Sie sind auf Seite 1von 15

1.

1 Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis
(Marsono, 1977).
Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat
lain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Dari segi floristis ekologis pengambilan
sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan
vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman (Marsono, 1977).
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau
sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan informasi atau
data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak
(destructive measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures)
(Anonim1, 2010).
Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara statistika,
penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan satuan contoh
(sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil objek dengan cakupan areal yang
luas. Dengan sampling, seorang peneliti dapat memperoleh informasi atau data yang diinginkan
lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan
inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi (Anonim1, 2010).
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering digunakan
dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa
berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan infornasi
yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh
yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik
sampling (Kusmana, C, 1997).
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi
sampling pola penyebarannya. Misalnya untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk
lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah
dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk
lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak lainnya
karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi
vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan
dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk
segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk
bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut sejajar
dengan arah perubahan keadaan lingkungan atau habitat. Pada umumnya dilakukan jika hanya
vegetasi tingkat tanaman saja yang menjadi bahan penelitian, metode kuadrat lebih digunakan
karena dengan metode tersebut lebih mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui
komposisi, dominansi vegetasi dan menaksir volumenya (Kusmana, C, 1997).
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang
hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi di tempat tersebut mempunyai variasi yang
berbeda antara vegetasi satu dengan vegetasi yang lain. Dengan adanya variasi yang dimiliki
oleh suatu vegetasi akan menudukung suatu kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu,
untuk menganalisis suatu vegetasi dalam area tertentu dengan menggunakan variabel
kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi, maka dilakukan analisis vegetasi menggunakan metode
kuadrat.

1.2 Rumusan Permasalahan


Dalam praktikum ini perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Berapa luas minimum yang diperlukan untuk melakukan analisis vegetasi menggunakan metode
kuadrat pada area yang diamati ?
2. Berapa nilai penting dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensinya ?
3. Apa nama komunitas dari vegetasi berdasarkan nilai penting yang didapat dari area yang diamati
?

1.3 Tujuan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui luas minimum yang diperlukan untuk melakukan analisis vegetasi metode kuadrat
dari area yang diamati.
2. Mengetahui nilai penting dari vegetasi di area yang diamati berdasarkan kerapatan, kerimbunan,
dan frekuensinya.

3. Mengetahui nama komunitas dari vegetasi berdasarkan nilai penting dari area yang diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Vegetasi


Analisis vegetasi merupakan cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
sebaran berbagai spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung. Analisis vegetasi
dilakukan dengan membuat plot dan mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada.
Kehadiran vegetasi pada suatu landscape akan memberikan dampak positif bagi keseimbangan
ekosistem dalam skala yang lebih luas. Secara umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem
terkait dengan pengaturan keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan
sifat fisik, kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun secara
umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif, tetapi pengaruhnya
bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada daerah itu. Pada
umumnya analisis vegetasi dibedakan atas analisis vegetasi kualitatif dan kuantitatif (Syafei,
1990).
2.1.1 Analisis Vegetasi Kualitatif
Komposisi dan struktur komunitas tumbuhan secara kualitatif dan dapat di deskripsikan
dengan observasi visual tanpa sampling khusus serta pengukuran. Studi analisi vegetasi kualitatif
meliputi perhitungan secara stratifikasi, aspeksi, sosiabilitas, floristik, dan bentuk hidup
(Anonim2, 2009)
2.1.2 Analisis Vegetasi Kuantitatif
Dalam analisis ini diperlukan suatu perkiraan atau estimasi. Hal tersebut dapat dibuat
dengan observasi spesies tumbuhan pada tempat berbeda dalam habitat. Beberapa metode yang
sering digunakan adalah metode kuadrat, metode lop, metode titik, dan metode transek. Dengan
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan, komunitas
vegetasi dikelompokkan menjadi vegetasi iklim dan vegetasi tanah yang berhubungan erat dan
pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik (Anonim2, 2009).

2.2 Metode Kuadrat


Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan petak
contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur dengan
satuan kuadrat seperti m², cm² dan lain-lain. Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada
dasarnya ada tiga macam yaitu bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi
panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan
kekurangannya (Kusmana, C, 1997).
Bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dapat dipakai untuk analisis vegetasi
herba yang bergerombol, karena ukuran dapat cepat diperluas dan teliti dengan menggunakan
seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran. Untuk vegetasi herba rendah bentuk empat
persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan dengan bentuk bujur sangkar pada ukuran yang
sama. Hal ini disebabkan karena kelompok tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk
lingkaran, sehingga bentuk petak contoh berbentuk empat persegi panjang akan lebih banyak
kemungkinannya untuk memotong kelompok tumbuhan dibandingkan dengan bentuk bujur
sangkar pada luasan yang sama, dengan demikian jumlah jenis yang teramati akan lebih banyak
(Kusmana, C, 1997).
Namun demikian, bentuk petak contoh empat persegi panjang mempunyai kekurangan
terhadap bentuk bujur sangkar, karena perbandingan panjang tepi terhadap luasnya lebih besar
daripada perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya. Kesalahan tersebut terus
meningkat apabila perbandingan panjang tepi terhadap luasnya semakin meningkat.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:
a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
b. Count atau list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang
ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar
spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yang tertutup
vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang
diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari
vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman.
d. Chart quadrat: Penggambaran letak atau bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini
terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-
tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter.
Pantograf dilengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam
pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan
jarumnya (Weaver dan Clements, 1938).
Dengan metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau
lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk
vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini
dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Syafei,
1990).

2.3 Luas Minimum


Luas area tempat pengambilan contoh komunitas tumbuhan atau vegetasi sangat
bervariasi, tergantung pada bentuk atau struktur vegetasi tersebut. Yang perlu diperhatikan dalam
menentukan luas minimum yang dipakai adalah seluas papaun percontohan diambil harus dapat
menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan. Percontohan yang diambil dianggap
memadai apabila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk vegetasi itu berada
dalam vegetasi akan didapatkan suatu luas terkecil yang dapat mewakili vegetasi, kecuali untuk
hutan tropika yang sangat sulit ditentukan luas terkecilnya. Luas terkecil yang dapat mewakili
karakteristik komunitas tumbuhan atau komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan
disebut luas minimum (Sucipto, 2008).
Dari luas minimum, kita dapat menentukan berapa ukuran transek yang digunakan.
Ukuran luas minimum yang biasa digunakan ialah 25 cm x 25 cm, 25 cm x 50 cm, 50 cm x 50
cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari masing-masing ukuran yang dibuat, dicatat
semua jenis tumbuhan yang ditemukan. Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk
mendapatkan luas minimum, disusun sebuah grafik dari data yang diperoleh. Perlu dipahami
bahwa luas minimum berada saat garis mulai mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah jenis
tidak melebihi 10% (Sucipto, 2008).
2.4 Transek
Transek adalah penampang melintang atau pandangan samping dari suatu wilayah. Transek
merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran informasi kondisi biofisik suatu
wilayah kajian. Arti harfiah dari transek itu sendiri adalah gambar irisan muka bumi. Pada
awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli lingkungan untuk mengenali dan mengamati
wilayah-wilayah ekologi, yaitu pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus
keadaannya (Odum, E. P., 1971).
Tujuan dari pembuatan transek, yaitu untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan
perubahan lingkungan. Ada dua macam transek:
1. Belt transect (transek sabuk)
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur
ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur
untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan,
tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang
transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya (Kershaw, 1979).
2. Line transect (transek garis)
Dalam metode ini garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat
pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat atrau dijumpai. Pada metode garis ini, sistem
analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah
vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis.
Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat
merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan
suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

2.5 Sistem Analisis dengan Metode Kuadrat


Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu,
misalnya 100 individu/ha. Frekuensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana
ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi
dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan
tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter
batang (Kusmana, 1997).
Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut
dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2
komponen, yaitu jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan
kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan spesies itu, yaitu jumlah
individu, biomassa, penutup tanah, dan sebagainya, yang tersebar antara banyak spesies itu
(Ludwiq and Reynolds, 1988).
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan. Sedangkan frekuensi ditentukan berdasarkan kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai
dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan seluruh total area sampel yang dibuat (N),
biasanya dalam persen (%). Keragaman spesies dapat diambil untuk menandai jumlah spesies
dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari
seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapat dinyatakan secara numerik sebagai indeks
keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari
segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin
stabil (Michael, 1994).
Nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relatif dari
sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relatif, kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif).
Jika disusun dalam bentuk rumus maka akan diperoleh:
Nilai Penting = Kr + Dr + Fr

Harga relatif ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang
didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat,
dikalikan 100% dalam tabel. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai
penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga
nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut
(Odum, E. P., 1971).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

JALAN

LOKASI SAMPLING VEGETASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

GOR
(Gedung Olahraga)

AUP
(Airlangga University Press)
Praktikum ini dilaksanakan di lokasi sampling di tanah berumput Kampus C Universitas
Airlangga pada hari Kamis, 29 Maret 2012 pukul 10.40 WIB-12.30 WIB. Berikut ini merupakan
denah atau lokasi sampling vegetasi rumput yang dilakukan:

Gambar 3.1 Denah atau lokasi sampling vegetasi

3.2 Bahan dan Alat


Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah meteran, tali rafia, kantong plastik,
penggaris dan tongkat kayu. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah vegetasi yang
berada di tanah berumput Kampus C Universitas Airlangga.

3.3 Cara Kerja


Tabel. 3.1 Cara kerja

Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1. Peralatan seperti tali rafia, meteran, dan tali plastik disiapkan
2. Luas minimum ditentukan terlebih dahulu untuk memperoleh ukuran plot yang akan
digunakan
3. Jenis tumbuhan yang ditemukan diberi nama atau kode tertentu, misalkan tumbuhan A,
tumbuhan B dan seterusnya
4. Dibuat plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm sebanyak 5 buah
5. Dilakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi di setiap kuadrat
6. Hasil pengamatan dicatat dan dianalisis

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh data-data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Analisis Vegetasi Rumput
Plot Jenis Tumbuhan Kerapatan Kerimbunan
A 2 4
B 4 2
C 5 1
I
D 3 3
E 1 5
F 1 5
A 1 5
B 3 3
II
C 4 2
D 4 2
E 5 1
F 2 4
A 2 4
B 1 5
III C 5 1
D 1 5
E 4 2
A 3 3
B 5 1
IV C 5 1
D 2 4
E 2 4
A 1 5
B 4 2
V
C 5 1
E 1 5

4.2 Analisis Data


Berikut ini adalah hasil analisis perhitungan dari data yang diperoleh :
Tabel 4.2 Tabel Penentuan Luas Minimum
Jenis Individu atau
Bujur Sangkar
Ukuran Spesies yang
Ke-
Ditemukan
A
I 25 cm x 25 cm B
C
A
B
II 25 cm x 50 cm
C
D
A
B
III 50 cm x 50 cm
C
D
A
B
C
IV 50 cm x 100 cm
D
E
F
A
B
C
V 100 cm x 100 cm
D
E
F

Bujur Sangkar ke-1 (25 cm x 25 cm) : 3 macam spesies


Bujur Sangkar ke-2 (25 cm x 50 cm) : 4 macam spesies
Bujur Sangkar ke-3 (50 cm x 50 cm) : 5 macam spesies
Bujur Sangkar ke-4 (50 cm x 100 cm) : 6 macam spesies
Bujur Sangkar ke-5 (100 cm x 100 cm) : 6 macam spesies

Dari bujur sangkar ke-5 dan ke-4 = 6-6 = 0/6 x 100% = 0%


Dari bujur sangkar ke-4 dan ke-3 = 6-5 = 1/6 x 100% = 16,67%
Dari bujur sangkar ke-3 dan ke-2 = 5-4 = 1/6 x 100% = 16,67%
Dari bujur sangkar ke-2 dan ke-1 = 4-3 = 1/6 x 100% = 16,67%

Luas minimum dihitung kalau penambahan jumlah spesies tidak melebihi 10%, dari hasil
perhitungan di atas maka ukuran transek yang digunakan adalah ukuran 100 cm x 100 cm.
Tabel 4.3 Tabel Analisis Vegetasi Rumput
Jenis Kerapatan Kerimbunan Frekuensi
No. Np
Tumbuhan Kp KpR Kb KbR F FR
1 A 19/5 11,84% 21/5 26,25% 5/5 19,23% 57,32%
2 B 17/5 22,37% 13/5 16,25% 5/5 19,23% 57,85%
3 C 24/5 31,50% 6/5 7,5% 5/5 19,23% 58,31%
4 D 10/5 13,16% 14/5 17,5% 4/5 15,39% 46,05%
5 E 13/5 17,11% 17/5 21,25% 5/5 19,23% 57,59%
6 F 3/5 3,94% 9/5 11,25% 2/5 7,69% 22,88%
Jumlah 76/5 100% 80/5 100% 26/5 100% 300%

Berdasarkan dari tabel 4.2.3, spesies yang mempunyai nilai penting (Np) yang tertinggi
adalah spesies C, yaitu sebesar 58,31%. Sehingga dapat dikatakan bahwa nama dari bentuk
vegetasi ini adalah komunitas C.

Kerapatan Absolut sp
Kerapatan absolut A = =
Kerapatan absolut B = =
Kerapatan absolut C = =
Kerapatan absolut D = =
Kerapatan absolut E = =
Kerapatan absolut F = =

Kerapatan Relatif
Kerapatan relatif A = x 100% = 11,84%
Kerapatan relatif B = x 100% = 22,37%
Kerapatan relatif C = x 100% = 31,58%
Kerapatan relatif D = x 100% = 13,16%
Kerapatan relatif E = x 100% = 17,11%
Kerapatan relati F = x 100% = 3,94%

Kerimbunan Absolut sp
Kerapatan absolut A = =
Kerapatan absolut B = =
Kerapatan absolut C = =
Kerapatan absolut D = =
Kerapatan absolut E = =
Kerapatan absolut F = =

Kerimbunan Relatif
Kerimbunan relatif A = x 100% = 26,25%
Kerimbunan relatif B = x 100% = 16,25%
Kerimbunan relatif C = x 100% = 7,5%
Kerimbunan relatif D = x 100% = 17,5%
Kerimbunan relatif E = x 100% = 21,25%
Kerimbunan relati F = x 100% = 11,25%

Frekuensi Absolut sp
Frekuensi A =
Frekuensi B =
Frekuensi C =
Frekuensi D =
Frekuensi E =
Frekuensi F =

Frekuensi Relatif
Frekuensi A = x 100% =19,23%
Frekuensi B = x 100% = 19,23%
Frekuensi C = x 100% = 19,23%
Frekuensi D = x 100% = 15,23%
Frekuensi E = x 100% = 19,23%
Frekuensi F = x 100% = 7,69%
4.3 Pembahasan
Dalam praktikum ini bertujuan untuk menganalisis vegetasi menggunakan metode kuadrat.
Lokasi yang digunakan untuk menganalisis vegetasi adalah di lapangan berumput sebelah utara
AUP (Airlangga University Press), Universitas Airlangga. Alat yang digunakan dalam
praktikum ini adalah tali rafia, meteran, dan kantong plastik. Sedangkan bahan yang digunakan
adalah vegetasi rumput di lapangan sebelah utara AUP.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan luas minimum untuk menentukan
ukuran plot yang akan digunakan. Dengan membuat bujur sangkar masing-masing berukuran 25
cm x 25 cm, 25 cm x 50 cm, 50 cm x 50 cm, 50 cm x 100 cm, dan 100 cm x 100 cm. Dari
masing-masing ukuran yang dibuat, dicatat jumlah dan jenis tumbuhan yang ditemukan.
Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. Untuk mendapatkan luas minimum, disusun sebuah
grafik dari data yang diperoleh. Perlu dipahami bahwa luas minimum berada saat garis mulai
mendatar, atau kalau ada penambahan jumlah jenis tidak melebihi 10 %. Dan dari hasil
perhitungan menunjukkan bahwa luas minimum transek yang digunakan adalah 100 cm x 100
cm.
Langkah yang kedua adalah membuat 5 plot yang tegak lurus dari arah jalan di depan
lapangan rumput utara AUP dengan ukuran 100 cm x 100 cm. Dari masing-masing plot
dilakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi.
Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu. Kerapatan
ditentukan berdasarkan skala kelasnya, yaitu kelas 1: jarang sekali, kelas 2: jarang, kelas 3:
cukup rapat, kelas 4: rapat dan kelas 5: rapat sekali.
Kerimbunan ditentukan berdasarkan penutupan daerah cuplikan oleh populasi jenis
tumbuhan. Kelas kerapatan dan kerimbunan mempunyai jumlah 6, sehingga apabila kelas
kerapatan telah ditentukan, maka kelas kerimbunan juga didapatkan. Misalnya kelas kerapatan
spesies A adalah 4, maka kerimbunan spesies A adalah 2. Frekuensi ditentukan berdasarkan
kekerapan dari jenis tumbuhan dijumpai dalam sejumlah area sampel (n) dibandingkan dengan
seluruh total area sampel yang dibuat (N), pbiasanya dalam persen (%).
Dari percobaan didapatkan hasil untuk kerapatan relatif A sebesar , untuk kerapatan relatif B
sebesar , untuk kerapatan relatif C sebesar , untuk kerapatan D sebesar , untuk kerapatan E
sebesar dan kerapatan relatif F sebesar . Sedangkan untuk data kerimbunan didapatkan data
kerimbunan untuk data A adalah , untuk kerimbunan data B adalah , untuk kerimbunan C
adalah , untuk kerimbunan D adalah , untuk kerimbunan E adalah , untuk kerimbunan F adalah
. Data frekuensi yang didapatkan untuk frekuensi data A sebesar , untuk frekuensi data B adalah
, untuk frekuensi data C adalah , untuk frekuensi data D sebesar , untuk frekuensi data E
sebesar , dan untuk frekuensi data F adalah .
Nilai penting dari masing-masing spesies, yaitu spesies A sebesar 57,32%, spesies B sebesar
57,85%, spesies C sebesar 58,31%, spesies D sebesar 46,05%, spesies E sebesar 57,59% dan
spesies F sebesar 22,88%.

Dari data hasil pengamatan yang diperoleh, kemudian dihitung nilai kerapatan absolut,
kerapatan relatif, kerimbunan relatif, kerimbunan relatif, frekuensi absolut dan frekuensi relatif
dari masing-masing spesies. Dan dari perhitungan itulah juga didapatkan nilai penting dari
masing-masing spesies. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies C, sehingga dapat dikatakan
bahwa nama dari komunitas vegetasi rumput di lapangan sebelah utara AUP adalah komunitas C.

BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan data dan analisis perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Luas minimum yang diperlukan untuk membuat plot dalam analisis metode kuadrat adalah 100
cm x 100 cm.
2. Analisis vegetasi dengan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi, diperoleh nilai
penting dari masing-masing spesies, yaitu spesies A sebesar 57,32%, spesies B sebesar 57,85%,
spesies C sebesar 58,31%, spesies D sebesar 46,05%, spesies E sebesar 57,59% dan spesies F
sebesar 22,88%.
3. Nilai penting tertinggi dimiliki oleh spesies C, sehingga dapat disimpulkan bahwa nama
komunitas vegetasi rumput di lapangan sebelah utara AUP adalah komunitas C.

Das könnte Ihnen auch gefallen