Sie sind auf Seite 1von 11

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

RESUME BAB 4
“ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
NEGARA”

KELOMPOK 4

Riski Eka Nur Safitri (17013010202)


Rizqita Putri Ramadhani (17013010207)
Widya Yektining Darmastuti (17013010214)
Lailatul Qomariyah (17013010218)
Andra Faisal Armanda Putra (17013010221)
Andi Firmansyah (17013010224)

UPN “VETERAN” JAWA TIMUR

2019
DEFINISI APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci
yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu
tahun anggaran bisa dibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun
anggaran perusahaan yang memiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi
pengeluaran. Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada
ketidakpastian pada kedua sisi. Misalnya, sisi penerimaan anggaran rumah
tangga akan sangat tergantung pada ada atau tidaknya perubahan gaji/upah
bagi rumah tangga yang memilikinya. Demikian pula sisi pengeluaran
anggaran rumah tangga, banyak dipengaruhi perubahan harga barang dan
jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaan anggaran perusahaan banyak
ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang dipengaruhi
oleh daya beli masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi.

Adapun sisi pengeluaran anggaran perusahaan dipengaruhi antara lain oleh


perubahan harga bahan baku, tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM),
perubahan ketentuan upah, yang secara umum mengikuti perubahan tingkat
harga secara umum. Ketidakpastian yang dihadapi rumah tangga dan
perusahaan dalam menyusun anggaran juga dihadapi oleh para perencana
anggaran negara yang bertanggung jawab dalam penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN). Setidaknya terdapat
enam sumber ketidakpastian yang berpengaruh besar dalam penentuan
volume APBN yakni (i) harga minyak bumi di pasar internasional; (ii) kuota
produksi minyak mentah yang ditentukan OPEC; (iii) pertumbuhan
ekonomi; (iv) inflasi; (v) suku bunga; dan (vi) nilai tukar Rupiah terhadap
Dolar Amerika (USD). Penetapan angka-angka keenam unsur diatas
memegang peranan yang sangat penting dalam penyusunan APBN. Hasil
penetapannya disebut sebagai asum-asumsi dasar penyusunan RAPBN.
Penerimaan dan pengeluaran untuk anggaran negara lazim disebut
pendapatan dan belanja.

Jadi anggaran pendapatandan belanja Negara dalam suatu


pemerintahan merupakan salah satu struktural yang berperan sebagai tulang
punggung dalam menopang kehidupan Negara baik itu dalam hal
kemakmuran, kesejahteraan, bahkan berlangsungnya perkembangan suatu
Negara untuk mencapai sebuah kemajuan.

FUNGSI APBN

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi,


distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan
pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran
harus dimasukkan dalam APBN. Surplus penerimaan negara dapat
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun anggaran berikutnya.
 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan, Dengan demikian, pembelanjaan atau pendapatan
dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara
dapat menjadi pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan
pada tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah direncanakan
sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-rencana untuk
medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan
nilai sekian miliar. Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan
untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa berjalan dengan
lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi
pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan
tertentu itu dibenarkan atau tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan
untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efesiensi dan efektivitas perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

KEKUASAAN ATAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

1. Presiden
Presiden selaku Kepala pemerintahan, memegang kekuasaan
pengelolaan keuangan negara, sebagai bagian dari kekuasaan
pemerintahan. Kekuasaan pengelolaan keuangan negara meliputi :

1. Kewenangan yang bersifat umum, meliputi : Penetapan Arah,


Kebijakan umum, Strategi, Prioritas dalam pengelolaan APBN,
antara lain penetapan pedoman pelaksanaan dan
pertanggungjawaban APBN, penetapan pedoman penyusunan
rencana kerja K/L, penetapan gaji dan tunjangan, pedoman
pengelolaan penerimaan negara.;
2. Kewenangan khusus, meliputi: Kebijakan teknis yang berkaitan
dengan pengelolaan APBN, antara lain: keputusan sidang kabinet di
bidang pengelolaan APBN, keputusan rincian APBN, keputusan
dana perimbangan, dan penghapusan aset dan piutang negara.
Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Presiden adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan
negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Dalam
melaksanakan mandat Undang-Undang Keuangan Negara, fungsi
pemegang kekuasaan umum atas pengelolaan keuangan negara tersebut
dijalankan dalam bentuk:

1. Selaku Pengelola Fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan


kekayaan Negara yang dipisahkan dikuasakan kepada Menteri
Keuangan;
2. Selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian
negara/lembaga negara dikuasakan kepada masing-masing
menteri/pimpinan lembaga;
3. Penyerahan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan; dan Tidak termasuk kewenangan di bidang
moneter. Untuk mencapai stabilitas nilai rupiah, penetapan dan
pelaksanaan kebijakan moneter serta mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh Bank Sentral.

2. Menteri Keuangan
Dalam penyelenggaraan kekuasaan pengelolaan keuangan negara oleh
Presiden tersebut, sebagian dikuasakan kepada : Menteri Keuangan,
sebagai pengelola fiskal dan wakil pemerintah pusat dalam hal
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan
sebagai pembantu Presiden dalam bidang keuangan bertindak
selaku Chief Financial Officer (CFO), mempunyai tugas :

1. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro;


2. Menyusun RAPBN dan Rancangan Perubahan APBN
3. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran,
4. Melakukan perjanjian internasional dibidang keuangan,
5. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan
dalam UU;
6. Melaksanakan fungsi bendahara umum negara
7. Menyusun laporan keuangan yang merupakan
pertanggunganjawaban pelaksanaan APBN;
8. Melaksanakan tugas-tugas lain dibidang pengelolaan fiskal
berdasarkan UU

.
3. Menteri/Pimpinan Lembaga
Menteri/Pimpinan Lembaga, sebagai pengguna anggaran/ barang,
berkedudukan sebagai Chief Operasional Officer (COO) mempunyai
tugas :

1. Menyusun rancangan anggaraan kementerian/lembaga yang


dipimpinannya;
2. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran,
3. Melaksanakan anggaran kememterian/lembaga;
4. Melaksanakan pemungutan ONBP dan menyetorkannya ke kas
negara,
5. Mengelola piutang dan utang yang menjadi tanggungjawab
kementerian negara/lembaga,
6. Mengelola barang milik negara
7. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan kementerian
negasra/lembagala,
8. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggunggjawabnya
berdasarkan UU.

PENETAPAN DAN PENYUSUNAN APBN

Penyusunan APBN

APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan


negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam
menyusun APBN dimaksud, diupayakan agar belanja operasional tidak
melampaui pendapatan dalam tahun anggaran yang bersangkutan.

Penyusunan rancangan APBN sebagaimana dimaksud, berpedoman pada


rencana kerja pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan
bernegara.

Dalam hal anggaran diperkirakan defisit, ditetapkan sumber sumber


pembiayaan untuk menutup defisit tersebut dalam undang undang tentang
APBN. Defisit anggaran dimaksud dibatasi maksimal 3% dari produk
domestik bruto. Jumlah pinjaman dibatasi maksimal 60% dari produk
domestik bruto.

Dalam hal anggaran diperkirakan surplus, pemerintah pusat dapat


mengajukan rencana penggunaan surplus anggaran kepada DPR.
Penggunaan surplus anggaran perlu mempertimbangkan proses
pertanggungjawaban antar generasi sehingga penggunaannya diutamakan
untuk pengurangan utang, pembentukan dana cadangan dan peningkatan
jaminan sosial.

Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal

Pemerintah pusat menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan


kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada DPR selambat
lambatnya pertengahan bulan mei tahun berjalan. Pemerintah pusat dan
DPR membahas kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan
fiskal yang diajukan oleh pemerintah pusat dalam pembicaraan pendahuluan
rancangan APBN tahun anggaran berikutnya.

Berdasarkan Kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal,


pemerintah pusat bersama DPR membahas kebijakan umum dan prioritas
anggaran untuk dijadikan acuan bagi setiap kementrian negara/lembaga
dalam penyusunan usulan anggaran.

Rencana Kerja dan Anggaran Kementrian Negara/Lembaga

Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga


selaku pengguna anggaran/pengguna barang menyusun rencana kerja dan
anggaran kementrian negara/lembaga tahun berikutnya. Rencana kerja dan
anggaran sebagaimana dimaksud disusun berdasartkan prestasi kerja yang
akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai dengan prakiraan belanja
untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang disusun.
Rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada DPR dalam pembicaraan
pendahuluan rancangan APBN.

Hasil pembahasan rancangan kerja dan anggaran disampaikan kepada


menteri keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang undang
tentang APBN tahun berikutnya.

Ketentuan lebih kanjut memgenai penyusunan rencana kerja dan anggaran


kementrian negara/lembaga diatur dengan peraturan pemerintah nomor 90
tahun 2010.

Pembentukan Undang-Undang APBN

Pemerintah pusat mengajukan rancangan undang-undang tentang APBN,


disertai nota keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR
pada bulan agustus tahun sebelumnya. Pada pembahasan rancangan undang-
undang tentang APBN dilakukan sesuai dengan undang undang yang
mengatur susunan dan kedudukan DPR . DPR dapat mengajukan usul yang
mengakibatkan perubahan jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam
rancangan undang undang tentang APBN.

Pengambil keputusan oleh DPR mengenai rancangan undang undang


tentang APBN dilakukan selambat lambatnya 2 bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Perubahan rancangan undang
undang tentang APBN Dapat diusulkan oleh DPR sepanjang tidak
mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.

STRUKTUR APBN

Struktur APBN secara garis besar adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Negara
2. Belanja Negara
3. Keseimbangan Primer
4. Surplus/Defisit Anggaran
5. Pembiayaan.

Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-account.


Dalam beberapa hal, isi dari I-account sering disebut postur APBN.
Beberapa factor penentu postur APBN antara lain dapat dijelaskan sebagai
berikut:

Pendapatan Negara

Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:

 Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro


ekonomi;
 Kebijakan pendapatan negara;
 Kebijakan pembangunan ekonomi
 Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum;
 Kondisi dan kebijakan lainnya

Penerimaan Perpajakan

Pajak yang diterima oleh negara berasal dari dua sumber yaitu

 Pendapatan Pajak Dalam Negeri


 Pendapatan Pajak Internasional

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PBNP)

 Penerimaan sumber daya alam


 Pendapatan bagian laba BUMN
 Pendapatan BLU
 Pendapatan Lainnya

Belanja Negara

Besaran belanja negara dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:

 Asumsi dasar makro ekonomi


 Kebutuhan penyelenggara negara

 Kebijakan pembangunan
 Resiko (bencana alam, dampak krisis global)
 Kondisi dan kebijakan lainnya.

Belanja Pemerintah Pusat

Belanja pemerintah pusat menurut fungsi adalah:

1. Fungsi pelayanan umum


2. Fungsi pertahanan
3. Fungsi ketertiban dan keamanan
4. Fungsi ekonomi
5. Fungsi lingkungan hidup
6. Fungsi perumahan dan fasilitas umum
7. Fungsi kesehatan
8. Fungsi pariwisata
9. Fungsi agama
10. Fungsi pendidikan
11. Fungsi perlindungan social

Belanja pemerintah pusat menurut jenis adalah:

1. Belanja pegawai
2. Belanja barang
3. Belanja modal
4. Pembayara bunga utang
5. Subsidi
6. Belanja hibah
7. Bantuan sosial
8. Belanaj lain-lain.

Transfer ke Daerah

Rincian anggaran transfer ke daerah adalah:

 Dana Perimbangan
 Dana Otonomi Khusus
 Dana Penyesuaian

Pembiayaan

Besaran pembiayaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

 Asumsi dasar makro ekonomi


 Kebijakan pembiayaan
 Kondisi dan kebijakan lainnya.

Pembiayaan terdiri dari dua jenis, yaitu pembiayaan dalam negeri dan
pembiayaan luar negeri.

Pembiyaan Dalam Negeri meliput:

 Pembiayaan perbankan dalam negeri


 Pembiayaan nonperbankan dalam negeri

Sedangkan Pembiayaan Luar Negeri meliput:

 Penarikan pinjaman luar negeri, terdiri atas pinjaman program dan


pinjaman proyek
 Penerusan pinjaman
 Pembayaran cicilan pokok utang luar negeri, terdiri atas jatuh tempo
dan moratorium.

PELAKSANAAN APBN

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara, serta penerimaan dan


pengeluaran negara tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN). Jika tahapan kegiatan ke-1 dan 2 dilaksanakan pada APBN
t-1, kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan mulai 1 Januari-31 Desember
pada tahun berjalan (APBN-t). kegiatan pelaksanaan APBN dilaksanakan
oleh pemerintah dalam hal ini kementrian/lembaga (K/L). K/L mengusulkan
konsep Daftar Islam Pelaksanaan Anggaran (DIPA) berdasarkan keppres
mengenai rincian APBN dan menyampaikannya ke Kementrian Keuangan
untuk disahkan. DIPA adalah alat untuk melaksanakan APBN. Berdasarkan
DIPA inilah para pengelola anggaran K/L (pengguna anggaran, kuasa
pengguna anggaran, dan pembantu pengguna anggaran) melaksanakan
berbagai mavcam kegiatan sesuai tugas dan fngsi instansinya.
Periode JANUARI -- Pelaksanaan anggaran diawali dengan disahkannya
dokumen pelaksanaan anggaran oleh Menteri Keuangan. Dokumen
anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan disampaikan kepada
menteri/pimpinan lembaga, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Gubernur,
Direktur Jenderal Anggaran, Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan terkait, Kuasa
Bendahara Umum Negara (KPPN) terkait, dan Kuasa Pengguna Anggaran.
Dokumen tersebut merupakan acuan dan dasar hukum pelaksanaan APBN
yang dilakukan oleh Ke,emterian/Lembaga dan Bendahara Umum Negara.
Dokumen-dokumen penting dalam pelaksanaan anggaran adalah Daftar
Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan dokumen lain yang dipersamakan
dengan DIPA. Sedangkan dokumen pembayaran antara lain terdiri dari
Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah Membayar (SPM), dan
Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). Pasal 17 Undang-Undang
Perbendaharaan Negara menyatakan bahwa Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran melaksanakan kegiatan yang tercantum dalam
dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan dan berwenang
mengadakan ikatan/perjanjian dengan pihak lain dalam batas anggaran yang
telah ditetapkan. Lebih lanjut, pedoman dalam rangka pelaksanaan anggaran
diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Perubahan APBN
ILUSTRASI APBN

Rabu, 20 Feb 2019 19:10 WIB

Pemerintah Sudah Belanja Rp 76 Triliun di Januari

Sylke Febrina Laucereno - detikFinance

Jakarta - Kementerian Keuangan mencatat penyerapan belanja pemerintah


pusat hingga akhir Januari 2019 sebesar Rp 76,12 triliun atau 4,66% dari
pagu anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan hal ini berarti


penyerapan belanja pemerintah pusat mengalami peningkatan dibandingkan
tahun sebelumnya yang mencapai 4,44%.

"Meningkatnya penyerapan belanja K/L dari 2,38% menjadi 3,74%


terhadap pagu APBN. Sedangkan penyerapan belanja non K/L relatif turun
dari 7,32% menjadi 5,67% terhadap pagu APBN," kata Sri Mulyani dalam
konferensi pers di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Rabu (20/2/2019).

Dia menyampaikan dari sisi jenis belanja, peningkatan persentase


penyerapan belanja pemerintah pusat yang terbesar terdapat pada belanja
bantuan sosial.

Bansos hingga Januari 2019 telah mencapai 15,59% terhadap pagu APBN
2019 sedangkan tahun sebelumnya hanya 6,92%.

"Hal ini disebabkan oleh percepatan pencairan Program Keluarga Harapan


(PKH) tahap I di bulan Januari dan kenaikan indeks bantuan pada
komponen kesehatan dan pendidikan sebesar 100%," ujar dia.

Sementara itu, penyerapan belanja pegawai juga mengalami peningkatan


sebesar 0,40% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 terutama
disebabkan adanya kenaikan tunjangan kinerja pada beberapa K/L.

Kemudian penyerapan belanja barang mengalami peningkatan dari 0,66%


terhadap pagu APBN 2018 menjadi 0,84% dari pagu APBN.

Peningkatan belanja barang dan belanja modal ini sesuai dengan keinginan
pemerintah agar penyerapan tak lagi menumpuk pada kuartal akhir.

(kil/eds)

Das könnte Ihnen auch gefallen