Sie sind auf Seite 1von 8

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI


BALITA SUKU ANAK DALAM (SAD)
(Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Kabau Kecamatan Air
Hitam Kabupaten Sarolangun Jambi)

Reza kartika Fitri1,Siti Fatimah 2,M. Zen Rahfiludin 3


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro
2
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
3
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro

* Reza kartika fitri, rezakartika87@gmail.com

ABSTRACT
Malnutrition is the most important problem because of the direct impact to growth
retardation. Inadequate nutritional intake in toddler particularly in 24-59 months
will lead to growth retardation. The aim of this research was to analyze factors
affecting toddler’s nutritional status in inner child’s tribe in Pematang Kabau
Health Center, Sarolangun Regency, Jambi. This was a quantitative research
with cross sectional design. Population of this research were mothers of inner
child’s tribe in Pematang Kabau Health Center, Sarolangun Regency in total of
40 people. Sampling technic of this research was using purposive sampling of the
total population. Data was analyzed using Rank Spearman. Results of this
research showed that most of the toddler’s nutritional status was Good (70%).
Mother’s knowledge was classified as good (57,5%), toddlers who were taboo of
eggs and livestock were 37,5%. Most toddlers had a big family (92,5%). Most
toddlers had adequate energy intake (72,5%) and adequate protein intake (65%).
Toddlers who had infectional disease were 60%. There were a significant
correlation between toddler’s nutritional status in inner child’s tribe with food
taboo (p=0,001), energy intake (p=0,001), protein intake (p=0,001) and
infectional disease (p=0,007). Otherwise, mother’s knowledge and number of
family members had no significant correlation with toddler’s nutritional status in
inner child’s tribe. It is necessery for the health center to monitor toddler’s
nutritional status periodically. Especially for inner child’s tribe whose nutritional
status is good to keep maintaining them. Mothers could be involved in Integrated
Service Posts as Cadres so they could share their knowledge to other mothers.

Keywords : Inner Child’s Tribe Nutritional Status, Toddler, Jambi

752
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN faktor risiko penting terjadinya


Di Indonesia sampai kini masih kesakitan dan kematian pada ibu
terdapat empat masalah gizi utama hamil dan balita.3
yang harus ditangulangi dengan Keadaan status gizi meliputi
program perbaikan gizi, yaitu: proses penyediaan dan
masalah kurang energi protein penggunaan gizi untuk
(KEP), masalah kurang vitamin A, pertumbuhan, perkembangan,
masalah anemia zat gizi, dan pemeliharaan dan aktivitas.
masalah gangguan akibat Masalah gizi merupakan masalah
kekurangan yodium. Dilihat dari kesehatan masyarakat yang
etiologinya, status gizi penduduk dipengaruhi oleh beberapa
dipengaruhi oleh berbagai faktor faktor,antara lain penyakit infeksi,
yang kompleks, seperti: sosial, konsumsi makanan, tingkat
ekonomi, budaya, kesehatan, pendapatan keluarga, jumlah
lingkungan alam, maupun penduduk anggota keluarga,tingkat pendidikan
yang saling berkaitan satu dengan ibu,pelayanan kesehatan,budaya
lainnya. Terjadinya krisis ekonomi, pantang makanan,dan pola asuh
telah terjadi peningkatan kasus gizi gizi.5
kurang, dan bahkan kasus gizi buruk Masa balita adalah periode
di Indonesia yang sebenarnya dapat perkembangan fisik dan mental yang
ditanggulangi sejak dini dengan pesat ,pada masa ini otak balita
pemantauan secara rutin setiap telah siap menghadapi berbagai
bulannya.1 stimulus seperti belajar berjalan, dan
Gangguan gizi disebabkan oleh berbicara lebih lancar. Pengawasan
faktor primer atau sekunder, faktor dan Pemantauan status gizi balita
primer adalah bila susunan makanan merupakan hal penting yang
seseorang salah dalam kualitas dan harus diketahui oleh kita,
kuantitas yang disebabkan oleh khususnya para orang tua.
kurang nya penyedian pangan, Perhatian lebih diperlukan dalam
kurang baik nya distribusi pangan, tumbuh kembang di usia balita
kemiskinan, ketidak tahuan, didasarkan fakta bahwa kurang gizi
kebiasaan makan yang salah dan yang terjadi pada masa emas ini,
sebagai nya.3 bersifat irreversible (tidak dapat
KEP dan defisiensi mikronutrien pulih). Anak dibawah 5 tahun (balita)
di Indonesia juga menjadi masalah merupakan kelompok yang
kesehatan penting dan darurat di menunjuk kan pertumbuhan badan
masyarakat terutama anak balita. yang pesat sehingga memerlukan
Kasus kematian balita akibat gizi zat-zat gizi yang tinggi setiap kilo
buruk kembali berulang, terjadi gram berat badan nya.7
secara masif dengan wilayah Provinsi jambi merupakan provinsi
sebaran yang hampir merata di yang ke 19 Diantara 33 provinsi di
seluruh tanah air. Indonesia,yang memiliki prevalensi
Defisiensi mikronutrien dan gizi buruk-kurang di atas angka
Kurang Energi Protein (KEP) prevalensi nasional yaitu berkisar
merupakan masalah yang antara 21,2 persen sampai dengan
membutuhkan perhatian khusus 33,1 persen.10. Data dinas
terutama di negara-negara kesehatan kabupaten sarolangun
berkembang, yang merupakan menunjukkan, tahun 2010 ditemukan
status gizi balita sebagai berikut ;
persentase balita gizi buruk sebesar

752
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

0,4%,balita dengan gizi kurang METODE


3,8%, balita dengan gizi baik Penelitian ini menggunankan jenis
sebesar 93,6% dan gizi lebih penelitian kuantitatif dengan desain
sebesar 2,1%. Sedangkan pada studi cross sectional. Sampel pada
tahun 2011 balita gizi buruk 0,03%, penelitian ini menggunakan teknik
balita gizi kurang 3,8%, gizi baik purposive sampling dimana dalam
sebesar 95,2%, dan gizi lebih penelitian ini masing-masing subjek
sebesar1,04%.Namun demikian, atau unit dari populasi tidak memilki
prevalensi status gizi pada Suku peluang yang sama untuk terpilih
Anak Dalam (SAD) di taman kedalam sampel.Sampel pada
nasional bukit 12 berdasarkan penelitian ini yaitu anak balita di usia
referensi yang ada sampai saat ini 12-59 bulan,yang menetap serta
belum pernah dilakukan survei. masuk dalam posyandu di wilayah
Puskesmas pematang kabau kerja puskesmas pematang kabau,
merupakan salah satu puskesmas sampel pada penelitian ini diambil
yang berada di kabupaten dari total populasi yaitu sebanyak 40
sarolangun dari 15 puskesmas yang balita,dengan melihat kriteria inklusi
ada,terletak di Jl.pauh hitam ulu dan ekslusi.Penentuan sampel
KM.42 kecamatan air hitam dengan kriteria inkluasi. Ibu-ibu
kabupaten sarolangun, terdiri dari 4 balita suku anak dalam yang ada
desa yaitu desa pematang diwilayah kerja puskesmas
kabau,bukit suban,mentawak baru pematang kabau,yang masuk dalam
dan mentawak ulu,dengan jumlah posyandu di wilayah kerja
balita 1442,54 diantara nya puskesmas pematang kabau.
merupakan balita suku anak dalam berusia 12-59 bulan. Kriteria ekslusi
yang sudah masuk dalam posyandu pada sampelAnak balita suku anak
di puskesmas pematang kabau.14 dalam yang berpindah-pindah
Berdasarkan observasi awal tempat tinggal atau nomaden Data
yang dilakukan peneliti berdasarkan yang diambil dalam penelitian ini
data penimbangan balita di diambil secara langsung melalui
puskesmas pematang kabau wawancara kepada responden
diketahui bahwa dari 54 balita SAD berdasarkan kuisioner yang telah
yang ditimbang berat badan di disediakanmeliputi karakteristik anak
posyandu 13 balita mengalami gizi balita suku nak dalam (usia anak,
kurang. jenis kelamin) Pengetahuan gizi ibu,
Berdasarkan uraian diatas pencatatan food frequency
peneliti tertarik melakukan penelitian questionnaire (FFQ),banyak nya
lebih lanjut tentang “Analisis Faktor- anggota keluarga,serta pendapatan
faktor yang mempengaruhi terhadap keluarga, serta melakukan
gizi kurang anak balita pada Suku pengukuran pengukuran
Anak Dalam (SAD) di wilayah kerja penimbangan Berat Badan dengan
pukesmas pematang kabau Indeks BB/U.untuk mengetahui
kecamatan air hitam kabupaten hubungan sertatingkat kecukupan
sarolangun. energi dan tingkat kecukupan
protein. Data dikumpulkan dan
diolah dengan menggunakan SPPS
dan

753
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

NoVariabel n % Rerata SD
1. Pengetahuan Ibu Balita
software Nutrisurvey. Analisis data
Kurang 17 45,5
yang digunakan yaitu analisis
univariat dan bivariat dengan Baik 23 57,5
menggunakan uji rank 2. Penyakit Infeksi Pada Balita
spearmanHASIL Ya 24 60 - -
Tabel 1. Karakteristik Responden Tidak 16 40 - -
yaitu, Jenis Kelamin, Usia Balita dan
statusgizi 3. Tabu Makanan
No Karakteristik n % Rerata SD Ada tabu 15 37,5
Status Gizi
Tidak ada 25 62,5
1 Gizi Kurang 12 30 - -
tabu
Gizi Baik 28 70 - -
4. Jumlah Anggota Keluarga
Jenis Kelamin
>4 37 92,5 - -
2 Laki-laki 13 37 - -
Perempuan 27 63 - - ≤4 3 7,5 - -
Usia Balita
12-24 bulan 8 18 5. Kecukupan asupan energi
- -
3 25-59 bulan 32 82 Kurang 11 27,5 - -
- -
- cukup 29 72,5 - -
Berdasarkan tabel 1. menunjukkan 6. Kecukupan asupan protein
bahwa status gizi kurang dan status
gizi baik pada balita sebanyak 70% . Kurang 14 35,0
Jenis kelamin laki-laki berjumlah cukup 26 65,0
37% sedangkan jenis kelamin
perempuan berjumlah 63 %. Usia 7,5%,balita yang asupan enrgi cukup
balita dengan rentang usia 12-24 27,55,dan yang kurang 72,5%, balita
bulan berjumlah 18% dan usia balita yang asupan protein cukup 35%,dan
dengan rentang 25-59 bulan yang kurang 65%, balita yang
berjumlah 82 %.Pekerjaan Ibu balita memiliki penyakit infeksi 60 % dan
lebih banyak menjadi Ibu Rumah yang tidak 40%.
Tangga (IRT) yang berjumlah 61,8
%. B. Analisis Bivariat
A. Analisis Univariat Tabel 3 Analisis Hubungan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi pengetahuan ibu,tabu
pengetahuan Ibu Balita, , Penyakit makanan,jumlah anggota keluarga,
Infeksi Pada Balita, tabu maknan , dengan asupan E,P, analisis
Jumlah Anggota Keluarga, hubungan antara asupan energi ,
kecukupan energi. Balita, dan protein, penyakit infeksi Status Gizi
kecukupan Protein. Variabel Variabel P-
antara r
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan Bebas Value
bahwa Pengetah 0,005 0.434
Ibu yang betpengetahuan baikm uan
57,5 % dan yang berpengetahuan Kecukup
Tabu 0,001 0,527
krang 42,5%, balita yang memilki an
makanan
tabu makanan 37,5%,dan yang tidak asupan
Jumlah 0,149 0,232
memiliki tabu makanan sebanyak E,P
anggota
62,5%, balita yg jumlah anggota keluarga
keluarga besar 92,5%,dan yang
jumlah anggota keluarga kecil

754
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Berdasarkan tabel 3. terutama dalam pemilihan dan


menunjukkan bahwa adanya pengolaan makanan61.
hubungan antara, pengetahuan Ibu,
tabu makanan, terhadap 2. Hubungan tabu makanan dengan
kecukupan energi protein dengan asupan energi protein anak balita
p<0,050. Pada jumlah anggota suku anak dalam (SAD)
keluarga tidak terdapat hubungan Hasil uji rank spearmen
dengan kecukupan energi protein menunjukkan nilai p-value = 0,001
karena nilai p≤0,050. maka tedapat hubungan yang
Variabel Variabel P- bermakna antara tabu makanan
Terikat r dengan status gizi anak balita suku
antara Value
Kecukupa 0,001 0,819 anak dalam (SAD),hal ini sejalan
n asupan dengan penelitian pada balita Suku
Status E Anak Dalam Sungai Teras
gizi Kabupaten Musi Rawas Sumatera
Kecukupa 0,001 0,663
Selatan Konsep dan praktik
n asupan
makanan pantangan merugikan
P
kesehatan balita karena mengurangi
Penyakit 0,007 0,423
asupan yang sebenarnya bisa
infeksi
didapat
Berdasarkan tabel 4.
menunjukkan bahwa adanya
Hubungan jumlah anggota
hubungan antara, kecukupan
keluarga dengan asupan energi
asupan energi, dan protein, dan
protein anak balita suku anak
penyakit infeksi, terhadap Status
dalam (SAD).
gizi balita dengan p<0,050.
Hasil uji rans spearmen
menunjukkan nilai p-value= 0,149
PEMBAHASAN
maka dikatakan tidak ada hubungan
1. Hubungan pengetahuan ibu
yang bermakna antara jumlah
dengan asupan energi protein
anggota kelaurga dengan status gizi
anak balita suku anak dalam
anak balita suku anak dalam
(SAD)
(SAD)Pada penelitian ini berdasar
Hasil analisis dengan
kan hasil wawancara sebagian besar
menggunakan uji statistik rank
suku anak dalam memiliki jumlah
spearman menunjukkan ada
anggota keluarga yang besar dan
hubungan yang bermakna antara
asupan energi protein tercukupi, hal
pengetahuan ibu dengan asupan
ini dikarnakan mereka tidak
energi protein anak balita suku
membatasi jumlah anak didalam
anak dalam (p = 0,005). Hal ini
setiap keluarga, rata-rata suku anak
sejalan dengan penelitian di
dalam memiliki 4- 5 orang, tak jarang
wilayah kerja puskesmas
anak-anak juga bekerja mengikuti
kedungwuni kabupaten pekalongan
orang tua mereka,mecari brodol
dengan p value 0,000 terdapat
sawit (buah sawit yang jatuh
hubungan antar tingkat
ketanah) untuk dijual ke penampung,
pengetahuan ibu dengan asupan
sehingga pemasukan materi tidak
energi protein balita.Pengetahuan
hanya dari orang tua saja namun
gizi yang diperoleh ibu sangat
juga dari anak yang membantu
bermanfaat bagi balita apabila ibu
mereka bekerjaHal ini sejalan
berhasil mengaplikasikan
dengan penelitian tentang STATUS
pengetahuan gizi yang dimilikinya
GIZI DAN STATUS KESEHATAN

755
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

SUKU BADUY menyatakan bahwa 4. Hubungan asupan protein


Jumlah anggota keluarga dengan status gizi anak balita
berpengaruh nyata terhadap status suku anak dalam (SAD)
gizi menurut BB/ TB. Semakin Hasil analisis dengan
banyak jumlah anggota keluarga menggunakan uji statistik rank
semakin tinggi Z-skor BB/ TBnya, spearman menunjukka terdapat
hal ini mungkin semakin besar hubungan yang bermakna antara
jumlah anggota keluarga semakin asupan protein dengan dengan
banyak yang bekerja sehingga status gizi anak balita suku anak
income lebih besar yang pada dalam (p = 0.001). Dari hasil
akhirnya akan meningkatkan status wawancara pada penelitian ini,
gizi. balita dengan asupan protein baik
memilki status gizi baik. Asupan
3. Hubungan asupan Energi balita suku anak dalam pada saat
dengan status gizi anak balita ini sudah hampir setara dengan
suku anak dalam (SAD) asupan balita penduduk lokal yang
Hasil analisis dengan cukup bervariasi dalam setiap
menggunakan uji statistik rank jenisnya sehingga dapat memenuhi
spearman menunjukkan terdapat asupan protein, sumber protein
hubungan yang bermakna antara yang didapat biasanya di peroleh
asupan protein dengan dengan dari hasil tangkapan ikan disungai,
status gizi anak balita suku anak ikan yang dikonsumsi pun cukup
dalam (p = 0.001). Dalam bervariasi seperti ikan gabus, ikan
penelitian ini balita yang memilki mujair, patin dan belut yang mudah
asupan energi yang cukup ditemui di sungai-sungai dekat
berstatus gizi baik, hal ini pemukiman,sumber protein lain
dikarnakan mungkin dulu pada seperti tahu dan tempe juga tidak
masa silam suku anak dalam sulit untuk didapat mereka juga
hanya bisa mengkonsumsi ubi bisa membeli dipedagang yang
kayu, keladi yang di dapat dari datang kepemukinman mereka
alam sebagai sumber energi dari atau membeli di pasar pada hari
karbohidrat, namun sekarang tertentu saja, dan selain dari itu
mereka juga mengkonsumsi nasi mereka juga mendapat bantuan
sebagai bahan pokok, beras yang dari pemerintah meskipun bantuan
didapat biasanya dari bantuan yang berikan secara musiman. Hal
pemerintah kabupaten Sarolangun ini disesuaikan dengan penelitian
atau mereka membeli pada Diyah Kelurahan Karangroto
pedagang-pedagang yang masuk Kecamatan Genuk Semarang yang
di daerah pemukiman mereka. mendapatkan nilai p=0,003 dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Assofatin di wilayah
Lutviana, bahwa ada hubungan kerja puskesmas Wedarijaksa I
yang bermakna antar tingkat Kabupaten Pati, yang
konsumsi energi dengan statu gizi mendapatkan nilai p=0,000.
balita dengan p value = 0,001.70 kekurangan protein yang kronis
Khomsan mengatakan bahwa akan menyebabkan pertumbuhan
status gizi dipengaruhi oleh terlambat dan tampak tidak
konsumsi pangan keluarga. sebanding dengan umurnya.

756
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

5. Hubungan penyakit infeksi DAFTAR PUSTAKA


dengan status gizi anak balita 1. Yusrizal. Pengaruh Sosial
suku anak dalam (SAD). Ekonomi dan Budaya Masyarakat
Hasil analisis uji statistik rank Terhadap Status Gizi Anak Balita
spearman didapat nilai p value = di Wilayah Pesisir Kabupaten
0,007 sehingga dapat disimpulkan Binuren. Medan. Unversitas
ada hubungan yang bermakna Sumatra Utara; 2008.
antara penyakit infeksi dengan
status gizi balita suku anak dalam 2. Istiano. Hubungan antara
(SAD), Dalam penelitian ini balita kareakteristik Ibu dengan Status
yang dengan riwayat penyakit Gizi Balita di Kelurahan Sekaran
infeksi, dalam satu bulan Guning pati semarang.
terakhir,lebih banyak pada status [semarang]: UNNES; 2006.
gizi kurang hal ini dikarnakan,
balita suku anak dalam yang sudah 3. Khomsan A. Peranan Pangan
mulai berbaur dengan masyarakat dan Gizi untuk Kualitas Hidup.
setempat telah mengenal dan Jakarta: Penerbit PT Gramedia
mengkonsumsi makanan jajanan Widiasarana Indonesia; 2004.
sehingga daya tahan tubuh
alamiah mereka mengalami 4. soetomo muntholib. orang rimbo:
perubahan.Hal ini sejalan dengan Kajian Struktural-Fungsional
penelitian DI DESATELUK Masyarakat Terasing Di Makekal
RUMBIA KECAMATAN SINGKIL Provinsi Jambi. bandung:
KABUPATEN ACEH SINGKIL. universitas Padjajaran Bandung;
Hasil analisa statistik diperoleh nilai 1995.
p=0,027 artinya ada hubungan
asosiasi yang signifikan antara 5. Suhardjo. perencanaan pangan
riwayat penyakit infeksi dengan dan gizi. bogor: bumi aksara dan
status gizi anak balita. 76Penyakit IPB; 2002.
infeksi sangat mempengaruhi
status gizi anak balita. Anak yang 6. Lina Nurbaiti1, Annis Catur Adi,
mendapat makanan cukup, tetapi Shrimarti R Devi TH. Kebiasaan
sering diserang penyakit infeksi makan balita stunting pada
akhirnya dapat menderita masyarakat Suku Sasak:
kekurangan energi protein Tinjauan 1000 hari pertama
kehidupan (HPK). 2014;27:104–
KESIMPULAN 12.
Pada penelitian ini didapatkan hasil
bahwa adanya hubungan yang 7. Lutviana dan Budiono. Prevalensi
signifikan antara pengetahuan ibu, dan determinan kejadian gizi
tabu makanan, dengan kecukupan kurang Pada balita (studi kasus
asupan energi protein balita suku pada keluarga nelayan di Desa
anak dalam dengan nilai bajomulyo kecamatan juwana
p<0,050,serta terdapat hubungan kabupaten pati). J Kesmas.
antara asupan energi protein, 2010;(2)::165-172
penyakit infeksi dengan ststus gizi
balita suku anak dalam, Pada 8. Haryanti D. Faktor status gizi dan
variabel jumlah anggota keluarga perilaku sebagai determinan gizi
tidak terdapat hubungan dengan buruk balita usia 12-60 bulan di
status gizi karena nilai p>0,050. Kelurahan Karangroto Kecamatan

757
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 4, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Genuk Semarang. Politeknik


Kesehatan Jurusan Gizi.
Semarang.; 2004.

9. Nuchus A. Determinan gizi


kurang pada anak balita di
wilayah kerja puskesmas
Wedarijaksa I Kabupaten Pati. i
Universitas
Diponegoro.semarang; 2004.

10. Ihsan1 M, Hiswani2, Jemadi2.


FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN
STATUS GIZI ANAK BALITA DI
DESA TELUK RUMBIA
KECAMATAN SINGKIL
KABUPATEN ACEH SINGKIL
TAHUN 2012. Epidemiol FKM.
2012;

11. moehji.sjahmien.
penanggulangan gizi buruk. ilmu
gizi2. Jakarta: papas sinar sinarti;
2003.

12. Dongen CJ Van. Orang Kubu


(Suku Kubu). Arsip Museum
Provinsi Jambi, Jambi.; Tanpa
Tahun.

758

Das könnte Ihnen auch gefallen