Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
1 Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat
lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dari segi floristis ekologis pengambilan
sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan
vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman (Marsono, 1977).
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau
sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan informasi atau
data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak
(destructive measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures)
(Anonim1, 2010).
Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika,
penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh
(sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek dengan cakupan areal yang
luas. Dengan sampling, seorang peneliti dapat memperoleh informasi atau data yang diinginkan
lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan
inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi (Anonim1, 2010).
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan
dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa
berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan infornasi
yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh
yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik
sampling (Kusmana, C, 1997).
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi
sampling pola penyebarannya. Misalnya untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk
lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah
dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk
lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya
karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi
vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan
dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk
segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk
bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar
dengan arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat. Pada umumnya dilakukan jika hanya
vegetasi tingkat tanaman saja yang menjadi bahan penelitian, metode kuadrat lebih digunakan
karena dengan metode tersebut lebih mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominansi vegetasi dan menaksir volumenya (Kusmana, C, 1997).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi di tempat tersebut mempunyai variasi yang
berbeda antara vegetasi satu dengan vegetasi yang lain. Dengan adanya variasi yang dimiliki
oleh suatu vegetasi akan menudukung suatu kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu,
untuk menganalisis suatu vegetasi dalam area tertentu dengan menggunakan variabel
kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi, maka dilakukan analisis vegetasi menggunakan metode
kuadrat.
1.3 Tujuan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui luas minimum yang diperlukan untuk melakukan analisis vegetasi metode kuadrat
dari area yang diamati.
2. Mengetahui nilai penting dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensinya.
3. Mengetahui nama komunitas dari vegetasi berdasarkan nilai penting dari area yang diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang
didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,
dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai
penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga
nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut
(Odum, E. P., 1971).
BAB III
METODOLOGI
JALAN
GOR
(Gedung Olahraga)
AUP
(Airlangga University Press)
Praktikum ini dilaksanakan di lokasi sampling di tanah berumput Kampus C Universitas
Airlangga pada hari Kamis, 29 Maret 2012 pukul 10.40 WIB-12.30 WIB. Berikut ini merupakan
denah atau lokasi sampling vegetasi rumput yang dilakukan:
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Luas minimum dihitung kalau penambahan jumlah spesies tidak melebihi 10%, dari hasil
perhitungan di atas maka ukuran transek yang digunakan adalah ukuran 100 cm x 100 cm.
Tabel 4.3 Tabel Analisis Vegetasi Rumput
Jenis Kerapatan Kerimbunan Frekuensi
No. Np
Tumbuhan Kp KpR Kb KbR F FR
1 A 19/5 11,84% 21/5 26,25% 5/5 19,23% 57,32%
2 B 17/5 22,37% 13/5 16,25% 5/5 19,23% 57,85%
3 C 24/5 31,50% 6/5 7,5% 5/5 19,23% 58,31%
4 D 10/5 13,16% 14/5 17,5% 4/5 15,39% 46,05%
5 E 13/5 17,11% 17/5 21,25% 5/5 19,23% 57,59%
6 F 3/5 3,94% 9/5 11,25% 2/5 7,69% 22,88%
Jumlah 76/5 100% 80/5 100% 26/5 100% 300%
Berdasarkan dari tabel 4.2.3, spesies yang mempunyai nilai penting (Np) yang tertinggi
adalah spesies C, yaitu sebesar 58,31%. Sehingga dapat dikatakan bahwa nama dari bentuk
vegetasi ini adalah komunitas C.
Kerapatan Absolut sp
Kerapatan absolut A = =
Kerapatan absolut B = =
Kerapatan absolut C = =
Kerapatan absolut D = =
Kerapatan absolut E = =
Kerapatan absolut F = =
Kerapatan Relatif
Kerapatan relatif A = x 100% = 11,84%
Kerapatan relatif B = x 100% = 22,37%
Kerapatan relatif C = x 100% = 31,58%
Kerapatan relatif D = x 100% = 13,16%
Kerapatan relatif E = x 100% = 17,11%
Kerapatan relati F = x 100% = 3,94%
Kerimbunan Absolut sp
Kerapatan absolut A = =
Kerapatan absolut B = =
Kerapatan absolut C = =
Kerapatan absolut D = =
Kerapatan absolut E = =
Kerapatan absolut F = =
Kerimbunan Relatif
Kerimbunan relatif A = x 100% = 26,25%
Kerimbunan relatif B = x 100% = 16,25%
Kerimbunan relatif C = x 100% = 7,5%
Kerimbunan relatif D = x 100% = 17,5%
Kerimbunan relatif E = x 100% = 21,25%
Kerimbunan relati F = x 100% = 11,25%
Frekuensi Absolut sp
Frekuensi A =
Frekuensi B =
Frekuensi C =
Frekuensi D =
Frekuensi E =
Frekuensi F =
Frekuensi Relatif
Frekuensi A = x 100% =19,23%
Frekuensi B = x 100% = 19,23%
Frekuensi C = x 100% = 19,23%
Frekuensi D = x 100% = 15,23%
Frekuensi E = x 100% = 19,23%
Frekuensi F = x 100% = 7,69%
4.3 Pembahasan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk menganalisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.
Lokasi yang digunakan untuk menganalisis vegetasi adalah di lapangan berumput sebelah utara
AUP (Airlangga University Press), Universitas Airlangga. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah tali rafia, meteran, dan kantong plastik. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah vegetasi rumput di lapangan sebelah utara AUP.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan luas minimum untuk menentukan
ukuran plot yang akan digunakan. Dengan membuat bujur sangkar masing-masing berukuran 25
cm x 25 cm, 25 cm x 50 cm, 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari
masing-masing ukuran yang dibuat, dicatat jumlah dan jenis tumbuhan yang ditemukan.
Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk mendapatkan luas minimum, disusun sebuah
grafik dari data yang diperoleh. Perlu dipahami bahwa luas minimum berada saat garis mulai
mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah jenis tidak melebihi 10 %. Dan dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa luas minimum transek yang digunakan adalah 100 cm x 100
cm.
Langkah yang kedua adalah membuat 5 plot yang tegak lurus dari arah jalan di depan
lapangan rumput utara AUP dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dari masing-masing plot
dilakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu. Kerapatan
ditentukan berdasarkan skala kelasnya, yaitu kelas 1: jarang sekali, kelas 2: jarang, kelas 3:
cukup rapat, kelas 4: rapat dan kelas 5: rapat sekali.
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan. Kelas kerapatan dan kerimbunan mempunyai jumlah 6, sehingga apabila kelas
kerapatan telah ditentukan, maka kelas kerimbunan juga didapatkan. Misalnya kelas kerapatan
spesies A adalah 4, maka kerimbunan spesies A adalah 2. Frekuensi ditentukan berdasarkan
kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan
seluruh total area sampel yang dibuat (N), pbiasanya dalam persen (%).
Dari percobaan didapatkan hasil untuk kerapatan relatif A sebesar , untuk kerapatan relatif B
sebesar , untuk kerapatan relatif C sebesar , untuk kerapatan D sebesar , untuk kerapatan E
sebesar dan kerapatan relatif F sebesar . Sedangkan untuk data kerimbunan didapatkan data
kerimbunan untuk data A adalah , untuk kerimbunan data B adalah , untuk kerimbunan C
adalah , untuk kerimbunan D adalah , untuk kerimbunan E adalah , untuk kerimbunan F adalah
. Data frekuensi yang didapatkan untuk frekuensi data A sebesar , untuk frekuensi data B adalah
, untuk frekuensi data C adalah , untuk frekuensi data D sebesar , untuk frekuensi data E
sebesar , dan untuk frekuensi data F adalah .
Nilai penting dari masing-masing spesies, yaitu spesies A sebesar 57,32%, spesies B sebesar
57,85%, spesies C sebesar 58,31%, spesies D sebesar 46,05%, spesies E sebesar 57,59% dan
spesies F sebesar 22,88%.
Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, kemudian dihitung nilai kerapatan absolut,
kerapatan relatif, kerimbunan relatif, kerimbunan relatif, frekuensi absolut dan frekuensi relatif
dari masing-masing spesies. Dan dari perhitungan itulah juga didapatkan nilai penting dari
masing-masing spesies. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies C, sehingga dapat dikatakan
bahwa nama dari komunitas vegetasi rumput di lapangan sebelah utara AUP adalah komunitas C.
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan analisis perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Luas minimum yang diperlukan untuk membuat plot dalam analisis metode kuadrat adalah 100
cm x 100 cm.
2. Analisis vegetasi dengan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi, diperoleh nilai
penting dari masing-masing spesies, yaitu spesies A sebesar 57,32%, spesies B sebesar 57,85%,
spesies C sebesar 58,31%, spesies D sebesar 46,05%, spesies E sebesar 57,59% dan spesies F
sebesar 22,88%.
3. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies C, sehingga dapat disimpulkan bahwa nama
komunitas vegetasi rumput di lapangan sebelah utara AUP adalah komunitas C.