Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PERTANIAN
ABSTRAK
Tanah pasiran sangat berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian namun perlu masukan teknologi untuk memperbaiki kondisi tanah, terutama sifat fisika dengan
penambahan bahan berupa biochar. Biochar merupakan bentuk karbon stabil yang dihasilkan dari proses pirolisis bahan-bahan organik. Penambahan biochar
diharapkan dapat menjadi solusi alternatif untuk perbaikan sifat fisika, kimia dan meningkatkan kandungan C-organik tanah serta menunjang ketersediaan air.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan baku dan dosis biochar yang berbeda terhadap sifat fisika tanah pasiran pada tanaman jagung.
Pelaksanaan penelitian bertempat di di Laboratorium Fisika dan Konservasi Tanah Jurusan Ilmu Tanah dan Green House Fakultas Pertanian, Universitas
Jember. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial yang terdiri atas dua faktor yaitu faktor bahan baku yang terdiri atas
empat taraf yaitu kayu (B1), sekam (B2), tempurung kelapa (B3) dan seresah (B4) sedangkan faktor kedua adalah dosis biochar yang terdiri dari tiga taraf yaitu
50 g biochar (D1), 100 g biochar (D2), 150 g biochar (D3). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi bahan baku dan dosis biochar memberikan pengaruh
yang nyata terhadap perubahan sifat fisika tanah pasiran pada berat volume, porositas, distribusi pori makro, dan distribusi pori meso. Bahan baku yang
memberikan respon pertumbuhan baik pada jagung ialah bahan seresah (B4) dan tempurung (B3). Pada bahan B4 parameter yang yang menunjukkan hasil
terbaik ialah panjang akar dan berat basah akar, sedangkan pada bahan B3 hasil terbaik ditunjukkan pada parameter berat kering akar dan berat basah
brangkasan. Pada dosis biochar yang memberikan nilai terbaik pada D3 pada parameter panjang akar, berat basah akar, berat kering akar, dan berat basah
brangkasan.
bergantung pada jenis bahan dan karakteristik bahan yang a.Persiapan media
digunakan (Shenbagavalli and Mahimairaja, 2012). Pengambilan tanah dilakukan pada kedalaman tanah lapis
Pada penelitian ini menggunakan kombinasi bahan baku dan olah (0 - 20 cm). Tanah sampel dari lapang yang telah diamati
dosis biochar dari bahan seperti kayu, sekam, tempurung kelapa, kemudiaan ditimbang sebanyak 8 kg dimasukkan kedalam polibag
dan seresah yang banyak ditemukan diberbagai tempat dengan ukuran 20x40 cm. Setelah ditimbang kemudian tanah di campur
menggunakan tanaman jagung sebagai indikator pertumbuhan dengan kombinasi faktor bahan dan dosis biochar sesuai perlakuan
tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ke dalam bak plastik untuk diratakan. Setelah campuran terlihat
kombinasi bahan baku dan dosis biochar terhadap kandungan sifat rata kemudiaan campuran tanah dan biochar dimasukkan kembali
fisika tanah dan pertumbuhan tanaman jagung pada tanah pasiran. dalam polibag dengan memberikan tanda (label).
b.Pembibitan
BAHAN DAN METODE Benih jagung menggunakan jenis jagung hibrida BISI-2 yang
telah bersertifikat. Pembibitan benih jagung hibrida BISI-2
Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika dan Konservasi dilakukan dalam bak pembibitan berukuran 30 x 40 cm dengan
Tanah Jurusan Ilmu Tanah dan Green House Fakultas Pertanian, media pembibitan yakni tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1.
Universitas Jember. Pengambilan contoh tanah dilakukan di Desa Penyebaran benih dilakukan dengan mencampur benih dengan
Kranjingan, Kecamatan Sumbersari, Kabupaten Jember. Waktu pasir. Hal tersebut dilakukan agar ketika benih disebar, maka benih
penelitian dilakukan pada bulan September sampai November tidak akan berkumpul sehingga ketika tumbuh jarak antar bibit
2013. cukup renggang.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah c.Penanaman
pasiran, biochar yang dibuat dari bahan dasar seresah daun, sekam, Bibit tanaman jagung ditransplanting setelah tumbuh helai
kayu, dan batok kelapa dengan ukuran 1 mm, serta benih jagung daun yakni berumur 14 hari. Bibit yang digunakan adalah bibit
hibrida BISI-2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang baik yaitu bibit yang batangnya tumbuh tegak, daun hijau
alat pembakaran biochar, alat penghalus, timbangan, polybag segar, tidak terserang penyakit ataupun hama dan ukurannya
ukuran 20x40 cm, ring sample, kertas label, timbangan halus, oven, seragam (memiliki tinggi, jumlah daun, dan ukuran daun yang
kalorimeter, pipet, labu ukur, piknometer, kotak kaolin (Kaolin sama). Bibit ditanam satu tanaman perpolybag. Bibit yang mati
Box), sandbed dan peralatan piring tekan (Pressure Plate disulam dengan sisa bibit yang ada.
Apparattus). d.Pemeliharaan
Penelitian disusun secara faktorial menggunakan Rancangan Pemeliharaan dilakukan dengan melakukan penyiraman dan
Acak Lengkap (RAL). Perlakuan yang diuji terdiri dari dua faktor pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Penyiraman
yaitu : dilakukan pada pagi dan sore hari dengan cara mengembalikan
1. Faktor pertama adalah jenis bahan baku yakni: kadar air media pada keadaan kondisi lapang.
B1 = Kayu Pengendalian hama, seperti ulat dan belalang, dilakukan secara
B2 = Sekam mekanis yakni dengan mengambil OPT yang ada di lahan maupun
B3 = Tempurung kelapa di polybag menggunakan tangan. Sedangkan untuk pengendalian
B4 = Seresah tanaman gulma dilakukan seminggu sekali secara mekanis menggunakan
pisau.
2. Faktor kedua dosis biochar yaitu: e.Pemupukan
D1 = 50 g / 8 kg tanah Perlakuan dilakukan 2 kali dengan pemupukan dasar
D2 = 100 g / 8 kg tanah dilakukan 0 HST kemudian pemberian pupuk susulan pertama pada
D3 = 150 g / 8 kg tanah 21 HST dengan dosis Urea sebanyak 200 kg/ha, SP36 sebanyak 150
Penelitian terdiri atas 12 perlakuan kombinasi dan masing- kg/ha, dan KCL sebanyak 50 kg/ha setara dengan Urea sebanyak 2
masing perlakuan diulang tiga kali sehingga diperlukan 36 g/polybag, SP36 sebanyak 2,5 g/polybag, KCL sebanyak 1,5
kombinasi percobaan. g/polybag. Pupuk dasar diberikan kedalam polibag sebelum proses
Pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahapan sebagi transplanting tanaman jagung sedangkan untuk pupuk susulan
berikut : pertama ditugal dengan jarak 10 cm dari batang.
Pembuatan dan Persiapan Biochar. Berikut ini bagan f.Pemanenan
proses pembuatan biochar: Pemanenan tanaman dilakukan hanya sampai fase vegetatif
berusia 45 hari dengan menggunakan pisau. Tanaman dipotong
pada bagian pangkal batang yakni pada bekas tumbuhnya kotiledon
tanaman. Bagian atas tanaman ditimbang untuk mengukur berat
basahnya kemudian di oven dan ditimbang untuk pengukuran berat
keringnya.
Pengambilan sampel tanah dilakukan setelah tanaman
dipanen yang terdiri dari sampel tanah terusik dan sampel tanah
tidak terusik. Sample tanah tidak terusik diambil menggunakan
ring sample dan ditimbang beratnya. Kemudian direndam dalam air
sebagai persiapan untuk pengukuran WHC, kadar air kapasitas
lapangan dan distribusi pori. Sedangkan sample tanah terusik di
Gambar 1. Proses pembuatan biochar keringanginkan untuk pengukuran berat jenis partikel.Selanjutnya
tanah dikeluarkan dari polybag dan akar dibersihkan dari tanah.
Aplikasi Biochar dan Penanaman Tanaman. Tanah Akar dibersihkan dengan cara menyemprotkan air ke dalam
dicampur dengan biochar dengan dosis sesuai perlakuan. Teknik polibag, setelah itu akar dicuci bersih di dalam bak air kemudian
budidaya yang dilakukan yaitu persiapan media, pembibitan, ditiriskan.
penanaman, pemeliharaan, pemupukan dan pemanenan (fase Analisis Laboratorium. Data yang dikumpulkan dalam
vegetatif). penelitian ini adalah data primer yang meliputi data sifat fisik tanah
dan pertumbuhan tanaman jagung.
Tabel 4 Pengaruh Bahan Baku dan Dosis Biochar Terhadap Jumlah Pori menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan bahan dari
Makro tempurung dan seresah. Data pengaruh dosis biochar terhadap
Dosis panjang akar disajikan pada Tabel 7.
Bahan Baku
50 g (D1) 100 g (D2) 150 g (D3)
Tabel 7. Pengaruh Dosis Biochar Terhadap Panjang Akar
Kayu (B1) 13,70 de 8,23 ab 7,27 ab Dosis Biochar Panjang Akar (m)
Sekam (B2) 13,44 cd 12,70 bc 5,61 a 50 g biochar (D1) 191,52 a
Tempurung (B3) 14,23 de 11,31 bc 9,87 ab 100 g biochar (D2) 221,16 b
Seresah (B4) 15,17 e 13,90 de 10,19 bc 150 g biochar (D3) 243,61 c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil berbeda tidak nyata Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil berbeda tidak nyata
pada BNT taraf 5%. pada BNT taraf 5%
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah pori makro menurun Panjang akar tertinggi pada dosis 150 g biochar (D3) sebesar
seiring dengan semakin besarnya dosis biochar yang diberikan 243,61 m sedangkan panjang terendah pada dosis 50 g biochar (D1)
untuk semua jenis bahan baku. Biochar berbahan baku kayu dan sebesar 191,52 m. Berdasarkan hasil uji BNT (Tabel 7) dapat
seresah pada peningkatan dosis biochar sampai 100 g diketahui bahwa panjang akar dari ketiga dosis tersebut
mengunjukkan penurunan jumlah pori makro secara nyata menunjukkan hasil berbeda nyata antara D1, D2, dan D3 .
sedangkan pada peningkatan dosis biochar sampai 150 g pori Panjang akar erat hubungannya dengan tingkat kepadatan
makro menurun secara tidak nyata sehingga semakin besar dosis tanah, ukuran pori dan jumlah pori total tanah. Kepadatan tanah
biochar yang diberikan maka jenis bahan baku tersebut semakin yang tinggi dapat menyebabkan total ruang pori tanah menjadi
menurun pengaruhnya. rendah. Hal ini mengakibatkan pertukaran udara dalam tanah
Selanjutnya, pengukuran pori meso dilakukan dengan menjadi terganggu karena celah pori yang digunakan sebagai
menggunakan isapan sebesar 4 bar atau setara dengan pF 3 sesuai tempat pertukaran udara dalam tanah menjadi sedikit atau sempit.
dengan pF tertinggi yang mampu diukur oleh alat yang digunakan. Pemadatan tanah juga menyebabkan air dan udara sulit disimpan
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah pori meso meningkat dan ketersediannya dalam tanah menjadi terbatas sehingga
seiring dengan semakin besarnya dosis biochar yang diberikan menyebabkan terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air
untuk semua jenis bahan baku. Data pengaruh bahan baku dan (Hakim dkk, 2006). Data pengaruh bahan baku terhadap berat
dosis biochar terhadap jumlah pori meso disajikan pada Tabel 5. basah akar disajikan pada Tabel 8.
Tabel 5 Pengaruh Bahan Baku dan Dosis Biochar Terhadap Jumlah Pori Meso Tabel 8. Pengaruh Bahan Baku Biochar Tehadap Berat Basah Akar
Dosis Bahan Baku Berat Basah Akar (g)
Bahan Baku
50 g (D1) 100 g (D2) 150 g (D3) Kayu (B1) 51,39 a
Berat basah akar tertinggi terdapat pada dosis 150 g dan mengering. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena
biochar (D3) sebesar 59,60 g sedangkan panjang terendah terdapat penyerapan air tidak dapat mengimbangi kecepatan penguapan air
pada dosis 50 g biochar (D1) sebesar 38,32 g . Berdasarkan hasil dari tanaman. Tanaman yang kekurangan air sejak awal
uji BNT (Tabel 9) dapat diketahui bahwa berat basah akar dari pertumbuhan akan membuat tanaman tumbuh kerdil dan
ketiga dosis tersebut menunjukkan hasil berbeda nyata antara D1, pertumbuhannya abnormal. Kekurangan air yang terjadi terus –
D2, dan D3. menerus selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman
Pada (Tabel 3) dapat dilihat bahwa porositas paling tinggi tersebut menderita dan kemudiaan mati (Harwati, 2007).
adalah tanah yang diaplikasikan dengan dosis 150 g biochar
sedangkan yang paling rendah adalah tanah yang diaplikasikan
dengan dosis 50 g biochar. Porositas dalam tanah erat kaitannya
KESIMPULAN
dengan ruang pori tanah yang berperanguh juga terhadap panjang Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi bahan baku
akar (Tabel 7) dimana pertumbuhan panjang akar akan meningkat dan dosis biochar memberikan pengaruh yang nyata terhadap
dengan adanya ruang pori yang tinggi sehingga berdampak berat perubahan sifat fisika tanah pasiran pada berat volume, porositas,
basah akar yang meningkat pula pada perlakuan pemberian dosis distribusi pori makro, dan distribusi pori meso sedangkan bahan
biochar sebesar 150 g. Data pengaruh bahan baku terhadap berat baku yang memberikan respon pertumbuhan jagung paling baik
basah brankasan disajikan pada Tabel 10. adalah seresah (B4) pada parameter panjang akar dan berat basah
akar dan pemberian dosis biochar 150 g/ 8 kg tanah setara 1,875%
Tabel 10. Pengaruh Bahan Baku Biochar Tehadap Berat Basah Brankasan memberikan respon pertumbuhan jagung paling baik pada
Bahan Baku Berat Basah Brankasan (g) parameter panjang akar, berat basah akar, berat kering akar, dan
berat basah brankasan.
Kayu (B1) 330,34 bc
Sekam (B2) 237,08 a
Tempurung (B3) 357,60 c DAFTAR PUSTAKA
Seresah (B4) 320,91 ab Hakim N, Nyapka M.Y., Lubis A.M, Nugroho S.G, Saul M.R, Dina M.A,
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil berbeda tidak nyata Hong G.B, Bailey H.H., 2006, Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit
pada BNT taraf 5% Universitas Lampung, Lampung.
Berat basah brankasan yang paling rendah pada bahan sekam Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta : Penerbit Pusaka Utama.
yakni 237,08 g kemudian yang tertinggi adalah pada bahan dari
tempurung yakni 357,60 g. Berdasarkan hasil uji BNT (Tabel 10) Harwati, C.T.2007. Pengaruh kekurangan air (water deficit) Terhadap
dapat diketahui bahwa berat basah brankasan pada bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman tembakau. INNOFARM:
Jurnal Inovasi Pertanian 6 (1): 44-51.
sekam menunjukkan hasil berbeda tidak nyata dengan bahan baku
dari seresah tetapi menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan Kurnia, U., Fahmuddin A., Abdurachman A. dan Ai D. 2006. Sifat Fisik
bahan dari kayu dan tempurung. Data pengaruh dosis biochar Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Litbang Sumberdaya Lahan
terhadap berat basah brankasan disajikan pada Tabel 11. Pertanian.Bogor
Tabel 11. Pengaruh Dosis Biochar Tehadap Berat Basah Brankasan Mayun, I.A. 2007. Efek mulsa jerami padi dan pupuk kandang sapi terhadap
pertumbuhan dan hasil bawang merah di daerah pesisir. Agritrop 26
Dosis Biochar Berat Basah Brankasan (g)
(1) : 33 – 40.
50 g biochar (D1) 41,30 a
Shenbagavalli, S. and Mahimairaja, S. 2012. Production and characterization of
100 g biochar (D2) 46,31 b biochar from different biological wastes. International Journal of
150 g biochar (D3) 54,03 c Plant, Animal, and Environmental Sciences 2 (1) : 197 – 201.
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil berbeda tidak nyata
pada BNT taraf 5%