Sie sind auf Seite 1von 8

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN OTITIS MEDIA

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna
dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan struktur tulang di
dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak – anak di bawah usia 15 tahun. Ada
3 ( tiga ) jenis otitis media yang paling umum ditemukan di klinik, yaitu :

A. Otitis Media Akut

Otitis media akut adalah keadaan dimana terdapatnya cairan di dalam telinga tengah dengan
tanda dan gejala infeksi. Otitis media akut Adalah peradangan akut sebagian atau seluruh
periosteum telinga tengah, yang disebabkan oleh bakteri atau virus. Otitis media akut bisa terjadi
pada semua usia, tetapi paling sering ditemukan pada anak-anak terutama usia 3 bulan – 3 tahun.

B. Otitis Media Serosa (Otitis media dengan efusi)

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa
adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative
dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii. Pada penyakit ini, tidak ada
agen penyebab definitive yang telah diidentifikasi, meskipun otitis media dengan efusi lebih
banyak terdapat pada anak yang telah sembuh dari otitis media akut dan biasanya dikenal dengan
“glue ear”. Bila terjadi pada orang dewasa, penyebab lain yang mendasari terjadinya disfungsi
tuba eustachii harus dicari. Efusi telinga tengah sering terlihat pada pasien setelah mengalami
radioterapi dan barotrauma ( eg : penyelam ) dan pada pasien dengan disfungsi tuba eustachii
akibat infeksi atau alergi saluran napas atas yang terjadi.

C. Otitis Media Kronik

Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible
dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani. Sering
berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani. Infeksi kronik telinga tengah tak
hanya mengakibatkan kerusakan membrane timpani tetapi juga dapat menghancurkan osikulus
dan hampir selalu melibatkan mastoid. Sebelum penemuan antibiotic, infeksi mastoid merupakan
infeksi yang mengancam jiwa. Sekarang, penggunaan antibiotic yang bijaksana pada otitis media
akut telah menyebabkan mastoiditis koalesens akut menjadi jarang. Kebanyakan kasus mastoiditis
akut sekarang ditemukan pada pasien yang tidak mendapatkan perawatan telinga yang memadai
dan mengalami infeksi telinga yang tak ditangani. Mastoiditis kronik lebih sering, dan beberapa
dari infeksi kronik ini, dapat mengakibatkan pembentukan kolesteatoma, yang merupakan
pertumbuhan kulit ke dalam ( epitel skuamosa ) dari lapisan luar membrane timpani ke telinga
tengah. Kulit dari membrane timpani lateral membentuk kantong luar, yang akan berisi kulit yang
telah rusak dan bahan sebaseus. Kantong dapat melekat ke struktur telinga tengah dan mastoid.
Bila tidak ditangani, kolesteatoma dapat tumbuh terus dan menyebabkan paralysis nervus fasialis
( N. Cranial VII ), kehilangan pendengaran sensorineural dan/ atau gangguan keseimbangan
(akibat erosi telinga dalam) dan abses otak.

B. Penyebab
Pada umumnya Otitis media disebabkan oleh :

 Streptococcus.
 Stapilococcus.

 Diplococcus pneumonie.

 Hemopilus influens.

 Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.

 Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E. Coli.

 Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC paru.

C. Patofisiologi

Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian mengenai telinga tengah, kecuali pada
kasus yang relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang membocorkan membran
timpani. Stadium awal komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada mukosa tuba
eusthacius bagian faring, yang kemudian lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa.

Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh terkumpulnya cairan eksudat dan transudat
dalam telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat rentan terhadap infeksi bakteri
yang datang langsung dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh pejamu dan virulensi
bakteri akan menentukan progresivitas penyakit.

D.Manifestasi Klinis

A. Otitis Media Akut

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan
sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa.
Membrane tymphani merah, sering menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat,
tidak bergerak pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada telinga
tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat mengalami perforasi.

Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani Keluhan nyeri telinga ( otalgia )

 Sakit telinga yang berat dan menetap.


 Terjadi gangguan pendengaran yang bersifat sementara .

 Pada anak-anak bisa mengalami muntah, diare dan demam sampai 40,5ºC

 Gendang telinga mengalami peradangan dan menonjol.

 Demam

 Anoreksia

 Limfadenopati servikal anterior

B. Otitis Media Serosa


Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal dalam telinga atau
perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii
berusaha membuka. Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-abu
pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam telinga tengah. Audiogram
biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.

C. Otitis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan terdapat otorrhea
intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus
mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan
edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membrane
timpani memperlihatkan adanya perforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di
belakang membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi.
Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric
pada kasus kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau
campuran.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhungan dengan proses inflamasi pada jaringan telinga tengah

2. Perubahan sensori / persepsi Auditorius berhungan dengan Gangguan penghantaran bunyi


pada organ pendengaran.

3. Gangguan Body Image berhubungan dengan paralysis nervus fasialis

4. Ancietas berhubungan dengan prosedur pembedahan ; miringoplasty / mastoidektomi.

ASUHAN KEPERAWATAN MANIERE

2.1 Definisi

Penyakit Meniere pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli dari Perancis bernama Prospere
Meniere dalam sebuah artikel yang diterbitkannya pada tahun 1861. Definisi penyakit Meniere
adalah suatu penyakit pada telinga dalam yang bisa mempengaruhi pendengaran dan
keseimbangan. Penyakit ini ditandai dengan keluhan berulang berupa vertigo, tinnitus, dan
pendengaran yang berkurang ssecara progresif, biasanya pada satu telinga. Penyakit ini
disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan dari endolimfe pada telinga dalam.

Endolimph atau cairan Scarpa adalah cairan yang berada di dalam labirin telinga
dalam. Kation utama yang berada di cairan ekstraselular ini adalah kalium. Ion yang terdapat di
dalam endolimfe lebih banyak dari perilimfe. Sedangkan perilimfe adalah cairan ekstraseluler
yang terletak di koklea, tepatnya pada bagian skala timpani dan skala vestibuli. Komposisi ionik
perimlife seperti pada plasma dan cairan serebrospinal. Kation terbanyak adalah natrium.
Perilimfe dan endolimfe memiliki komposisi ionik yang unik yang sesuai untuk menjalankan
fungsinya yaitu mengatur rangsangan elektrokimiawi dari sel-sel rambut di indera pendengaran.
Potensoal listrik dari endolimfe ~80-90 mV lebih positif dari perilimfe.
Canalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran), merupakan suatu struktur yang terdiri dari 3
buah saluran setengah lingkaran yang tersusun menjadi satu kesatuan dengan posisi yang
berlainan, yaitu: canalis semisirkularis horizontal, canalis semisirkularis vertikal superior, canalis
semisirkularis vertikal posterior. Masing-masing canalis semisirkularis berisi cairan endolympha
dan pada salah satu ujungnya yang membesar disebut ampula, berisi reseptor keseimbangan
yang disebut cristac ampularis. Masing-masing cristac terdiri dari sel-sel bercillia dan sel-sel
penyangga yang keseluruhannya ditutupi oleh suatu selaput yang disebut cupula. Karena
kelembamannya, maka endolymph yang terdapat di dalam canalis semisirkularis akan bergerak ke
arah yang berlawanan dengan arah putaran. Aliran endolymph akan mendorong cupula
melengkungkan cillia-cillia dari sel-sel rambut, dengan demikian maka sel bercillia tersebut
terangsang dan merubahnya menjadi impuls sensori yang untuk selanjutnya ditransmisikan ke
pusat keseimbangan di otak. Canalis semisirkularis merupakan organ keseimbangan dinamis yaitu
memberikan respons terhadap pemutaran tubuh.

2.2 Etiologi

Penyebab pasti dari penyakit Meniere sampai sekarang belum diketahui secara pasti,
banyak ahli mempunyai pendapat yang berbeda. Sampai saat ini dianggap penyebab dari penyakit
ini disebabkan karena adanya gangguan dalam fisiologi sistem endolimfe yang dikenal dengan
hidrops endolimfe, yaitu suatu keadaan dimana jumlah cairan endolimfe mendadak meningkat
sehingga mengakibakan dilatasi dari skala media. Tetapi, penyebab hidrops endolimfe sampai saat
ini belum dapat dipastikan. Ada beberapa anggapan mengenai penyebab terjadinya hidrops,
antara lain :

1. Meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri


2. Berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler

3. Meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler

4. Jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan endolimfa

5. Infeksi telinga tengah

6. Infeksi traktus respiratorius bagian atas

7. Trauma kepala

8. Konsumsi kafein dan makanan yang mengandung garam tinggi

9. Konsumsi aspirin, alkohol, dan rokok yang berkepanjangan

10. Infeksi virus golongan herpesviridae

11. Herediter

Berikut akan dijelaskan mengenai penyebab yang dianggap dapat mencetuskan penyakit Meniere:

1. Virus Herpes (HSV)

Herpes virus banyak ditemukan pada pasien Meniere. Pernah ada laporan bahwa 12 dari 16
pasien Meniere terdapat DNA virus herpes simpleks pada sakus endolimfatikusnya. Selain itu
pernah dilaporkan juga pada pasien Meniere yang diberi terapi antivirus terdapat perbaikan.
Tetapi anggapan ini belum dapat dibuktikan seluruhnya karena masih perlu penelitian yang lebih
lanjut.
1. Herediter

Pada penelitian didapatkan 1 dari 3 orang pasien mempunyai orang tua yang menderita penyakit
Meniere juga. Predisposisi herediter dianggap mempunyai hubungan dengan kelainan anatomis
saluran endolimfatikus atau kelainan dalam sistem imunnya.

1. Alergi

Pada pasien Meniere didapatkan bahwa 30% diantaranya mempunyai alergi terhadap makanan.
Hubungan antara alergi dengan panyakit Meniere adalah sebagai berikut :

 Sakus endolimfatikus mungkin menjadi organ target dari mediator yang dilepaskan pada
saat tubuh mengadakan reaksi terhadap makanan tertentu.
 Kompleks antigen-antibodi mungkin menggangu dari kemampuan filtrasi dari sakus
endolimfatikus

 Ada hubungan antara alergi dan infeksi virus yang menyebabkan hidrops dari sakus
endolimfatikus

1. Trauma kepala

Jaringan parut akibat trauma pada telinga dalam dianggap dapat menggangu aliran hidrodinamik
dari endolimfatikus. Anggapan ini diperkuat dengan adanya pasien Meniere yang mempunyai
riwayat fraktur tulang temporal.

1. Autoimun

Ada pula anggapan dari ahli yang menyatakan bahwa hidrops endolimfe bukan merupakan
penyebab dari penyakit Meniere. Ini dikatakan oleh Honrubia pada tahun 1999 dan Rauch pada
tahun 2001 bahwa pada penelitian otopsi ditemukan hidrops endolimfe pada 6% dari orang yang
tidak menderita penyakit Meniere. Penelitian yang banyak dilakukan sekarang difokuskan pada
fungsi imunologik pada sakus endolimfatikus. Beberapa ahli berpendapat penyakit Meniere
diakibatkan oleh gangguan autoimun. Brenner yang melakukan penelitian pada tahun 2004
mengatakan bahwa pada sekitar 25 % penderita penyakit Meniere didapatkan juga penyakit
autoimun terhadap tiroid. Selain itu Ruckenstein pada tahun 2002 juga mendapatkan pada sekitar
40 % pasien penderita penyakit Meniere didapatkan hasil yang positif pada pemeriksaan
autoimun darah seperti Rheumatoid factor, Antibodi antiphospholipid dan Anti Sjoegren.

2.3 Manifestasi Klinis

Sifat yang khas pada penyakit Meniere adalah terdapatnya periode aktif/serangan yang
bervariasi lamanya yang diselingi dengan periode remisi yang lebih panjang dan juga bervariasi
lamanya. Pola serangan dan remisi pada individu tidak dapat diramalkan, walaupun gejala
berkurang setelah beberapa tahun. Pada saat serangan biasanya terdapat trias Meniere yaitu
vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran. Biasanya terdapat adanya suatu periode rasa penuh
atau tertekan pada telinga yang dirasakan penderita selama berjam-jam, berhari-hari, atau
berminggu-minggu. Namun sensasi ini terlupakan karena adanya serangan vertigo yang hebat
yang timbul tiba-tiba disertai mual dan muntah. Terdapat adanya kurang pendengaran yang
hampir tidak dirasakan pada telinga yang bersangkutan karena genuruh tinitus yang timbul
bersamaan dengan vertigo. Episode awal biasanya berlangsung selama 2-4 jam, setelah itu
vertigo mereda, meskipun pusing (dizziness) pada gerakan kepala menetap selama beberapa jam.
Pendengaran membaik dan titnitus berkurang, tetapi tidak menghilang dengan redanya vertigo.
Kemudian ada periode bebas vertigo. Selama periode ini penderita mungkin hanya merasakan
tinitus yang bergemuruh. Gejala-gejala ini kemudian diselingi oleh episode vertigo spontan lain
yang mirip dengan yang pertama dengan derajat yang lebih ringan. Frekuensi serangan ini
bervariasi, tetapi biasanya timbul sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu, atau sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu bulan. Pada kasus-kasus berat dapat timbul serangan setiap hari.
Biasanya setelah periode tersebut, yang dapat berlangsung beberapa minggu, terjadi remisi
spontan atau akibat pengobatan, yang pada waktu itu gejala hilang sama sekali, kecuali gangguan
pada pendengaran pada telinga yang bersangkutan. Namun fase remisi tersebut ternyata tidak
permanen, dapat terjadi pengulangan fase akut seperti sebelumnya yang timbul dalam beberapa
bulan. Sementara pola aktif dan remisi berjalan, gejala pada periode akut melemah oleh karena
hilangnya secra bertahap kemampuan organ akhir dalam memberikan respon akibat degenerasi
elemen-elemen sensorik.

Variasi dalam simtomatologi telah di uraikan dan kadang-kadang dapat ditemukan. Sindrom
Lermoyes merupakan satu contoh dimana gangguan pendengaran terjadi berbulan-bulan atau
bertahun-tahun sebelum timbulnya serangan vertigo pertama.

Ada 3 tingkat derajat keparahan penyakit Meniere :

1. Derajat I, gejala awal berupa vertigo yang disertai mual dan muntah. Gangguan vagal
seperti pucat dan berkeringat dapat terjadi. Sebelum gejala vertigo menyerang, pasien
dapat merasakan sensasi di telinga yang berlangsung selama 20 menit hingga beberapa
jam. Diantara serangan, pasien sama sekali normal.
2. Derajat II, gangguan pendengaran semakin menjadi-jadi dan berfluktuasi. Muncul gejala
tuli sensorineural terhadap frekuensi rendah.

3. Derajat III, gangguan pendengaran tidak lagi berfluktuasi namun progresif memburuk.
Kali ini mengenai kedua telinga sehingga pasien seolah mengalami tuli total. Vertigo
mulai berkurang atau menghilang.

2.4 Patofisiologi

Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal didapatkan pelebaran dan perubahan pada
morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam skala vestibuli, terutama di
daerah apeks koklea (helikotrema). Sakulus juga mengalami pelebaran yang dapat menekan
utrikulus. Pada awalnya pelebaran skala media dimulai dari apeks koklea, kemudian dapat meluas
mengenai bagian tengah dan basal koklea.

Secara patologis, penyakit Meniere disebabkan oleh pembengkakan pada kompartemen


endolimfatik, bila proses ini berlanjut dapat terjadi ruptur membran Reissner sehingga endolimfe
bercampur dengan perilimfe. Hal ini meyebabkan gangguan pendengaran sementara yang
kembali pulih setelah membrana kembali menutup dan cairan endolimfe dan perilimfe kembali
normal. Hal ini yang menyebabkan terjadinya ketulian yang dapat sembuh bila tidak terjadinya
serangan.

Terjadinya Low tone Hearing Loss pada gejala awal yang reversibel disebabkan oleh distorsi yang
besar pada daerah yang luas dari membrana basiler pada saat duktus koklear membesar ke arah
skala vestibuli dan skala timpani.

Mekanisme terjadinya serangan yang tiba-tiba dari vertigo kemungkinan disebabkan terjadinya
penonjolan-penonjolan keluar dari labirin membranasea pada kanal ampula. Penonjolan kanal
ampula secara mekanis akan memberikan gangguan terhadap krista. Tinitus dan perasaan penuh
di dalam telinga pada saat serangan mungkin disebabkan tingginya tekanan endolimfatikus.
2.5 Penatalaksanaan

Terapi

a. Terapi Medis Profilaksis

Terapi medis diarahkan untuk mengatasi proses penyakit yang mendasarinya atau mengontrol
serangan vertigo selama eksaserbasi penyakit.

- Vasodilator

Vasidilator yang sering digunakan adalah Betahistin HCl 8 mg 3 kali sehari, jika tidak terdapat
ulkus peptikum. Alternatif lain adalah asam nikotinat, histamine dan siklandelat. Vasodilator
digunakan akibat gangguan pada endolimfe oleh kelainan vaskuler.

- Antikolinergik

Probantin telah digunakan sebagai terapi meniere karena teori bahwa hidrops endolimfatik
disebabkan oleh disfungsi susunan saraf autonom di telinga dalam.

- Penggunaan Hormon Tiroid

Penggunan hormone tiroid didasrkan atas teori bahwa hipotiroidisme ringan adalah termasuk
penyebab hidrops endolimfatik.

- Pemberian Vitamin

Pemberian vitamin berdasarkan atas teori bahwa penyakit meniere akibat defisiensi vitamin.
Vitamin yang biasa diberikan adalah vitamin B kompleks, asam askorbat dan senyawa sitrus bio-
flavonoid (Lipoflavonoid).

- Diet rendah garam dan Pemberian diuretic

Diet rendah garam dan pemberian diuretic dimaksudkan adalah agar menurunkan jumlah cairan
tubuh dengan harapan juga menurunkan cairan endolimfe.

- Program pantang makanan

Terapi ini kadang digunakan pada meniere yang bias disebabkan akibat terjadinya suatu alergi
makanan.

b. Terapi Simtomatik

Terapi simtomatik ditujukan untukl menghentikan atau mengurangi hebatnya serangan vertigo
dan tanpa berdalih berusaha mengoreksi sebab dasar penyakit Meniere.

- Sedative

Sedative dalam dosis ringan seperti fenobirtal atau trankulizer seperti diazepam (Valium) sering
menolong pasien rileks dan menurunkan frekuensi serangan vertigo.
- Antihistamine dan antiemetik

Antihistamin dan antiemetic tertentu efektif menghentikan atau mengurangi keparahn seringan
vertigo pada pasien Meniere. Antihistamin yang sering diberikan adalah dimenhidrinat
(dramamine) dan siklizin (Marezine). Sedangkan antiemetic yang biasa digunakan adalah
antiemetic diferidol.

- Depresan vestibuler

Depresan vestibuler digunakan unruk mencegah atau mengurangi keparahan serangan vertigo
dan untuk terapi pasien selama eksaserbasi penyakit ini sampai terjadi remisi spontan.

Pembedahan

Pembedahan dianjurkan jika gejalanya tidak dapat diatasi dengan terapi. Prosedur
pembedahan konservatif, misalnya operasi dekompresi salus endolimfatikus, ditujukan untuk
mempertahankan pendengaran pad telinga yang mengalami gangguan. Tindakan ini mengandung
sedikit resiko menyebabkan kerusakan pendengaran dan betujuab ubtuk mengatasi serangan
vertigo, serta dapat mencegah penyakit Meniere. Pembedahan dibagi menjadi 3 kelompok :
bedah destruktif, bedah destruktif sebagian dan bedah nondestruktif.

Labirinektomi

Labirinektomi atau destruksi total pada labirintus membranaseus, merupakan jaminan


pasti untuk menyembuhkan vertigo pada penyakit Meniere, tetapi terpaksa harus mengorbankan
pendengaran secar total pada telinga yang bersangkutan. Tindakan ini boleh dipertimbangkan bila
kehilangan pendengaran pada salah satu telinga sudah demikian berat sedang telinga yang satu
lagi masih mampu mempertahankan fungsi normalnya

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori berkaitan dengan gangguan pendengaran


2. Resiko tinggi cedera berkaitan dengan perubahan mobilitas karena gangguan cara
berjalan dan vertigo.

3. Ansietas berkaitan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan dan kehilangan
pendengaran

4. Resiko terhadap trauma berkaitan dengan kesulitan keseimbangan

Das könnte Ihnen auch gefallen