Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
1
Beberapa gejala yang bisa timbul pada penderita kanker serviks, antara lain :
keputihan atau keluarnya cairan encer dan berbau busuk dari vagina, pendarahan, hematuria,
anemia, kelemahan pada ekstremitas bawah, timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut
bagian bawah. Pada stadium lanjut, badan menjadi lebih kurus, edema kaki, timbul iritasi
kandung kencing dan rektum, bahkan bisa menyebabkan terbentuknya vesikovaginal atau
rektovaginal, hingga timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.
Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher rahim,
sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Sedikitnya
231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher rahim. Dari jumlah itu, 50%
kematian terjadi di negara-negara berkembang. Kematian pada kasus kanker serviks terjadi
karena sebagian besar penderita yang berobat sudah berada dalam stadium
lanjut. (Syaifullaoh Nur. 2012) Padahal, dengan ditemukannya kanker ini pada stadium dini,
kemungkinan penyakit ini dapat disembuhkan sampai hampir 100%. Kini, cara terbaik yang
bisa dilakukan untuk mencegah kanker ini adalah melalui skrining yang dinamakan Pap
Smear. Pap smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan
(kanker) dengan mikroskop. Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat dan tidak
menimbulkan rasa sakit. Dengan adanya upaya deteksi dini ini, diharapkan angka kejadian
kanker serviks dapat ditekan pada tahun - tahun berikutnya.
1.1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk lebih memahami tentang Ca serviks, konsep
medis Ca cerviks, serta Asuhan keperawatan Ca cerviks.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.1 Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau serviks yang
terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
( Diananda,Rama, 2009 )
Kanker adalah pertumbuhan sel tidak beraturan yang muncul dari satu sel. Kanker
merupakan pertumbuhan jaringan secara otonom dan idak mengikuti aturan dan regulasi sel
yang tumbuh normal. Penyakit kanker merupakan penyakit karakteristik adanya gangguan
atau kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiselular sehingga
terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol.
Kanker menurut WHO , adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit
yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor
ganan dan neoplasma. Salah satu fitur mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel
baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat
menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses inidisebut metastasis.
Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker ( WHO, 2009 )
2.1.2 Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah secara tidak
terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu masa jaringan
yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka
keadaannya disebut kanker serviks.
Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan perempuan terkena kanker serviks. Tapi
penelitian menemukan bahkan 99,7 persen kanker serviks disebabkan oleh HPV. HPV adalah
satu golongan virus,di mana terdapat lebih dari 100 jenis HPV.
Virus HPV pada umumnya tersebar melalui hubungan seksual, di mana terjadi kontak
langsung antara kulit kelamin, membran mukosa, atau pertukaran cairan tubuh, dan melalui
seks oral. Setelah memulai hubungan seksual, diperkirakan terdapat 33 persen wanita akan
3
terinfeksi HPV. Beberapa jenis HPV tidak menimbulkan gejala yang jelas, dan infeksi bisa
hilang tanpa penanganan medis.
Namun terdapat jenis HPV lainnya yang bisa menyebabkan kutil pada alat kelamin. Jenis
HPV penyebab kutil kelamin ini tidak menyebabkan kanker serviks. Ada sekitar 15 jenis
HPV yang berpotensi menyebabkan kanker serviks. Dua jenis yang paling umum adalah
HPV 16 dan HPV 18. Jenis ini menjadi penyebab kanker serviks pada 70 persen wanita.
Jenis HPV yang berisiko tinggi dianggap mengandung materi genetik yang bisa
dipindahkan dari sel virus ke dalam sel leher rahim. Materi ini akan mulai mengganggu
kinerja sel, hingga akhirnya sel-sel serviks itu berkembang biak tanpa terkendali. Proses
inilah yang menyebabkan munculnya tumor dan kemudian berubah menjadi kanker.
5
Tahap IIIb : Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak ditemukan
daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul ( frozen pelvic ) atau
proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal.
e) Tahap IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mukosa
rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik ) atau telah terjadi
metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang jauh.
Tahap IVa : Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah menginfiltrasi
mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
Tahap IVb : Telah terjadi penyebaran jauh.( Dr Imam Rasjidi, 2010 )
2.1.6 Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga menimbulkan gejala
atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami mutasi dapat berkembang
menjadi sel displasia. Apabila selkarsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul
masalahkeperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu kerja
sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang menimbulkan masalah
keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk
biasanya menjadi keluhan juga, karena mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil
masalah keperawatan gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut
diantaranya anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
6
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek samping
antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit
membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal
radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit.
Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan
sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula
pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang
dideritanya.
Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan
selalu dihubungkan dengan kematian.
(Price, syivia Anderson, 2005)
7
8
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
a) Sitologi
Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous ( tes PAP ) sangat bermanfaat
untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya melebihi 90% bila dilakukan
dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel - sel serviks yang tampak sehat dan tanpa
gejala untuk kemudian diseleksi. Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b) Kolposkopi
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkopi, suatu alat yang dapat
disamakan dengan sebuah8 mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya
didalamnya ( pembesaran 6 - 40 kali ). Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan
morfologi sel - sel yang mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola
epitel dan vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c) Biopsi
Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat ) terlihat seluruhnya
dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau hanya terlihat sebagian
kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai, maka contoh jaringan diambil
secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan tepat dan alat biopsy harus tajam
sehingga harus diawetkan dalam larutan formalin 10%.
d) Konisasi
Konosasi serviks ialah pengeluaran sebagian jaringan serviks sedemikian rupa sehingga
yang dikeluarkan berbentuk kerucut ( konus ), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu
kerucut. Untuk tujuan diagnostik, tindakan konisasi selalu dilanjutkan dengan kuretase.
Batas jaringan yang dikeluarkan ditentukan dengan pemeriksaan kolposkopi. Jika karena
suatu hal pemeriksaan kolposkopi tidak dapat dilakukan, dapat dilakukan tes Schiller.
Pada tes ini digunakan pewarnaan dengan larutan lugol ( yodium 5g, kalium yodida 10g,
air 100ml ) dan eksisi dilakukan diluar daerah dengan tes positif ( daerah yang tidak
berwarna oleh larutan lugol ). Konikasi diagnostik dilakukan pada keadaan - keadaan
sebagai berikut :
1. Proses dicurigai berada di endoserviks.
2. Lesi tidak tampak seluruhnya dengan pemeriksaan kolposkopi.
9
3. Diagnostik mikroinvasi ditegakkan atas dasar specimen biopsy.
4. Ada kesenjangan antara hasil sitologi dan histopatologik. ( Prof. R Sulaiman ,
2006 )
1. Pengkajian
Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual.Salah satu faktor yang
menyebabkan kanker serviks ini adalah menikah dibawah umur 18 tahun.
A. Perilaku seks berganti - ganti pasangan
Dengan perilaku tersebut kemungkinan virus penyebab terjadinya kanker serviks dapat
ditularkan dengan mudah.
B. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi rendah dikaitkan erat karena tidak dapat melakukan pap smear secara
rutin dan pola hubungan seksual yang tidak sehat.
C. Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang rendah dapat juga dihubungkan dengan kurangnya
pemahaman mengenai pencegahan dan penaganan kanker seviks.
D. Aspek mental: harga diri, identitas diri, gambaran diri, konsep diri, perandiri, emosional.
E. Perineum; keputihan, bau, kebersihan Keputihan yang gatal dan berbau adalah tanda dari
kanker leher Rahim yang mulai mengalami metastase.
F. Nyeri ( daerah panggul atau tungkai )
Nyeri bisa diakibatkan oleh karena sel kanker yang sudah mendesak dan abnor malita
pada organ - organ daerah panggul.
2. Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa NOC NIC
O Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi Setelah dilakuakan Menegemen nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh tindakan keperawatan I. Mengkaji adanya
b.d mual, muntah sekunder selama ....x 24 jam klien mual muntah
terhadap penyakit dan mampu: II. Kaji adanya
pengobatan 1. menunjukkan bahwa penurunan BB
tidak ada tanda malnutrisi III. Monitor intake
2. Menunjukkan jumlah kalori dan
peningkatan berat badan nutrisi
sesuai tujuan IV. Berikan substansi
3. Menunjukkan tidak gul
terjadi penurunan berat V. Berikan makanan
12
badan yang berarti yang terpilih ( tinggi
serat untuk
mencegah konstipasi
)
VI. Kolaborasi untuk
pemberian nutrisi
VII. Monitor BB dalam
batas normal
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
14
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol proliferasi dan maturasi
sel pada jaringan serviks. Faktor pencetus kanker adalah :
HPV ( Human Papiloma Virus )
Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
Berganti - ganti pasangan seksual.
Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
Pemakaian Pil KB (kontrasepsi oral).
Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
Golongan ekonomi lemah
3.2 SARAN
Hal yang paling utama kami sarankan untuk menghinari kanker serviks adalah
dengan menhindari faktor pencetus yang dapat membahayakan kesehatan kita dan selalu
melakukan cake up kesehatan alat reproduksi kita kepada dokter spesialis, melakukan
konsultasi sebelum memilih alat kontrasepsi dan selalu menjaga kebersihan genetalia baik
anak, remeja maupun dewasa.
DAFTAR PUSTAKA
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
15
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika
Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC
16