta bactigrass. O:
 Mempertahankan teknik steril saat perawatan luka  Perawatan luka dengan bactigrass (+),luka tutup
 Mencatat karakteristik luka dengan kasa dan plester, perdarahan (-),
 Karakteristik luka: kemerahan (-), bengkak (-),
discharge (-), pus (-), dehisensi (-)
A: masalah kerusakan integritas jaringan teratasi
sebagian
P:
 Catat karakteristik luka
 Bandingkan dan catat perubahan luka
4 Senin,9-9-2018  Melakukan perawatan luka dengan NaCl 0.9% dan S:Ibu Klien mengatakan sudah paham tentang cara
betadin pemberian salep
 Mengajarkan pada Klien dan keluarga tentang prosedur O:
 Perawatan luka dengan salep (+), luka terbuka,
perawatan luka dan pemberian salep
perdarahan (-),
 Mempertahankan teknik steril saat perawatan luka
 Karakteristik luka: kemerahan (-), bengkak (-),
 Mencatat karakteristik luka
discharge (-), pus (-), dehisensi (-)
A: masalah kerusakan integritas jaringan teratasi

30
sebagian
P:
 Rawat luka dengan bactigrass
 Catat karakteristik luka
 Bandingkan dan catat perubahan luka
5 Selasa,10-9-2018

DIAGNOSA KEPERAWATAN: RESIKO INFEKSI


No Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi
Senin,2-9-2018 15.00  Mengajarkan OT tentang cuci tangan S: OT mengatakan sudah menerapkan cuci tangan
 Membatasi jumlah pengunjung sebelum dan sesudah kontak dengan bayinya
16.00  Mengajarkan pada OT tentang tanda dan gejala infeksi O:
 IV line perifer (+),
dan kapan harus melaporkannya kepada petugas
20.00  Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
 Monitor tanda dan gejala infeksi
 Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
 Menerapkan universal precautions
 TTV: t: 36.7oC, N: 132x/menit, RR: 28x/menit
 Melakukan pemasangan IV line dengan teknik aseptik
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
 Mengelola pemberian ceftriaxone 1 gr dalam D5% 100
P:
cc (habis dalam ½ jam)  Monitor tanda dan gejala infeksi
 Kelola pemberian antibiotic

Selasa,3-9-2018 14.00  Monitor tanda dan gejala infeksi S: -


 Membatasi jumlah pengunjung O:
18.00  Mengelola pemberian ceftriaxone 1 gr dalam D5% 100  IV line perifer (+),
cc (habbis dalam ½ jam)  Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
 Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
 TTV: t: 36.5oC, N: 128x/menit, RR: 28x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
31
 Kelola pemberian antibiotic
Rabu, 4-9-2018 14.00  Monitor tanda dan gejala infeksi S: OT mengatakan sudah menerapkan cuci tangan
18.00  Mengelola pemberian terapi antibiotic IV: sebelum dan sesudah kontak dengan bayinya
a. Ceftriaxone 1 gr dalam D5% 100 cc (habbis dalam O:
 IV line perifer (+),
½ jam)
 Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
b. Metronidazole 15 cc
 Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
c. Gentamicin 20 mg
 Luka post PSARP (+), tertutup kasa dan plester
 TTV: t: 36.7oC, N: 132x/menit, RR: 28x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
 Kelola pemberian antibiotic

Kamis, 5-9-2018 21.00  Monitor tanda dan gejala infeksi S: -


06.00  Mengelola pemberian terapi antibiotic IV: O:
a. Metronidazole 15 cc  Luka PSA (+), perawatan luka dengan Bactigrass
b. Gentamicin 20 mg (+), luka tertutup kasa dan plester
 Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
 Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
 TTV: t: 36.2oC, N: 128x/menit, RR: 28x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
 Kelola pemberian antibiotic
Jumat, 6-9-2018
Sabtu,7-9-2018 14.00  Monitor tanda dan gejala infeksi S: -
18.00  Mengelola pemberian terapi antibiotic IV: O:
a. Ceftriaxone 1 gr dalam D5% 100 cc (habis dalam ½  Luka PSA (+), perawatan luka dengan Bactigrass (+)
jam) oleh dinas pagi, luka tertutup kasa dan plester

32
b. Metronidazole 15 cc  Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
c. Gentamicin 20 mg  Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
 TTV: t: 36.4oC, N: 128x/menit, RR: 30x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
 Kelola pemberian antibiotic
 Rawat luka dengan Bactigrass
Minggu, 8-9-2018 14.00  Monitor tanda dan gejala infeksi S: -
18.00  Mengelola pemberian terapi antibiotic IV: O:
a. Ceftriaxone 1 gr dalam D5% 100 cc (habis dalam ½  Luka PSA (+), luka tertutup bactigrass, kasa dan
jam) plester
b. Metronidazole 15 cc  Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
c. Gentamicin 20 mg  Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
 TTV: t: 36.4oC, N: 128x/menit, RR: 28x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
P:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
 Kelola pemberian antibiotic
Senin,9-9-2018 16.00  Melakukan perawatan luka post PSA S: OT mengatakan memahami cara melakukan vulva
 Melakukan perawatan pada insersi IV long line hygiene dan perawatan luka operasi dengan salep
 Monitor tanda dan gejala infeksi O:
 Luka PSA (+), pus (-), perawatan luka terbuka
 Mengajarkan OT cara melakukan vulva higiene
18.00 dengan salep (+)
 Mengelola pemberian terapi antibiotic IV:
 Spoeling DC dengan gentamicin 20 mg + NaCl 50
a. Ceftriaxone 1 gr dalam D5% 100 cc (habis dalam ½
cc (+) oleh dinas pagi
jam)
 Tanda-tanda phlebitis pada long line (-)
b. Metronidazole 15 cc
 Tanda-tanda infeksi pada colostomy (-)
c. Gentamicin 20 mg
 TTV: t: 36.2oC, N: 128x/menit, RR: 28x/menit
A: masalah resiko infeksi teratasi sebagian
33
P:
 Monitor tanda dan gejala infeksi
 Kelola pemberian antibiotik
Selasa,10-9-2018 

34
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Atresia Ani adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan normal atau
organ tubuler secara kongenital. Hal ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir atau terjadi
kemudian karena proses penyakit yang mengenai saluran itu. Atresia ani yaitu tidak
berlubangnya dubur.
Dalam asuhan neonates tidak sedikit dijumpai adanya kelainan cacat kongenital pada
anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk mengeluarkan feces karena terjadi
gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat kehamilan. Walaupun kelainan lubang anus
akan mudah terbukti saat lahir, tetapi kelainan bisa terlewatkan bila tidak ada pemeriksaan
yang cermat atau pemeriksaan perineum.
Karenanya sebagai perawat, diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan
pada anak dengan atresia ani bisa lebih teliti dalam melakukan pengkajian. Agar pasien
mendapatkan layanan kesehatan yang maksimal.

4.2 SARAN
 Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi
seorang perawat profesional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika
menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan
dengan tepat.
 Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan
pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syok.

35
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainul. 2010. Gambaran Jenis Atresia Ani Pada Penderita Atresia Ani Di Rsup H. Adam
Malik Tahun 2008-2010. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
McCloskey, J.C, Bulechek, G.M. (2004) Nursing Intervention Classification (NIC) 4th edition,
Mosby, Elsevier.
Moorhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, M.L., Swnason, E. (2008) Nursing Outcomes
Classification (NOC) 4th edition, Mosby, Elsevier.
NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2011-2012.
Jakarta : EGC

36

Das könnte Ihnen auch gefallen