Sie sind auf Seite 1von 18

Versi online / URL:

Volume 10, Nomor 1

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PENULISAN


KARYA TULIS ILMIAH BAGI GURU PROFESIONAL DI SMA NEGERI 1
KAUMAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

Teacher Professionalism Development Through Writing Scientific Papers For Teachers


In Professional SMA Negeri 1 Kauman District Tulungagung

Lilies Noorjannah

SMA Negeri I Kauman, Kabupaten Tulungagung


Email: lilies_smansaka@yahoo.com

ABSTRACT

Teacher as professional person has function, role and position, are very important in achieving
national education vision for creating Indonesian smart and competitive people. Teacher must develop
profession getting dignity. One of teacher’s professional development form is to academic writing. Yet in
real situation the teacher’s activities still focus on both vision and mission of education and teaching.
While the scientific vision and mission in written forms and publication are often ignored. The research
uses qualitative approach with descriptive method it describes the result of the research gained from
interview, document analysis, participation observation and focus group discussion. The results of research
show that the causes of the teacher’s difficulties in academic writing involve: a) teacher’s low motivation,
b) having no sparitime, c) lack of comprehending about the writing technique, d) difficulty of finding out
the data, e) not familiar with modern technology, f) not having reference books, g) the existence of the
writing services of scientific opus, h) lack of role of MGMP activities in socializing academic writing, and
i) lack of socialization from school or educational institution. Based on the research result is recommended
to the headmaster in order to do on going workshop, adding the library’s reference books, holding
computer training, applying managerial pattern ( reward and punishment), monitoring MGMP activities,
lastly doing control and observation of the evaluator’s team activities related to teacher’s work and the
ongoing professional development’s team.

Keywords: professionalism, academic writing, professional teacher

ABSTRAK

Guru sebagai tenaga profesional mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat penting
dalam mencapai visi pendidikan nasional yaitu menciptakan insan Indonesia cerdas dan kompetitif. Guru
harus mengembangkan profesinya sebagai profesi yang bermartabat. Salah satu wujud pengembangan
keprofesian guru adalah dengan menulis karya ilmiah,namun kenyataan di lapangan kegiatan guru masih
pada visi dan misi pendidikan dan pengajaran sedangkan visi dan misi ilmiah dalam bentuk penulisan dan
publikasi ilmiah sering terabaikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode diskriptif.
Data penelitian diperoleh melalui wawancara, analisis dokumen, observasi partisipasi, dan focus group
discussion. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan guru SMAN 1 Kauman dalam menulis karya
ilmiah meliputi : (a) motivasi guru dalam menulis yang masih rendah, (b) tidak memiliki cukup waktu luang,
(c) kurangnya pemahaman tentang teknik penulisan, (d) kesulitan dalam mencari data, (e) gagap teknologi,
(f) tidak memiliki buku referensi, (g) maraknya jasa pembuatan karya tulis, (h) kurang berfungsinya kegiatan
MGMP dalam menyosialisasikan penulisan karya tulis, (i) kurangnya sosialisasi dari sekolah/lembaga. Adapun
upaya-upaya yang telah dilakukan oleh guru SMAN 1 Kauman untuk mengembangkan profesionalisme
melalui menulis karya tulis ilmiah sebagai salah satu wujud pengembangan profesi adalah dengan jalan : (a)
mengikuti pelatihan/ workshop, (b) belajar sendiri, (c) mengikuti lomba/ tes. Berdasarkan hasil penelitian
maka direkomendasikan kepada Kepala Sekolah agar melakukan kegiatan workshop secara berkelanjutan,
menambah buku referensi perpustakaan, mengadakan pelatihan komputer, menerapkan pola manajerial reward
and punishment, melakukan pengendalian dan pemantauan pelaksanaan MGMP dan melakukan
pengendalian dan pemantauan kegiatan tim penilai kinerja guru dan tim pengembangan keprofesian
berkelanjutan.

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 97
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

Kata Kunci : Profesionalisme, karya tulis ilmiah, guru profesional

PENDAHULUAN Nasional, Undang- Undang nomor 14 tahun


2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan
Guru adalah pendidik profesional Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
dengan tugas utama mendidik, mengajar, Standar Nasional Pendidikan, akan
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, memfasilitasi guru untuk dapat
dan mengevaluasi peserta didik pada mengembangkan keprofesian secara
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan berkelanjutan.
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan Pengembangan keprofesian
menengah (Undang-Undang Nomor 14 berkelanjutan adalah pengembangan
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai
Sebagai tenaga profesional guru dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan
mengemban tugas, kewajiban, tanggung untuk meningkatkan profesionalitasnya
jawab, dan wewenang sesuai dengan profesi (Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
yang diembannya. Sebagaimana yang Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1).
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Salah satu jenis pengembangan
disebutkan tugas utama guru adalah keprofesian berkelanjutan adalah publikasi
mendidik, mengajar, membimbing, ilmiah berupa hasil penelitian atau gagasan
mengarahkan, mealatih, menilai, dan ilmu bidang pendidikan formal. Karya tulis
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan ilmiah guru dapat dipublikasikan dalam bentuk
anak usia dini jalur pendidikan formal, laporan hasil penelitian atau laporan/gagasan
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. ilmiah yang ditulis berdasar pada pengalaman
Guru sebagai tenaga profesional dan sesuai dengan tugas pokok serta fungsi
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan guru (Kementerian Pendidikan Nasional,
yang sangat penting dalam mencapai visi Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga
pendidikan nasional yaitu mnenciptakan insan Kependidikan , Buku 4: 2011).
Indonesia cerdas dan kompetitif. Oleh karena Peraturan Menteri Pendayagunaan
itu profesi guru harus dikembangkan sebagai Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
profesi yang bermartabat sebagaimana Nomor. 16 Tahun 2009. tanggal 10 Nopember
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Angka Kreditnya bahwa salah satu kegiatan
Guru merupakan ujung tombak pengembangan profesi adalah publikasi
pendidikan. Sebagai pendidik, guru harus ilmiah. Publikasi Ilmiah adalah karya tulis
memiliki kompetensi-kompetensi tertentu agar ilmiah yang telah dipublikasikan kepada
mampu mendidik anak didiknya dengan baik. masyarakat. Menurut Arikunto, Suhardjono
Menurut UU No.14 Tahun 2005 pasal 10 dan Supardi, (2009), melalui sistem angka
ayat 1, kompetensi yang harus dimiliki oleh kredit tersebut diharapkan dapat diberikan
guru meliputi kompetensi pedagogik, penghargaan secara lebih adil dan lebih
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, profesional terhadap pangkat guru yang
dan kompetensi profesional yang diperoleh merupakan pengakuan profesi dan kemudian
melalui pendidikan profesi. akan meningkatkan tingkat
Pemerintah melalui Kementerian kesejahteraannya. Angka kredit tersebut
Pendidikan Nasional sebagaimana dapat digunakan untuk kenaikan pangkat/
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 golongan bagi guru.
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

98 September 2014: 97 - 114


Versi online / URL:
Volume 10, Nomor 1

Berdasarkan Peraturan Menteri diri dan kehendak untuk memurnikan


Pendayagunaan Aparatur Negara dan keguruannya serta mau belajar dengan
Reformasi Birokrasi Nomor. 16 Tahun 2009. meluangkan waktu untuk menjadi guru.
tanggal 10 November 2009 tentang Jabatan Seorang guru yang tidak bersedia belajar,
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, guru tidak mungkin kerasan dan bangga menjadi
yang akan naik pangkat mulai dari pangkat/ guru. Kerasan dan kebanggan atas
jabatan Guru Pertama golongan III/b ke keguruannya adalah langkah untuk menjadi
pangkat/jabatan golongan ruang yang lebih guru yang profesional (Kunandar, 2010).
tinggi menyaratkan adanya unsur Kualitas pr ofesionalisme guru
pengembangan diri dan publikasi ilmiah/karya ditunjukkan oleh lima sikap,yakni : (1)
inovatif, hal ini dikandung maksud agar guru keinginan untuk selalu menampilkan perilaku
lebih meningkatkan produktifitas dalam yang mendekati standar ideal ; (2)
menulis karya ilmiah sejak dini. meningkatkan dan memelihara citra profesi ;
Profesional berasal dari kata profesi (3) keinginan untuk senantiasa mengejar
yang berarti sesuatu bidang pekerjaan yang kesempatan pengembangan profesional yang
bisa ditekuni oleh seseorang. Profesi juga bisa dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas
diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan pengetahuan dan ketrampilannya ; (4)
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi ;
ketrampilan khusus yang diperoleh melalui (5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya
pendidikan akademis yang intensif (Kunandar, (Sagala, 2009).
2010). Guru profesional adalah guru yang
Profesional adalah pekerjaan atau melaksanakan tugas kegur uan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan kemampuan tinggi (profesiensi) sebagai
menjadi sumber penghasilan kehidupan yang sumber kehidupan. Dalam menjalankan
memerlukan keahlian, kemahiran atau kewenangan profesionalnya, guru dituntut
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau memiliki keanekaragaman kecakapan
norma tertentu serta memerlukan pendidikan (competencies) psikologis yang meliputi : (1)
profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta) ;
Guru dan Dosen ). Jadi profesional menunjuk kompetensi afektif (kecakapan ranah rasa) ;
pada dua hal yakni orang yang melakukan kecakapan psikomotor (kecakapan ranah
pekerjaan dan penampilan atau kinerja orang karsa). Disamping itu, ada satu kompetensi
tersebut dalam melaksanakan tugas atau yang diperlukan guru, yakni kompetensi
pekerjaannya (Daryanto, 2013). kepribadian (Syah, 2011).
Jadi Guru profesional adalah guru yang Guru profesional adalah guru yang
menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang
dipanggil untuk mendampingi peserta didik dipanggil untuk mendampingi peserta didik
untuk/dalam belajar. Sehingga,guru secara untuk/dalam belajar. Sehingga,guru secara
terus-menerus perlu mengembangkan terus-menerus perlu mengembangkan
pengetahuannya tentang bagaimana pengetahuannya tentang bagaimana
seharusnya peserta didik itu belajar. seharusnya peserta didik itu belajar.
Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada
peserta didik, gur u terpanggil untuk peserta didik, gur u terpanggil untuk
menemukan akar penyebabnya dan mencari menemukan akar penyebabnya dan mencari
solusi bersama peserta didik, bukan solusi bersama peserta didik, bukan
mendiamkannya atau malahan mendiamkannya atau malahan
menyalahkannya.Sikap yang harus senantiasa menyalahkannya.Sikap yang harus senantiasa
dipupuk adalah kesediaan untuk mengenali dipupuk adalah kesediaan untuk mengenali

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 99
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

diri dan kehendak untuk memurnikan kompetensi.Berdasarkan UU No.14 tahun


keguruannya serta mau belajar dengan 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat
meluangkan waktu untuk menjadi guru. 10 disebutkan , “kompetensi adalah
Seorang guru yang tidak bersedia belajar, seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
tidak mungkin kerasan dan bangga menjadi perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan
guru. Kerasan dan kebanggaan atas dikuasai oleh guru atau dosen dalam
keguruannya adalah langkah untuk menjadi melaksanakan tugas keprofesionalan”.
guru yang profesional (Kunandar, 2010). Sedangkan kompetensi guru menurut UU
Sesuai dengan pendapat tersebut, ciri Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 yaitu
guru profesional bahwa dalam melaksanakan kompetensi pedagogik, kompetensi
tugas, orang yang profesional harus memiliki: kepr ibadian, kompetensi sosial, dan
(1) komitmen terhadap jabatan klien/warga kompetensi profesional yang diperoleh
belajar dengan mengutamakan pelayanan melalui pendidikan profesi. Salah satu upaya
pada klien/warga belajar dan jabatan itu untuk meningkatkan profesionalisme guru
merupakan panggilan hidup; (2) adalah melalui kegiatan pengembangan
keterpanggilan hidup dalam melaksanakan profesi guru. Salah satu dari pengembangan
tugas ini ditandai dengan ketersediaan waktu, profesi guru melalui kegiatan menulis Karya
komitmen yang tinggi, menjadikan pekerjaan Tulis Ilmiah.
ini sebagai suatu karir hidup (Tilaar, 2000). Karya tulis ilmiah adalah suatu karya
Seorang guru yang profesional dituntut yang memuat dan mengkaji suatu masalah
dengan sejumlah persyaratan minimal, antara tertentu dengan menggunakan kaidah-kaidah
lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi keilmuan. Kaidah keilmuan yang dimaksud
yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan bahwa karya ilmiah menggunakan metode
sesuai dengan bidang yang ditekuninya, ilmiah di dalam membahas permasalahan,
memiliki kemampuan berkomunikasi yang menyajikan kajian dengan menggunakan
baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa bahasa baku dan tata tulis ilmiah, serta
kreatif dan produktif,mempunyai etos kerja menggunakan prinsip-prinsip keilmuan yakni
dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan bersifat objektif, logis, empiris, sistematis,
selalu melakukan pengembangan diri secara lugas, jelas dan konsisten (Prayitno, dkk.
terus-menerus (continuous improviment) 2001).
melalui organisasi profesi, internet, buku, Karya tulis ilmiah yang harus ditulis oleh
seminar dan semacamnya. Guru harus terus guru untuk mengembangkan diri dan harus
belajar dan menulis baik karya ilmiah maupun dipublikasikan kepada masyarakat sebagai
populer untuk seminar maupun publikasi di bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan
media massa sebagai bentuk pengembangan kualitas proses pembelajaran di sekolah dan
profesionalismenya (Daryanto, 2013). pengembangan dunia pendidikan secara
Selanjutnya UU Nomor 20 Tahun 2003 umum dan untuk memperoleh angka kredit
tentang Sistem Pendidikan Nasional , sesuai dengan Peraturan Menteri Negara
menandaskan bahwa pendidik adalah tenaga Pendayagunaan Aparatur Negara dan
professional yang bertugas merencanakan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
dan melaksanakan proses pembelajaran tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
menilai hasil pembelajaran, melakukan Kreditnya adalah publikasi ilmiah.
pembimbing dan pelatihan,serta melakukan Pengembangan keprofesian
penelitian dan pengabdian kepada berkelanjutan mer upakan salah satu
masyarakat. komponen pada unsur utama yang akan
Berbicara tentang guru professional diberikan angka kr edit. Adapun jenis
tidak bisa dipisahkan dengan pengembangan keprofesian berkelanjutan

100 September 2014: 97 - 114


Versi online / URL:
Volume 10, Nomor 1

terdiri atas dua subunsur.Subunsur pertama kesulitan dalam menulis karya tulis ilmiah
adalah pengembangan diri dan yang kedua sebagai salah satu pengembangan
adalah publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif. profesionalisme guru. Pemilihan pendekatan
Publikasi ilmiah meliputi: (1) Presentasi pada kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada
forum ilmiah yaitu presentasi dari sebuah pendapat Ghony dan Almansyur bahwa
tulisan yang berbentuk makalah yang berisi penelitian kualitatif adalah penelitian yang
ringkasan laporan hasil penelitian, gagasan, menghasilkan penemuan-penemuan yang
ulasan, atau tinjauan ilmiah. (2) Publikasi tidak dapat dicapai dengan menggunakan
ilmiah hasil penelitian atau gagasan ilmu prosedur statistik atau dengan cara kualifikasi
bidang pendidikan formal, meliputi: laporan (Ghony dan Almansyur, 2012).
karya tulis hasil penelitian (PTK), tinjauan Alasan pemilihan pendekatan kualitatif
ilmiah, tulisan ilmiah populer,dan artikel ilmiah. dalam penelitian ini karena peneliti ingin
(3) Publikasi buku teks pelajaran, buku mendapatkan pemahaman yang mendalam
pengayaan, dan/atau pedoman guru meliputi: tentang kesulitan guru SMA Negeri 1
buku pelajaran, modul/diktat pembelajaran, Kauman Tulungagung dalam menulis karya
karya terjemahan, dan buku pedoman guru ( ilmiah sebagai salah satu wujud
Pedoman Kegiatan Pengembangan pengembangan profesionalisme guru dan
Kepr ofesian Berkelanjutan, buku 4, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk
Kemendiknas, 2011) mengembangkan kemampuan menulis karya
Dari hasil studi pendahuluan di lapangan ilmiah bagi guru profesional di SMAN 1
selama ini, jika diamati bahwa sebagian besar Kauman Tulungagung.
kegiatan guru di sekolah-sekolah lebih Metode penelitian yang dipergunakan
berorientasi pada misi pendidikan dan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
pengajaran di kelas sedangkan visi dan misi yang bertujuan mendeskripsikan hasil
ilmiah dalam bentuk penulisan dan publikasi penelitian dengan menggambarkan secara
ilmiah sering terabaikan. Implikasi dari rinci, lengkap dan mendalam hasil
kenyataan tersebut, penulisan dan publikasi wawancara, pengamatan, analisis dokumen
karya ilmiah di kalangan guru masih dan focus group discussion dari informan
memprihatinkan.Hal ini ditandai dengan yaitu guru SMA Negeri 1 Kauman
rendahnya produktivitas guru dalam menulis Tulungagung yang sudah bersertifikat
dan mempublikasikan karya ilmiah. Kondisi pendidik (sertifikasi). Hal ini dilakukan untuk
tersebut sesuai dengan pernyataan Sugijanto, mendapatkan data yang bisa dideskripsikan
Kepala Pusat Perbukuan Depdiknas yang secara lengkap dalam rangka mengetahui
dikutip Nugroho (2010) bahwa guru yang bisa faktor- faktor yang menjadi penyebab
menulis tidak lebih dari 1%. kesulitan guru menulis karya ilmiah dan
Rendahnya produktivitas guru dalam upaya-upaya yang dilakukan oleh guru
menulis karya ilmiah karena adanya faktor- SMAN 1 Kauman dalam menulis karya ilmiah
faktor penghambat dalam menulis. Tidak bisa sebagai salah satu wujud pengembangan
dipungkiri bahwa budaya menulis masyarakat profesionalisme guru.
Indonesia khususnya guru masih rendah, hal Teknik pengumpulan data yang
ini tentu ada faktor-faktor yang menjadi digunakan dalam penelitian ini adalah: (a)
penyebab kesulitan guru menulis karya ilmiah wawancara, (b) analisis dokumen, (c)
yang perlu untuk dikaji. observasi partisipasi, dan (d) Focus Group
Discussion (FGD), dengan menggunakan
METODE PENELITIAN analisis data yang meliputi: (a) reduksi data,
(b) display atau penyajian data, (c) mengambil
Penelitian ini merupakan penelitian kesimpulan lalu diverifikasi.
kualitatif, berupa analisis penyebab guru SMA

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 101
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

Keabsahan data dalam penelitian ini buruk.Motivasi/niat dapat diartikan sebagai


dilakukan dengan cara: (a) memperpanjang kekuatan (energi) seseorang yang dapat
keterlibatan pengamatan; (b) ketekunan menimbulkan tingkat antusiasme dalam
pengamatan; (c) triangulasi; (d) wawancara melaksanakan suatu kegiatan, baik yang
teman sejawat/ peer debriefing;(e) bersumber dari dalam diri individu itu sendiri
kecukupan referensi; (f) analisis kasus (motivasi internal) maupun dari luar individu
negatif/ negative case analysis ; (g) (motivasi eksternal). Seberapa kuat motivasi
pengecekan anggota/ member cheks (Webb yang dimiliki individu akan banyak
dalam Ghany dan Almanshur, 2012). menentukan terhadap kualitas perilaku yang
ditampilkan, baik dalam konteks belajar,
HASIL DAN PEMBAHASAN bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Guru-guru di tempat penelitian yang
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri sedang peneliti lakukan saat ini, sebagian besar
1 Kauman.Mengapa SMA Negeri 1 Kauman merasa malas untuk menulis karena ketidak
yang dipilih sebagai lokasi penelitian?Hal ini tahuan tentang cara penulisan karya tulis
karena SMA Negeri 1 Kauman hampir ilmiah. Apa saja yang akan dituangkan dalam
seluruh gurunya sudah bersertifikat pendidik menulis karya ilmiah, bagaimana menuangkan
dan sekolah ini memiliki guru yang sudah dalam tulisan, seperti penuturan informan
menempuh kualifikasi akademi S3 berikut ini
(doktor).Pada penelitian kualitatif kekhasan
dan keunikan inilah yang menjadi “Saya kok malas sekali Bu dan tidak
pertimabangan pemilihan lokasi penelitian. punya gambaran sama sekali untuk
nulis.Nanti kalau diwajibkan ya saya
Kesulitan Guru SMAN 1 Kauman dalam menulis. Tidak tahu bu belum ada niatan
Menulis Karya Tulis Ilmiah Sebagai saat ini “.(GIW1,12 Juni 2014).
Salah Satu Upaya Pengembangan Profesi
Waktu
Fokus penelitian ini adalah guru-guru
SMA Negeri 1 Kauman yang sudah memiliki Keterbatasan waktu untuk menulis
sertifikat pendidik.Guru yang sudah memiliki sering disebut-sebut sebagai kendala utama
sertifikat pendidik dapat dinyatakan sebagai dalam menulis karya ilmiah.Tidak bisa
guru profesional. dipungkiri bahwa menulis memang
membutuhkan waktu luang yang cukup dan
Klasifikasi Berdasarkan Jenis Kesulitan. kemauan yang kuat.Dua hal ini yaitu waktu
luang dan kemauan/motivasi diri harus dimiliki
Kesulitan guru dalam menulis karya oleh tiap indovidu. Seberapa besar waktu
ilmiah dibedakan menjadi dua macam yaitu luang yang tersedia tetapi kalau tidak ada
kesulitan yang bersumber dari diri penulis kemauan/motivasi diri tentu tidak akan
(internal) dan kesulitan yang disebabkan dari membuahkan karya tulis, seperti penuturan
luar diri penulis (eksternal) informan berikut ini,
Kesulitan yang bersumber dari diri
penulis (Internal) “Untuk menulis saya kayaknya
terkendala waktu Bu, apalagi seorang
Motivasi perempuan, saya pulang sudah capek
masih harus mengerjakan pekerjaan
Motivasi merupakan faktor utama yang rumah tangga, waktu itu berlalu cepat
bisa menggerakkan hati seseorang untuk bisa banget. Malam ya mempersiapkan
melakukan suatu pekerjaan baik atau

102 September 2014: 97 - 114


Versi online / URL:
Volume 10, Nomor 1

materi untuk besok sehingga waktu data aku ya tidak punya ilmunya, itulah
untuk menulis itu kayaknya yang nggak sepertinya kabeh ki masih terfokus pada
ada.Ditambah lagi buku-buku yang kegiatan mulang/mengajar ya….
saya miliki juga sangat terbatas.” ketimbang meneliti.” (GDW1, 6 Mei
(GHW1, 14 Juli 2014) 2014)

Teknik Penulisan Kurang Melek Teknologi

Kurangnya pengetahuan, pemahaman, Di era kemajuan ilmu dan teknologi


dan keterampilan guru dalam menulis karya seperti sekarang ini memang sangat
ilmiah serta belum jelasnya teknik penulisan memprihatinkan apabila guru tidak mau
membuat banyak guru enggan memulai atau mengembangkan kompetensinya di bidang
membuat karya tulis. Pada dasarnya memang teknologi seperti mengoperasikan komputer.
guru-guru SMA pada umumnya tidak terbiasa Berdasarkan hasil penelitian masih ada
dalam tulis-menulis, seperti penuturan sebagian guru SMA yang tidak bisa
informan berikut ini, mengoperasikan komputer (gaptek) sebagai
salah satu penyebab guru enggan untuk
“Kesulitan saya menulis itu nggak jelas menulis seperti yang dituturkan informan
penulisanya. Nggak ngerti penulisan berikut ini,
PTK itu yang seperti apa. Kan ada yang
mengatakan PTK itu ‘ngene-ngene’, di “Saya itu tidak bisa komputer Bu, gaptek
workshop yang saya ikuti juga gak 100 jadi yo terus males, terkendala karena
persen ngerti kan hanya sebagian saja, ketidakbisaan IT, wong ngoperasikan
hanya sekilas-sekilas dan disekolah juga komputer saja gak begitu bisa kok, penak
tidak pernah ada penjelasan, jadi ndandakne Bu gak ribet.” (GJW1, 17
gambarannya nulis PTK itu yang seperti Juni 2014)
apa saya gak jelas bu “.( GGW1, 7 Juli
2014) Kesulitan yang bersumber dari luar diri
penulis (Eksternal)
Pengumpulan Data Di Lapangan
Ketersediaan Buku Referensi
Berdasarkan data penelitian sebagian
besar guru-guru SMAbaru menulis karya Persiapan dalam menulis merupakan
ilmiah berjenis penelitian tindakan kelas. faktor penyebab yang banyak dituturkan oleh
Karena merupakan penelitian, kesulitan yang informan.Persiapan dalam hal ini termasuk
banyak dialami adalah pengumpulan data, di dalamnya terdapatnya buku-buku
dengan alasan guru disamping sebagai peneliti penunjang sebagai bahan rujukan bila menulis
juga sebagai pengajar sehingga banyak data karena kegiatan menulis tidak bisa lepas dari
yang terlewatkan.Berikut ini penuturan adanya buku-buku referensi yang tersedia di
informan guru D, perpustakaan sekolah maupun yang dimiliki
sendiri.Berikut ini penuturan informan F.
“Kesulitanku menulis Bu antara lain
mencari data di lapangan. Ini “Tentang persiapan menulis Bu, saya
sebenarnya ya salah saya sendiri sih, menyiapkan dulu buku-buku yang bisa
kadang kan absenku gak lengkap, saya pakai sebagai acuan dengan jalan
catatan harianku terhadap siswa juga pinjam sama teman, atau pinjam di
kurang teliti, Terus carane nganalisis tempat lain seperti ke perpus Daerah,

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 103
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

kan di perpustakaan SMA sedikit sekali Kurang Berfungsinya Kegiatan MGMP


buku-buku yang bisa dipakai sebagai
penunjang untuk menulis karya, … di Musyawarah Guru Mata Pelajaran
perpus itu yang banyak kan hanya buku- (MGMP) yang seharusnya menjadi wadah
buku untuk anak-anak termasuk buku- guru untuk bertukar informasi dan
buku pelajaran saja sehingga kalau mau membicarakan persoalan-persoalan yang
nulis PTK saya ya harus mencari kesana dihadapi para guru di sekolah ternyata dalam
kemari “.(GFW1, 9 Mei 2014) setiap kegiatan MGMP hanya membahas hal-
hal yang bersangkut paut dengan masalah
Maraknya Jasa Pembuatan Karya Tulis pembelajaran saja seperti : pembuatan
silabus, RPP, soal ujian, penilaian, dan hal-hal
Dari hasil analisis dokumen yang berupa yang baru seperti kurikulum 2013. Masalah
apelan/hasil penilaian kerja guru dari penulisan karya tulis ilmiah sebagai
Kementerian Pendidikan Nasional, sub pengembangan kompetensi berkelanjutan
bagian Tenaga Fungsional Guru pada Bagian sangat jarang dibahas pada pertemuan
Mutasi Jabatan dan Tenaga Fungsional Non MGMP.
Dosen Biro Kepegawaian, peneliti Sampai saat peneliti memper oleh
memperoleh informasi bahwa PTK yang informasi ini memang kegiatan MGMP sangat
pernah dimiliki atau dibuat untuk diajukan jarang membahas masalah-masalah yang
sebagai salah satu syarat kenaikan pangkat berkaitan dengan kegiatan menulis karya
terindikasi ‘aspal’ asli tapi palsu. ilmiah. Penyebab utama dari kurangnya
Selanjutnya berdasarkan hasil sosialisasi ini karena keterbatasan waktu
wawancara peneliti mendapatkan data bahwa kegiatan, keterbatasan nara sumber, dan
jasa penulisan karya tulis memang banyak kurang disiplinnya anggota ketika menghadiri
dipilih oleh para guru karena terkait dengan pertemuan kegiatan MGMP. Berikut adalah
rentetan berikutnya yakni kemudahan dalam penuturan ketua MGMP mata pelajaran
mendapatkan surat keputusan tentang Bahasa Indonesia.
kenaikan pangkat. Guru-guru yang
menggunakan jalur lurus, jujur, hasil karya “Selama ini memang pembahasan
sendiri, tidak mendapatkan kemudahan untuk tentang penulisan PTK di pertemuan
urusan kenaikan pangkat dan kalah dengan MGMP sangat kurang Bu, soalnya
guru-guru yang menggunakan jalur tidak memakan banyak waktu dan teman-
resmi. Inilah yang menjadi penyebab mengapa teman sendiri datangnya juga ‘slentar-
para guru lebih memilih menggunakan jasa slentir’Biasanya ya mbahas hal-hal yang
pembuatan karya tulis yang sekaligus dengan dialami sehari-hari saja dan kalau ada
kepengurusan kenaikan tingkat daripada informasi hasil workshop kita
harus membuat dan mempersiapkan sendiri, informasikan, seperti sekarang ini,
seperti penuturan informan berikut ini, kurikulum 2013, ya ini nanti yang jadi
bahasan pada pertemuan MGMP.”
“Kalau aku ya lebih enak memakai jasa
pembuatan dan selama ini yang Kurangnya Sosialisasi dari Lembaga/
mengajukan kenaikan pangkat juga Sekolah
lancar-lancar saja meskipun
ndandakne. Yang mengajukan Sosialisasi kegiatan adalah hal yang bisa
kenaikan pangkat bersama saya itu mengurai ketidakpahaman atau kebingungan
semua minta tolong pada Pak NZ dalam melakukan tugas. Kebingungan para
dengan pengirimannya sekali.” (GEW1, guru dalam menulis karya ilmiah juga
17 Juni 2014) disebabkan oleh kurangnya pihak sekolah

104 September 2014: 97 - 114


Versi online / URL:
Volume 10, Nomor 1

dalam memberikan sosialisasi tentang teknik sesuai dengan yang diinginkan Tim
penulisan karya tulis ilmiah khususnya PTK penilai. Sak jane ya perlu lo, paling tidak
sehingga pemahaman tentang prosedur secara berkala, biar pemahaman kita
penulisan yang diinginkan oleh tim penilai tidak tentang menulis PTK itu seragam dan
pernah diperoleh guru dari sekolah, seperti sesuai dengan yang diinginkan penilai.”
penuturan guru G berikut ini, (GGW1, 7 Juli 2014)

“Di sekolah nggak pernah ada Berdasarkan data yang sudah


sosialisasi bagaimana menulis PTK yang dijabarkan di muka dapat dibuat tabel sebagai
berikut:

Motivasi diri/ minat

Waktu

Teknik Penulisan
Internal
Pengumpulan Data Dilapangan

Kurang Melek Teknologi

Jenis Ketersediaan BukuReferensi


Kesulitan
Maraknya Jasa Penulisan Karya
Tulis

Eksternal Kurang berfungsinya MGMP

Kurangnya Sosialisasi dari


Lembaga/Sekolah

Gambar 1. Klasifikasi Berdasarkan Jenis Kesulitan


Klasifikasi Berdasarkan Usia sudah kurang jelas untuk membaca atau
menulis dan juga menurunnya daya ingat. (2)
Ditijau dari segi usia penelitian ini kesulitan dalam mengoperasikan komputer.
menunjukkan bahwa kesulitan guru dalam Guru yang berusia 51-58 dari hasil
menulis karya ilmiah sebagai salah satu wawancara mendalam membuktikan lebih
pengembangan profesi dapat dijabarkan mengalami kesulitan dibandingkan dengan
sebagai berikut: (1) Motivasi kurang/malas. guru yang berusia 39-47 tahun. (3) Kesulitan
Guru yang berusia 39-47 tahun mengatakan dalam prosedur penulisan karya tulis ilmiah
kalau rasa malas menulis dipengaruhi oleh terutama PTK. Guru yang berusia 51-58
kesibukan dalam rumah tangga sedangkan membuktikan lebih mengalami kesulitan
guru yang berusia 51-58 tahun menjelaskan dibandingkan dengan guru yang berusia 39-
kalau malas menulis karya ilmiah ini 47.tahun. Tidak terbiasa menulis menjadi
dipengaruhi oleh kesehan badan seperti mata penyebab ketidaktahuan prosdur dalam
menulis karya ilmiah

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 105
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

Klasifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin membuat karya tulis ilmiah.Dengan jalan ini,
mau atau tidak mau, suka maupun tidak suka
Berdasarkan jenis kelamin, kesulitan guru benar-benar harus membuat karya tulis
guru SMA dalam menulis karya tulis ilmiah kalau ingin mendapatkan keberhasilan.
sebagai salah satu pengembangan profesi
berkelanjutan, antara guru perempuan dengan Pembahasan
guru laki-laki tidak begitu nyata
Sub bab ini membahas temuan-temuan
perbedaannya. Baik guru perempuan maupun
lapangan yang memiliki hubungan dengan teori-
guru laki-laki sama-sama mengalami kesulitan
teori profesionalisme, kompetensi guru dan
yang beragam.
menulis karya ilmiah sebagai salah satu
pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi
Upaya Guru SMAN 1 Kauman untuk
guru. Analisis dan pembahasan difokuskan pada:
Mengembangkan Profesionalisme Guru (1) kesulitan guru SMAN 1 Kauman dalam
melalui Menulis Karya Tulis Ilmiah. menulis karya tulis ilmiah sebagai salah satu upaya
pengembangan profesi guru; (2) klasifikasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kesulitan guru SMAN 1 Kauman dalam menulis
upaya yang telah dilakukan oleh guru antar karya ilmiah sebagai salah satu upaya
lain: pengembangan profesi guru dan; (3) upaya guru
SMAN 1 Kauman untuk mengembangkan
Workshop/Pelatihan
profesionalisme guru melalui menulis karya tulis
ilmiah.
Sebagian besar guru berupaya dengan
mengikuti kegiatan pelatihan/workshop yang Kesulitan Guru SMAN 1 Kauman dalam
diikuti atas inisiatif sendiri dengan biaya Menulis Karya Tulis Ilmiah sebagai Salah
mandiri maupun tugas dari sekolah/lembaga. Satu Upaya Pengembangan Profesi Guru

Belajar Sendiri Seperti yang diamanatkan di dalam UU


Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Upaya lain yang pernah dilakukan guru Dosen bahwa guru adalah pekerja
untuk mengembangkan kemampuan guru professional. Profesional adalah pekerjaan
menulis karya tulis ilmiah terutama PTK atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
adalah dengan belajar sendiri dan mencari dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
contoh-contoh PTK dari internet. Contoh yang memerlukan keahlian, kemahiran atau
yang ada ini kemudian dipakai sebagai acuan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
guru untuk menulis, di samping itu juga norma tertentu serta memerlukan pendidikan
menumbuhkan motivasi diri dengan profesi
menerapkan semboyan ‘Tulis yang kamu Hasil penelitian berdasarkan analisis
kerjakan dan kerjakan yang kamu tulis’. dokumen ter tulis tentang Daftar Urut
Kepangkatan Tahun 2014 menunjukkan
Mengikuti Tes bahwa semua informan dalam penelitian ini
telah memiliki sertifikat pendidik dan mengajar
Pada dasarnya salah satu syarat sesuai dengan kualifikasinya. Dengan
mengikuti seleksi guru teladan dan atau calon demikian guru-guru di lokasi penelitian dapat
kepala sekolah, peserta wajib membuat satu dikatakan sebagai guru professional sesuai
karya ilmiah yang dapat dipresentasikan dengan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005
ketika pelaksanaan tes wawancara.Atas tentang Guru dan Dosen.
dasar inilah guru dituntut dan didorong untuk

106 September 2014: 97 - 114


Versi online / URL:
Volume 10, Nomor 1

Seorang guru yang profesional dituntut prosedur penulisan PTK terutama guru-guru
dengan sejumlah persyaratan minimal, antara yang berusia lebih dari 51 tahun karena tidak
lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi pernah mendapatkan ilmu menulis PTK.
yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan Sebagai guru profesional harus terus belajar
sesuai dengan bidang yang ditekuninya, mengembangkan kompetensi diri baik melalui
memiliki kemampuan berkomunikasi yang akademik dengan bersekolah di S2, S3 atau
baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa belajar melalui media yang lain seperti
kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja internet, buku, dan forum ilmiah.
dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan Kurangnya waktu luang untuk menulis
selalu melakukan pengembangan diri secara menjadi alasan sebagian besar guru dalam
terus-menerus (continuous improvement) menulis karya ilmiah. Dengan mengajar di dua
melalui organisasi profesi, internet, buku, atau lebih sekolah untuk memenuhi beban
seminar dan semacamnya. Guru harus terus mengajar 24 jam per minggu membuat banyak
belajar dan menulis baik karya ilmiah maupun guru merasa tidak cukup waktu untuk menulis
populer untuk seminar maupun publikasi di . Dari hasil triangulasi sumber yang peneliti
media massa sebagai bentuk pengembangan lakukan kepada guru yang menjabat sebagai
profesionalismenya . wakil kepala sekolah menyebutkan bahwa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa waktu bukan alasan seseorang untuk tidak
informan di lokasi penelitian masih melakukan melakukan kegiatan menulis sebab banyak
kecurangan dalam pengembangan orang sibuk justr u produktif dalam
keprofesionalan berkelanjutan. Hal ini terbukti menghasilkan karya tulis. Persoalannya hanya
tujuh dari sepuluh responden atau 70% terletak pada kemauan dan keterbiasaan
mengaku telah memakai jasa pembuatan dalam menulis. Seseorang yang sudah
karya tulis khususnya PTK untuk kenaikan terbiasa menuliskan ‘uneg-uneg’ atau
pangkat atau untuk kegiatan yang lain seperti pikirannya akan sangat terbebani jika tidak
sertifikasi. dituangkan ke dalam bentuk tulisan sehingga
Kecurangan-kecur angan yang sesibuk apapun orang tersebut masih mampu
dilakukan sebagian besar guru di lokasi untuk menghasilkan suatu karya tulis seperti
penelitian dalam menulis PTK sebagai salah halnya Dahlan Iskan yang tulisannya bisa
satu pengembangan keprofesionalan dinikmati setiap hari Senin di media massa.
berkelanjutan ini dipicu oleh berbagai Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
persoalan baik internal maupun eksternal. teori profesionalisme guru yang dikemukakan
Persoalan internal yang mempengaruhi oleh Daryanto seperti yang dikemukakan pada
guru untuk menulis adalah motivasi diri/niat bab II, bahwa guru professional harus
guru untuk menulis masih rendah.Motivasi mempunyai jiwa yang kreatif dan produktif.
guru bisa berasal dari faktor internal yakni Guru harus selalu melakukan pengembangan
dari dalam diri guru itu sendiri seperti halnya diri secara terus-menerus melalui organisasi
usia. Informan yang berusia lebih dari 51 profesi, internet, buku, seminar dan
tahun terbukti 30% cenderung malas untuk semacamnya. Guru harus terus belajar dan
menulis yang disebabkan oleh menurunnya menulis baik karya ilmiah maupun populer
daya ingat dan penglihatannya. untuk seminar maupun publikasi di media
Persoalan internal yang mempengaruhi massa sebagai bentuk pengembangan
guru menulis berikutnya adalah kurangnya profesinya.
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan
guru dalam menulis karya ilmiah dalam hal teori profesionalisme guru yang dikemukakan
ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK), Sebagian oleh Daryanto dikarenakan masih sekitar 90%
guru mengaku tidak paham tata cara atau informan di tempat penelitian belum

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 107
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

tidak bisa komputer, untuk nulis terkendala


melakukan pengembangan diri secara terus-
ketidakbisaan IT” (GJW1). Ini jelas tidak
menerus terbukti bahwa hasil penelitian
sesuai dengan teori profesionalisme yang
menunjukkan banyaknya informan yang
dikemukakan Surya bahwa gur u yang
mengemukakan bahwa niat untuk menulis
mempunyai tingkat profesional tinggi
masih sangat rendah, dengan sejumlah alasan
tercermin dari pelaksanaan pengabdian tugas-
seperti terganggu oleh urusan keluarga, tidak
tugas yang ditandai dengan keahlian baik
ada niat yang seratus persen, tidak memiliki
dalam materi maupun metode. Selain itu, juga
waktu luang yang cukup, tidak ada yang
ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam
menyuruh, atau belum waktunya untuk naik
melaksanakan tugas dan pengabdiannya.
pangkat sehingga belum mempersiapkan diri
Guru yang profesional mampu memikul dan
untuk menulis.
melaksanakan tanggung jawab sebagai guru
Guru-guru di lokasi penelitian baru
kepada peserta didik,orang tua, masyarakat,
tergerak hati untuk menulis jika ada tuntutan
bangsa, negar a dan agamanya. Guru
seperti sudah melewati batas waktu kenaikan
profesional mempunyai tanggung jawab
pangkat dan atau beban tugas dari Kepala
pribadi, sosial intelektual, moral, spiritual.
Sekolah. Tugas dari kepala sekolah misalnya
Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang
dikirim untuk mengikuti tes calon kepala
mampu memahami dirinya, mengelola dirinya,
sekolah maupun untuk mengikuti tes seleksi
mengendalikan dirinya dan menghargai serta
guru teladan. Kedua tes tersebut menyaratkan
mengembangkan dirinya. Tanggung jawab
guru untuk menulis karya ilmiah yang
sosial diwujudkan melalui kompetensi guru
dipresentasikan pada saat ujian wawancara.
dalam memahami dirinya sebagai bagian
Melihat kenyataan tersebut,
yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
seperti memiliki kemampuan interaktif
Nugroho tentang tipe guru menulis maka guru
efektif. Tanggung jawab intelektual
di lokasi penelitian tergolong pada tipe yang
diwujudkan melalui penguasaan berbagai
kedua yaitu guru menulis karena
perangkat pengetahuan dan ketrampilan yang
keterpaksaan. Guru dengan tipe seperti ini,
diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya.
mau menulis hanya jika terpaksa saja.
Tanggung jawab spiritual dan moral
Keterpaksaan muncul karena adanya lomba
diwujudkan melalui penampilan guru sebagai
menulis, sebagai syarat pengajuan kenaikan
makhluk beragama yang perilakunya
pangkat/golongan, atau tugas dari atasan. Tipe
senantiasa tidak menyimpang dari norma-
guru yang menulis karena keterpaksaan
norma agama dan moral, serta teori yang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) menulis
dikemukakan oleh Daryanto bahwa guru
karena sesuatu hal ; (b) menulis saat ada
profesional harus selalu melakukan
kemauan atau mempunyai waktu luang ; (c)
pengembangan diri secara terus-menerus
membaca tidak dilakukan setiap hari ; (d)
melalui berbagai media seperti internet, buku,
terkadang mau belajar meningkatkan kualitas
mengikuti kegiatan seminar, diklat atau
tulisan ;  (e)  mau  menerima  masukan  dari
pelatihan, dan semacamnya.
orang lain.
Jika ditinjau dari UU Nomor 20 Tahun
Disamping niat menulis yang masih
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
rendah ternyata ada sebagian guru yang tidak
, yang menandaskan bahwa pendidik adalah
mampu mengoperasikan komputer
tenaga professional yang bertugas
merupakan kesulitan bagi guru dalam menulis
merencanakan dan melaksanakan proses
karya ilmiah. Empat dari sepeluh guru yang
pembelajaran menilai hasil pembelajaran,
menjadi informan mengaku tidak bisa
melakukan pembimbing dan pelatihan, serta
mengoperasikan komputer (gagap teknologi)
melakukan penelitian dan pengabdian kepada
seperti yang dituturkan guru J berikut ini “Saya

108 September 2014: 97 - 114


Versi online / URL:
Volume 10, Nomor 1

masyarakat. Hasil penelitian ini belum sesuai Budaya instan dan ‘titip’ memperparah guru
dengan amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 untuk bisa produktif menulis. Hal ini
karena sebagian besar guru SMA Negeri 1 disebabkan masih banyak orang dalam dari
Kauman bisa dikatan belum melaksanakan lingkup instansi yang terkait dengan kenaikan
amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 secara pangkat dan jabatan yang memakai ‘pelicin’
menyeluruh. Hal ini dikarenakan masih untuk memuluskan jalan memper oleh
banyak guru yang baru menjalankan tugas dan kenaikan pangkat. Tidak ayal lagi kenyataan
kewajiban sebagai pengajar atau guru saja di lapangan menunjukkan bahwa guru yang
dan belum seluruhnya melakukan kegiatan sudah bersusah payah membuat karya tulis
penelitian sebagai bentuk pengembangan sendiri dan dikirim dengan jujur tanpa mau
keprofesionalan berkelanjutan. menggunkan ‘pelicin’ maka kalah dengan guru
Persoalan eksternal yang yang memakai jasa penulisan karya tulis dan
mempengaruhi kesulitan guru di lokasi menggunakan ‘pelicin’  pada  saat
penelitian dalam menulis karya tulis ilmiah mengumpulkan karyanya. Kejujuran dan
khususnya PTK, sebagai salah satu wujud kerja keras guru dalam menulis belum
pengembangan keprofesian berkelanjutan mendapatkan penghargaan, padahal guru
antara lain adalah: yang jujur dan produktif dalam menulis inilah
yang harus mendapatkan perhatian lebih dari
Ketersediaan Buku-buku Referensi. dinas terkait sehingga mampu memotivasi
guru yang lain untuk menulis karya sendiri.
Buku referensi sebagai salah satu Berdasarkan kenyataan tersebut maka
penyebab kesulitan guru di lokasi penelitian banyak guru SMA yang menggunakan jasa
dalam menulis karya ilmiah khususnya PTK. penulisan karya tulis ter utama untuk
Sebagian besar guru di lokasi penelitian tidak pengusulan kenaikan tingkat.
memiliki buku-buku yang berkaitan dengan
penulisan karya tulis ilmiah. Buku-buku yang Kurang Berfungsinya MGMP
dimiliki oleh sebagian besar guru di lokasi
penelitian masih berupa buku-buku pelajaran Kurang berfungsinya forum
saja. Seharusnya uang sertifikasi yang Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
diterimakan kepada para guruadalah sebagai dalam menyosialisasikan tata cara penulisan
penunjang pengembangan kompetensi guru. karya tulis ilmiah. MGMP sebagai wadah guru
Saalah satu wujud kegiatan pengembangan untuk bermusyawar ah, kegiatan yang
kompetensi guru melalui pengembangan diri dilakukan masih membahas hal-hal yang
dengan belajar terus menerus melalui buku. berkaitan langsung dengan pembelajaran
Jadi sangat disayangkan kalau guru seperti membahas silabus, RPP, bahan ajar,
profesional dan telah menerima sertifikasi dan penilaian. Sementara yang berkaiatn
tetapi masih mengeluhkan tidak memiliki dengan pengembangan profesi berkelanjutan
buku-buku sebagai referensi untuk menulis kurang mendapatkan perhatian, baik dari
sebagaiman ayang dituturkan informan guru pengurus maupun dari kalangan anggota.
D berikut ini “Masak sih dari uang sertifikasi
kita mesti sregep membeli buku, aku nggak Kurangnya Sosialisasi dari Lembaga/
percaya Bu, kalau aku kalah dengan urusan Sekolah
anak daripada membeli buku Bu.”
Sekolah belum menyediakan waktu
Maraknya Jasa Pembuatan Karya Tulis khusus untuk memberikan sosialisasi bagi
guru tetang pemahaman dan pengetahuan
Maraknya jasa pembuatan karya tulis yang berkaiatan dengan tata cara dan teknik
justru menghambat guru untuk menulis.

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 109
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

menulis kar ya ilmiah sebagai bentuk syarat PTK yang baik, dan bagaimana
pengembangan profesi guru. pengajuannya yang sesuai dengan ketentuan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah tim penilai. Kemauan dan keaktifan guru
dipaparkan di muka maka dapat dikatakan untuk mau mengembangkan diri ini sesuai
bahwa sebagian besar guru-guru di lokasi dengan pendapat Surya bahwa guru
penelitian masih sangat kurang dalam profesional mempunyai tanggung jawab
meningkatkan kualitas keprofesionalannya pribadi, sosial intelektual, moral, spiritual.
seperti teori yang dikemukakan oleh Sagala, Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang
bahwa kualitas profesionalisme guru mampu memahami dirinya, mengelola dirinya,
ditunjukkan oleh lima sikap, yakni : (1) mengendalikan dirinya dan menghargai serta
keinginan untuk selalu menampilkan perilaku mengembangkan dirinya
yang mendekati standar ideal ; (2) Upaya berikutnya yang dilakukan oleh
meningkatkan dan memelihara citra profesi ; guru-guru di lokasi penelitian adalah dengan
(3) keinginan untuk senantiasa mengejar jalan belajar sendiri dengan cara membaca
kesempatan pengembangan profesional yang buku dan mencari contoh-contoh yang ada di
dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas internet atau dengan jalan menumbuhkan
pengetahuan dan keterampilannya ; (4) motivasi diri dengan membuat semacam
mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi ; semboyan yang bisa dilakukan sendiri.
(5) memiliki kebanggaan terhadap profesinya. Disamping itu juga mereka tidak malu untuk
bertanya kepada orang lain yang lebih paham
Upaya Guru SMAN 1 Kauman dalam tentang penulisan PTK. Dengan jalan inilah
Menulis Karya Tulis Ilmiah sebagai Salah guru-guru memiliki sedikit gambaran tentang
Satu Upaya Pengembangan Profesi Guru penulisan PTK yang dapat dipakai sebagai
salah satu pengembangan keprofesionalan
Upaya yang dilakukan oleh para guru berkelanjutan.
dalam rangka mengembangkan Hasil penelitian ini menujukkan bahwa
keprofesionalan berkelanjutan melalui karya sebagian besar guru di lokasi penelitian sudah
tulis ilmiah ini adalah dengan mengikuti berupaya untuk melakukan pengembangan
workshop/pelatihan penulisan karya tulis keprofsionalan sesuai dengan yang
ilmiah. diamanatkan Peraturan Menteri Negara
Workshop/pelatihan adalah kegiatan Pendayagunaan Aparatur Negara dan
yang banyak diikuti oleh guru-guru SMA Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2009
Negeri 1 Kauman sebagai salah satu usaha Tentang Jabatan Fungsional Guru dan
agar bisa meminimkan kesulitan menulis PTK Angka Kreditnya bahwa kompetensi yang
dikalangan guru-guru SMA sebagai salah satu harus dimiliki guru untuk mengembangkan
pengembangan keprofesian berkelanjutan. keprofesian melalui tindakan reflektif terdiri
Pelatihan yang diikuti guru-guru SMA atas enam indikator yaitu: (1) melakukan
Kauman bisa berupa inisiatif sendiri/ mandiri refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus-
bisa juga karena dikirim dari lembaga/ menerus; (2) memanfaatkan hasil refleksi
sekolah. dalam rangka peningkatan keprofesionalan;
Keikutsertaan guru dalam pelatihan (3) melakukan penelitian tindakan kelas untuk
dapat peneliti ketahui pada saat pengamatan meningkatkan keprofesionalan; (4) mengikuti
berperan serta yaitu ketika ada pembinaan kemajuan zaman dengan belajar dari
dan pengarahan Kepala Dinas Pendidikan bernbagai sumber; (5) memanfaatkan
Kabupaten Tulungagung ke SMA Negeri 1 teknologi informasi dan komunikasi dalam
Kauman, Tanggal 18 September 2014. Guru berkomunikasi; (6) memanfaatkan teknologi
sangat antusias menanyakan bagaimana komunikasi dan informasi untuk
mengembangkan diri.

110 September 2014: 97 - 114


Versi online / URL:
Volume 10, Nomor 1

KESIMPULAN DAN SARAN menulis karya ilmiah yang


disebabkan dari faktor internal dan
Kesimpulan faktor eksternal.
- Dari segi usia, guru SMA Negeri 1
Dari rangkaian kegiatan penelitian Kauman Tulungagung yang berusia
tentang pengembangan profesionalisme guru 51-58 tahun lebih mengalami
melalui penulisan karya tulis ilmiah bagi guru kesulitan menulis dibandingkan
profesional di SMA Negeri 1 Kauman dengan guru yang berusia 39-47
Tulungagung, dengan hasil-hasil yang dapat tahun.
disimpulkan sebagai berikut . - Dari jenis kelamin, kesulitan guru
Secara umum pengembangan dalam menulis karya tulis ilmiah tidak
profesionalisme guru SMA Negeri 1 Kauman terdapat perbedaan yang mencolok
Tulungagung melalui menulis karya ilmiah antara guru laki-laki dan guru
khususnya penulisan Penelitian Tindakan perempuan. Keduanya memiliki
Kelas, masih kurang dan perlu mendapatkan kesulitan yang hampir sama.
perhatian dan bimbingan secara serius. Hal • Sebagian besar guru SMA Negeri 1
ini bisa dicermati dari indikator-indikator Kauman sudah berupaya untuk
kesulitan yang dialami guru ketika menulis mengembangkan profesionalisme guru
berikut ini: melalui menulis karya tulis ilmiah dengan
• Masih banyak Guru SMAN 1 Kauman cara: (a) mengikuti kegiatan workshop
dalam menulis karya tulis ilmiah sebagai baik mandiri maupun dari lembaga, (b)
salah satu upaya pengembangan profesi belajar sendiri melalui internet, dan (c)
guru mengalami berbagai kesulitan. sebagian kecil saja dari guru SMAN 1
Hasil dar i focus group discution Kauman yang berupaya untuk
memberikan informasi bahwa mengembangkan profesionalisme guru
kurangnya motivasi/minat untuk menulis dengan jalan mengikuti tes yang
disebabkan oleh berbagai permaslahan mensyaratkan adanya hasil karya tulis
yang dihadapi para guru antara lain ilmiah.
adalah : (a) motivasi guru dalam menulis
masih rendah, (b) tidak memiliki cukup Saran
waktu luang, (c) kurangnya pemahaman
tentang teknik penulisan, (d) kesulitan Untuk mendorong guru SMA Negeri 1
dalam pengumpulan data, (e) kurang Kauman menjadi guru yang kreatif menulis
melek teknologi, (f) kurangnya buku karya tulis ilmiah sebagai salah satu bentuk
referensi, (g) maraknya jasa pembuatan pengembangan keprofesian dibutuhkan upaya
karya tulis, (h) kurang berfungsinya dari berbagai pihak agar dapat menumbuhkan
kegiatan MGMP dalam motivasi diri.
menyosialisasikan penulisan karya tulis,
(i) kurangnya sosialisasi dari sekolah/ • Kepala Sekolah
lembaga. - Menyelenggarakan workshop atau
• Klasifikasi kesulitan guru SMAN 1 pelatihan yang dilakukan secara
Kauman dalam menulis karya ilmiah berkala untuk guru-guru terkait
sebagai salah satu upaya pengembangan dengan pengetahuan, pemahaman
profesi guru diklasifikasikan menjadi 3 dan praktik menulis karya tulis ilmiah.
macam: Pelatihan dilakukan dengan
- Sebagian besar guru SMA Negeri 1 mendatangkan nara sumber yang
Kauman mengalami kesulitan kompeten dibidangnya sehingga bisa

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 111
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

memberi pengetahuan dan • Guru


pemahaman yang jelas tentang karya - Guru memperbanyak pelatihan atau
tulis ilmiah. Pelatihan harus diklat yang dapat menunjang
ditekankan pada hasil. Masing- kompetensi mereka dan dapat
masing guru harus menghasilkan dipakai sebagai masukan atau bahan
sebuah karya tulis misalnya (PTK) evaluasi diri.
setelah mengikuti work shop. - Guru hendaknya memotivasi diri
Workshop diselenggarakan pada untuk menulis karya ilmiah dalam
waktu libur semester, baik semester upaya meningkatkan profesionalisme
ganjil maupun semester genap. guru.
- Melakukan pengendalian dan - Guru lebih serius dalam belajar
pemantauan terhadap pelaksanaan mengoperasikan komputer agar tidak
Musyawarah Guru Mata Pelajaran gagap teknologi.
(MGMP).
- Menambah buku-buku perpustakaan • Peneliti lain
dengan buku-buku penunjang
kegiatan pembelajaran dan penelitian, Peneliti lain, bila ingin melakukan
sehingga guru rajin berkunjung ke penelitian sejenis/sama dengan penelitian ini,
perpustakaan dan bisa memudahkan hendaknya dapat mengembangkan pada
guru untuk mendapatkan referensi lingkup yang lebih luas.
ketika menulis.
DAFTAR PUSTAKA
- Menerapkan pola manajerial reward
and punishment. Terutama kepada
Ar ikunto, Su har s imi(2 00 2 ). Pro s edu r
guru-guru yang tidak mampu
Penelitian.Jakarta: RinekaCipta.
memproduksi karya tulis ilmiah
Arikunto
sampai batas waktu 5 tahun harus
Suharsimi, Suhardjono&Supardi.(2009).
diberi punishment sedangkan guru-
PenelitianTindakanKelas.Jakarta:
guru yang kreatif dan mampu BumiAksara.
memproduksi karya tulis ilmiah setiap Aqib,Zaenal.(2006). Penelitian Tindakan
tahun harus diberikan reward . Kelas. Bandung: YramaWidya.
- Menyedikan pelatihan kepada guru Basrowi dan Suwandi. (2008), Memahami
yang belum menguasai komputer Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka
agar mau belajar komputer. Cipta
Bungin, Burhan. (2007). Penelitian
• Dinas Pendidikan Kabupaten Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,
- Menyediakan sarana/ tempat (Jurnal Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
atau majalah) yang bisa menampung Lainnya. Jakarta : Prenada Media
karya tulis guru. Group
- Dinas Pendidikan secara berkala Daryanto, (2013). Standar Kompetensi dan
mengadakan lomba menulis karya Penilaian Kinerja Guru
ilmiah bagi guru-guru sebagai upaya Profesional,Yogyakarta : Gava Media.
untuk menumbuhkan minat guru Fitriyah, Ludiana. (2012). Hambatan Guru
dalam menulis, dengan menjadikan Sekolah Dasar dalam Menulis Karya
prestasi lomba menulis karya ilmiah Ilmiah Di Kecamatan Kesaben
sebagai salah satu pertimbangan Kabupaten Banyumas. Universitas
penting dalam pengisian lowongan Negeri Yogyakarta: Fakultas Ilmu
jabatan tertentu. Pendidikan, ,http//
www. ep r int s . u ny. a c. id/dia ks es 5
November 2013
112 September 2014: 97 - 114
Versi online / URL:
Volume 10, Nomor 1

Ghony, M.. Djunaidi dan Fauzan. (2012), Pendidikan Nasional Direktorat


Metodologi Penelitian Kualitatif Pembinaan Pendidikan dan
.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Tenagakependidikan.
Ismaniati,Christina, Yuliana dan Ratri (2010), ————-(2001). Pengembangan Profesi
Kesulitan-Kesulitan Guru dalam dan Petunjuk Penulisan Karya
Penulisan Karya Ilmiah Di SD Se- Ilmiah.Jakarta :Departemen Agama RI
KecamatanWatesKabupaten PeraturanPemerintahRepublik Indonesia
Kulonprogo.UniversitasNegeriYogyakarya: Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
F a ku lt a s I l mu P endid ika n . ht t p : / / Nasional Pendidikan. (2005). Jakarta:
staff.uny.ac.id/ diakses 17 Februari KloangKlede Putra Timur.
2014 PeraturanMenteri Negara Pendayagunaan
Keputusan Kepala SMA Negeri 1 Kauman Apar atur Negara danRefor masi
Tulungagung, Nomor 800/0149/308/ Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009
2013 tentangPenugasan Guru Tentang Jabatan Fungsional Guru
dalamKegiatan Proses Belajar dan Angka Kreditnya. (2011).
Mengajar dan Bimbingan Konseling. Kementerian Pendidikan Nasional
Kunandar. (2010). Guru Profesional, Direktorat Pembinaan Pendidikan dan
Cetakan ke-6, Jakarta: RajaGrafindo Tenaga Kependidikan.
Persada. Putra, Nusa. (2012). Metode Penelitian
Manjta, W. (2005). ManajemenPendidikan Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Raja
dan SupervisiPengajaran. Malang: GrafindoPerkasa
Wineka Media. Prayitno, Harun Djoko. dkk. (2001).
Moleong, Lexy J. (2006). Metodologi Pembudayaan Penulisan
Penelitian Kualitatif, Cetakan ke-8, KaryaIlmiah. Surakarta:
Bandung: Remaja Rosdakarya Muhammadiyah University Press.
Mulyasa,H.E. (2008). StandarKompetensi Sagala, H. Syaiful. (2009). Kemampuan
Guru danSertifikasi Guru, Cetakan Profesional Guru danTenaga
ke-3 Bandung: RemajaRosdakarya Kependidikan, Bandung: Alfabeta.
Mulyasa,H.E. (2009). Menjadi Guru Sahertian, P. (2008). Supervisi Pendidikan
Profesional Menciptakan dalam Rangka Pengembangan
Pembelajaran Kreatif dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Menyenangkan. Cetakan ke-18. RinekaCipta.
Bandung: Remaja Rosdakarya. Sayuti, S.A, Mufiroh,T, Kusmarwanti, (2006)
Nasution, S. (2003).Metode Research KendalaKepenulisandalam Proses
(PenelitianIlmiah).Jakarta: Bumi MenulisKaryaSastraSiswa SLTP di
Akasara. Kotamadya Yogyakarta. Universitas
Nugr oho, Her y.(2011). Cara geri Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan
MudahMenjadi Guru Penulis. Seni,http://staff.uny.ac.id/penelitian diak
Semarang: Dahara Prize. sestanggal 22 November 2013.
Partanto, P.A. dan Al Barry, M.D. Sari, ApriliaNovita (2012), Faktor-
(1994).KamusIlmiahPopuler, faktorPenyebabdanUpaya Guru
Surabaya: Arkola. untuk Mengatasi Kesulitan Siswa dalam
Pascasarjana. (2010). Pedoman Penulisan Menulis Karangan Narasi Di SDN
Artikel Ilmiah Tesis & Disertasi, Gugus V KecamatanLowokwaru Kota
Malang: Universitas Muhammadiyah. Malang.UniversitasNegeri Malang:
————-(2011) Pedoman Pengelolaan Fakultas Ilmu Pendidikan. http//karya-
Pengembangan Keprofesian Ilmiah.um.ac.id/ diakses 10 Januari
Berkelanjutan. K e m e n t e r i a n 2014.

Pengembangan Profesionalisme Guru Melalui Penulisan Karya Tulis Ilmiah Bagi Guru Profesional di SMA Negeri 113
1 Kauman Kabupaten Tulungagung
Lilies Noorjannah JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003


Sidi, Indr a Djati.(2003). Menuju
Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Masyarakat Belajar Menggagas
(2003).Jakarta: Departemen Pendidikan
Paradigma Baru Pendidikan.
Republik Indonesia.
Jakarta : Paramadina.
Usman, Moh.Uzer (2006). Menjadi Guru
Sugiyono, (2007). Metode Penelitian
Profesional, Bandung: Remaja
Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Rosdakarya.
Suherli, (2007). MenulisKaranganIlmiah.
Wahono, RomiSatria (2012). Kiat Menyusun
Jakarta: AryaDuta.
Kerangka Pemikiran Penelitian.
Sukardi, (2009). Masalah Kebaharuan
http://romisatriawahono.net/ diakses 3
dalam Penelitian Teknologi Industri,
Maret 2014
PenelitianTeknologiIndustriPertemuan,
The Novelty Issues in The
Agroindustrial Research. Jur nal
Teknologi Industri Pertanian Volume
19(2), 115-121.
Sudrajat, Ahmad (2011). Teori Motivasi
Menurut Para Ahli http//e-jurnal
pendidikan. blogspot,com/diakses 2
Februari 2014
Sulistyo,Basuki, (2010). MetodePenelitian.
Jakarta: Penaku.
Suryanto, Bagong. (2006). Metode
Penelitian Sosial Berbagai Alternatif
Pendekatan. Jakarta: Prenada Media
Group.
SuryantodanZaenalAfandi. (editor), (2012).
Penelitian Tindakan Kelasdan Karya
TulisIlmiah. Kediri: PanitiaSertifikasi
Guru Rayon 143 Universitas Nusantara
PGRI Kediri.
Surya, Muhammad. (1999).’’ Membangun
Manusia Unggul Perlu Profesionalisme
dan Kesejahteraan Guru,’’ Majalah
Widyakarya, No.9/Tahun 1999, DKI
Jakarta.
____, (2005).Membangun Profesionalisme
Guru. Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia.
Sutarno, N.S. (2008). Menulis yang Efektif.
Jakarta: SagungSeto.
Syah, M. (2011). Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung:
RemajaRosdakarya.
Tilaar, H.A.R. (2003). Pendidikan,
Kebudayaan Masyarakat Madani
Indonesia, Jakarta: PT RinekaCipta.
Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru danDosen. (2005).
Jakarta: KloangKlede Putra Timur.

114 September 2014: 97 - 114

Das könnte Ihnen auch gefallen