Sie sind auf Seite 1von 142

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL

DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR

PAJARUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa semua pernyataan
dalam Tugas Akhir yang berjudul :
ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL
DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR
merupakan hasil gagasan dan hasil penelitian saya sendiri di bawah bimbingan
komisi pembimbing kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas
Akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2010


Penulis,

Pajaruddin
F052054045

i
ABSTRACT

PAJARUDDIN. Analysis of Development of Furniture Marketing Strategy at


the Center Industry of Furniture in East Jakarta. Under the supervision of
Wilson Halomoan Limbong as the Chairman of the committee and Amiruddin
Saleh as member.

Small Medium Industries (SMI) is the integral part of the national business
world that has position, potential and role that are very strategic in bringing about
the aim of the national development. The market share of the furniture industry
are still really open the area especially for the export market. During the last four
years, the value and the volume of the export of furniture continued to increase.
The Furniture Industry Centers in East Jakarta is still facing various obstacles and
constraints, such as: (1) lack of capital, (2) difficulty of obtaining raw materials,
(3) limited access to market information and others. End, must be examined how
far the development of marketing strategies so that it can still exist and thrive.
This research aims are to: (a) identify strengths, weaknesses, opportunities, and
threats that the company has as a material to formulate a general strategy for
marketing development plans, (b) analyze and assess technically about strength
factors, weaknesses, opportunities and threats of cooperatives and companies to
determine the development of marketing strategies and (c) formulate an
appropriate operational strategy to achieve the hope of a good quality for
cooperatives and companies from the marketing side.
Processing and data analysis by descriptive statistics and analytical and
strategic marketing which includes aspects of supply and demand, market share,
marketing technical and marketing costs. The scope of this research are the basis
to analyze the Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) that
aims to find out the marketing strategy that the entrepreneur of furniture always
do in East Jakarta. Based on research results through the identification, analysis
and discussion of the comparative development of marketing in the furniture
industry center of East Jakarta, which resulted as follows: (1) the businessman of
furniture in East Jakarta has the same furniture production, but each business
group/company has superior products that are different, (2) the businessman of
furniture/furniture industry in East Jakarta centers still rely on the local market
share, while for the export market has not fully utilized, (3) each business
groups/companies have different markets and market segmentation. While the
result of marketing strategy analysis that had been done by the matrix Internal-
External (IE), position furniture product marketing strategy in the furniture
industry centre of East Jakarta on quadrant V and VIII are depicted as holding and
maintaining for medium business groups and small business groups, as well as
micro groups described as harvest or divest.

Keywords: furniture, industry center, marketing, strategy

ii
RINGKASAN

PAJARUDDIN. Analisis Pengembangan Strategi Pemasaran Mebel di Sentra


Industri Mebel Jakarta Timur. Dibimbing oleh W.H. Limbong sebagai Ketua
dan Amiruddin Saleh sebagai Anggota.
Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan bagian integral dari dunia
usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat
strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Ekspor hasil produksi
IKM/UKM selama tahun 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20% terhadap total
ekspor nonmigas nasional sebesar Rp 713,4 triliun.
Menurut data Badan Pusat Statistik (2008), industri mebel dan pengolahan
lainnya merupakan salah satu industri yang mengalami kenaikan pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2008, yakni 34,16%.
Pangsa pasar industri mebel masih sangat terbuka luas khususnya untuk
pasar ekspor. Porsi pasar Amerika mencapai 32,6% dari total ekspor mebel kayu
Indonesia. Setelah itu, Jepang (11%), Belanda (9%), Prancis (6,6%) dan Inggris
(4,6%) termasuk Uni Eropa dan Rusia, Timur Tengah (6%), Australia (4%).
Sementara negara-negara pesaing adalah Italia (13,68%), China (14,18%),
Jerman, (8,4%), Polandia (6,38%), Kanada (5,77%). Selama empat tahun terakhir,
nilai dan volume ekspor mebel terus meningkat. Pada tahun 2005 nilai ekspornya
US$ 1,79 miliar sebanyak 836 juta kg. Pada tahun 2006 naik 1,16% jadi US$
1,81 miliar kendati volume turun menjadi 835 juta kg. Pada tahun 2007, nilai
ekspor naik 8,35% menjadi US$ 1,96 miliar dengan volume ekspor seberat 898
juta kg dan tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi US$ 2,6 miliar.
Sentra industri mebel Jakarta Timur masih menghadapi berbagai
hambatan dan kendala, antara lain (1) keterbatasan modal, (2) sulitnya
memperoleh bahan baku, (3) keterbatasan untuk mengakses informasi pasar dan
lain-lain. Untuk itu, perlu dilakukan kajian sejauh mana pengembangan strategi
pemasaran, sehingga tetap eksis dan berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk:
(1) mengidentifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dimiliki perusahaan sebagai bahan untuk menyusun strategi umum untuk rencana
pengembangan pemasaran, (2) menganalisa dan mengkaji secara teknis faktor-
faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman koperasi dan perusahaan untuk
menentukan pengembangan strategi pemasaran dan (3) merumuskan strategi
operasional yang tepat untuk mencapai harapan mutu yang bagus bagi koperasi
dan perusahaan dari sisi pemasaran.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan
kualitatif, yaitu data primer bersumber langsung dengan wawancara langsung dan
kuesioner. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari laporan/catatan aspek
pemasaran, literatur dan kepustakaan lainnya. Pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan cara analisis statistik deskriptif dan analitis yang mencakup
aspek-aspek penawaran dan permintaan, pangsa pasar, teknis pemasaran dan biaya
pemasaran. Lingkup kajian ini merupakan landasan dalam melakukan analisis
Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) yang bertujuan untuk
mengetahui strategi pemasaran yang dilakukan pelaku usaha/pengrajin mebel di
sentra industri mebel Jakarta Timur.

iii
Pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur di bawah binaan
Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM) terbagi atas tiga kelompok, yaitu
kelompok usaha menengah, kelompok usaha kecil dan kelompok usaha mikro.
Berdasarkan hasil pada faktor strategik internal pada kelompok usaha menengah
hubungan baik perusahaan dengan KIKM sebagai faktor yang penting dalam
menjalankan usaha dengan nilai skor (0,529) dan merupakan salah satu kekuatan
yang dimiliki perusahaan menjajaki perluasan pasar, terutama untuk pasar ekspor.
Sementara administrasi perusahaan yang kurang baik (0,140) harus mendapat
perhatian yang cukup bagi pelaku usaha/pengrajin mebel. Sedangkan hasil pada
faktor strategik internal pada kelompok usaha kecil, pengalaman perusahaan
memproduksi mebel dengan nilai skor 0,540 sebagai faktor yang penting dalam
menjalankan usaha sedangkan titik lemah yang paling utama untuk ditingkatkan
adalah masalah teknologi yang dipakai perusahaan masih sederhana (0,166).
Berdasarkan hasil penelitian melalui identifikasi, analisis dan pembahasan
secara komparatif pengembangan pemasaran pada sentra industri mebel Jakarta
Timur dihasilkan hal berikut: (a) pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra
industri mebel Jakarta Timur mempunyai hasil produksi mebel yang sama namun
masing-masing kelompok usaha/perusahaan mempunyai produk unggulan yang
berbeda, (b) pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta
Timur masih mengandalkan pangsa pasar lokal, sedangkan untuk pasar ekspor
belum tergarap secara maksimal. Masing-masing kelompok usaha/perusahaan
mempunyai pasar dan segmentasi pasar berbeda. Sedangkan hasil analisis strategi
pemasaran yang telah dilakukan dengan menggunakan matriks IE, posisi strategi
pemasaran produk mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur berada pada
kuadran V dan VIII yang digambarkan sebagai hold dan maintain untuk
kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil, serta kelompok usaha
mikro digambarkan sebagai harvest atau divestiture.
Alternatif strategi dari hasil analisis SWOT pada sentra industri mebel
Jakarta Timur adalah mempertahankan pasar yang sudah ada, memperluas pasar,
menjaga hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur, mendorong dukungan
pemerintah terhadap industri mebel, meningkatkan desain/inovasi produk,
menjalin hubungan baik dengan perbankan, memanfaatkan mesin produksi yang
ada dengan sebaik-baiknya, memperbaiki administrasi perusahaan, menjaga
hubungan baik dengan pemasok bahan baku, meningkatkan mutu produk,
menetapkan harga produk dengan tepat dan membuat terminal bahan baku.
Dalam rangka pengembangan strategi pemasaran mebel pada sentra
industri mebel Jakarta Timur di masa mendatang, pengrajin mebel anggota
KIKM Jakarta Timur harus melakukan perbaikan-perbaikan secara internal, antara
lain: (a) meningkatkan kualitas SDM (b) melakukan pengembangan produk
(inovasi), (c) membuat merk (brand) produk mebel terutama bagi kelompok usaha
menengah dan kelompok usaha kecil, (d) mengembangkan target marketing ke
luar Kota Jakarta dan pasar ekspor khususnya pada kelompok usaha menengah,
(e) memanfaatkan fasilitas perbankan, (f) melakukan hubungan kerjasama
(kemitraan) dengan usaha besar atau usaha menengah, serta (g) melakukan
perbaikan manajemen administrasi dan keuangan perusahaan.

iv
© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2010
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya Tulis
ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

v
ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL
DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR

PAJARUDDIN

Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010

vi
Judul Tugas Akhir : Analisis Pengembangan Strategi Pemasaran Mebel
di Sentra Industri Mebel Jakarta Timur
Nama Mahasiswa : Pajaruddin
Nomor Pokok : F052054045
Program Studi : Industri Kecil Menengah

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS


(Ketua) (Anggota)

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Industri Kecil Menengah

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

Tanggal Ujian : 18 Agustus 2010 Tanggal Lulus :……………………...

vii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing., DEA
PRAKATA

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT sehingga penulis dapat


menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan judul : ”ANALISIS
PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL DI SENTRA
INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil
Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB).
Penulisan Tugas Akhir ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu melalui prakata ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang setulusnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. W.H. Limbong, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah
banyak memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk-petunjuk
selama penelitian sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan pada waktunya.
2. Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
juga telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan serta petunjuk
selama penelitian sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan pada waktunya.
3. Prof. Dr. Ir. H Musa Hubeis, MS selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan yang sangat berarti guna kesempurnaan Tugas Akhir ini.
4. Keluarga besar penulis khususnya Kakak Masdewarna Lubis dan Tiarna Lubis
atas segala dukungan moril dan materiil untuk penyelesaian Tugas Akhir ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas informasi yang
diberikan dan kerjasama yang baik dalam penulisan Tugas Akhir ini.
Akhirnya, atas bantuan, bimbingan dan pengarahan serta dorongan yang
diberikan semoga mendapat balasan dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik, koreksi dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga hasil penelitian ini dapat menjadi bahan
acuan bagi dunia industri kecil, khususnya industri mebel dalam pemasarannya.

Bogor, Agustus 2010

Penulis

viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Juni 1976 di Desa Sihepeng, Kecamatan
Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara. Penulis merupakan
anak ke delapan dari delapan bersaudara dari pasangan alm. Abdul Mutholib
Lubis dan almh. Nurima Harahap.
Riwayat pendidikan formal penulis dimulai di SD Inpres No.146277
Sihepeng, Kecamatan Siabu, Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera
Utara dan lulus pada tahun 1989, kemudian dilanjutkan ke SMP Negeri Sihepeng,
Sumatera Utara dan lulus pada tahun 1992, selanjutnya meneruskan ke SMA
Negeri 3 Padangsidempuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera
Utara dan lulus pada tahun 1995. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke
Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui
jalur USMI (tidak lulus), selanjutnya meneruskan ke STIE BI Jakarta dan lulus
pada tahun 2004. Kemudian pada tahun 2006, penulis melanjutkan ke jenjang
pendidikan Strata Dua (S2) pada Magister Profesional Industri Kecil Menengah,
Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (MPI-SPs IPB).
Selain sebagai mahasiswa penulis aktif di berbagai organisasi sosial dan
politik. Dalam organisasi sosial politik, penulis pernah menjabat sebagai
Sekretaris Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Koreksi Budaya Pemerintahan (Lekor
BP), Sekretaris Jenderal Dewan Pengurus Nasional Pemuda Kebangsaan dan
kemudian diangkat sebagai Ketua. Wakil Sekretaris Jaringan Usahawan Mandiri
Indonesia (JUMI), Ketua Departemen Infokom Majelis Pengurus Pusat Ikatan
Cendikiawan Muslim Indonesia Muda (ICMI Muda). Selain itu, penulis pernah
menjadi Calon Legislatif (Caleg) DPR RI periode 2004-2009 dari Partai
Demokrasi Kebangsaan mewakili Daerah Pemilihan Sumatera Utara 1.
Pengalaman bekerja penulis dimulai sebagai staf consultant pada PT
Desakota Infra, Project Analys pada PT Daya Olah Sarana, kemudian sebagai
Manager Umum pada CV Mitra Mandiri Indonesia. Saat ini penulis bekerja
sebagai Wirausaha pada PT Sinergy Usaha Mulia, Jakarta.

ix
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRACT ......................................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................... iii
PRAKATA ........................................................................................... viii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ......................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah.................................................................. 3
1.3 Tujuan ..................................................................................... 8
1.4 Kegunaan ................................................................................ 9
1.5 Ruang Lingkup ......................................................................... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Strategi ........................................................................ 10
2.2 Aspek Pemasaran .................................................................... 13
2.3 Strategi dan Persaingan Pemasaran ........................................... 22
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ................................................. 26
III. METODOLOGI
3.1 Kerangka Pemikiran Kajian ...................................................... 27
3.2 Lokasi dan Waktu Kajian ......................................................... 29
3.3 Pengumpulan Data....................................................... .............. 29
3.4 Pengolahan dan Analisis Data .................................................. 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Obyek Kajian .................................................. 42
4.2 Kondisi Umum Perusahaan ..................................................... 50
4.3 Identifikasi dan Analisis Usaha .................................................. 57
4.4 Karakteristik Narasumber ......................................................... 69
4.5 Hasil Analisis SWOT .............................................................. 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................... ............................................... 106
5.2 Saran ......................................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA .......................................... .................................... 107


LAMPIRAN .......................................... .................................................. 109

x
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Klasifikasi perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur ...... 3


2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan .................... 36
3. Penilaian bobot faktor strategi eksternal perusahaan ................... 36
4. Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix) ..................... 38
5. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix) ....................... 38
6. Matriks SWOT ........................................................................... 40
7. Tingkat pendidikan SDM KIKM Jakarta Timur .......................... 45
8. Tingkat umur SDM KIKM Jakarta Timur ................................... 46
9. Produksi mebel ekspor DKI Jakarta, Nasional dan
KIKM Jakarta Timur .................................................................. 58
10. Kriteria UMKM berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 .................. 63
11. Pembuatan kursi tamu bungkus type 2:1:1 .................................. 65
12. Biaya produksi kursi tamu bungkus type 2:1:1 ........................... 65
13. Distribusi narasumber pemilik perusahaan menurut
kelompok umur .......................................................................... 70
14. Distribusi narasumber pemilik perusahaan menurut tingkat
pendidikan.................................................................................. 71
15. Pengalaman usaha mebel pemilik perusahaan ............................. 72
16. Deskripsi perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur......... 73
17. Faktor strategis internal kelompok usaha menengah ................... 85
18. Faktor strategis internal kelompok usaha kecil ............................ 86
19. Faktor strategis internal kelompok usaha mikro .......................... 87
20. Faktor strategis eksternal kelompok usaha menengah ................. 88
21. Faktor strategis eksternal kelompok usaha kecil.......................... 89
22. Faktor strategis eksternal kelompok usaha mikro ........................ 90
23. Matriks SWOT kelompok usaha pada sentra industri mebel
Jakarta Timur ............................................................................. 94

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Skema kerangka pemikiran......................................................... 28


2. Diagram analisis SWOT ............................................................ 33
3. Diagram model matriks internal-eksternal .................................. 39
4. Proses produksi mebel KIKM Jakarta Timur .............................. 56
5. Alur pemasaran produk mebel ekspor ......................................... 61
6. Produk mebel sentra industri mebel KIKM Jakarta Timur .......... 62
7. Saluran distribusi mebel KIKM Jakarta Timur ............................ 67
8. Posisi perusahaan sentra industri mebel Jakarta Timur
pada matriks internal-eksternal (Matriks IE) ............................... 91

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Kuesioner penelitian .................................................................. 110


2. Pembobotan terhadap faktor strategi internal .............................. 122
3. Pembobotan terhadap faktor strategi eksternal ............................ 123
4. Pemberian nilai peringkat terhadap peluang ................................ 124
5. Pemberian nilai peringkat terhadap ancaman .............................. 125
6. Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan .............................. 126
7. Pemberian nilai peringkat terhadap kelemahan ........................... 127
8. Pembobotan terhadap faktor internal kelompok usaha menengah 128
9. Penilaian bobot faktor strategi internal........................................ 130
10. Penentuan rating faktor strategi internal kelompok usaha menengah 130
11. Pembobotan terhadap faktor eksternal kelompok usaha menengah 131
12. Penilaian bobot faktor strategi eksternal ..................................... 133
13. Penentuan rating faktor strategi eksternal .................................. 133
14. Pembobotan terhadap faktor internal kelompok usaha kecil ........ 134
15. Penilaian bobot faktor strategi internal kelompok usaha kecil ..... 136
16. Penentuan rating faktor strategi internal kelompok usaha kecil ... 136
17. Pembobotan terhadap faktor eksternal kelompok usaha kecil ...... 137
18. Penilaian bobot faktor strategi eksternal kelompok usaha kecil ... 139
19. Penentuan rating faktor strategi eksternal kelompok usaha kecil. 139
20. Pembobotan terhadap faktor strategi internal kelompok usaha mikro 140
21. Penilaian bobot faktor strategi internal kelompok usaha mikro ... 142
22. Penentuan rating faktor strategis internal kelompok usaha mikro 142
23. Pembobotan terhadap faktor eksternal kelompok usaha mikro .... 143
24. Penilaian bobot faktor strategi eksternal kelompok usaha mikro . 145
25. Penentuan rating faktor strategi eksternal kelompok usaha mikro 145
26. Struktur organisasi KIKM Jakarta Timur .................................... 146
27. Daftar pengrajin mebel binaan KIKM Jakarta Timur
tahun 2006-2008......................................................................... 147

xiii
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri Kecil Menengah (IKM) merupakan bagian integral dari dunia
usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat
strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Mengingat
peranannya sangat penting dalam pembangunan, industri kecil menengah
harus terus dikembangkan dan saling memperkuat antara usaha kecil dan
usaha besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang
sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pertumbuhan Product Domestic Bruto (PDB) IKM tahun 2007 terjadi di
semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan
9,3%, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 8,5%, dan sektor
pertambangan dan penggalian 7,8%. Jumlah populasi IKM pada tahun 2007
mencapai 49,8 juta unit usaha atau 99,99% terhadap total unit usaha di
Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 91,8 juta orang atau
97,3% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Ekspor hasil produksi IKM
selama tahun 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 persen terhadap total
ekspor nonmigas nasional sebesar Rp 713,4 triliun (BPS, 2008).
Menurut Haeruman (2000), tantangan bagi dunia usaha terutama
pengembangan IKM, mencakup aspek yang luas, antara lain peningkatan mutu
sumber daya manusia (SDM), kompetensi kewirausahaan, akses yang lebih
luas terhadap permodalan, informasi pasar yang transparan, faktor produksi
lainnya dan iklim usaha yang sehat mendukung inovasi, kewirausahaan dan
praktek bisnis serta persaingan yang sehat.
Namun permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah dalam upaya
pengembangan pelaku usaha IKM yang tangguh adalah pemilihan dan
penetapan strategi program pengembangan untuk dua kondisi yang berbeda.
Kondisi yang dimaksud adalah (1) mengembangkan pelaku usaha yang sudah
ada supaya menjadi tangguh atau (2) mengembangkan wirausaha baru yang
tangguh.
Strategi program pengembangan untuk kedua kondisi tersebut di atas
haruslah berbeda secara spesifik, bahkan strategi pengembangan untuk pelaku
2

usaha yang sudah ada pun tidak dapat dilakukan dengan penyeragaman. Setiap
jenis usaha, bahkan setiap pelaku usaha pada jenis yang sama akan
mempunyai permasalahan yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan suatu
penelitian yang matang dan mendalam untuk mengetahui apa sebenarnya
permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil menengah.
Pengembangan industri mebel menjadi sangat relevan dilakukan di
Indonesia mengingat struktur usaha yang berkembang selama ini bertumpu
pada keberadaan IKM, meskipun dengan kondisi yang memprihatinkan, baik
dari segi nilai tambah maupun dari keuntungan/laba yang diperoleh. Tanpa
disadari ternyata cukup banyak IKM selama ini berorientasi ekspor, sehingga
sangat membantu pemerintah dalam mendapatkan devisa dibandingkan usaha
besar yang justru mengeksploitasi pasar domestik dalam penjualannya.
Selama empat tahun terakhir, nilai dan volume ekspor mebel terus
meningkat. Menurut data dari Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan
Indonesia (Asmindo) dan Departemen Perdagangan (Depdag), pada tahun
2005 nilai ekspornya US$ 1,79 miliar sebanyak 836 juta kg. Pada tahun 2006
naik 1,16% jadi US$ 1,81 miliar kendati volume turun menjadi 835 juta kg.
Pada tahun 2007, nilai ekspor naik 8,35% menjadi US$ 1,96 miliar dengan
volume ekspor seberat 898 juta kg dan tahun 2008 mengalami kenaikan
menjadi US$ 2,6 miliar (Asmindo dan Depdag, 2008). Untuk tahun 2009
diperkirakan naik sebesar 10% menjadi US$ 2,8 miliar dengan asumsi
menargetkan 12.500 orang pembeli dari dalam negeri dan luar negeri pada
pameran International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) bulan
Maret tahun 2009.
Menurut data BPS (2008), industri mebel dan pengolahan lainnya
merupakan salah satu industri yang mengalami kenaikan pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2008, yakni 34,16%. Kenaikan pertumbuhan produksi
tersebut disebabkan karena pemerintah telah memperketat ekspor bahan baku
kayu dan rotan dalam bentuk sederhana. Selain itu penyebab utama kenaikan
ekspor mebel Indonesia adalah karena keunikan dan ciri khas produk, dimana
pembuatannya masih manual alias hand made.
3

Pangsa pasar industri mebel masih sangat terbuka luas khususnya untuk
pasar ekspor. Amerika Serikat masih menjadi pasar terbesar mebel Indonesia.
Porsi pasar Amerika mencapai 32,6% dari total ekspor mebel kayu Indonesia.
Setelah itu, Jepang (11%), Belanda (9%), Prancis (6,6%) dan Inggris (4,6%)
termasuk Uni Eropa dan Rusia, Timur Tengah (6%), Australia (4%).
Sementara negara-negara pesaing adalah Italia (13,68%), China (14,18%),
Jerman (8,4%), Polandia (6,38%) dan Kanada (5,77%). Selain kayu, jenis
ekspor mebel juga berasal dari bahan rotan, besi, dan plastik (Asmindo &
Depdag, 2008). Tahun 2008 ekspor mebel Indonesia ke Prancis pada Januari-
September 2008 mencapai US$ 79 juta atau meningkat 3,3% dibanding
periode yang sama tahun sebelumnya (Asmindo & Depdag, 2008).

1.2 Perumusan Masalah


Di Jakarta Timur terdapat ratusan unit usaha yang bergerak di bidang
permebelan, di antaranya ada 67 unit usaha/pelaku usaha dan pengrajin mebel
yang aktif bergabung dalam Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM).
KIKM Jakarta Timur ini adalah sebagai wadah bagi pelaku usaha/pengrajin
mebel yang bertujuan untuk membina pengrajin mebel di Jakarta Timur
terutama dalam bidang pemasaran produk.
Berdasarkan klasifikasinya pelaku usaha/pengrajin mebel anggota
KIKM Jakarta Timur pada sentra industri mebel di Jakarta Timur dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai mana terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur
Spesifikasi Klasifikasi usaha mebel
No. Ket.
Perusahaan Menengah Kecil Mikro
1 Bentuk CV UD Perorangan
2 Modal Cukup Kurang Kurang
3 Umur Lama Lama Singkat* *± 5 tahun
4 SDM Baik Kurang Kurang
5 Manajemen Baik Kurang** Kurang **Turunan
6 Pengalaman Baik Baik Kurang
7 Teknologi Cukup Kurang Kurang
8 Pemasaran Baik Cukup Kurang
4

Spesifikasi perusahaan mebel berdasarkan klasifikasi usaha mebel


KIKM Jakarta Timur pada Tabel 1 dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. CV : Commanditaire Vennootschap (CV) adalah suatu perusahaan yang
didirikan oleh satu atau beberapa orang secara tanggung-menanggung,
bertanggung jawab untuk seluruhnya atau bertanggung jawab secara
solider, dengan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldschieter)
(Wijaya, 2000). CV merupakan bentuk badan hukum terpisah suatu
perusahaan yang pendiriannya disahkan oleh pemerintah melalui Notaris.
Usaha Dagang (UD) adalah legalitas perusahaan yang dikeluarkan melalui
Kantor Kelurahan sesuai dengan domisisli perusahaan setempat,
sedangkan usaha bentuk perorangan belum berbadan hukum. Perusahaan-
perusahaan mebel dalam bentuk CV pada sentra industri mebel Jakarta
Timur terdapat pada kelompok usaha menengah, sedangkan berbentuk
UD dan perorangan terdapat pada kelompok usaha kecil dan usaha mikro.
b. Cukup : pengertian “cukup” pada sentra industri mebel Jakarta Timur baik
yang berkaitan dengan modal usaha maupun teknologi yang dipakai adalah
kesanggupan atau ketersediaan modal usaha dan teknologi sudah
mencukupi sesuai dengan yang dibutuhkan, sedangkan pengertian
“kurang” adalah keterbatasan modal usaha maupun teknologi produksi
yang dipakai dalam usaha mebel.
c. Lama : pengertian “lama” pada sentra industri mebel Jakarta Timur
berkaitan dengan umur perusahaan. Klasifikasi perusahaan berumur
“lama” adalah kelompok usaha/perusahaan mebel yang berumur di atas 15
tahun, sedangkan kekompok usaha/perusahaan mebel berumur “singkat”
adalah perusahaan-perusahaan berumur di bawah lima tahun.
d. Baik : pengertian “baik” berkaitan dengan SDM (karyawan) perusahaan,
manajemen perusahaan, pengalaman perusahaan dan pemasaran
perusahaan yang dimiliki kelompok usaha/perusahaan pada sentra industri
mebel Jakarta Timur. SDM dikategorikan “baik” adalah SDM yang
berpengalaman cukup lama di bidang permebelan, sedangkan pengertian
“kurang” adalah SDM yang pengalamannya masih di bawah tujuh tahun.
5

Manajemen perusahaan dikatakan “baik” adalah kelompok


usaha/perusahaan mebel yang bersifat konvensional, tetapi sudah mulai
terbuka dengan sistem administrasi dan keuangan. Sedangkan kategori
“kurang” adalah pengelolaan perusahaan masih bersifat konvensional dan
turun-temurun. Pengalaman kelompok usaha/perusahaan mebel di atas 10
tahun dikategorikan dengan kategori “baik,” sedangkan kategori “kurang
baik” adalah perusahaan mebel yang beroperasi di bawah tujuh tahun.
Kelompok usaha/perusahaan mebel yang mempunyai pangsa pasar dan
segmen pasar tersendiri dikategorikan sebagai perusahaan yang
mempunyai pemasaran “baik,” sedangkan perusahaan mebel yang “kurang
baik” adalah perusahaan mebel yang hanya mengandalkan pasar pada
pameran di Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel (PPIKM) Jakarta
Timur dan pesanan dari konsumen.
Untuk memperoleh penjelasan secara lebih detail mengenai ketiga
kelompok usaha yang terdapat pada Tabel 1 di atas, berikut ini dapat
dijelaskan dari masing-masing kelompok, yaitu :
1. Kelompok Usaha Menengah, yaitu kelompok usaha mebel yang sudah
mengalami kemajuan ditinjau dari segi aspek manajemen, SDM,
pemasaran, umur perusahaan dan pengalaman perusahaan. Perusahaan
yang termasuk dalam kelompok ini adalah perusahaan-perusahaan yang
cukup lama, bersifat turun-temurun dan sebagian sudah berbadan hukum.
Dalam operasionalnya, kelompok usaha ini bergerak mulai dari produksi,
finishing sampai ke pemasaran produk. Selain itu, kelompok ini sudah
mempunyai workshop sebagai tempat produksi dan showroom sebagai
tempat penampungan produk sekaligus sebagai tempat pemasaran.
2. Kelompok Usaha Kecil, kelompok ini adalah perusahaan mebel yang pada
dasarnya hampir sama dengan perusahaan pada kelompok menengah.
Namun pada kelompok ini pada umumnya perusahaan belum berbadan
hukum. Selain umur perusahaan sudah lama, pengalaman perusahaan juga
sudah banyak tapi manajemen perusahaan belum bagus karena memakai
sistem manajemen konvensional. Kelompok usaha kecil ini adalah
kelompok yang paling banyak di antara anggota KIKM Jakarta Timur.
6

Kelompok usaha kecil ini hanya mempunyai workshop sebagai


tempat produksi dan masih mengalami sejumlah hambatan, antara lain
permodalan yang belum memadai, tenaga yang terampil dalam desain
produk, showroom dan pemasaran produk. Dalam operasionalnya
kelompok ini bergerak pada bidang produksi, finishing dan pemasaran.
3. Kelompok Usaha Mikro/Pemula, pelaku usaha/pengrajin mebel yang
termasuk dalam kelompok ini adalah pelaku usaha/pengrajin mebel
pendatang baru atau pemula. Artinya, usaha mebel yang dijalankan baru
beroperasi paling lama lima tahun. Selain pengalaman belum banyak,
manajemen usaha masih bersifat manajemen keluarga. Pengrajin mebel
yang tergabung pada kelompok ini kebanyakan berasal dari orang-orang
yang alih profesi dan korban pemutusan hubungan kerja (PHK).
Kelompok usaha ini hanya mempunyai workshop sebagai tempat
produksi. Sementara produk yang sudah siap jual biasanya diambil para
agen atau pengumpul. Kelompok ini masih banyak mengalami sejumlah
hambatan antara lain permodalan yang belum memadai, manajemen,
SDM, pengalaman, pemasaran, teknologi dan infrastruktur (showroom).
Dalam perkembangannya, KIKM Jakarta Timur sebagai wadah bagi
pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur
belum menjalankan fungsi dan peranannya secara maksimal. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan SDM yang cukup untuk mengelola KIKM
Jakarta Timur tersebut. Di samping itu, pengurus KIKM Jakarta Timur adalah
bagian dari pelaku usaha/pengrajin mebel itu sendiri, sehingga waktu dan
pikiran masih terfokus pada usahanya. Namun demikian, KIKM Jakarta
Timur ini telah menjalin kerjasama dengan pihak pemerintah dan asosiasi,
antara lain : Sudin Perdagangan Jakarta Timur, Sudin Kopeasi dan UKM
Jakarta Timur, Bank Indonesia (BI) dan Asmindo.
Dalam operasionalnya, KIKM Jakarta Timur mengadakan kegiatan
pelatihan, pameran produk dan studi banding ke industri mebel lain. Kegiatan
yang dilakukan KIKM Jakarta Timur antara lain melaksanakan pameran
produk bulanan setiap bulan yang bertempat di PPIKM Jakarta Timur yang
berlokasi di Jl. Jatinegara Kaum No.3 Pulogadung, Jakarta Timur. Setiap
7

anggota KIKM Jakarta Timur berhak untuk ikut dalam pameran tersebut
dengan sistem tukar tempat (rooling) setiap pameran dilaksanakan.
Selain itu, KIKM Jakarta Timur juga mengikutsertakan para anggota
yang berminat dalam acara pameran produk mebel yang berskala lebih besar
bahkan berskala nasional. Di samping itu, KIKM Jakarta Timur ini juga
mengadakan pelatihan bekerjasama dengan pihak ketiga, antara lain: Sudin
Perindag Jakarta Timur, Balai Kerajinan Dinas Perindag DKI Jakarta,
Kementerian Koperasi dan UKM, Jaminan Sosial Ketenagakerjaan
(Jamsostek), BI, PT Propan Raya dan lain-lain. Dalam pelatihan ini
diharapkan agar anggota KIKM Jakarta Timur lebih bisa memahami tentang
manajemen, desain produk, mutu produk dan akses pemasaran yang lebih
luas termasuk untuk pasar ekspor.
Di sisi lain, perusahaan-perusahaan mebel yang tergabung dalam
KIKM Jakarta Timur ini masih belum berkembang secara maksimal karena
menghadapi berbagai hambatan dan kendala, yaitu (1) keterbatasan modal,
(2) kurangnya akses yang lebih luas terhadap perbankan, (3) sulitnya
memperoleh bahan baku, (4) tingginya harga bahan baku, (5) kurangnya
peningkatan mutu SDM, (6) masuknya produk mebel impor asal China, (7)
kurangnya pengembangan desain produk, (8) meningkatnya biaya produksi,
(9) menurunnya volume penjualan, (10) keterbatasan jaringan kerja, (11)
keterbatasan untuk mengakses informasi pasar yang luas, (12) keterbatasan
jangkauan pasar ekspor, (13) kurangnya pemasaran yang strategik, (14)
lemahnya manajemen perusahaan, (15) kurangnya teknologi produksi yang
dimiliki dan (16) persaingan yang ketat antara sesama pengrajin mebel.
Kesulitan memperoleh bahan baku dan keterbatasan modal usaha
merupakan faktor yang paling dominan menyebabkan usaha mebel pada
sentra industri mebel Jakarta Timur ini tidak dapat tumbuh lebih cepat dan
mempunyai daya saing, baik di pasar lokal maupun pasar internasional.
Kesulitan bahan baku ini disebabkan adanya monopoli bahan baku oleh pihak
ketiga mulai dari hulu sampai ke hilir, sehingga untuk memperoleh bahan
baku, para pelaku usaha/pengrajin mebel harus mengeluarkan ongkos yang
8

lebih mahal (high cost) yang pada akhirnya sangat merugikan para
pelaku/pengrajin mebel, terutama pada kelompok usaha mikro.
Keterbatasan modal usaha yang dimiliki tidak dapat meningkatkan alat
teknologi produksi. Hal ini sangat berpengaruh dalam peningkatan volume
produksi mebel yang dihasilkan, sehingga berdampak pada omzet penjualan.
Selain itu, masuknya produk mebel impor asal China yang harganya lebih
murah dan desain yang lebih variatif berdampak menurunnya omzet
penjualan mebel produk lokal, karena banyak konsumen beralih ke produk
mebel impor China. Namun demikian, sentra usaha industri mebel di Jakarta
Timur tetap bertahan dan berkembang di antara peluang dan ancaman yang
tetap mewarnai bisnis ini.
Berdasarkan uraian dan kondisi yang dikemukakan di atas, maka dapat
disusun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Bagaimana strategi usaha yang diterapkan KIKM Jakarta Timur dan
perusahaan guna menangkap peluang pasar pada sentra industri mebel di
Jakarta Timur agar tetap eksis dan berkembang ?
2. Strategi apakah pemasaran yang digunakan KIKM Jakarta Timur dan
perusahaan pada sentra industri mebel di Jakarta Timur ?
3. Bagaimana alternatif strategi operasional KIKM Jakarta Timur dan
perusahaan untuk mengatasi kendala dan hambatan pada sentra industri
mebel di Jakarta Timur agar tetap eksis dan berkembang ?

1.3 Tujuan
Dari pemaparan permasalahan yang dikemukakan di atas, dapat
dirumuskan tujuan penelitian tugas akhir ini sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi strategi usaha yang diterapkan KIKM Jakarta Timur dan
perusahaan pada sentra industri mebel di Jakarta Timur.
2. Mengetahui dan menganalisa berbagai aspek strategi pemasaran yang
digunakan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan di sentra industri mebel
Jakarta Timur.
3. Merumuskan alternatif strategi operasional yang tepat untuk mengatasi
kendala dan hambatan, agar KIKM Jakarta Timur dan perusahaan pada
sentra industri mebel di Jakarta Timur tetap eksis dan berkembang.
9

1.4 Kegunaan
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pihak-
pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Sebagai bahan masukan, sumbangan pemikiran dan pertimbangan kepada
pengrajin mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur dalam pemecahan
masalah yang dihadapi berkaitan dengan bidang pemasaran.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi Sudin Koperasi dan UKM Jakarta
Timur untuk melakukan kebijakan dalam pengelolaan dan pengembangan
IKM di Jakarta Timur khususnya industri mebel.
3. Diharapkan dapat menjadi literatur sebagai bahan rujukan untuk penelitian
lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah pengembangan strategi
pemasaran khususnya yang ada kaitannya dengan industri mebel.

1.5 Ruang Lingkup


Ruang lingkup tugas akhir ini adalah (1) KIKM Jakarta Timur dan (2)
Perusahaan-perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta Timur. Ruang lingkup
tugas akhir ini membahas tentang analisis strategi pemasaran yang dilakukan
oleh KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta
Timur serta pengaruhnya terhadap pengembangan pemasaran pada sentra
industri mebel di Jakarta Timur. Selain itu, menganalisis pengaruh
pengembangan strategi pemasaran terhadap penjualan mebel pada sentra
industri mebel di Jakarta Timur yang meliputi penawaran dan permintaan,
pangsa pasar, nilai tambah, teknik pemasaran dan biaya pemasaran agar
penjualan mencapai tingkat yang optimal.
10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Strategi


Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam
perkembangannya, konsep mengenai strategi terus berkembang. Adapun
definisi strategi dalam perkembangannya terdapat perbedaan pada berbagai
konsep yang antara lain dikutip oleh Rangkuti (2008), yaitu :
Menurut Chandler dalam Rangkuti (2008), strategi adalah alat untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumberdaya manusia. Menurut
Learned et al. dalam Rangkuti (2008), strategi adalah alat untuk menciptakan
keunggulan bersaing. Dengan demikian satu fokus strategi adalah
memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak. Argyris, Mintzberg,
Steiner and Miner dalam Rangkuti (2008) menyatakan bahwa strategi
merupakan respons secara terus-menerus maupun adaptif terhadap peluang
dan ancaman eksternal, serta kekuatan dan kelemahan internal dan yang dapat
mempengaruhi organisasi.
Menurut Andrews dan Chaffe dalam Rangkuti (2008) strategi adalah
kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti debholders, manajer, karyawan,
konsumen, komunitas dan sebagainya, baik secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Hamel and Parahalad dalam
Rangkuti (2008) menyatakan strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus dan dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh pelanggan di
masa depan.
Griffin (2000), menyatakan strategi adalah sebagai rencana
komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi (strategy is a comprehensive
plan for acomplishing an organization’s goals). Strategi tidak hanya sekedar
mencapai tujuan, tetapi strategi juga untuk mempertahankan keberlangsungan
organisasi dalam menjalankan aktivitasnya.
Mintzberg dalam Robbins dan Coulter (2002) menyatakan bahwa tugas
utama manajer dalam strategi pemasaran adalah tugas rasional yang
11

berhubungan dengan hubungan pribadi, tugas yang berhubungan dengan


pencarian informasi dan penggunanya secara cerdas (intelegent) serta
berkaitan dengan pengambilan keputusan baik operasional, taktis dan
strategis.
Menurut Porter (2004), strategi adalah alat yang sangat penting untuk
keunggulan bersaing dalam organisasi. David (2004) menyebutkan strategi
adalah cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. David (2006)
menyebutkan manajemen strategis (strategic management) adalah seni dan
ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi dan mengevaluasi keputusan
lintas fungsi yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.
Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari ”apa
yang dapat terjadi,” bukan dimulai ”apa yang terjadi.” Terjadinya kecepatan
inovasi pasar dan perubahan pada konsumen memerlukan kompetensi inti
(core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti dalam bisnis
yang dilakukan (Rangkuti, 2008).
Dari berbagai definisi mengenai strategi tersebut di atas, secara umum
dapat didefinisikan bahwa strategi itu adalah rencana tentang serangkaian
manuver yang mencakup seluruh elemen yang kasat mata maupun yang tidak
kasat mata untuk menjamin keberhasilan mencapai tujuan.
Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam perkembangannya banyak terdapat pengertian
dan penafsiran yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan pandangan yang
keliru tentang kegiatan dan tugas seseorang yang terdapat dalam bidang
pemasaran.
Gambaran tentang pemasaran secara luas dapat diketahui dari beberapa
definisi, antara lain dikutip oleh Kotler dan Keller (2007a), yaitu American
Marketing Association (AMA) mendefinisikan secara formal bahwa
pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan
dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan
organisasi dan para pemilik sahamnya.
12

Menurut Kotler dan Susanto (2001), pengertian lain dari pemasaran


adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok
mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.
Pengertian pemasaran menurut Assauri (2007) adalah usaha untuk
menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-
orang yang tepat pada tempat dan waktu serta harga yang tepat dengan
promosi dan komunikasi yang tepat.
Ciptono, dkk (2009) mengutip beberapa istilah pemasaran, antara lain
pendapat Gronroos yang menyatakan pemasaran adalah mengembangkan,
mempertahankan dan meningkatkan relasi dengan para pelanggan dan mitra
lainnya, dengan mendapatkan laba sedemikian rupa sehingga tujuan masing-
masing pihak tercapai. Evan dan Berman dalam Ciptono dkk (2009)
menyebutkan bahwa pemasaran merupakan pengantisipasian, pengelolaan dan
pemuasan permintaan melalui proses pertukaran. Miller dan Lyton dalam
Ciptono dkk (2009) menyebutkan bahwa pemasaran adalah sistem total
aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan produk, jasa dan gagasan yang mampu
merumuskan keinginan pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Menurut Doyle dalam Ciptono dkk (2009) pemasaran adalah
proses manajemen yang berupaya memaksimumkan laba (returns) bagi
pemegang saham dengan jalan menjalin relasi dengan pelanggan utama.
Meldrum dalam Ciptono dkk (2009) mendefinisikan pemasaran adalah proses
bisnis yang berusaha menyelaraskan antara sumberdaya manusia, finansial dan
fisik organisasi dengan kebutuhan dan keinginan para pelanggannya dalam
konteks strategi kompetitif organisasi.
Asosiasi Marketing Amerika dalam Istijanto (2009) menyatakan bahwa
pemasaran adalah fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan,
mengkomunikasikan dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan serta
mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat
bagi organisasi dan para stakeholder-nya.
13

Menurut Kotler dan Keller (2007a), definisi pemasaran dibedakan secara


sosial dan manajerial, yaitu pemasaran secara manajerial adalah sebagai seni
dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga dan
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul sedangkan pengertian
pemasaran secara sosial adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu
dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler dan Keller, 2007a).
Formula strategi pemasaran Robbins dan Coulter (2002), menyatakan
bahwa formulasi strategis dalam mencapai tujuan dimulai dari identifikasi
visi, misi, lalu analisa lingkungan eksternal dan internal (SWOT),
merumuskan strategi, mengimplementasikan strategi lalu mengevaluasi hasil.
Dari pengertian tersebut di atas dapat memberikan gambaran bahwa
pemasaran sebagai suatu sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling
berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang/jasa kepada pembeli secara
individual maupun kelompok. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam
suatu lingkungan yang dibatasi sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri,
peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial perusahaan dengan
berdasarkan prinsip inti yang meliputi kebutuhan (needs), produk (goods,
services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan, pertukaran,
transaksi, hubungan, jaringan pasar dan pemasar serta prospek pasar.

2.2 Aspek Pemasaran


2.2.1 Penawaran dan Permintaan
a. Keadaan dan Prospek Pasar
Kondisi dan situasi pasar industri mebel harus kita ketahui
sebagai bahan referensi dalam menjalankan usaha, seperti ukuran
pasar, pertumbuhan pasar, pangsa pasar dan indeks pangsa pasar
(Davis, 2005). Peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan agar dapat
diketahui untuk menggambarkan peubah-peubah kunci yang sangat
mempengaruhi kunci keberhasilan bisnis. Perusahaan perlu mengkaji
14

tingkat permintaan konsumen di pasar sasaran sehingga dapat


melayani dan kemungkinan berhasilnya menguasai pasar.
b. Tingkat Penawaran dan Permintaan
Dalam rangka menjawab kebutuhan konsumen, pihak produsen
menyediakan berbagai barang dan jasa. Barang dan jasa hasil produksi
ini kemudian dijual kepada konsumen di pasar menurut tingkat harga
tertentu. Permintaan bersangkut-paut dengan pembelian dan
pemakaian sedangkan penawaran bersangkut-paut dengan penyediaan
dan penjualan. Jadi penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang
tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan situasi.
Masyarakat selaku konsumen harus membeli barang atau jasa
keperluannya di pasar. Keadaan ini mengandaikan bahwa barang atau
jasa itu memiliki tingkat harga tertentu. Adanya berbagai macam
harga di pasar selanjutnya mengandaikan adanya kondisi yang
mempengaruhi. Adapun unsur-unsur yang terdapat pada permintaan
yakni barang atau jasa, harga dan kondisi yang mempengaruhi. Jadi
permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang dibeli dalam berbagai
situasi dan tingkat harga. Hukum permintaan, hukum ekonomi berlaku
ceteris paribus. Singkatnya hukum permintaan adalah permintaan
bertambah apabila harga turun dan berkurang apabila harga naik.

2.2.2 Pangsa Pasar


a. Pangsa pasar
Pangsa pasar adalah penjualan perusahaan tersebut yang
dinyatakan sebagai persentase dari penjualan pasar total. Pangsa pasar
dapat diukur dengan tiga cara, yaitu (1) keseluruhan pangsa pasar
adalah penjualan perusahaan tersebut yang dinyatakan sebagai
persentase dari penjualan pasar total, (2) pangsa pasar yang dilayani
adalah penjualannya yang dinyatakan sebagai persentase penjualan total
di pasar yang dilayaninya dan (3) pangsa pasar relatif dapat dinyatakan
sebagai pangsa pasar dalam kaitannya dengan pesaing terbesarnya
(Kotler dan Keller, 2007a). Suatu perusahaan perlu menganalisis pangsa
15

pasar, misalnya apakah akan bertahan atau pengembangan pada pasar


domestik/lokal atau menjajaki peluang pangsa pasar ekspor atau
ekspansi.
Menurut Foster (2001) pangsa pasar adalah memecah-mecah
suatu keseluruhan yang heterogen menjadi suatu bagian yang homogen
mencakup suatu pelanggan yang mempunyai kepentingan yang sama
untuk tujuan yang berbeda-beda. Sedangkan pengertian pangsa pasar
menurut Assauri (2007) adalah besarnya bagian atau luasnya total pasar
yang dapat dikuasai oleh suatu perusahaan yang biasanya dinyatakan
dengan persentase.
Pangsa pasar menjelaskan persentase dari total pasar yang
diwakili oleh produk perusahaan. Hal ini merupakan suatu ukuran
pemasaran yang berguna karena merupakan indikasi penetrasi
perusahaan terhadap kompetisi. Namun pangsa pasar adalah salah satu
dari beberapa indikator kesuksesan, tidak cukup hanya memperoleh
pangsa pasar tapi harus juga menganalisis bagaimana cara
memperolehnya. Apakah dengan menurunkan harga (margin laba kecil)
atau ada kompetitor yang jatuh (Davis, 2005).
b. Struktur Penjualan dan Lingkup Pemasaran
Kotler (1997) menjabarkan struktur pasar berdasarkan jumlah
penjual dan diferensiasi dalam pasar tersebut ke dalam empat struktur,
yaitu monopoli, murni, oligopoli, monopolistik dan persaingan murni.
Titik awal untuk menjelaskan suatu pasar adalah dengan menspesifikasi
apakah dalam pasar tersebut terdapat satu, sedikit atau banyak penjual
dari suatu produk, dan apakah produk tersebut homogen atau
terdeferensiasi. Bagaimana melakukan pemasaran, apakah langsung ke
konsumen atau melalui perantara agen ? Selain itu, apakah pemasaran
yang dilakukan untuk pangsa pasar lokal atau pangsa pasar ekspor ?

2.2.3 Analisis Nilai Tambah (Value Added)


Nilai tambah (value added) didefinisikan sebagai pertambahan
nilai yang terjadi pada suatu komoditi, akibat mengalami pengolahan lebih
lanjut dalam suatu proses produksi (Tambunan, 1997). Berdasarkan
16

pengertian ini, maka industri mebel dapat dikatakan sebagai industri yang
mampu memberikan nilai tambah.
a. Jenis-jenis Produk
Jenis produk mebel yang dihasilkan pada sentra industri mebel di
Jakarta Timur antara lain adalah kursi dan meja makan, kursi dan meja
belajar, kursi dan meja kantor, lemari, kamar set, kitchenset, sketsel dan
lain-lain.
b. Nilai Tambah Produk
Penciptaan nilai tambah yang sukses membutuhkan penyerahan
nilai tambah yang sukses. Analisis nilai tambah berguna untuk
peningkatan margin atau laba perusahaan. Kebanyakan produsen tidak
menjual barang-barang mereka secara langsung kepada konsumen atau
pengguna akhir, antara mereka ada sekelompok perantara yang
melakukan berbagai fungsi (Kotler dan Keller, 2007b).
Dalam hal ini, dianalisis produk mebel yang akan dijual
langsung dari workshop atau perusahaan ke konsumen/pengguna akhir
atau kepada perantara/agen dengan senilai (Rp.x) jika dibandingkan
apabila dijual dalam kondisi diolah terlebih dahulu menjadi mebel
dengan finishing dan desain komplit. Kemudian dilihat, apakah nilainya
meningkat menjadi (Rp. x+y)
c. Limbah Produk
Limbah produk perusahaan mebel pada sentra industri mebel Jakarta
Timur berupa sisa potongan bahan baku, sisa potongan bahan olahan,
serbuk gergajian dan lain-lain akan dimanfaatkan untuk menghasilkan
uang atau tidak.

2.2.4 Kinerja Keuangan


Kinerja keuangan dapat diukur dengan melakukan analisis laporan
keuangan dalam periode waktu tertentu. Kinerja keuangan dalam suatu
perusahaan sangat penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kekuatan perusahaan bisa bertahan dan berkembang. Kinerja keuangan ini
bertujuan tidak hanya memberikan rumus untuk memperoleh angka-angka
17

yang diharapkan, tetapi untuk menganalisis semua angka-angka yang saling


berkaitan dalam rangka memecahkan masalah dalam perusahaan.
a. Analisis Neraca Keuangan dan Rugi/Laba Perusahaan
Laporan neraca keuangan dan rugi/laba perusahaan adalah dasar
yang terdapat dalam laporan keuangan untuk mengukur kondisi
keuangan suatu perusahaan. Neraca keuangan terdiri dari komposisi
aktiva dan komposisi hutang serta modal. Sedangkan laporan rugi/laba
terdiri dari komposisi penjualan, harga pokok dan biaya-biaya
perusahaan dalam periode tertentu. Financial statement (laporan
keuangan) bertujuan untuk memberikan informasi tentang kondisi
keuangan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel.
b. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah ”wakil perusahaan” dalam menjelaskan
posisi keuangan. Pada umumnya ada dua macam laporan keuangan yang
sering digunakan dalam perusahaan, yaitu neraca (balance sheet) dan
laporan rugi/laba (income statement). Menurut Ikatan Akuntan Indonesia
(1985) tujuan laporan keuangan adalah :
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
perubahan aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan
yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh untung.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat membantu para
pemakai laporan dalam menaksir potensi perusahaan dalam
menghasilkan laba/keuntungan.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai
aktivitas pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang
berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akutansi yang
dianut perusahaan.
18

i. Neraca Keuangan
Analisis neraca keuangan bertujuan untuk mengetahui posisi
keuangan perusahaan pada periode waktu, pada umumnya
dilakukan pada akhir tahun. Neraca keuangan mencerminkan
semua transaksi yang dibuat oleh perusahaan pada periode tertentu
yang memuat semua informasi mengenai semua sumber dana
assets dan equity, misalnya bunga dari kreditor dan pemilik.
ii. Laporan rugi/laba
Laporan rugi/laba menjelaskan tentang pendapatan dan
pengeluaran perusahaan pada periode waktu tertentu, misalnya
informasi mengenai inflow aset (revenues), outflow aset (expenses)
dan kenaikan atau penurunan yang dihasilkan oleh semua kegiatan
perusahaan. Neraca keuangan dan laporan rugi/laba dapat
memperlihatkan keuangan perusahaan pada periode waktu tertentu
tetapi laporan keuangan ini tidak dapat menggambarkan
kecenderungan keuangan perusahaan pada masa mendatang. Oleh
karena itu, perbandingan runtut waktu (data time series) dan
perubahannya sangat diperlukan.

2.2.5 Rasio Keuangan


Analisis rasio keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara
cepat kinerja keuangan perusahaan (Syamsudin, 2001). Sedangkan menurut
Riyanto (2001) menyatakan bahwa rasio merupakan alat yang dinyatakan
dalam arithmetikal term yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan
dua data, dan jika dihubungkan dengan masalah keuangan maka menjadi
data keuangan. Dalam rasio keuangan dianalisis keuangan secara
menyeluruh untuk bagaimana dan di mana perusahaan tersebut
menghasilkan uangnya.
Tujuan analisis rasio keuangan dalam perusahaan adalah :
a. Mengevaluasi situasi yang terjadi pada perusahaan saat ini.
b. Memprediksi kondisi keuangan perusahaan di masa mendatang.
Rangkuti (2008) menyatakan bahwa secara umum jenis-jenis rasio
keuangan dapat dibagi menjadi lima golongan, yaitu rasio likuiditas, rasio
leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas dan rasio penilaian saham.
19

a. Rasio Likuiditas (likuidity ratio)


Rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Dalam penelitian ini rasio
likuiditas yang dipakai untuk melihat kinerja keuangan perusahaan
adalah :
1) Current Ratio (CR) yaitu rasio antara harta lancar (current assets)
dengan hutang lancar (current liabilities).

Total Current Assets


Current Ratio = x 100%
Total Current Liabilities

2) Quick Ratio (QR) atau Acid Test Ratio (ATR), yaitu rasio antara
harta lancar dikurangi persediaan (inventory) dibagi dengan hutang
lancar.

Total Quick Assets


Qiuck Ratio = x 100%
Total Current Liabilities

3) Rasio Hutang (leverage ratio)


Rasio ini bertujuan untuk mengukur sampai seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh pihak luar (dengan hutang). Rasio
keuangan yang termasuk dalam leverage ratio ini adalah : Debt
Ratio (DR) dan Debt Equity Ratio (DER).
4) Ratio Aktivitas (activity ratio)
Tujuan rasio ini adalah untuk mengukur efektivitas perusahaan
dalam mengelola dana perusahaan. Rasio keuangan yang termasuk
pada activity ratio adalah : Inventory Turn Over (ITO) dan Return
Turn Over (RTO)
5) Rasio Keuntungan (profitability ratio)
Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektivitas keseluruhan
manajemen yang dapat dilihat dari keuntungan yang dihasilkan.
Rasio keuangan yang termasuk dalam Profitability Ratio adalah :
Profit Marjin (PM), Return on Equity (ROE), Return on Investment
(ROI) dan Return of assets (ROA).
20

2.2.6 Teknik Pemasaran


a. Analisis Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran didefinisikan sebagai perangkat alat pemasaran
yang digunakan perusahaan untuk mengejar tujuan perusahaannya. Mc
Carthy dalam Kotler (2000) mengklasifikasikan menjadi empat
kelompok besar (marketing mix) dengan 4P’s (four P’s) ditinjau dari
sudut produsen/penjual, yaitu product (produk), price (harga), place
(tempat/distribusi) dan promotion (promosi). Empat peubah tersebut
saling berhubungan dan membentuk sebuah paket utuh yang turut
menentukan derajat kesuksesan program pemasaran yang dijalankan.
Bauran pemasaran menggambarkan pandangan penjual tentang alat
pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli (Kotler dan
Keller, 2007b). Sedangkan bauran komunikasi (communication mix)
ditinjau dari sudut konsumen/pelanggan adalah customer needs and
wants (kebutuhan dan keinginan pelanggan), cost to the customer (biaya
yang ditanggung pelanggan), convenience (kemudahan) dan
communication (komunikasi).
b. Analisis Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang
menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang pemasaran, yang
memberikan panduan tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat
tercapainya tujuan pemasaran suatu perusahaan. Oleh karena itu,
penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisis lingkungan
(eksternal dan internal) perusahaan melalui analisis kekuatan
(keunggulan dan kelemahan) perusahaan serta analisis kesempatan dan
ancaman yang dihadapi perusahaan dari lingkungannya (Assauri, 2007).
Analisis strategi pemasaran dengan melakukan analisis SWOT
berdasarkan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor
eksternal (peluang dan ancaman) dalam menghasilkan strategi pemasaran
yang sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi maupun yang
diantisipasi.
21

2.2.7 Biaya Pemasaran


Menurut Kusnadi dan Zainal (2002) biaya pemasaran adalah biaya
yang dibebankan (segala pengeluaran) di dalam penjualan suatu barang
atau jasa dari keluarnya barang sampai ke tangan pembeli. Dari pengertian
di atas dapat disimpulkan bahwa biaya pemasaran adalah biaya yang
dikeluarkan untuk menjual produk barang dagangan sampai ke tangan
konsumen.
Secara garis besar, biaya pemasaran dapat dibagi menjadi dua golongan,
yaitu :
a. Biaya untuk mendapatkan pesanan (order getting cost) adalah biaya
yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan. Contoh
biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah biaya gaji wiraniaga
(sales person), komisi penjualan, advertensi dan promosi.
b. Biaya untuk memenuhi pesanan (order filling cost) adalah biaya yang
dikeluarkan untuk mengusahakan agar produk sampai ke tangan
konsumen dan biaya-biaya untuk mengumpulkan piutang dari
konsumen. Contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah
biaya pergudangan, biaya pembungkusan dan pengiriman, biaya
angkutan dan biaya penagihan (Mulyadi, 1991).
Biaya Pemasaran atau promosi adalah upaya untuk
memberitahukan atau menawarkan produk atau jasa pada konsumen
dengan tujuan menarik calon konsumen untuk membeli atau
mengkonsumsinya. Dengan adanya promosi produsen atau distributor
mengharapkan kenaikan angka penjualan. Dalam pemasaran promosi
bertujuan: (1) menyebarkan informasi produk kepada target pasar
potensial, (2) mendapatkan kenaikan penjualan dan profit, (3)
mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan, (4)
menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi pasar lesu, (5) membentuk
citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan.
Pada dasarnya, kegiatan promosi merupakan salah satu di antara
unsur bauran pemasaran. Berhasil atau tidaknya kegiatan promosi yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan akan terlihat jelas dari sukses atau
22

tidaknya penjualan produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang


bersangkutan.

2.3 Strategi dan Persaingan Pemasaran


Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan
berkembang. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha
mempertahankan dan meningkatkan tingkat keuntungan atau laba perusahaan.
Tujuan ini hanya dapat dicapai apabila bagian pemasaran perusahaan
melakukan strategi yang bertujuan untuk dapat menggunakan atau menangkap
kesempatan atau peluang yang ada dalam pemasaran, sehingga posisi atau
kedudukan perusahaan di pasar dapat dipertahankan dan sekaligus
ditingkatkan.
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa
sebenarnya proses pemasaran itu terjadi atau dimulai jauh sejak sebelum
barang-barang diproduksi. Menurut Kotler (2007a), proses pemasaran dimulai
dari menemukan apa yang diinginkan oleh konsumen yang berhubungan
dengan produk, kinerja dan mutu adalah tahap pertama sangat penting dalam
kegiatan pemasaran yang memiliki tujuan berikut :
a. Konsumen potensial mengetahui secara detail produk yang dihasilkan dan
perusahaan dapat menyediakan semua permintaan produk tersebut.
b. Perusahaan dapat menjelaskan secara detail semua kegiatan yang
berhubungan dengan pemasaran. Kegiatan pemasaran ini meliputi
berbagai kegiatan, mulai dari penjelasan tentang produk, desain produk,
promosi produk, pengiklanan produk, komunikasi pada konsumen, sampai
pengiriman produk agar sampai ke tangan produsen dengan tepat.
c. Mengenal dan memahami konsumen sedemikian rupa sehingga produk
yang dihasilkan cocok dan sesuai dan dapat terjual dengan sendirinya.
Secara umum kegiatan pemasaran berkaitan dengan koordinasi beberapa
kegiatan bisnis. Sebagai contoh, penjelasan secara detail oleh orang di bagian
produksi dibutuhkan apabila ada konsumen yang komplain mengenai produk.
Demikian juga dibutuhkan orang yang dapat menangani kegiatan SDM,
sehingga dapat menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan kompensasi
dan reward kepada semua karyawan yang terlibat dalam perusahaan. Bagian
23

keuangan memerlukan orang yang ahli dalam berbagai sistem pembayaran dan
insentif, terutama kepada konsumen yang membutuhkan sehingga dapat
mengakomodasi berbagai jenis kebutuhan konsumen. Dengan demikian,
kegiatan pemasaran selalu berkaitan dengan berbagai departemen lainnya.
Untuk kegiatan bisnis skala kecil, di mana pemilik tidak memiliki
karyawan dalam jumlah besar, maka perusahaan memerlukan cara berpikir
yang menyeluruh pada saat menerapkan strategi pemasaran, yaitu serangkaian
tindakan terpadu menuju keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Strategi pemasaran ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu (1) faktor
mikro, yaitu berhubungan dengan perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan
masyarakat dan (2) faktor makro, yaitu berhubungan dengan
demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik dan sosial/budaya.
Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam pemasaran, sebagai berikut (1) ditinjau dari sudut pandang produsen,
yaitu: tempat yang strategis (place), produk yang bermutu (product), harga
yang kompetitif (price) dan promosi yang gencar (promotion) biasa disebut
marketing mix dan (2) dari sudut pandang konsumen yang juga harus perlu
diperhatikan adalah: kebutuhan dan keinginan konsumen (costumer needs and
wants), biaya konsumen (cost to the costumers), kenyamanan (convenience)
dan komunikasi (communication).
Pada dasarnya persaingan dalam suatu industri tidak hanya disebabkan
oleh adanya pesaing-pesaing yang ada, namun ada beberapa kekuatan lain
yang turut membantu struktur persaingan. Kekuatan-kekuatan tersebut, yaitu :
ancaman pendatang baru, pesaing yang ada, adanya produk pengganti
(substitution), besarnya kekuatan tawar-menawar pembeli dan kekuatan tawar-
menawar pemasok. Sebagai contoh, suatu perusahaan dengan posisi pasar
yang sangat kuat dalam industri dimana tidak ada ancaman pendatang baru
akan mendapatkan laba yang rendah apabila berhadapan dengan produk
pengganti yang lebih murah dan bermutu.
Contoh ekstrim dari intensitas persaingan adalah industri yang
dinamakan industri persaingan sempurna, dimana pendatang baru dapat masuk
dengan bebas, perusahaan yang ada tidak mempunyai daya tawar-menawar
24

yang baik terhadap pemasok dan pelanggan, serta persaingan menjadi tidak
terkendali karena sejumlah perusahaan besar mempunyai produk yang serupa.
Lemahnya posisi perusahaan dalam lingkungan industrinya dapat
menimbulkan kesulitan dalam memasarkan produk dengan harga dan mutu
yang sesuai.
Porter (2004) menjelaskan satu konsep yang telah menjadi dikenal
sebagai "lima model memaksa." Konsep ini melibatkan hubungan antara
pesaing dalam industri, potensi pesaing, pemasok, pembeli dan alternatif
solusi untuk masalah yang ditangani. Sementara setiap industri melibatkan
semua faktor tersebut, kekuatan relasional yang berbeda-beda. Porter (2004)
menjelaskan bahwa terdapat lima kekuatan yang menentukan industri
menarik, dan jangka panjang industri profitabilitas yaitu (1) ancaman masuk
pesaing baru, (2) ancaman pengganti, (3) daya tawar dari pembeli, (4) daya
tawar dari pemasok dan (5) tingkat persaingan antara pesaing yang ada.
Strategi pemasaran yang baik untuk dapat meningkatkan daya saing
suatu produk haruslah dilengkapi dengan berbagai elemen penunjang, yaitu :
a. Meningkatkan mutu produk dan layanan
Mutu merupakan elemen utama bagi peningkatan daya saing suatu produk.
Suatu produk dapat lebih mudah memenangkan tingkat persaingan yang
kian ketat di pasaran bila mutunya selalu terjaga.
b. Menanamkan nilai-nilai utama
Nilai yang dikandung suatu produk juga merupakan unsur penting untuk
meningkatkan daya saing produk tersebut. Namun seperti halnya mutu,
telah terjadi pergeseran pengertian nilai dari suatu produk. Nilai suatu
produk tidak lagi hanya ditentukan dari mutu yang baik maupun harga
murah saja, tetapi juga ditentukan oleh sederetan faktor penentu nilai
lainnya seperti kemudahan pembelian (convenience of purchase) yang
terkait dengan ketersediaan (availability) suatu produk di pasaran serta
jalur distribusi yang baik serta tingkat pelayanan yang memuaskan (service
excellence). Hal ini disebabkan karena harapan konsumen selalu
berkembang, sehingga penjualan suatu produk harus dapat memenuhi
25

harapan konsumen secara tepat agar tercapai kepuasan konsumen


(customer satisfaction).
c. Menetapkan posisi (positioning statement) yang tepat
Penetapan posisi (positioning statement) yang diinginkan sangat
diperlukan untuk dapat melahirkan citra akan produk/jasa yang
diharapkan. Positioning statement yang jelas akan mempermudah arah
penetapan strategi pemasaran suatu produk serta memperjelas target pasar
yang akan dibidiknya.
d. Menciptakan brand equity yang kuat
Brand equity yang kuat dan citra positif sangat diperlukan dalam
menjalankan usaha sebagai salah satu kunci keberhasilan untuk meraih
kepercayaan publik. Citra positif dari brand suatu produk/jasa ini pada
akhirnya akan meningkatkan kepercayaan konsumen untuk menggunakan
produk/jasa yang ditawarkan. Hal ini sangat penting karena daya saing dan
kesuksesan pemasaran suatu produk/jasa sangat ditentukan oleh
pengakuan masyarakat terhadap brand dari produk/jasa tersebut.
e. Menciptakan citra positif di mata publik
Penciptaan citra positif dari suatu perusahaan/produsen penghasil produk/
jasa sangat erat kaitannya dengan penciptaan brand equity untuk dapat
meraih kepercayaan publik. Citra positif di mata publik hanya dapat
tercapai bila keseluruhan perusahaan mencerminkan citra yang ingin
diposisikan tersebut, karena publik akan lebih mengakui citra yang
tercermin langsung dari setiap sikap dan kegiatan suatu perusahaan.
f. Menjalankan program promosi dan costumer care
Penggunaan program promosi secara massal yang ditujukan untuk seluruh
kategori pelanggan potensial (mass promotion program) seringkali tidak
efektif, karena pesan yang disampaikan tidak sampai pada kategori-
kategori pelanggan tertentu. Oleh karena itu, penggunaan program
promosi massal tidak dianjurkan untuk terlalu sering digunakan karena
pada akhirnya hanya membuang-buang dana anggaran.
26

g. Meluncurkan produk yang tepat


Suatu brand dapat meluncurkan produk yang beragam, sehingga dapat
memenuhi permintaan lebih dari satu target pasar. Namun peluncuran
setiap jenis produk haruslah sesuai dengan kebutuhan dari setiap target
pasar yang dituju, dengan ditunjang oleh program promosi yang sesuai
pula. Pelebaran berbagai jenis produk yang disesuaikan dengan kebutuhan
dari target pasar yang beragam dapat pula meningkatkan daya saing suatu
brand dalam menguasai pangsa pasar yang lebih luas.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu


Penelitian tentang industri mebel telah banyak dilakukan, menurut hasil
penelitian Aryono (2004) menyimpulkan bahwa kekuatan (strength) Nava
Java Interior terletak pada bauran produk, mutu produk, pelayanan, harga yang
fleksibel dan struktur organisasi perusahaan. Kelemahan (weaknesses)
berkisar pada modal yang terbatas, distribusi yang kurang serta penggunaan
media teknologi yang belum dilaksanakan secara optimal.
Sementara yang menjadi ancaman (threats) adalah banyaknya produk
mebel impor dari China, situasi politik dan kepastian hukum serta kenaikan
harga bahan baku utama. Strategi yang digunakan Nava Java Interior untuk
menghadapi persaingan adalah market nicher strategy dengan fokus kepada
segmen keluarga muda. Nava Java Interior juga harus mengambil peluang
yang ada dalam industri mebel serta memperhatikan tiap ancaman yang ada
(Aryono, 2004).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiadi (2006) menunjukkan bahwa
industri mebel skala besar merupakan industri yang fokus untuk memenuhi
pasar ekspor. Produk mebel yang dihasilkan adalah produk jadi dengan mutu
tinggi. Selain itu, ada beberapa industri mebel yang bersifat hanya melakukan
pengolahan saja tanpa terlibat pemasaran secara langsung. Untuk
memasarkannya dengan cara memasok pelaku-pelaku usaha yang telah
memiliki jaringan pasar yang luas dan memiliki ruang pameran. Sementara
faktor harga dan mutu merupakan peubah utama yang menjadi pertimbangan
dalam pembelian bahan baku kayu oleh industri.
27

III. METODOLOGI

3.1 Kerangka Pemikiran Kajian


Banyaknya industri mebel yang tumbuh membawa sebuah konsekuensi
logis bahwa tingkat persaingan dalam industri mebel semakin tajam. Setiap
perusahaan mebel dituntut untuk lebih meningkatkan mutu produksinya dalam
rangka peningkatan omset penjualan dan berdaya saing.
Terjadinya krisis global yang berdampak terhadap kenaikan harga
Bahan Bakar Minyak (BBM), Tarif Dasar Listrik (TDL) dan susahnya bahan
baku telah membuat sentra-sentra industri mebel terutama di Jawa Tengah
dan Jawa Timur telah mengancam kesempatan meraih pangsa pasar
khususnya pasar ekspor. Hal yang sama terjadi di DKI Jakarta khususnya
pada sentra industri mebel di Jakarta Timur.
Di samping itu, masuknya mebel impor asal China ke pasar domestik
dengan berbagai desain yang variatif dan harga yang lebih murah dari produk
lokal juga turut menjadi salah satu penyebab merosotnya omzet penjualan.
Mebel China dalam berbagai hal mempunyai kelebihan, seperti : desain
produk lebih halus dan lebih mewah sehingga membuat konsumen lebih
tertarik. Bahkan dilihat dari segi harga, mebel China lebih kompetitif karena
China lebih banyak melakukan efisiensi biaya dan diproduksi secara massal
(pabrikan) dengan teknologi tinggi. Sedangkan produk mebel lokal kurang
bisa mengikuti trend seperti desain dan finishing yang variatif sehingga
terkesan monoton. Peningkatan mutu produk lokal dan pengembangan desain
produk adalah salah satu alternatif untuk mengimbangi produk mebel impor
terutama mebel impor asal China agar industri mebel lokal bisa tetap eksis dan
berkembang. Skema kerangka pemikiran kajian dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada umumnya perusahaan yang bergerak di bidang mebel skala kecil
berhimpun dalam bentuk koperasi. Sebagai contoh di Jakarta Timur terdapat
ratusan perusahaan mebel, di antaranya ada 67 perusahaan yang berhimpun
dalam KIKM Jakarta Timur yang beralamat di Jl. Jatinegara Kaum No.3
Jakarta Timur, DKI Jakarta. Namun mayoritas perusahaan tersebut belum
berbadan hukum dan pengelolaan perusahaan pun kebanyakan masih
menerapkan manajemen keluarga seperti Lia Furniture dan Bintang Furniture.
28

Obyek lembaga dan perusahaan yang dikaji/diteliti dalam penelitian ini


adalah sebagai berikut :
1. Koperasi Industri Kayu dan Mebel (KIKM) Jakarta Timur
2. Anggota KIKM Jakarta Timur, yaitu :
a. Kelompok Usaha Menengah : CV. Al-Makmur Furniture, CV Indo
Jati Furniture dan CV Indo Largo Furniture.
b. Kelompok Usaha Kecil : UUT Furniture, Vide Furniture dan Rumpun
Jati Furniture.
c. Kelompok Usaha Mikro : Nabilla Furniture, Say Mandiri Furniture
dan Bintang Furniture.
Alasan pengambilan perusahaan-perusahaan tersebut di atas sebagai
sampel obyek penelitian adalah atas rekomendasi pengurus KIKM Jakarta
Timur karena perusahaan-perusahaan mebel tersebut lebih sehat dan lebih
terbuka untuk perubahan.

Kondisi KIKM
(Pengrajin Mebel)

Strategi Pemasaran

Promosi Pemasaran Langsung Pemasaran Agen

Hasil Pemasaran

Analisis Pengembangan Strategi

Pengembangan Pemasaran

Gambar 1 Skema kerangka pemikiran


29

3.2 Lokasi dan Waktu Kajian


Sentra industri mebel Jakarta Timur berlokasi di daerah Klender Jakarta
Timur dan obyek penelitian berada di Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel
yang berlokasi di Jl. Jatinegara Kaum No.3, Kelurahan Klender, Kecamatan
Duren Sawit, Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan dengan sengaja, alasannya karena di Jakarta Timur merupakan
sentra usaha industri mebel yang bersifat skala kecil dan menengah. Penelitian
ini dilakukan selama tiga bulan, mulai dari bulan Maret-Mei 2009.

3.3 Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
bersumber dari pengurus KIKM Jakarta Timur, pengrajin mebel (owner) dan
karyawan perusahaan mebel. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber
dari Departemen Perdagangan, Departemen Koperasi dan UKM, Badan
Pengembangan Ekspor Nasional, Badan Pusat Statistik serta perusahaan
sejenis.
a. Data Primer
Data primer bersumber langsung dari pengurus KIKM Jakarta Timur dan
pelaku usaha/pengrajin mebel yang didapatkan dengan melakukan
kunjungan langsung dan melakukan wawancara mendalam dengan alat
bantu kuesioner. Data primer yang diambil mengenai karakteristik
Narasumber (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman berusaha
dalam bidang mebel), penawaran dan permintaan, pangsa pasar, nilai
tambah, kinerja keuangan, rasio keuangan, teknik pemasaran dan biaya
pemasaran yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal
dan eksternal perusahaan yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
b. Data Sekunder
Data sekunder sebagai data pendukung diperoleh/dikumpulkan melalui
cara penulisan literatur, pencatatan buku laporan tahunan tentang catatan
pemasaran dan strategi pemasaran. Selain itu, data yang dikumpulkan
melalui buku-buku, tulisan dan literatur media cetak maupun media
elektronik (internet), instansi/lembaga terkait seperti Departemen
30

Perdagangan, Departemen Koperasi dan UKM, Badan Pengembangan


Ekspor Nasional, Badan Pusat Statistik dan sumber lain yang mendukung.
Obyek penelitian terbagi kedalam dua kelompok, yaitu (1) KIKM
Jakarta Timur sebagai wadah bagi perusahaan, dan (2) Perusahaan sebagai
anggota KIKM Jakarta Timur. Dari KIKM Jakarta Timur tersebut ditentukan
tiga orang Narasumber yang ditetapkan secara sengaja, yang terdiri dari ketua
KIKM Jakarta Timur, salah satu wakil ketua dan karyawan KIKM Jakarta
Timur.
Obyek penelitian perusahaan mebel dibagi menjadi tiga kelompok
berdasarkan spesifikasi dan klasifikasi usaha, yaitu :
1. Kelompok Usaha Menengah
Dari kelompok usaha menengah diambil tiga perusahaan sebagai obyek
penelitian yang ditentukan secara sengaja, yaitu (1) CV Al-Makmur Jaya
Furniture, (2) CV Indo Jati Furniture dan (3) CV Indo Largo Furniture.
Dari masing-masing perusahaan dipilih secara sengaja sebanyak tiga orang
narasumber yang terdiri dari (1) pemilik perusahaan, (2) manajer
pemasaran dan (3) satu karyawan perusahaan, sehingga total narasumber
pada kelompok usaha menengah berjumlah sembilan orang narasumber.
Seluruh narasumber diwawancarai secara mendalam dengan bantuan
kuesioner yang dipersiapkan sebelumnya.
2. Kelompok Usaha Kecil
Dari kelompok ini diambil tiga perusahaan sebagai obyek penelitian, yaitu
(1) UUT Furniture, (2) Vide Furniture dan (3) Rumpun Jati Furniture
untuk diambil masing-masing sebanyak tiga orang narasumber yang terdiri
dari pemilik perusahaan, manajer pemasaran dan salah satu karyawan
perusahaan, sehingga total narasumber pada kelompok usaha kecil
berjumlah sembilan orang narasumber. Seluruh narasumber diwawancarai
secara mendalam dengan bantuan kuesioner yang dipersiapkan sebelumnya.
3. Kelompok Usaha Mikro
Dari kelompok ini diambil tiga perusahaan sebagai obyek penelitian yaitu
(1) Nabilla Furniture, (2) Say Mandiri Furniture dan (3) Bintang Furniture
untuk diambil masing-masing sebanyak tiga orang narasumber yang terdiri
31

dari pemilik perusahaan, manajer pemasaran dan salah satu karyawan


perusahaan, sehingga total narasumber pada kelompok usaha mikro
berjumlah sembilan orang narasumber. Narasumber diwawancarai secara
mendalam dengan bantuan kuesioner yang dipersiapkan sebelumnya.
Pengambilan contoh perusahaan di atas pada kelompok masing-masing
adalah atas rekomendasi pengurus KIKM Jakarta Timur karena perusahaan-
perusahaan mebel tersebut lebih terbuka untuk perubahan.
Dari keterangan di atas, maka diperoleh tiga orang narasumber dari
KIKM Jakarta Timur dan 27 orang narasumber berasal dari sembilan
perusahaan berbeda, sehingga jumlah total narasumber dalam penelitian ini
adalah sebanyak 30 orang narasumber. Dari seluruh narasumber yang
terwakili diwawancarai secara mendalam dengan alat bantu kuesioner yang
telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan demikian diharapkan diketahui sejauh
mana kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi oleh
KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel dalam pengembangan strategi
pemasaran pada sentra industri mebel Jakarta Timur.

3.4 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu :
1. Analisis Deskripsi
Dalam penelitian ini diidentifikasi pengelolaan strategi usaha yang
telah diterapkan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel pada sentra
industri mebel di Jakarta Timur yang meliputi analisis pemasaran,
perencanaan pemasaran, implementasi pemasaran, pengendalian
pemasaran dan strategi pemasaran.
Data yang terkumpul dianalisis sesuai dengan pertanyaan yang ingin
dijawab dan mencapai tujuan penelitian. Untuk itu, semua data baik data
sekunder maupun data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam
melalui kuesioner, diorganisir dan disusun. Setelah tersusun kemudian
dilakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang ditemukan
tersebut.
32

Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi sistem strategi pemasaran


yang ada pada sentra industri mebel ini dilakukan dengan pendekatan
deskripsi kualitatif. Data yang diperoleh dari KIKM Jakarta Timur dan
perusahaan mebel, kemudian dilihat sejauhmana pelaksanaan dan
pengaruhnya di lapangan. Dengan mendeskripsikan pelaksanaan strategi
pemasaran pada industri mebel tersebut, juga diketahui mengenai
bagaimanakah mengidentifikasi dan mengevaluasi strategi pemasaran
yang dilakukan.
2. Analisis Marketing Strategic
Untuk mengetahui berbagai aspek strategi pemasaran yang
digunakan oleh KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel pada sentra
industri mebel di Jakarta Timur, maka diperlukan analisis marketing
strategic yang meliputi penawaran dan permintaan (keadaan dan prospek
pasar dan tingkat penawaran dan permintaan), pangsa pasar (tingkat
penguasaan pasar, struktur penjualan dan lingkup pemasaran lokal
termasuk peluang untuk pasar ekspor), nilai tambah (jenis-jenis produk,
nilai tambah produk dan limbah produk), kinerja keuangan (analisis neraca
dan rugi/laba perusahaan), financial/rasio keuangan (rasio likuiditas, rasio
hutang, rasio aktivitas dan rasio keuntungan), teknik pemasaran (analisis
bauran pemasaran dan analisis strategi pemasaran) dan biaya pemasaran.
Data yang terkumpul dianalisis sesuai dengan pertanyaan yang ingin
dijawab dan untuk mencapai tujuan penelitian. Data yang diperoleh dari
KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel menjadi dasar untuk
merumuskan strategi operasional yang tepat bagi sentra industri mebel di
Jakarta Timur agar tetap eksis dan berkembang.
3. Analisis SWOT
Analisis SWOT dilakukan untuk memformulasikan strategi yang harus
diterapkan KIKM Jakarta Timur dan perusahaan mebel, analisis ini
menggolongkan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan
sebagai faktor kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities) dan ancaman (threats).
33

Profil kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman ini diperoleh


melalui identifikasi terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi strategi
perusahaan (Rangkuti, 2008). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar
2 di bawah ini.

BERBAGAI PELUANG

3. Mendukung strategi turn-around 1. Mendukung strategi agresif

KELEMAHAN KEKUATAN
INTERNAL INTERNAL

4. Mendukung strategi defensif 2. Mendukung strategi diversifikasi

BERBAGAI ANCAMAN

Gambar 2 Diagram analisis SWOT

Dari Gambar 2 diagram analisis SWOT di atas dapat digambarkan


tentang situasi dan strategi apa yang harus dilakukan oleh perusahaan
sebagaimana di jelaskan di bawah ini, yaitu :
Kuadran I : Ini merupakan situasi yang menguntungkan. Perusahaan tersebut
memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan
peluang yang ada. Strategi yang diterapkan dalam kondisi ini
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih
memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus
diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi
(produk/pasar).
Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi
di lain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.
Fokus strategi ini yaitu meminimalkan masalah internal
34

perusahaan sehingga dapat merebut pasar yang lebih baik (turn


around).
Kuadran IV: Pada kuadran ini merupakan situasi yang sangat tidak
menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai
ancaman dan kelemahan internal. Fokus strategi yaitu
melakukan tindakan penyelamatan agar terlepas dari kerugian
yang lebih besar (defensive)

Kekuatan merupakan sumber daya, keterampilan atau keunggulan-


keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang
dilayani atau ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi
khusus (distinctive competente) yang memberikan keunggulan komparatif
bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya
keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok
dan faktor-faktor lain.
Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber
daya, keterampilan dan kemauan yang dapat menghambat kinerja efektif
perusahaan. Sumber-sumber kelemahan tersebut dapat meliputi fasilitas,
sumberdaya keuangan, kemampuan manajemen, keterampilan pemasaran
dan citra produk.
Peluang merupakan situasi penting yang menguntungkan dalam
lingkungan industri. Perkembangan trend merupakan salah satu sumber
peluang. Dalam hal ini, identifikasi segmen pasar yang terabaikan,
perubahan situasi persaingan atau peraturan, perubahan teknologi dan
membaiknya hubungan antara pembeli dengan pemasok dapat
memberikan peluang bagi perusahaan.
Ancaman merupakan suatu situasi penting yang tidak
menguntungkan dalam lingkungan industri. Ancaman merupakan
pengganggu utama bagi posisi perusahaan. Masuknya pesaing baru,
lambatnya pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar
pembeli atau pemasok utama, perubahan teknologi dan peraturan baru
yang direvisi dapat menjadi ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
35

Data yang diperoleh merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang


diolah dengan bantuan Komputer Program Microsoft Excel, disajikan
dalam bentuk tabulasi untuk menyusun sasaran yang merupakan prioritas
bagi perusahaan. Analisis kualitatif dilakukan untuk menjelaskan secara
manajerial hasil dari matriks IFE, EFE, IE dan SWOT. Analisis secara
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan matriks IFE, EFE dan IE.
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam menghadapi lingkungan internal dan eksternal dengan
cara mendapatkan angka yang menggambarkan kondisi perusahaan
terhadap kondisi lingkungannya.

3.4.1 Matriks IFE dan EFE


Setelah faktor-faktor internal dan eksternal perusahaan diketahui,
maka langkah selanjutnya adalah menyusun matriks IFE dan EFE. Matriks
IFE dan EFE yang akan disusun memberikan informasi faktor-faktor yang
mempengaruhi atau kurang mempengaruhi perusahaan dalam lingkungan
internal dan eksternal dengan cara mendapatkan angka yang
menggambarkan kondisi perusahaan terhadap kondisi lingkungannya.
Matriks IFE dan EFE diolah dengan menggunakan beberapa langkah
sebagai berikut (Rangkuti, 2008) :
1. Mengidentifikasi Faktor Internal dan eksternal perusahaan
Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor
internal, yaitu dengan mendaftarkan semua kelemahan dan kekuatan
organisasi. Kekuatan diidentifikasi terlebih dahulu, baru kemudian
perlu dikenali kelemahan organisasi atau perusahaan. Daftar dibuat
spesifik dengan menggunakan persentase, rasio atau angka
perbandingan. Faktor eksternal perusahaan diidentifikasi dengan
mendata semua peluang dan ancaman organisasi atau perusahaan.
Data eksternal perusahaan diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dengan menggunakan kuesioner dengan pihak pelaku
usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur serta
data penunjang lainnya. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas
36

menjadi faktor penentu internal dan eksternal yang selanjutnya


diberikan bobot dan rating.
2. Penentuan Bobot Setiap Peubah
Penentuan bobot dilakukan dengan jalan mengajukan identifikasi
faktor-faktor strategis eksternal dan internal tersebut kepada pihak
manajemen atau pakar dengan menggunakan metode Paired
Comparison (Kinnear dan Taylor, 1991). Metode tersebut digunakan
untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu
internal dan eksternal.
Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan skala 1, 2 dan 3.
Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah:
1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 : Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal.
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3
Tabel 2. Penilaian bobot faktor strategi internal perusahaan
Faktor Strategis Internal A B C ... Total Bobot

A
B
C
...
Total

Tabel 3. Penilaian bobot faktor strategi ekternal perusahaan


Faktor Strategis Eksternal A B C ... Total Bobot

A
B
C
...
Total

Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai rataan


(tiga orang pakar) dari setiap peubah terhadap jumlah nilai keseluruhan
peubah dengan menggunakan rumus (Kinnear dan Taylor, 1991) :
37

xi
ai = n

∑ xi
i =1

dimana :
a i = Bobot peubah ke-i
x i = Nilai peubah ke-i
i = 1, 2, 3, ..., n
n = Jumlah peubah

3. Penentuan Peringkat (Rating)


Penentuan peringkat (rating) oleh manajemen atau pakar dari
perusahaan yang dianggap sebagai decision maker dilakukan terhadap
peubah-peubah dari hasil analisis situasi perusahaan. Untuk mengukur
pengaruh masing-masing peubah terhadap kondisi perusahaan
digunakan nilai peringkat dengan skala 1, 2, 3 dan 4 terhadap masing-
masing faktor strategis peluang yang menandakan seberapa efektif
strategi perusahaan saat ini, dimana untuk matriks EFE skala nilai
peringkat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1 = Rendah, respons kurang
2 = Sedang, respons sama dengan rata-rata
3 = Tinggi, respons di atas rata-rata
4 = Sangat tinggi, respons superior
Untuk faktor-faktor ancaman merupakan kebalikan dari faktor
peluang, dimana skala 1 (satu) berarti sangat tinggi, respons superior
terhadap perusahaan. Skala 4 (empat) berarti rendah, respons kurang
terhadap perusahaan.
Untuk matriks IFE, skala nilai peringkat yang digunakan pada
kolom rating dengan skala 1-4, pada masing-masing faktor internal
yang ada dalam KIKM Jakarta Timur dan setiap perusahaan pada sentra
industri mebel dengan keadaan saat ini. Skala nilai peringkat yang
digunakan yaitu :
1 = sangat lemah 3 = cukup kuat
2 = tidak begitu lemah 4 = sangat kuat .
38

Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan nilai rataan


peringkat pada tiap-tiap faktor dan semua hasil kali tersebut dijumlahkan
secara vertikal untuk memperoleh total skor pembobotan. Hasil
pembobotan dan peringkat (rating) berdasarkan analisis situasi perusahaan
dimasukkan dalam Tabel 4 dan Tabel 5.
Nilai IFE dikelompokkan dalam posisi kuat (3,0-4,0), posisi rata-
rata (2,0-2,99) dan posisi lemah (1,0-1,99). Sedangkan nilai-nilai EFE
dikelompokkan dalam posisi tinggi (3,0-4,0), posisi sedang (2,0-2,99) dan
posisi rendah (1,0-1,99) (Umar, 2008).
Tabel 4. Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix)
Faktor Strategis Ekternal Bobot Rating Skor Pembobotan
(Bobot x Rating)
A. Peluang:
1. .............. 1. ......... 1. ..........
2. .............. 2. ......... 2. ..........
Jumlah (A)
B. Ancaman:
1. ................. 1. .......... 1. ..........
2. ................. 2. .......... 2. ..........
Jumlah (B)
Total (A+B)

Tabel 5. Matriks IFE (Internal Factor Evaluation Matrix)


Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Pembobotan
(Skor x Rating)
A. Kekuatan:
1. ................ 1. .......... 1. ..........
2. ................ 2. .......... 2. ..........
Jumlah (A)
B. Kelemahan:
1. ................... 1. .......... 1. ..........
2. …………... 2. …….. 2. ..........
Jumlah (B)
Total (A+B)

3.4.2 Matriks Internal Eksternal (Matriks IE)


Matriks internal-eksternal digunakan meliputi parameter kekuatan
internal perusahaan dan pengaruh eksternal yang dihadapi perusahaan.
Setelah membuat matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah
39

menyusun pemetaan dari total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari
eksternal dan internal perusahaan. Matriks ini didasarkan pada dua
dimensi, yaitu total skor IFE pada sumbu total skor EFE dibagi tiga
kategori, yaitu : 1,0-1,99 menunjukkan posisi eksternal lemah; 2,0-2,99
menunjukkan posisi eksternal rata-rata dan 3,0-4,0 menunjukkan kondisis
eksternal yang kuat.
Matriks IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai
implikasi strategi yang berbeda. Ketiga daerah tersebut sebagaimana
dijelaskan di bawah ini, yaitu :
1) Daerah 1 meliputi sel I, II, atau IV termasuk dalam daerah grow and
build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif,
misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan
produk dan strategi integratif seperti integrasi horizontal dan integrasi
vertikal.
2) Daerah 2 meliputi sel I, III, V atau VII, strategi yang paling tepat pada
daerah ini adalah strategi hold and maintain misalnya penetrasi pasar
dan pengembangan produk.
3) Daerah 3 meliputi sel VI, VIII atau IX adalah daerah harvest and
divestiture.
Skor Total IFE
Kuat Rata-rata Lemah
3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi
I II
III 3,0-4,0

3,0 Grow dan Build Grow dan Build Hold dan Maintain
Sedang
IV V VI
2,0-2,99
Harvest atau
2,0 Grow dan Build Hold dan Maintain
Divestiture
VII VIII IX
Rendah

Harvest atau Harvest atau


1,0 Hold dan Maintain 1,0-1,99
Divestiture Divestiture

Gambar 3 Diagram model matriks internal-eksternal


Sumber : Umar, 2008
40

3.4.3 Matriks SWOT


Alat yang digunakan dalam menyusun faktor-faktor strategis
perusahaan adalah matriks SWOT. Tahapan-tahapan dalam pembentukkan
matriks SWOT adalah sebagai berikut :
1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan
2. Menentukan faktor-faktor ancaman ekternal perusahaan
3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan
4. Menentukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan
5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi S-O
6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk
mendapatkan strategi W-O
7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk
mendapatkan strategi S-T
8. Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal
mendapatkan strategi W-T.
Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan internal yang dimiliki perusahaan. Matriks ini dapat menghasilkan
empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6 Matriks SWOT

IFE STRENGTH (S) WEAKNESSES (W)


(Tentukan 5-10 faktor (Tentukan 5-10 faktor
EFE kekuatan internal) kelemahan internal)

OPPORTUNITIES (O) Strategi S-O Strategi W-O


(Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
peluang eksternal) menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk memanfaatkan kelemahan untuk
peluang memanfaatkan peluang

THREATS (T) Strategi S-T Strategi W-T


(Tentukan 5-10 faktor Ciptakan strategi yang Ciptakan strategi yang
ancaman eksternal) menggunakan kekuatan meminimalkan
untuk mengatasi ancaman kelemahan dan
menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2008


41

Berdasarkan Matriks SWOT di atas, maka didapatkan empat langkah


strategi yaitu sebagai berikut :
1. Strategi S-O (Strengths-Opportunities), strategi ini dibuat berdasarkan
jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan
untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi S-O
menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang
eksternal.
2. Strategi S-T (Strenghts-Threats), strategi ini menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. Strategi S-T menggunakan
kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal.
3. Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), strategi ini diterapkan
berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada. Strategi W-O bertujuan untuk memperbaiki
kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal.
4. Strategi W-T (Weaknesses-Threaths), strategi ini didasarkan pada kegiatan
yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan serta
menghindari ancaman. Strategi W-T bertujuan untuk mengurangi
kelemahan internal dengan menghindari ancaman eksternal.
Matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting untuk
membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi : Strategi S-O
(Strengths-Opportunities), Strategi W-O (Weaknesses-Opportunities), Strategi
S-T (Strengths-Threats), dan Strategi W-T (Weaknesses-Threats).
42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Obyek Kajian


4.1.1 Lokasi dan Kondisi KIKM Jakarta Timur
Sentra industri mebel Jakarta Timur berlokasi di daerah
Kelurahan Klender dan sekitarnya. Sentra industri mebel Jakarta Timur
lebih dikenal dengan “mebel klender” karena mayoritas tempat lokasi
usaha berada di daerah Kelurahan Klender dan sekitarnya. Lokasi
usaha mebel ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan lokasi bahan
material pendukung seperti kasur, busa, kain jok, kaca, fomika, paku
dan kebutuhan material lainnya serta tenaga pengrajin. Hal ini sangat
berpengaruh terhadap kelangsungan proses produksi dan penekanan
biaya penyediaan bahan material pendukung. Keberadaan lokasi usaha
mebel yang berada di pinggir jalan serta mempunyai akses jalan darat,
laut dan udara yang sangat mudah mempunyai nilai lebih bagi
pengrajin, khususnya dalam pemasaran produk sehingga memudahkan
dalam proses pengangkutan produk ke konsumen.
Sentra industri mebel Jakarta Timur (mebel Klender) sudah
berkembang sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang, bahkan
produk mebel sudah dikirim ke negara tersebut. Sejak kemerdekaan
Republik Indonesia usaha mebel wilayah Jakarta Timur berkembang
pesat dengan adanya sentra-sentra mebel di wilayah Kecamatan
Pulogadung, Kecamatan Cakung dan Kecamatan Duren Sawit.
Perkembangan usaha mebel Jakarta Timur yang terbentuk menjadi
sentra mebel menjadikan Jakarta Timur sebagai sentra mebel terbesar
di Provinsi DKI Jakarta, bahkan menurut Lembaga Penelitian dan
Pengembangan (Litbang) harian Kompas sentra mebel ini merupakan
sentra mebel terbesar di Asia Tenggara (KIKM Jakarta Timur, 2006).
Pada umumnya perusahaan-perusahaan dari berbagai sektor
usaha yang bersifat skala kecil berhimpun dalam suatu organisasi atau
koperasi. Hal yang sama terjadi pada perusahaan-perusahaan mebel
Jakarta Timur, dengan banyaknya unit usaha mebel di wilayah Jakarta
Timur ini perlu satu wadah koperasi yang dapat menampung para
43

pengrajin mebel agar dapat berkembang dan bersaing dengan produk-


produk mebel dari negara lain khususnya mebel impor asal China.
KIKM Jakarta Timur adalah sebuah koperasi berbadan hukum
yang bergerak di bidang permebelan yang berfungsi sebagai wadah
yang dapat mempersatukan dan menjembatani para pengrajin mebel
Jakarta Timur agar dapat berkembang sesuai dengan kondisi saat ini.
KIKM Jakarta Timur berdiri pada tanggal 21 Januari 2006 atas
dukungan pemerintah Jakarta Timur, yaitu Suku Dinas Perindustrian
dan Perdagangan. Lokasi KIKM Jakarta Timur ini berada di Gedung
PPIKM Jl. Jatinegara Kaum No.3 Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta.

4.1.2 Keanggotaan dan Permasalahan


Keanggotaan KIKM Jakarta Timur berasal dari para pengrajin
mebel Jakarta Timur mulai dari kelompok usaha menengah, kelompok
usaha kecil dan kelompok usaha mikro. Keanggotaan KIKM Jakarta
Timur bersifat terbuka dan memenuhi syarat Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) KIKM Jakarta Timur. Sejak
pembentukkannya, KIKM Jakarta Timur beranggotakan sekitar 600
pengrajin mebel tetapi sampai saat ini yang aktif dan dibina hanya
sekitar 67 pengrajin mebel. Perusahaan mebel anggota KIKM Jakarta
Timur mayoritas belum berbadan hukum dan pengelolaan perusahaan
kebanyakan masih menerapkan manajemen konvensional/manajemen
keluarga seperti CV Al-Makmur Jaya Furniture, Rumpun Jati
Furniture, Bintang Furniture dan lain-lain.
Permasalahan dan kendala umum yang dihadapi oleh KIKM
Jakarta Timur antara lain : kesulitan pengaturan distribusi bahan baku,
permodalan, pemasaran produk dan administrasi keuangan. Modal
KIKM Jakarta Timur bersumber dari anggota, berupa : (1) simpanan
pokok, (2) simpanan wajib, (3) iuran sukarela, keuntungan usaha dan
(4) unit simpan-pinjam.
Seiring dengan perjalanannya, KIKM Jakarta Timur telah
menjalin hubungan kerjasama dengan pihak pemerintah Jakarta Timur,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan pihak swasta, antara lain :
44

Suku Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Suku Dinas Koperasi dan


UKM Jakarta Timur, Bank Indonesia, Asmindo, Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (Jamsostek) dan PT Propan Raya. Hubungan kerjasama ini
dalam rangka pembinaan dan pelatihan bagi pengrajin mebel yang
bertujuan untuk menunjang perkembangan usaha anggota KIKM
Jakarta Timur, terutama pelatihan mendesain produk, pengerjaan akhir
(finishing), manajemen produksi dan pemasaran serta manajemen
administrasi dan keuangan.

4.1.3 Visi dan Misi KIKM Jakarta Timur


Visi KIKM Jakarta Timur adalah meningkatkan kesejahteraan, harkat
dan martabat pengrajin/pelaku usaha kayu dan mebel. Dengan misi :
“menjadikan KIKM Jakarta Timur sebagai wadah pemersatu dan
pengembangan usaha perkayuan dan permebelan di Jakarta Timur.”

4.1.4 Struktur Organisasi KIKM Jakarta Timur


Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-
mekanisme formal bagaimana pengelolaan sebuah organisasi. Struktur
organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-
posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas,
wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam suatu
organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja,
standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam
pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.
Kepengurusan dalam struktur organisasi KIKM Jakarta Timur
terbagi tiga bagian, yaitu : (1) Badan Pengawas (BP) yang terdiri dari:
satu orang ketua, satu orang sekretaris dan satu orang bendahara. Badan
ini bertugas untuk mengawasi seluruh kegiatan operasional KIKM
Jakarta Timur, (2) Pengurus Harian (PH) yang berjumlah 26 orang
terdiri dari : satu orang ketua umum, empat orang wakil ketua, 16 orang
kordinator bidang yang meliputi bidang organisasi dan keanggotaan,
pendidikan dan pelatihan, humas/promosi, hukum dan kesejahteraan
anggota, hubungan antar instansi, pemasaran dan pameran, bahan baku
45

dan produksi, permodalan dan investasi, satu orang sekretaris, satu


orang wakil sekretaris, satu orang bendahara, satu orang wakil
bendahara dan (3) Pengurus unit Usaha Simpan Pinjam (USP) yang
beranggotakan dua orang (KIKM Jakarta Timur, 2006).
Pimpinan tertinggi KIKM Jakarta Timur terdapat pada rapat
anggota dan dipegang oleh seorang ketua umum yang bertanggung
jawab atas kegiatan operasional dengan membawahi wakil-wakil ketua.
Jika dilihat dari struktur yang ada, KIKM Jakarta Timur menerapkan
struktur organisasi berdasarkan fungsional. Ketua umum membawahi
wakil-wakil ketua, seperti wakil ketua bidang operasional maupun
wakil ketua bidang pemasaran dan langsung membawahi kordinator
bidang dan anggota sesuai dengan bidang masing-masing. Sedangkan
karyawan berfungsi sebagai pelaksana tugas operasional yang real dan
berkoordinasi langsung dengan ketua, wakil ketua maupun kordinator
bidang sesuai kebutuhan. Struktur organisasi KIKM Jakarta Timur
dapat dilihat pada Lampiran 26.

4.1.5 Sumberdaya Manusia KIKM Jakarta Timur


Pengurus KIKM Jakarta Timur seluruhnya berjumlah 31 orang
yang terdiri dari tiga orang badan pengawas, 26 pengurus harian, dua
orang pengurus unit simpan pinjam. Selain itu, KIKM Jakarta Timur
dibantu dengan 12 orang karyawan, yang terdiri dari tiga orang operator
komputer sekaligus bagian administrasi dan keuangan, empat orang
bagian kebersihan, empat orang bagian keamanan dan satu orang sopir.
Sumberdaya manusia yang dimiliki KIKM Jakarta Timur berlatar
belakang umur dan tingkat pendidikan yang berbeda, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Tingkat pendidikan SDM KIKM Jakarta Timur
KIKM Jakarta Timur
No. Uraian Badan Pengurus Pengurus Karyawan Jumlah
(Pendidikan) Pengawas Harian USP (orang) (orang)
(orang) (orang) (orang)
1 SD dan SMP 0 0 0 2 2
2 SMU 0 4 1 9 14
3 D3 dan Sarjana 3 22 1 1 27
TOTAL 3 26 2 12 43
46

Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa SDM KIKM Jakarta Timur


adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi, dimana hampir 70
persen pengurusnya berpendidikan diploma (D3) dan sarjana (S1)
sehingga diharapkan dapat mengembangkan KIKM Jakarta Timur
dengan baik.
Selain tingkat pendidikan, umur pengurus KIKM Jakarta Timur
juga sangat menentukan kemajuan KIKM Jakarta Timur sebagaimana
ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Tingkat umur SDM KIKM Jakarta Timur
KIKM Jakarta Timur
No. Uraian Badan Pengurus Pengurus Karyawan Jumlah
umur Pengawas Harian USP (orang) (orang)
(tahun) (orang) (orang) (orang)
1 30-39 0 2 0 2 4
2 40-50 1 17 2 9 29
3 >50 2 7 0 1 10
TOTAL 3 26 2 12 43

Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa SDM KIKM Jakarta Timur


adalah orang-orang yang berada pada usia produktif, dimana lebih dari
60% pengurusnya berumur di antara 40-50 tahun sehingga diharapkan
dapat menjalankan dan mengembangkan KIKM Jakarta Timur dengan
baik.

4.1.6 Perkembangan Usaha dan Pemasaran


Perkembangan usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta
Timur di bawah binaan KIKM Jakarta Timur tergantung dari modal
usaha yang dimiliki, yang bersumber dari:
a) Milik sendiri yaitu harta milik perusahaan/usaha sendiri tanpa ada
kontribusi/partisipasi dari perusahaan/orang lain. Untuk usaha yang
modalnya berasal dari dua orang atau lebih dan orang tersebut ikut
serta dalam pengelolaan usaha, dimasukkan sebagai modal sendiri.
b) KIKM Jakarta Timur yaitu selain modal usaha yang terbatas
pengrajin mendapat bantuan permodalan dari KIKM Jakarta Timur
melalui USP.
c) Bank yaitu instansi ekonomi dimana pengrajin mebel mendapat
bantuan tambahan modal usaha, dengan agunan tertentu atau Surat
47

Perintah Kerja (SPK). Biasanya hal ini dilakukan apabila pengrajin


mendapat proyek yang nilainya besar, misalnya proyek pengadaan
mebeler dari kantor-kantor pemerintahan, apartemen, sekolah dan
kompleks perumahan.
d) Lembaga keuangan bukan bank seperti pegadaian, leasing dan
lembaga kredit (perorangan maupun perusahaan). Lembaga
keuangan ini biasanya dipakai oleh pengrajin kelompok usaha
mikro.
Selain modal usaha, perkembangan usaha ini sangat ditentukan
oleh pangsa pasarnya sendiri. Salah satu kendala dari pelaku
usaha/pengrajin mebel ini adalah memasarkan dan mempromosikan
hasil produknya. Untuk itu, KIKM Jakarta Timur membantu pelaku
usaha/pengrajin mebel memasarkan produk dengan berbagai cara,
antara lain :
1. Mengadakan pameran dan promosi bulanan di gedung PPIKM
Jakarta Timur, seperti pameran Separo Harga dan Festival Klender.
2. Mengadakan pameran di luar gedung PPIKM bekerjasama dengan
pemerintah Pusat, pemerintah Provinsi DKI Jakarta, BUMN,
Asmindo dan pihak swasta seperti pameran di gedung Depok Town
Square, Jakarta Convention Center (JCC), Mall Bekasi, gedung
UKM Tanah Abang, galeri UKM Smessco dan gedung Deperindag.
3. Mengikuti tender maupun lelang di kantor-kantor pemerintahan,
BUMN dan perusahaan swasta seperti pengadaan mebel di
Departemen Dalam Negeri (Depdagri), Depdag, Departemen
Perindustrian (Deperin ), BNI, Metro TV, apartemen dan lain-lain.
4. Mengadakan penjualan langsung secara kredit kepada masyarakat
dengan berbagai kemudahan, seperti penurunan harga (discount)
pada produk-produk mebel tertentu.
Untuk dapat menembus pasar ekspor KIKM Jakarta Timur
mengikutsertakan pengrajin mebel/pelaku usaha mengikuti pameran-
pameran besar tingkat Nasional maupun Internasional, seperti
Pameran Produk Indonesia (PPI) setiap tahun, Smessco, Indonesian
48

Handy Craft, Internasional Furniture & Craft Fair Indonesia


(IFFINA) dan pameran-pameran di luar negeri seperti Singapura,
Malaysia, Bruneidarussalam, Amerika Serikat, Eropa dan negara-
negara Timur Tengah.
Di samping itu, untuk menunjang pemasaran yang lebih baik
KIKM Jakarta Timur juga bekerjasama dengan pemerintah daerah
Jakarta Timur, BI, Asmindo, BUMN dan PT Propan Raya untuk
mengadakan pelatihan dan seminar kepada pelaku usaha/pengrajin
mebel yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kualifikasinya, yaitu:
a. Pelatihan Pelayanan : pelatihan ini berupa latihan kerja,
penerangan/pengelolaan umum dan atas keterampilan produksi
yang diberikan dan dilakukan dengan tujuan meningkatkan
keterampilan atau kemampuan berusaha yang berhubungan
dengan usaha mebel.
b. Pelatihan Manajerial : pelatihan ini dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan pelaku usaha/pengrajin mebel dalam
pengelolaan usahanya secara umum.
c. Pelatihan Teknik Produksi : pelatihan ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan keterampilan para pengrajin dalam
teknik produksi, misalnya: mendesain produk mebel, keterampilan
pertukangan, teknik finishing produk mebel, pemanfaatan limbah
kayu dan lain-lain.
d. Pelatihan administrasi dan keuangan : pelatihan ini bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan administrasi
dan sistem keuangan perusahaan yang baik dan benar.
e. Pelatihan Pemasaran : pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang pemasaran, seperti cara mempelajari
kebutuhan dan keinginan konsumen, cara melakukan penjualan
dan promosi yang baik dan benar.
f. Kemitraan : pelatihan ini bertujuan untuk merangsang para
pengrajin/pelaku usaha mebel kerjasama dengan usaha menengah
dan usaha besar dalam rangka meningkatkan usahanya.
49

Adapun pelatihan-pelatihan yang sudah diadakan KIKM


Jakarta Timur bekerjasama dengan pihak ketiga, antara lain : (a)
pendidikan dan pelatihan pemanfaatan limbah mebel oleh Sudin
Perindag Jakarta Timur, (b) pelatihan teknis ukir oleh Sudin Perindag
Jakarta Timur, (c) pelatihan ukir Jepara selama empat hari oleh Balai
Kerajinan Dinas Perindag DKI Jakarta, (d) pelatihan peningkatan
mutu finishing oleh Balai Kerajinan Perindag DKI Jakarta, (e)
pelatihan finishing oleh PT Propan Raya, (f) pelatihan Klaster mebel
oleh BI, (g) pelatihan desain oleh Perindag DKI Jakarta dan (h)
pelatihan desain oleh Sudin Koperasi dan UKM Jakarta Timur
sekaligus studi banding ke Asmindo se JABOTABEK dan pabrik
mebel Tunggul Laras, Bekasi.
Selain mengadakan pelatihan bagi pelaku usaha/pengrajin
mebel KIKM Jakarta Timur juga ikut serta dalam acara-acara seminar
yang berkaitan dengan usaha mebel, seperti seminar ISO 2001,
seminar ekspor mebel, seminar gugus kendali mutu dan seminar-
seminar lain yang terkait dengan mebel dan pemasarannya.
Kegiatan pelatihan dan seminar ini diharapkan agar para
pengrajin/pelaku usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta
Timur khususnya yang bergabung dalam KIKM Jakarta Timur lebih
bisa memahami tentang manajemen perusahaan, desain produk,
finishing produk, mutu produk, akses pemasaran yang lebih luas
termasuk untuk ekspor, akses permodalan, kerjasama/kemitraan dan
lain-lain. Dengan demikian usaha-usaha mebel pada sentra industri
mebel Jakarta Timur ini tetap bisa eksis dan survive dalam krisis.
Selain itu, KIKM Jakarta Timur telah menjalin hubungan
kerjasama dengan pihak ketiga, antara lain: (a) BI melalui klaster
mebel, (b) JAMSOSTEK melalui bantuan peralatan mebel dan
bantuan pinjaman lunak dan (c) Bank Syariah Mandiri, BRI, BNI,
Bank DKI dan Bank Bukopin untuk tambahan modal usaha anggota
KIKM. Kerjasama KIKM Jakarta Timur dengan JAMSOSTEK dan
perbankan baru tahap penjajakan dan belum membuahkan hasil.
50

4.2 Kondisi Umum Perusahaan


4.2.1 Profil Usaha
Usaha mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur
mayoritas dijalankan dalam skala industri kecil atau industri rumah
tangga (home industry) dan telah berkembang cukup lama. Kegiatan
usaha mebel ini mulai dirintis tahun 1960an yang berawal dari
ketertarikan beberapa perintis usaha mebel yang banyak dijual di
Jakarta Timur, sementara Jakarta Timur bukan merupakan daerah
potensi untuk memperoleh bahan baku mebel. Sejak awal
berkembangnya sekitar tahun 1970an, usaha mebel Jakarta Timur
berkembang pesat terutama pada sentra mebel wilayah Kecamatan
Pulogadung, Kecamatan Cakung dan Kecamatan Duren Sawit yang
juga dikenal dengan mebel Klender. Sejak tahun 1980an sentra
industri mebel Jakarta Timur mulai diminati pelaku usaha yang datang
dari berbagai daerah terutama dari Jawa Tengah.
Seiring dengan perkembangannya, mulai tahun 1990an sampai
tahun 2000an sebagian pengrajin mebel sudah mulai merambah pasar
internasional (pasar ekspor) dengan kualifikasi khusus seperti: kursi
tamu, sofa kayu, lemari, kursi dan meja makan dan lain-lain. Produk
utama pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur
adalah mebel yang terbuat dari bahan kayu, baik kayu Jati maupun
kayu Mahoni.
Pada tahun 2008, jumlah pelaku usaha/pengrajin mebel di
Jakarta Timur diperkirakan sekitar 2000 pengrajin dengan menyerap
tenaga kerja lebih dari 30.000 orang. Menurut data dari KIKM Jakarta
Timur pengrajin mebel yang terdaftar di KIKM Jakarta Timur tidak
lebih dari 200 unit usaha, sementara pengrajin mebel yang aktif dan
dibina KIKM Jakarta Timur hanya 67 unit usaha, selebihnya tidak
terdaftar dan berdiri sendiri (KIKM Jakarta Timur, 2006). Daftar
pengrajin mebel binaan KIKM Jakarta Timur dapat dilihat pada
Lampiran 27.
51

4.2.2 Karakteristik Perusahaan


Karakteristik usaha mebel pada Sentra industri mebel Jakarta
Timur terkenal dengan keanekaragaman produk yang ada, mulai dari
produk setengah jadi, produk jadi dan beraneka ragam asesoris serta
menjual produk-produk mebel seni ukir yang berasal dari Jepara.
Selain itu, bahan baku yang dipakai juga beraneka ragam jenis dan
asal yang berbeda, seperti kayu Mahoni, kayu Jati yang berasal dari
Jawa Tengah dan Jawa Timur serta kayu yang berasal dari Kalimantan
dan Papua. Hal ini sangat berbeda dengan industri mebel seni ukir
Jepara yang mempunyai karakteristik khusus, yaitu produksi mebel
seni ukir Jepara.
Selain itu, rendahnya mutu SDM yang dimiliki, keterbatasan
bahan baku, keterbatasan teknologi produksi yang mengakibatkan
produktivitas rendah dan rendahnya mutu produk, kesulitan dalam
akses permodalan terutama dari sumber-sumber keuangan yang
formal, kurangnya akses pemasaran, pengetahuan tentang pasar
ekspor masih lemah, belum ada kejelasan standardisasi produk yang
sesuai dengan keinginan konsumen, lemahnya quality control
terhadap produk, tidak terorganisir dalam jaringan dan kerjasama yang
baik serta masih lemahnya keinginan untuk menjalin hubungan
kerjasama (kemitraan) dengan usaha menengah atau usaha besar.

4.2.3 Pola Manajemen Perusahaan


Pada umumnya pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra
industri mebel di Jakarta Timur masih menerapkan pola manajemen
konvensional atau manajemen keluarga. Pengelolaan manajamen
perusahaan yang diterapkan masih jauh dengan penerapan pada
perusahaan pada umumnya (manajemen modern) terutama yang
berkaitan dengan administrasi dan keuangan, strategi pemasaran,
desain produk, dan finishing produk. Keuangan perusahaan
dikendalikan oleh owner dengan sistem “satu kantong” sehingga tidak
jelas antara uang perusahaan dan uang keluarga. Oleh karena itu,
KIKM Jakarta Timur telah bekerjasama dengan pihak lain
52

mengadakan pelatihan yang bertujuan untuk menata dan membenahi


pola manajemen yang diterapkan selama ini. Kebijakan kegiatan ini
dianggap penting dengan beberapa alasan, antara lain :
1. Potensi sumberdaya alam (SDA) dan SDM yang besar bagi
kelangsungan kegiatan usaha produksi mebel, terutama dari
kenyataan bahwa produksi mebel sudah menjadi bagian kegiatan
utama masyarakat di Jakarta Timur khususnya Kecamatan Duren
Sawit dan Kecamatan Jatinegara.
2. Pangsa pasar relatif stabil dan luas sehingga peluang keuntungan
yang diperoleh semakin terbuka.
3. Pemasaran mebel masih terbuka luas, secara umum dapat
dilakukan ke luar kota serta berpeluang ekspor ke beberapa negara,
sehingga membuka peluang bagi perbankan untuk semakin ikut
berperan dalam dukungan pinjaman modal usaha.
4. Upaya meningkatkan lapangan kerja yang diharapkan mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pengembangan potensi
ekonomi khususnya di daerah Jakarta Timur.

4.2.4 Aspek Produksi


4.2.4.1 Bahan Baku
Bahan baku kayu yang digunakan pelaku usaha/pengrajin
mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur terdiri dari dua
bagian, yaitu :
1. Bahan baku utama
Bahan baku utama yang digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan mebel adalah dari kayu daun lebar (hard wood),
seperti kayu Jati, kayu Mahoni, kayu Syukai, kayu Kruing
dan jenis kayu komersial lainnya. Bahan baku utama
pembuatan mebel berasal dari berbagai daerah, yaitu
Kabupaten Pati, Blora, Jepara, Sumatera, Kalimantan dan
sebagian dari Papua.
Pelaku usaha/pengrajin mebel memperoleh bahan baku
utama melalui pihak ketiga (agen) di pangkalan kayu/material
53

yang sudah dipotong sesuai dengan kebutuhan


(gelondongan/kayu bulat). Jarak usaha mebel pada sentra
industri mebel Jakarta Timur dengan wilayah pemasok bahan
baku utama kayu menempatkan pengrajin mebel pada posisi
yang dirugikan. Dengan demikian pengrajin mebel kesulitan
untuk memperoleh bahan baku utama secara langsung dari
lokasi sekitar sehingga menyebabkan biaya pengadaan bahan
baku menjadi lebih tinggi (high cost).
Belakangan ini pelaku usaha/pengrajin mebel sudah
mulai membuat bahan baku dari kayu daun jarum (soft wood)
sebagai bahan dasar alternatif seperti kayu pinus serta kayu
dari hutan rakyat seperti kayu karet, kayu sengon, kayu
kelapa dan kayu nangka, hal ini dikarenakan kesulitan
memperoleh bahan baku dan tingginya harga bahan baku dari
kayu komersial (hard wood).
2. Bahan baku pendukung (bahan panel)
Bahan baku panel atau bahan baku pendukung
diperuntukkan sebagai bahan baku tambahan dalam
pembuatan mebel, seperti particle board, High Density
Fiberboard (HDF), Medium Density Fiberboard (MDF),
Block Board dan Triplex (plywood). Penambahan bahan baku
pendukung bertujuan untuk mengatasi keterbatasan bahan
baku utama akibat kelangkaan bahan baku, selain itu
pemakaian bahan baku ini bertujuan untuk menambah daya
tarik produk mebel. Bahan baku pendukung (panel)
merupakan hasil olahan pabrik dari Jakarta.

4.2.4.2 Tenaga kerja


Sistem tenaga kerja pada sentra industri mebel Jakarta
Timur terutama pada kelompok usaha menengah dan kelompok
usaha kecil dilaksanakan berdasarkan sistem borongan, dimana
setiap tenaga kerja mempunyai kewajiban tertentu untuk
mengerjakan bagian-bagian dalam proses produksi. Pada sistem
54

borongan tersebut terdapat dua sistem upah borongan, yaitu (1)


borongan bagian rangka mebel dan (2) borongan finishing dimana
tenaga kerja memiliki tugas dan kewajiban menyelesaikan
pekerjaan sampai selesai bagian masing-masing. Sistem upah
borongan ini setiap tenaga kerja, baik tenaga kerja bagian rangka
mebel maupun bagian finishing akan mendapat upah yang sama,
yaitu rata-rata Rp.350.000,- tergantung kesulitan pekerjaannya.

4.2.4.3 Teknologi Produksi


Teknologi atau sarana produksi yang dipakai dalam usaha
mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur masih memakai
alat tradisional dan manual. Proses produksi mebel masih banyak
mengandalkan keterampilan tangan pengrajin terutama pada
kelompok usaha mikro. Namun dalam kesederhanaan teknologi
produksi tersebut diperlukan ketelitian dan ketekunan dalam
mengerjakan mebel agar memiliki nilai seni dan nilai jual yang
tinggi.
Sementara untuk kelompok usaha menengah dan
kelompok usaha kecil relatif lebih maju, yaitu sudah memakai alat
manual berupa mesin-mesin sederhana. Untuk masa mendatang
kebutuhan inovasi dan kreativitas desain produk yang dinamis
mutlak diperlukan sesuai dengan perkembangan zaman yang
seringkali mengutamakan aspek seni dan artistik produk.

4.2.5 Proses produksi


Proses produksi pada dasarnya merupakan suatu bentuk kegiatan
untuk mengolah satuan bahan baku (input produksi) menjadi produk
(output produksi). Untuk melaksanakan proses atau kegiatan tersebut
diperlukan satu rangkaian proses pengerjaan yang bertahap.
Perancangan proses produksi dalam hal ini akan tergantung pada
karakteristik produk yang dihasilkan dan pola kebutuhan yang harus
dipenuhi dalam pembuatan produk.
Proses produksi yang dilakukan dalam kegiatan usaha
kerajinan mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur hanya
55

memerlukan peralatan yang sederhana karena lebih banyak


memanfaatkan keahlian/keterampilan tangan manusia untuk
menghasilkan produk kerajinan ini. Proses produksi mebel ini
dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu : (a) pemilihan bahan baku, ( b)
pembuatan pola/model, dan (c) proses finishing.
Adapun tahapan proses produksi masing-masing bagian dapat
dijelaskan sebagai berikut :
a. Pemilihan bahan baku
Bahan baku (kayu log/kayu bulat) merupakan salah satu hal
terpenting dalm pembuatan mebel. Pemilihan bahan baku dimulai
dengan pemilihan bahan dasar kayu yang kemudian dipadukan
dengan bahan dasar pendukung yang disesuaikan kebutuhan
pembuatan mebel. Selanjutnya bahan baku dibelah atau dipotong
sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Biasanya untuk kelompok
usaha mikro, pembelahan atau pemotongan bahan dasar dilakukan
oleh pengrajin khusus dengan harga Rp.150.000,-/m³. Hal ini
disebabkan karena kelompok usaha mikro tidak mempunyai sarana
produksi berupa mesin pemotong/pembelah.
b. Pembuatan desain/pola/model
Pembuatan pola atau model dilakukan dengan dua cara,
yaitu pola sendiri dan pola atas permintaan konsumen. Kemampuan
para pengrajin untuk menciptakan model dan inovasi dalam
pembuatan mebel menjadi mutlak diperlukan, karena model yang
masih konvensional menjadi kurang mendapat minat dari
masyarakat. Kondisi seperti ini menjadi titik lemah pengrajin yang
selalu menghasilkan produk konvensional dengan motif mebel
yang ada selama ini.
Pelaku usaha/pengrajin mebel memiliki kemampuan untuk
membuat produk dengan model dan inovasi, tetapi hal itu lebih
didasarkan kepada keinginan/pesanan calon pembeli. Khusus untuk
kelompok usaha mikro, proses pembuatan pola dilakukan sampai
dengan menjadi produk mebel setengah jadi/produk mebel mentah
56

(unfinishing) selanjutnya langsung dijual kepada penampung


(agen).
Adapun tahapan proses produksi mebel pesanan seperti
terlihat pada Gambar 4.

Pemesan PENGRAJIN

Model Mebel

Proses Produksi

Showroom
Produk Mebel

Konsumen Langsung Pemesan /Konsumen

Gambar 4 Proses produksi mebel KIKM Jakarta Timur

c. Proses Pengerjaan Akhir (finishing)


Proses finishing dilakukan apabila seluruh proses
pembuatan produk sudah selesai dilaksanakan dan telah mendapat
pengecekan dari pengrajin mebel. Proses finishing yang dilakukan
meliputi dua tahap, yaitu : (1) mengampelas seluruh bagian mebel
yang sudah siap dikerjakan agar halus dan (2) memberi vernis atau
melamin pada seluruh lapisan kayu dengan menggunakan kuas
untuk mempercantik mebel serta memberikan lapisan kepada kayu
agar kuat dan tahan lama/awet.
Setelah proses finishing dilakukan, mebel tidak boleh
terkena sinar matahari secara langsung karena akan memudahkan
terjadinya pecah-pecah pada lapisan yang telah divernis/melamin,
mebel cukup ditata di tempat penyimpanan atau di ruang pamer
(showroom) sehingga dapat terkena hembusan angin secara
langsung. Vernis/melamin tersebut menjadi kering dalam waktu
dua-tiga jam dan mebel siap untuk dijual.

4.2.6 Kapasitas Produksi


Kapasitas produksi sangat tergantung pada kemauan dan
kemampuan/kesanggupan setiap pengrajinnya. Dengan tenaga kerja
57

borongan yang ada untuk mengerjakan mebel secara rutin, maka


produksinya relatif terbatas pada siklus usaha yang dijalankan saat ini.
Selama ini pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur
khususnya kelompok usaha menengah tidak merasa kesulitan dalam
menjalankan proses produksi mebel, sehingga pada saat terdapat
pesanan mebel dalam jumlah yang banyak masih dimungkinkan untuk
menambah tenaga terampil yang banyak terdapat di wilayah ini.
Pengrajin mebel secara rata-rata menerapkan tujuh-delapan jam
kerja per hari untuk menghasilkan satu set produk mebel. Waktu yang
diperlukan untuk mengerjakan satu set produk mebel sampai selesai
mencapai tiga sampai empat hari untuk model kursi tamu standard
(type 2:1:1) dan satu minggu untuk produk kitchen set tipe meja bar.
Kapasitas produksi yang dapat dihasilkan pengrajin mebel dengan
tenaga kerja yang ada selama satu bulan bervariasi, yaitu kelompok
usaha menengah mencapai 30-35 set, kelompok usaha kecil 25-30 set
dan kelompok usaha mikro bisa mencapai 12 set. Kapasitas produksi
tergantung pada bahan baku yang digunakan dan tingkat kesulitan
proses pembuatan mebel.
Namun demikian jumlah produksi mebel bisa bertambah, hal ini
didasarkan atas jumlah pesanan konsumen maupun perkiraan potensi
pasar. Dengan demikian pelaku usaha/pengrajin mebel dapat
meningkatkan jumlah produksinya dengan cara menambah jumlah
jam kerja maupun jumlah hari kerja. Hal ini juga dapat dijadikan
sebagai patokan dalam menghitung jumlah tenaga kerja terampil yang
dibutuhkan guna menyelesaikan seluruh mebel yang diproduksi.

4.3 Identifikasi dan Analisis Usaha


4.3.1 Penawaran dan Permintaan
a) Keadaan dan Prospek Pasar
Secara umum prospek pasar produk mebel pada sentra
industri mebel Jakarta Timur sangat terbuka luas, baik pasar
lokal maupun untuk pasar ekspor. Pada tahun 2007 kebutuhan
produk mebel secara Nasional untuk ekspor mencapai 545.289 Ton
58

dengan nilai 1.100.911 US$ sedangkan produksi mebel Provinsi


DKI Jakarta pada tahun yang sama untuk mutu ekspor mencapai
114.186 Ton dengan nilai 180.140 US$. Untuk tahun 2008
produksi mebel dari Provinsi DKI Jakarta meningkat menjadi
145.806 dengan nilai 247.379 US$ sementara permintaan secara
Nasional adalah 513.442 Ton dengan nilai 1.116.557 US$. Artinya
bahwa prospek pasar sentra industri mebel Jakarta Timur sangat
terbuka luas karena kebutuhan produk mebel Provinsi DKI Jakarta
sebagian besar diperoleh dari sentra industri mebel Jakarta Timur.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Produksi mebel ekspor DKI Jakarta, Nasional dan
KIKM Jakarta Timur
2007 2008
Persentase
No Uraian Berat Nilai Berat Nilai (%)
(tons) (US$) 000 (tons) (US$ 000)
1 DKI Jakarta 114.186 180.140 145.806 247.379 100
2 Nasional 545.289 1.100.911 513.442 1.116.557 100
3 KIKM * 39.965 6.3049 51.032 86.583 35
4 KIKM ** 10.906 2.218 10.269 22.331 2

Keterangan : KIKM * = KIKM Jakarta Timur terhadap DKI Jakarta


KIKM ** = KIKM Jakarta Timur terhadap Nasional

Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa produk mebel mengalami


kenaikan permintaan secara Nasional sehingga membuka peluang
prospek pasar bagi sentra industri mebel Jakarta Timur. KIKM
Jakarta Timur memasok produk mebel terhadap DKI Jakarta cukup
besar yaitu 35%, sedangkan pasokan untuk Nasional dua persen.
Artinya, KIKM Jakarta Timur mempunyai prospek cukup besar
untuk berkembang dan lebih maju di masa mendatang.
Namun demikian kelangkaan bahan baku menjadi salah satu
kendala dalam pengembangan sentra industri mebel Jakarta Timur.
Aspek lainnya adalah kekurangan modal untuk proyek-proyek yang
berskala besar baik untuk pasar lokal maupun pasar internasional.
Untuk itu, pemerintah sangat diharapkan berperan penting untuk
mengatasi masalah tersebut dengan mendorong agar perbankan
59

lebih responsif memberikan bantuan modal usaha terhadap pelaku


usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur.
b) Tingkat Penawaran dan Permintaan
Prospek pasar industri mebel masih terbuka luas khususnya
untuk pasar lokal. Dari hasil penelitian berdasarkan wawancara
dengan Ketua Umum KIKM Jakarta Timur hampir sekitar 88%
pangsa pasarnya adalah untuk pasar lokal dan 12% untuk pasar
ekspor. Hasil produksi mebel biasanya dipasarkan kepada
masyarakat umum (restoran, kafe, warung, perumahan, apartemen
dan kontrakan), perkantoran (pemerintah dan swasta) dan sekolah
(negeri dan swasta).
c) Pangsa Pasar
Pangsa pasar industri mebel pada sentra industri mebel
Jakarta Timur masih terbuka luas khususnya untuk pasar lokal.
Dari hasil penelitian hampir 88% pangsa pasarnya adalah untuk
pasar lokal dan 12% untuk pasar ekspor.
Namun sejak terjadi krisis global belakangan ini, pemasaran
produk mebel pasar lokal mengalami penurunan khusunya pada
awal semester kedua tahun 2009. Dari hasil wawancara dengan
pengurus KIKM Jakarta Timur, omzet penjualan produk mebel
turun sampai 40 persen. Hal ini disebabkan beberapa faktor, antara
lain : (a) daya beli masyarakat menurun, (b) keamanan yang kurang
kondusif dan (c) eksportir banyak yang beralih ke pasar lokal.
Selain itu, dampak terjadinya krisis global menimbulkan banyak
pengrajin mebel pemula atau pendatang baru sehingga membuat
pangsa pasar mebel lokal semakin kompetitif.
Pangsa pasar mebel pada sentra industri mebel Jakarta
Timur terbagi menjadi dua, yaitu :
1) Pasar domestik (pasar lokal)
Pada umumnya metode pemasaran produk mebel masih
bersifat sederhana dan konvensional yaitu dengan cara
menunggu calon pembeli untuk datang ke showroom atau
60

lokasi workshop. Sistem penjualan mebel sepenuhnya


dilakukan oleh masing-masing pengrajin yang umumnya
menyatakan memiliki pasar/konsumen sendiri-sendiri.
Dilihat dari potensi pemasaran produk mebel, produk
dari wilayah ini masih mengandalkan ketertarikan masyarakat
khususnya para pelintas jalan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan para pemilik/pengrajin diperoleh informasi bahwa 50%
produk yang terjual masih dipasarkan sendiri melalui ruang
pamer yang berada di showroom atau lokasi workshop usaha.
Showroom dan workshop menjadi sarana utama pengrajin
untuk memasarkan produknya secara langsung sehingga
hampir seluruh pelaku usaha/pengrajin mebel memiliki
workshop tempat usaha kecuali kelompok usaha mikro.
Pemasaran produk mebel pada sentra industri mebel di
Jakarta Timur dilakukan melalui dua cara, yaitu : (1) penjualan
secara langsung: penjualan dilakukan langsung dari showroom/
lokasi workshop usaha yang umumnya terletak di pinggir jalan,
dimana pada setiap tempat usaha selalu tersedia sebuah
ruangan yang berfungsi sebagai ruang pamer (showroom).
Biasanya penjualan langsung dilakukan dengan sistem
pembayaran kontan (cash); (2) Pembelian melalui pemesanan :
pengrajin mengharuskan kepada calon pembeli/pemesan untuk
memberikan uang muka antara 30-35% dari total nilai
penjualan, dan sisanya harus dibayar lunas pada saat barang
akan diangkut ke tempat calon pembeli.
Penjualan berdasarkan pesanan dipasarkan kepada
masyarakat umum (restoran, kafe, warung, perumahan,
apartemen dan kontrakan), perkantoran (pemerintah dan
swasta) dan sekolah (negeri dan swasta). Untuk pemasaran ke
kantor-kantor khususnya kantor pemerintahan, apartemen dan
sekolah biasanya berdasarkan sub kontrak dari pihak ketiga
61

sedangkan untuk pasar umum lainnya dipasarkan secara


langsung.
2) Pasar internasional (Pasar ekspor)
Untuk pasar ekspor sebagian besar produk mebel dikirim
ke Amerika, Jepang, negara-negara Asia Tenggara, Timur
Tengah serta beberapa negara di Eropa. Jenis-jenis produk
mebel yang diekspor ke luar negeri sangat beragam seperti:
kursi tamu, kursi dan meja makan, bedroom set, lemari, rak dan
lain-lain. Pada umumnya produk mebel yang diekspor
memakai bahan baku kayu Jati dan kayu Mahoni. Untuk lebih
jelasnya alur pemasaran produk mebel untuk ekspor dapat
dilihat pada Gambar 5.

Pengrajin/ Eksportir Importir


Pelaku usaha Indonesia (Distributor Toko/Retail Konsumen
)

Agen Commision

Showroom

Gambar 5 Alur pemasaran produk mebel ekspor


(sumber: KIKM Jakarta Timur, 2006)

Sebagai salah satu usaha yang berbasis kepada teknologi sederhana


dan produk tangan (handy craft) maka produk mebel memerlukan
keterampilan tangan dan keuletan, sehingga produk yang dihasilkan
memiliki seni dan bernilai jual tinggi. Keterampilan dan keuletan pengrajin
mebel ini diperlihatkan dengan kemampuan mereka untuk memenuhi
pemesanan dengan model baru, sepanjang model tersebut berasal dari
pemesan yang bersangkutan. Jenis produk yang dihasilkan secara kontinu
adalah mebel kursi dan meja sementara beberapa jenis produk yang
diproduksi sesuai pesanan adalah lemari, kitchenset, sketset dan kamar set.
Kelemahan para pengrajin mebel ini adalah kurangnya inovasi dalam
model produk yang diproduksi. Pengrajin membuat model yang sesuai
dengan pesanan dari calon pembeli. Dalam hal pemasaran produk, pengrajin
62

mebel tidak jarang melakukan penawaran model (promosi produk) maupun


potongan harga (discount). Oleh karena itu, setiap pengrajin mebel pada
sentra industri mebel Jakarta Timur memiliki hubungan tersendiri dengan
calon pembeli yang berperan sebagai pedagang perantara/agen, maka secara
sepintas tidak terlihat adanya persaingan usaha dalam pemasaran produk
mebel pada sentra industri mebel tersebut.

Gambar 6 Produk mebel sentra industri mebel KIKM Jakarta Timur

4.3.2 Nilai Tambah Produk


Analisis nilai tambah berguna untuk peningkatan margin
atau laba suatu perusahaan. Dalam hal ini pengrajin mebel/pelaku
usaha mebel dalam memproduksi mebel selalu memanfaatkan
limbah produksi agar mempunyai nilai tambah. Sisa bahan
produksi mebel berukuran kecil diolah kembali untuk menjadikan
barang produksi yang bisa dijual, seperti frame foto, patung kayu
berupa unggas (burung elang, ayam dan bebek), patung ondel-
ondel, pajangan bunga hias, gantungan kunci, mainan anak-anak
dan lain-lain.
Sementara limbah produksi mebel berukuran besar diolah
kembali menjadi barang-barang yang bernilai jual tinggi, seperti
lemari kaca pajangan, papan blok buat lantai, dan kursi goyang
(kursi santai). Barang-barang asesories tersebut biasanya dijual
langsung ke konsumen dengan harga yang bervariasi.
63

4.3.3 Kinerja Keuangan


Berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM, kriteria
UMKM dikategorikan menjadi tiga kelompok usaha, yaitu usaha
mikro, usaha kecil dan usaha menengah sebagaimana terdapat pada
Tabel 10.
Tabel 10 Kriteria UMKM berdasarkan UU No.20 tahun 2008
Uraian Aset bersih dan penjualan
No (Kriteria Usaha) Aset (Rp) Penjualan (Rp/thn)

1 Usaha Mikro ≤ 50 juta ≤ 300 juta


2 Usaha Kecil 50 – 500 juta 300 juta – 2,5 miliar
3 Usaha Menengah 500 juta – 10 miliar 2,5 – 50 miliar

Sumber : Kemenkop dan UKM, 2008

Dari Tabel 10 dapat dijelaskan, berdasarkan UU No. 20


tahun 2008 tentang UMKM, kriteria UMKM dikategorikan sebagai
berikut : usaha mikro memiliki aset bersih paling tinggi Rp 50 juta,
usaha kecil berkisar Rp 50 juta – Rp 500 juta dan usaha menengah
Rp 500 juta – Rp 10 miliar. Aset tersebut tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat berusaha. Adapun penjualan tahunan bagi usaha
mikro maksimal Rp 300 juta, usaha kecil Rp 300 juta – Rp 2,5 miliar
dan usaha menengah Rp 2,5 miliar – Rp 50 miliar. Berdasarkan
kriteria tersebut di atas, usaha mebel pada sentra industri mebel
Jakarta Timur termasuk usaha kecil dan mikro (Kemenkop dan
UKM, 2008).
Namun berdasarkan hasil wawancara dengan para pelaku
usaha/pengrajin mebel kinerja keuangan perusahaan (analisis rugi
laba, neraca keuangan dan analisis rasio keuangan) baik kelompok
usaha menengah, kelompok usaha kecil maupun kelompok usaha
mikro/pemula belum memakai sistem administrasi dan keuangan
yang baik (modern). Segala transaksi keuangan, baik pembelian
bahan baku dan penjualan produk masih tercatat secara
konvensional. Hal ini disebakan kurangnya SDM yang dimiliki oleh
perusahaan. Selain itu pelaku usaha/pengrajin mebel terutama pada
64

kelompok usaha kecil dan mikro tidak tertarik memakai laporan


keuangan modern dengan alasan sudah terbiasa memakai laporan
konvensional karena sederhana, terbiasa dan bersifat turun-temurun.

4.3.4 Teknik Pemasaran


4.3.4.1 Analisis Bauran Pemasaran
a) Harga
Hasil produksi mebel pada sentra industri mebel
Jakarta Timur merupakan suatu produk hasil teknologi
kovensional/teknologi sederhana namun memiliki nilai seni
yang cukup tinggi. Harga produk mebel setiap perusahaan
bisa berbeda dengan hasil produk mebel lainnya, hal ini
disebabkan berbagai hal, antara lain: kualifikasi bahan baku
yang dipakai, desain produk dan hasil finishing produk.
Perbedaan harga jual yang cukup tinggi bukan hanya
disebabkan oleh pemakaian bahan baku, namun lebih karena
model produk yang memiliki tingkat kesulitan dalam proses
pembuatannya serta memiliki nilai seni yang lebih tinggi.
Harga yang ditetapkan untuk setiap produk yang dihasilkan
biasanya adalah harga di lokasi workshop/bengkel usaha atau
di showroom, sehingga biaya transportasi menjadi beban
pembeli/pemesan/konsumen kecuali untuk daerah DKI
Jakarta dan sekitarnya. Harga jual semakin besar manakala
produk mebel tersebut dipasarkan ke luar Kota Jakarta, hal
ini disebabkan adanya penambahan biaya transportasi dan
biaya bongkar muat.
Selain itu, pelaku usaha/pengrajin mebel di antara
kelompok usaha pada sentra industri mebel Jakarta Timur
menjual produk mebel dengan harga yang bervariasi,
misalnya ”Kursi Tamu Bungkus” standard (type 2:1:1) dijual
dengan harga antara Rp.3 juta - Rp.4 juta per set dengan
bahan baku yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 11 dan Tabel 12.
65

Tabel 11 Pembuatan kursi tamu bungkus (type 2:1:1)


No Uraian Bahan Volume Harga
(m³/Rp/lbr/ikat) (Rp.)
0,25 m³ 1.250.000,-
1 Jati Landak (bahan dasar)
5 lembar 150.000,-
2 Kain (Oscar/Dureg)
Busa tebal 2 lembar 300.000,-
3 (1,20mx2,40m)
Karet sebagai alas 3 ikat 150.000,-
4 (pegas)
3 kg 75.000,-
5 Lem (perekat)
Finishing (amplas dan 300.000,- 300.000,-
6 vernis)
150.000,- 150.000,-
7 Upah jahit
1.00.000,- 100.000,-
8 Transportasi
Jumlah (Rp) 2.685.000,-

Biaya produksi satu set Kursi Tamu Bungkus (type 2:1:1)


biasanya berkisar antara Rp. 2.500.000,- sampai dengan Rp.
3.000.000,-. Perbedaan biaya produksi antara pelaku
usaha/pengrajin mebel disebabkan pemakaian mutu bahan baku
dan proses finishing.
Tabel 12 Biaya produksi kursi tamu bungkus (type 2:1:1)
Kursi Tamu Bungkus (type 2:1:1)
No Kelompok Usaha Biaya produksi Harga jual
(Rp) (Rp)
1 Usaha Menengah 3.000.000,- 3.500.000,-
2 Usaha Kecil 2.500.000,- 3.000.000,-
3 Usaha Mikro 2.300.000,- 2.750.000,-

Dari Tabel 11 dan Tabel 12 dapat dilihat bahwa untuk


penjualan satu set Kursi Tamu Bungkus standard (type 2:1:1)
secara langsung ke konsumen, pelaku usaha/pengrajin mebel bisa
mendapatkan keuntungan sekitar 20-25% atau lebih kecuali pada
kelompok usaha mikro. Sedangkan penjualan melalui agen,
pelaku usaha/pengrajin mebel harus mengeluarkan sucses fee
sebesar lima persen. Artinya, setiap penjualan produk mebel
66

tidak mempunyai harga standar yang pasti, tetapi tergantung


kepandaian si penjual sekalipun dengan produk yang sama.
b) Produk
Produk merupakan sesuatu yang ditawarkan kepada
konsumen dan diharapkan dapat memenuhi dan memuaskan
keinginan konsumen. Dalam industri mebel pelaku
usaha/pengrajin sangat dituntut untuk meningkatkan mutu
produk. Selain produk mebel impor asal China, sesama
pelaku usaha/pengrajin mebel adalah suatu resiko yang harus
diantisipasi. Oleh karena itu, jaminan mutu produk mebel
adalah jaminan dalam kelangsungan usaha tersebut.
Kemampuan bersaing dalam bisnis mebel (komersial)
ditentukan oleh produk mebel yang bermutu dan harga
terjangkau oleh konsumen. Produk mebel yang diproduksi
pada sentra industri mebel Jakarta Timur hampir sama pada
setiap kelompok usaha, terutama pada kelompok usaha
menengah dan kelompok usaha kecil. Perbedaan produk
mebel yang dihasilkan secara umum terdapat pada mutu hasil
produk mebel.
c) Distribusi
Saluran distribusi adalah salah satu faktor penentu
untuk dapat meningkatkan hasil penjualan. Saluran distribusi
tersebut merupakan jalur penyampaian suatu produk, jika
saluran tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik dan optimal
maka konsumen dapat dengan mudah memperoleh produk
tersebut. Saluran distribusi bagi pelaku usaha/pengrajin
mebel penting untuk menjamin keberlanjutan pemasaran
produk dan jaringan distribusi produk.
Pendistribusian produk mebel pasar lokal pada sentra
industri mebel Jakarta Timur ini meliputi wilayah pemasaran,
yaitu Pulau Jawa dengan komposisi hampir 90% didominasi
kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Bogor, Bandung, Bekasi,
67

Depok, Tangerang, Yogyakarta dan lain-lain. Sementara


lebih 10% didistribusikan di luar pulau Jawa yaitu Pulau
Sumatera (Medan, Pekan Baru, Bukit Tinggi, Jambi,
Palembang dan Lampung), Pulau Kalimantan (Bontang,
Pontianak, Banjarmasin dan Samarinda), Pulau Sulawesi
(Makassar dan Manado).
Pendistribusian produk mebel pada sentra industri
mebel Jakarta Timur dilakukan secara langsung kepada
pedagang/agen menengah maupun pengecer serta konsumen
besar dalam keadaan khusus tertentu. Saluran distribusi
tersebut disesuaikan dengan permintaan konsumen dengan
menggunakan sarana transportasi berupa mobil truk atau
sarana lainnya. Secara umum bentuk pola saluran
distribusinya dapat dilihat pada Gambar 7.

Agen Besar

Pelaku usaha/ Konsumen


Pengecer
Pengrajin mebel Langsung

Agen Menengah

Gambar 7 Saluran distribusi mebel KIKM Jakarta Timur

Selama ini pelaku usaha/pengrajin mebel ini


melakukan strategi distribusi langsung, yaitu dengan cara
mengirim langsung produk ke pelanggan (konsumen dan
agen). Pelaku usaha/pengrajin mebel selalu membina
hubungan baik dengan pelanggan (konsumen dan agen) yang
selama ini telah dilakukan sejak lama dan berupaya
memperlancar distribusi, selain itu perusahaan juga berupaya
untuk memperluas pangsa pasar, di luar pasar yang telah
dikuasai.
68

d) Promosi
Promosi merupakan salah satu variabel bauran
pemasaran yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengadakan komunikasi dengan pasarnya. Promosi juga
sering dikatakan sebagai proses berlanjut karena dapat
menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya dari
perusahaan. Dengan promosi yang dilakukan perusahaan
diharapkan dapat meningkatkan angka penjualan.
KIKM Jakarta Timur selama ini telah mengadakan
berbagai kegiatan promosi, antara lain : pameran produk
mebel bulanan, pameran mebel Separo Harga, Festival
Klender yang diadakan di PPIKM Jakarta Timur. Promosi
yang dilakukan melalui pameran bulanan biasanya
dilaksanakan setiap awal bulan, sedangkan pameran Separo
Harga dan Festival Klender dilakukan hari-hari besar
terutama menjelang hari raya, hari natal dan awal tahun baru.
Setiap anggota KIKM Jakarta Timur berhak mengikuti
pameran sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
Selain itu, KIKM Jakarta Timur mengikut sertakan
anggotanya pada pameran-pameran yang berskala nasional
maupun internasional seperti: pameran di gedung Depok
Town Square, Jakarta Convention Center (JCC), Mall Bekasi,
gedung UKM Tanah Abang, galeri UKM Smessco, gedung
Deperindag, International Furniture and Craft Fair
Indonesia (IFFINA). Untuk mengikuti pameran IFFINA
hanya pelaku usaha/pengrajin mebel yang mempunyai
produk mebel mutu ekspor yang diikutsertakan terutama
kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil.
Disamping itu, KIKM Jakarta Timur juga sudah melakukan
promosi produk mebel melalui salah satu perusahaan
provider dengan website kikmfurniture.com khususnya
untuk produk-produk mebel yang mempunyai nilai mutu
69

ekspor. Dari data yang diperoleh membuktikan bahwa


perusahaan-perusahaan yang ikut pameran mampu
meningkatkan omzet penjualannya.
Adapun tujuan dilaksanakannya promosi tersebut
antara lain : (1) menyebarkan informasi produk mebel kepada
target pasar potensial, (2) untuk mendapatkan pelanggan baru
dan menjaga kesetiaan pelanggan lama, (3) untuk
mendapatkan kenaikan penjualan dan profit/keuntungan, (4)
menjaga kestabilan penjualan dan (5) untuk membentuk citra
produk di mata konsumen yang diinginkan.
4.3.5 Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah semua biaya yang sejak saat produk
selesai diproduksi dan disimpan dalam gudang sampai dengan
produk tersebut berubah kembali dalam bentuk uang tunai.
Kebanyakan usaha ini dalam melakukan perhitungan biaya untuk
mendapatkan pesanan (order getting cost) dengan cara memberikan
potongan harga penjualan.
Rataan biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha/pengrajin
mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur sebesar 10%
yang terdiri dari lima persen untuk biaya promosi yang meliputi
biaya cetak brosur dan biaya penyebaran brosur. Sedangkan biaya
pemasaran lainnya seperti biaya pergudangan, biaya pembungkusan
dan pengiriman khusus dan biaya angkutan dianggarkan sebesar lima
persen.

4.4 Karakteristik Narasumber


Narasumber pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha
menengah diwakili oleh CV Al-Makmur Jaya Furniture, CV Indo Jati
Furniture dan CV Indo Largo Furniture. Narasumber pelaku usaha/pengrajin
mebel kelompok usaha kecil diwakili oleh UUT Furniture, Vide Furniture
dan Rumpun Jati Furniture. Sedangkan narasumber untuk kelompok usaha
mikro diwakili oleh Nabilla Furniture, Say Mandiri Furniture dan Bintang
Furniture.
70

Karakteristik narasumber yang diamati adalah umur, tingkat pendidikan


dan pengalaman narasumber dalam menjalankan usaha mebel.
a) Umur Narasumber Pemilik Perusahaan
Umur dapat menggambarkan tingkat kematangan setiap individu
pelaku usaha/pengrajin mebel dalam mengambil tindakan maupun resiko
yang akan diperolehnya di kemudian hari. Di samping itu, umur pelaku
usaha/pengrajin mebel juga dapat dijadikan sebagai patokan utama dalam
melakukan usaha mebel yang dapat mempengaruhi tingkat keseriusan
usaha yang digelutinya. Pada umumnya indikator umur sering dikaitkan
dengan angkatan kerja baik produktif maupun non produktif.
Kisaran umur narasumber yang diteliti berkisar antara 30 tahun
hingga lebih dari 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar pelaku usaha/pengrajin mebel merupakan angkatan kerja yang
digolongkan produktif sebagaimana dijelaskan pada Tabel 13.
Tabel 13 Distribusi narasumber pemilik perusahaan
menurut kelompok umur
No Kelompok umur Jumlah Narasumber Persentase
(tahun) (orang) (%)
1 30 – 39 6 20
2 40 – 49 21 70
3 ≥ 50 3 10
Total 30 100

Dari sebaran kelompok tersebut menunjukkan bahwa dalam


melakukan usaha mebel lebih banyak dilakukan oleh pengrajin mebel yang
memiliki umur yang berkisar antara 40 sampai dengan 49 tahun.
b) Tingkat pendidikan narasumber
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dan sekaligus dapat
menggambarkan tingkat kematangan setiap individu pelaku
usaha/pengrajin mebel dalam mengambil tindakan maupun resiko
dihadapinya. Di samping itu, pendidikan pelaku usaha/pengrajin mebel
juga dapat dijadikan faktor keberhasilan dalam melakukan usaha mebel
yang dapat mempengaruhi tingkat keseriusan usaha yang digelutinya
terutama dalam menentukan pasar.
71

Dari hasil pengumpulan data di lapangan, pengrajin mebel


memiliki tingkat pendidikan formal, yaitu Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) dan Perguruan Tinggi (Diploma atau Strata Satu). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Distribusi narasumber pemilik perusahaan
menurut tingkat pendidikan
No Tingkat pendidikan Jumlah Narasumber Persentase
(narasumber) (orang) (%)
1 SLTP 6 20
2 SLTA 15 50
3 Perguruan tinggi 9 30
Total 30 100

Dari kondisi tersebut diperoleh gambaran bahwa seluruh pelaku


usaha/pengrajin mebel yang diambil sebagai narasumber dapat
menyelesaikan pendidikan formalnya sesuai dengan tingkatan masing-
masing. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki pengrajin mebel/pelaku
usaha narasumber di lokasi penelitian sebanyak 15 orang berpendidikan
SLTA dan sembilan orang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi
yaitu pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil, yaitu
terdapat pada CV Indo Jati Furniture, CV Almakmur Jaya Furniture dan
UUT Furniture. Hal ini berarti SLTA merupakan tingkat pendidikan yang
paling dominan dari pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri
mebel Jakarta Timur.
c) Pengalaman dalam usaha mebel
Dalam melakukan aktivitas usaha mebel, pengalaman usaha yang
dimiliki pengrajin mebel cukup bervariasi mulai dari lima tahun hingga
puluhan tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pelaku usaha/pengrajin mebel
pada sentra industri mebel Jakarta Timur sudah melakukan usaha mebel
sebelum bergabung dengan KIKM Jakarta Timur. Pengalaman usaha ini
erat kaitannya dengan tingkat keterampilan dan kemampuan setiap
individu dalam menjalankan usaha mebel. Semakin lama pengalaman
melakukan usaha mebel, maka semakin baik pula hasil yang diperoleh dan
72

begitu juga sebaliknya, semakin sedikit pengalaman usaha, semakin


rendah hasil yang diperoleh pelaku usaha/pengrajin mebel.
Kebanyakan pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri
mebel Jakarta Timur memperoleh pengalaman dari usaha mebel keluarga
(turunan) dan sebagian dari pengalaman sebagai karyawan pada
perusahaan yang bergerak di bidang mebel. Pengalaman usaha mebel
pelaku usaha/pengrajin mebel Jakarta Timur dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Pengalaman usaha mebel pemilik perusahaan
Bergabung
No Kelompok Perusahaan Nama Perusahaan Pengalaman ke KIKM
(Tahun) (Tahun)
CV Al-Makmur F. 19 2006
1 Usaha Menengah CV Indo Jati F. 38 2006
CV Indo Largo F. 21 2006
UUT Furniture 11 2007
2 Usaha Kecil Vide Furniture 17 2006
Rumpun Jati F. 15 2006
Nabilla Furniture 7 2007
3 Usaha Mikro Say Mandiri F. 5 2007
Bintang Furniture 6 2006

Berdasarkan Tabel 15 pengalaman usaha mebel dari tiga kelompok usaha


yang berbeda, menunjukkan bahwa pelaku usaha/pengrajin mebel sudah
mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam usaha mebel. Hal ini dapat
dilihat dari pengalaman setiap perusahaan/pengrajin mebel yang sudah mencapai
rata-rata lebih dari lima tahun. Selain itu, pengrajin mebel/pelaku usaha juga
sudah mendapatkan pengalaman kerjasama dengan KIKM Jakarta Timur sehingga
dapat meningkatkan cara usaha mebel dan dapat membandingkan manajemen
usaha mebel dari sistem yang sebelumnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh deskripsi masing-masing
pengrajin mebel/pelaku usaha dari tiga kelompok usaha mebel yang berbeda pada
KIKM Jakarta Timur yang meliputi bentuk perusahaan, modal usaha, umur,
jumlah pegawai, SDM, manajemen, pengalaman usaha mebel, teknologi yang
digunakan dan pemasaran sebagaimana terdapat pada Tabel 16.
73
74

Dari Tabel 16 menunjukkan bahwa terdapat beberapa perbedaan


antara ketiga kelompok usaha mebel antara lain sebagai berikut :
1) Bentuk Perusahaan
Bentuk Perusahaan di antara ketiga kelompok usaha mebel tersebut
berbeda, yaitu pada kelompok usaha menengah sebagian sudah
berbentuk perusahaan dan berbadan hukum dalam bentuk CV.
Kelompok usaha kecil masih berbentuk UD atau perorangan
sedangkan kelompok usaha mikro/kelompok usaha pemula
kebanyakan masih berbentuk agen (perantara) yang bersifat
perorangan dan bersifat temporer.
2) Modal Usaha
Modal usaha pada setiap kelompok usaha bersumber dari modal
sendiri, kecuali pada CV Al-Makmur Jaya Furniture dan CV Indo Jati
Furniture karena telah mendapat tambahan modal dari bank BRI.
Selain itu, hampir 50% kelompok usaha mikro terutama pendatang
baru sering menggunakan fasilitas pinjaman tambahan modal dari
lembaga keuangan non perbankan terutama pada rentenir.
3) Umur Perusahaan
Umur perusahaan pada kelompok usaha menengah dan kelompok
usaha kecil sudah mempunyai umur yang cukup lama, yaitu di atas 15
tahun sedangkan pada kelompok usaha mikro masih relatif singkat
yaitu maksimal tujuh tahun dan belum berbentuk perusahaan.
4) Jumlah pegawai/karyawan
Pada kelompok usaha mebel menengah jumlah pegawai yang bekerja
berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini
terlihat pada CV Indo Largo Furniture lebih sedikit dibandingkan
dengan CV Al-Makmur Jaya Furniture dan CV Indo Jati Furniture.
Untuk kelompok usaha kecil jumlah pegawai lebih variatif dan
temporer. Artinya, pada kelompok usaha mebel ini pegawai yang tidak
tetap (borongan) lebih banyak daripada pegawai tetap. Sedangkan
kekompok usaha mikro, pegawai masih sistem borongan tergantung
75

pada proyek yang didapat. Setelah proyek selesai biasanya pegawai


dirumahkan kembali sampai ada borongan dipekerjakan kembali.
5) SDM yang digunakan
Sentra industri mebel Jakarta Timur pada kelompok usaha menengah
dan kelompok usaha kecil sudah memakai SDM yang relatif
berpengalaman dalam usaha mebel, sedangkan pada kelompok usaha
mikro masih relatif kurang berpengalaman dan bersifat temporer.
6) Manajemen Perusahaan
Manajemen perusahaan yang diterapkan pada ketiga kelompok usaha
pada sentra industri mebel di Jakarta Timur masih menerapkan
manajemen konvensional/manajemen keluarga. Artinya, manajemen
yang diterapkan dalam perusahaan di setiap kelompok usaha rata-rata
memakai sistem manajemen yang kurang baik terutama pada
manajemen administrasi dan keuangan.
7) Pengalaman Perusahaan.
Pengalaman perusahaan mebel pada sentra industri mebel Jakarta
Timur sangat bervariasi dan tergantung pada kelmpok usahanya.
Perusahaan mebel yang berpengalaman paling lama dalam usaha
mebel adalah CV Indo Jati Furniture dari kelompok usaha menengah
yaitu 38 tahun sedangkan perusahaan yang sedikit pengalaman dalam
usaha mebel ini adalah Say Mandiria Furniture dari kelompok usaha
mikro, yaitu selama lima tahun.
8) Teknologi yang digunakan.
Sentra industri mebel Jakarta Timur masih menggunakan peralatan
sederhana, mulai dari pemotongan bahan kayu sampai proses produksi.
Adapun peralatan yang dipakai antara lain: (a) mesin sawmill (gergaji
belah/potong) yang berfungsi untuk membelah bahan baku sesuai
dengan yang diinginkan, (b) mesin sirkel atau mesin potong, (c) mesin
bor untuk membor, (d) gergaji untuk memotong bahan kayu ukuran
kecil, (e) ketam/ serutan kayu untuk menghaluskan bahan baku
sebelum masuk ke tahap proses produksi selanjutnya, (f) Pahat yang
76

berfungsi untuk membentuk model mebel yang diinginkan dan (e) Palu
sebagai alat ketok.
9) Bahan baku yang digunakan.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan mebel pada sentra
industri mebel Jakarta Timur terdiri dari (a) bahan baku utama dari
kayu daun lebar (hard wood) yang digunakan sebagai bahan dasar
pembuatan mebel seperti: kayu Jati, kayu Mahoni, kayu Syukai, kayu
Kruing dan kayu keras lainnya, (b) bahan baku dari kayu daun jarum
(soft wood) sebagai bahan dasar alternatif seperti kayu karet, kayu
sengon, kayu pinus, kayu kelapa dan kayu nangka, (c) bahan baku
panel atau bahan baku pendukung yang berfungsi sebagai bahan baku
tambahan, seperti particle board, HDF, MDF, Block Boar dan
Triplex/plywood. Penambahan bahan baku pendukung bertujuan untuk
mengatasi keterbatasan bahan baku utama dan menambah daya tarik
produk.
10) Produk yang dihasilkan.
Produk mebel yang dihasilkan pada sentra industri mebel
Jakarta Timur pada setiap tingkatan kelompok usaha hampir sama,
kecuali pada kelompok usaha mikro. Perbedaan ini disebabkan karena
kelompok usaha mikro mempunyai keterbatasan modal, teknologi
produksi yang memadai serta keterbatasan SDM yang dibutuhkan.
Adapun jenis-jenis produksi mebel yang dihasilkan pada sentra
industri mebel Jakarta Timur adalah berupa produk mebel minimalis,
semi minimalis serta klasik. Produk mebel jenis klasik adalah
perpaduan antara produk mebel jenis minimalis dan semi minimalis
berupa: kursi meja tamu, kursi meja makan, lemari, kitchen set, buffet,
kamar set, sket set, kursi kantor dan lain-lain.
Setiap kelompok usaha mebel pada sentra industri mebel
Jakarta Timur mempunyai produk mebel unggulan yang berbeda
antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya. Produk
mebel unggulan terutama jenis klasik kebanyakan diproduksi
berdasarkan pesanan dari calon pembeli/konsumen.
77

11) Pemasaran Produk.


Segmen pasar atau pemasaran produk mebel pada sentra industri
mebel Jakarta Timur kebanyakan untuk pasar lokal dan sebagian kecil
untuk pasar ekspor. Kelompok usaha yang pernah berpengalaman
untuk pasar ekspor adalah sebagian perusahaan kelompok usaha
menengah dan kelompok usaha kecil. Sedangkan pangsa pasar sentra
industri mebel Jakarta Timur adalalah perumahan, perkantoran baik
kantor pemerintah maupum kantor perusahaan swasta, apartemen
menengah, sekolahan dan kontrakan mewah.
12) Sistem pembayaran.
Seluruh transaksi jual-beli produk mebel pada sentra industri mebel
Jakarta Timur pada umumnya dilakukan secara kontan (cash). Namun
ada sebagian perusahaan memberikan kemudahan kepada konsumen
terutama konsumen lama (langganan) dengan cara pembayaran cicilan
(kredit). Hal ini dilakukan perusahaan untuk menarik konsumen agar
tetap berlangganan, bahkan sebagian pelaku usaha/pengrajin mebel
memberikan hadiah tambahan.

4.5 Hasil Analisis SWOT


4.5.1 Identifikasi Kelompok Usaha
Identifikasi tiga kelompok usaha mebel pada sentra industri mebel di
Jakarta Timur binaan KIKM Jakarta Timur, yaitu :
1. Kelompok Usaha Menengah
a. CV Al-Makmur Jaya Furniture : perusahaan ini didirikan sejak
tahun 1991 oleh H. A. Kana Firdaus. Awalnya Bapak H. Kana
Firdaus adalah seorang karyawan perusahaan yang bergerak di
bidang permebelan di daerah Jakarta Timur. Karirnya dimulai
dari pengangkut limbah produk mebel hingga diangkat mnjadi
karyawan tetap. Dengan pengalaman yang dimiliki sebagai
karyawan perusahaan mebel selama bertahun-tahun, akhirnya dia
mendirikan usaha mebel sendiri. CV Al-Makmur Jaya Furniture
merupakan perusahaan mebel yang dimulai dari nol yang
beralamat di Jl. Raya Bekasi Timur Km 17 No.40, Kecamatan
78

Duren Sawit, Jakarta Timur. Perusahaan ini bergerak di bidang


usaha mebel dengan produksi mulai dari produk jadi (finishing)
sampai produk asesoris mebel dengan bahan baku yang
bervariasi. Produk yang dihasilkan terdiri dari: pembuatan lemari,
buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu, kitchen set, kamar set
(tempat tidur, meja rias, nakas, dan lemari pakaian). Produk
andalan dari CV Al-Makmur Jaya adalah kitchen set ukuran
dengan berbagai tipe dan ukuran (ukuran kecil, sedang dan
ukuran besar).
b. CV Indo Jati Furniture : perusahaan ini berdiri tahun 1972 dan
merupakan perusahaan mebel yang dimulai dari usaha keluarga.
CV Indo Jati Furniture berkantor sekaligus showroom di Jl.
Pahlawan Revolusi No. 9 Klender, Jakarta Timur. Perusahaan ini
sekarang dikelola oleh H. Mahfuzi, SE sebagai generasi kedua
dari keluarga. Hasil produksi CV Indo Jati Furniture hampir sama
dengan produksi perusahaan mebel lainnya, mulai dari produk
yang sudah jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel dengan
bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan terdiri dari :
pembuatan lemari, buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu,
kitchen set, kamar set tempat tidur, meja rias, dan lemari
pakaian). Selain penjualan langsung di showroom, perusahaan ini
menghasilkan produk-produk mebel pesanan dari instansi-instansi
pemerintah dan swasta terutama dari perkantoran, perumahan dan
perhotelan, seperti mebeler kantor, rak buku dan lain-lain.
c. CV Indo Largo Furniture : perusahaan ini didirikan sejak tahun
1989 di Bandung, Jawa Barat. Awalnya perusahaan ini bergerak
di bidang kontraktor dan pengadaan alat tulis kantor kemudian
ditambah dengan sub bidang yang bergerak di bidang permebelan.
Sejak tahun 2000 perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel
dengan produksi mulai dari produk jadi (finishing) sampai produk
asesoris mebel dengan bahan baku yang bervariasi. CV Indo
Largo Furniture beralamat di Jl. Gotong Royong No.92 Pondok
79

Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Produk yang


dihasilkan sama dengan produksi perusahaan mebel lainnya yaitu
pembuatan lemari, buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu,
kitchen set, kamar set (tempat tidur, meja rias, nakas, dan lemari).
2. Kelompok Usaha Kecil
a. UUT Furniture : perusahaan ini didirikan sejak tahun 1998 yang
berlokasi di Jl. Pahlawan Revolusi, Klender Jakarta Timur.
Pemilik UUT Furniture adalah UUT R. yang awalnya bekerja
sebagai pengelola perusahaan mebel orang tuanya. Perusahaan ini
bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi mulai dari
produk jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel dengan
bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan terdiri dari:
pembuatan lemeri, buffet, meja kursi makan, meja kursi tamu,
kitchen set, kamar set (tempat tidur, meja rias), rak buku dan meja
belajar anak-anak.
b. Vide Furniture : pemilik perusahaan ini adalah Ir. Ade Firman
yang sekaligus sebagai Ketua Umum KIKM Jakarta Timur.
Perusahaan ini merupakan perusahaan mebel yang dimulai dari
perusahaan mebel orang tuanya. Vide Furniture terletak di Taman
Malaka II Blok B, kavling DKI Duren Sawit Jakarta Timur.
Perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi
mulai dari produk jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel
dengan bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan
terdiri dari pembuatan lemeri, buffet, meja kursi makan, meja
kursi tamu, kitchen set, kamar set (tempat tidur, meja rias, nakas,
dan lemari pakaian).
c. Rumpun Jati Furniture : Perusahaan beralamat di Jl. Raya Bekasi
Timur Km 17 Gg. RH. Ismail Duren Sawit, Jakarta Timur.
Perusahaan ini bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi
mulai dari produk jadi (finishing) sampai produk asesoris mebel
dengan bahan baku yang bervariasi. Produk yang dihasilkan
terdiri dari pembuatan lemeri, buffet, meja kursi makan, meja
80

kursi tamu, kitchen set, kamar set (tempat tidur, nakas, dan lemari
pakaian).
3. Kelompok Usaha Mikro
a. Nabilla Furniture : Perusahaan ini beralamat di Jl. Bambu Apus
V Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Perusahaan ini
bergerak di bidang usaha mebel dengan produksi mebel setengah
jadi (unfinishing). Produk mebel hasil produksi perusahaan ini
kebanyakan lemari setengah jadi kemudian dijual kepada
pengumpul (agen). Di samping itu, perusahaan ini juga menjual
produk mebel jadi (finishing) titipan dari perusahaan lain.
b. Say Mandiri Furniture : Perusahaan ini sama dengan Nabilla
Furniture dimana hasil produksinya hanya mengandalkan produk-
produk mebel setengah jadi (unfinishing) kemudian dijual kepada
agen khususnya lemari dan buffet. Selain itu, Say Mandiri
Furniture melayani pesanan dari konsumen. Lokasi perusahaan ini
di Jl. Pahlawan Revolusi No.12 Duren Sawit Jakarta Timur.
c. Bintang Furniture : Perusahaan ini beralamat di Jl. Amalia No.17
Pondok Bambu, Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur. Bintang
Furniture sama dengan perusahaan-perusahaan mebel pada
kelompok usaha mikro lainnya yaitu hanya mengandalkan produk
mebel setengah jadi (unfinishing). Hal ini disebabkan
keterbatasan modal yang dimiliki oleh perusahaan.

4.5.2 Pengrajin Mebel Bergabung dengan KIKM Jakarta Timur


Pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta
Timur bergabung dan mengadakan kerjasama dengan KIKM Jakarta
Timur dalam pemasaran produk-produk mebel yang dihasilkan dengan
aturan dan ketentuan yang berlaku. KIKM Jakarta Timur sebagai wadah
mempunyai hak dan kewajiban kepada pelaku usaha/pengrajin mebel
sebagai anggota KIKM Jakarta Timur. Sebaliknya Pelaku usaha
mebel/pengrajin mebel selaku anggota mempunyai hak dan kewajiban.
Adapun hak dan kewajiban KIKM Jakarta Timur dan pengrajin
mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur adalah sebagai berikut :
81

a) Kewajiban pengrajin mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur,


yaitu :
1. Membayar simpanan pokok
2. Membayar simpanan wajib
3. Membayar iuran sukarela
4. Membayar biaya stand yang dipakai setiap pameran
5. Mematuhi Rapat Anggota Tahunan (RAT).
b) Hak pengrajin mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur:
1. Menerima tempat pameran di PPIKM
2. Mengikuti pameran di luar PPIKM
3. Memperoleh informasi pameran
4. Menerima USP apabila dibutuhkan
5. Memperoleh pelatihan-pelatihan dan mengikuti seminar.
c) Kewajiban KIKM Jakarta Timur, antara lain:
1. Menyediakan sarana/tempat pameran di PPIKM
2. Memberikan kesempatan mengikuti pameran di luar PPIKM
3. Memberikan informasi yang berkaitan dengan usaha mebel
4. Memberikan kesempatan mengikuti pelatihan dan seminar yang
berkaitan dengan usaha mebel
5. Memberikan pinjaman tambahan modal melalui USP
6. Menjalin hubungan kerjasama (kemitraan) dengan pihak ketiga.

4.5.3 Penetapan Alternatif Strategi Usaha


a) Matriks Evaluasi Faktor Internal
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal yang
dilakukan terhadap tiga orang narasumber kelompok usaha menengah
(CV Al-Makmur Furniture, CV Indo Jati Furniture dan CV. Indo
Largo Furniture), tiga orang narasumber kelompok usaha kecil (UUT
Furniture, Vide Furniture dan Rumpun Jati Furniture) dan tiga
kelompok usaha mikro/pemula (Nabilla Furniture, Say Mandiri
Furniture dan Bintang Furniture berupa kekuatan (strengths) dan
kelemahan (weaknesses) yang berpengaruh terhadap pengembangan
usaha mebel pada sentra industri mebel di Jakarta Timur.
82

Identifikasi dilakukan dengan bantuan kuesioner yang telah diisi


oleh pemilik perusahaan yang dianggap pakar dan memiliki kapasitas
sebagai pengambil keputusan dalam menjalankan usaha, kemudian
dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode paried
comparison (metode berpasangan), sehingga diperoleh bobot dari
masing-masing peubah internal usaha. Demikian pula dengan
pemberian peringkat (rating), penentuan peringkat dilakukan oleh tiga
pakar yang sama untuk masing-masing kelompok usaha dan data yang
diambil adalah data rataan dari ketiga pakar tesebut sehingga
didapatkan nilai terboboti dari faktor-faktor tersebut.
Pembobotan terhadap faktor internal pada sentra industri mebel
di Jakarta Timur berbeda antara setiap kelompok usaha, baik untuk
kekuatan perusahaan maupun kelemahan perusahaan. Pada kelompok
usaha menengah, hubungan baik perusahaan dengan KIKM Jakarta
Timur adalah sebagai kekuatan perusahaan, sedangkan kelemahan
utama perusahaan terdapat pada biaya produksi mebel masih tinggi.
Pada kelompok usaha kecil kekuatan utama terdapat pada pengalaman
perusahaan memproduksi mebel, sedangkan teknologi produksi yang
dipakai masih sederhana dan biaya produksi mebel masih tinggi
merupakan kelemahan utama perusahaan. Sedangkan pada kelompok
usaha mikro, harga produk mebel terjangkau konsumen merupakan
kekuatan utama bagi perusahaan sementara kelemahan utama
perusahaan terdapat pada teknologi produksi yang dipakai masih
sederhana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8,
Lampiran 14 dan Lampiran 20.
Penilaian bobot terhadap faktor internal pada sentra industri
mebel di Jakarta Timur didasarkan pada hasil kuesioner dan
wawancara mendalam pada bagian matriks berpasangan. Pada
kelompok usaha menengah dihasilkan hubungan baik perusahaan
dengan KIKM Jakarta Timur adalah sebagai kekuatan perusahaan
dengan nilai rataan (0,132), sedangkan kelemahan utama perusahaan
terdapat pada biaya produksi mebel masih tinggi dengan nilai rataan
83

(0,083). Pada kelompok usaha kecil kekuatan utama terdapat pada


pengalaman perusahaan memproduksi mebel dengan nilai rataan
(0,135), sedangkan SDM yang berpengalaman dengan nilai rataan
(0,085) dan kapasitas produksi masih terbatas dengan nilai rataan
(0,083) merupakan kelemahan utama perusahaan. Sedangkan pada
kelompok usaha mikro, harga produk mebel terjangkau konsumen
dengan nilai rataan (0,122) merupakan kekuatan utama bagi
perusahaan sementara kelemahan utama perusahaan terdapat pada
kapasitas produksi masih terbatas dengan rataan (0,084). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 15 dan Lampiran 21.
Pembobotan terhadap faktor eksrenal pada sentra industri mebel
di Jakarta Timur hampir berbeda antara kelompok usaha, baik untuk
menangkap peluang yang ada maupun yang berhubungan dengan
hambatan perusahaan. Pada kelompok usaha menengah pangsa pasar
ekspor masih terbuka luas sebagai peluang besar bagi perusahaan,
sedangkan hambatan utama perusahaan terdapat pada masuknya
produk mebel impor asal China dan banyaknya perusahaan mebel yang
sejenis. Pada kelompok usaha kecil sama dengan kelompok usaha
menengah, yaitu peluang terdapat pada pangsa pasar ekspor masih
terbuka luas, sedangkan tingginya harga bahan baku merupakan
hambatan utama bagi perusahaan. Sedangkan pada kelompok usaha
mikro, pangsa pasar ekspor masih terbuka luas dan terjaminnya pangsa
pasar lokal merupakan peluang bagi perusahaan sementara hambatan
perusahaan terdapat pada tingginya harga bahan baku dan banyaknya
perusahan mebel yang sejenis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Lampiran 11, Lampiran 17 dan Lampiran 23.
Penilaian bobot terhadap faktor eksternal pada sentra industri
mebel di Jakarta Timur didasarkan pada hasil kuesioner dan
wawancara mendalam pada bagian matriks berpasangan. Pada
kelompok usaha menengah dihasilkan pangsa pasar ekspor masih
terbuka luas (0,149) merupakan peluang besar bagi perusahaan,
sedangkan hambatan utama bagi perusahaan terdapat pada masuknya
84

produk mebel impor asal China dengan nilai rataan (0,118). Pada
kelompok usaha kecil terdapat peluang besar bagi perusahaan, yaitu
pangsa pasar (0,133), sedangkan tingginya harga bahan baku dengan
nilai rataan (0,100) merupakan hambatan utama bagi perusahaan.
Sedangkan pada kelompok usaha mikro, terjaminnya pangsa pasar
lokal dengan nilai rataan (0,098) merupakan bagian peluang utama
bagi perusahaan sementara hambatan utama perusahaan terdapat
tingginya harga bahan baku (0,100). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Lampiran 12, Lampiran 18 dan Lampiran 24.
Penentuan rating pada sentra industri mebel Jakarta Timur
dilakukan berdasarkan hasil kuesioner dan wawancara mendalam
dengan para narasumber. Pada kelompok usaha menengah dan
kelompok usaha kecil rating tertinggi pada kekuatan perusahaan
terdapat pada pengalaman perusahaan memproduksi mebel dengan
nilai rataan (4,00) sedangkan untuk kelemahan perusahaan terdapat
pada biaya produksi mebel masih tinggi dengan nilai rataan (1,67).
Sementara pada kelompok usaha mikro rating tertinggi untuk kekuatan
perusahaan terdapat pada hubungan baik perusahaan KIKM dengan
nilai rataan (4,00) sedangkan rating tertinggi untuk kelemahan
perusahaan terdapat pada biaya produksi mebel masih tinggi (1,667).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 10, Lampiran 16
dan Lampiran 22.
Dengan memasukkan hasil identifikasi kekuatan dan kelemahan
sebagai faktor strategis internal, selanjutnya diberikan bobot serta
rating untuk setiap faktor, maka dapat diperoleh hasil skor pada
masing-masing kelompok usaha seperti terlihat pada Tabel 17 untuk
kelompok usaha menengah, Tabel 18 untuk kelompok usaha kecil dan
Tabel 19 untuk kelompok usaha mikro. Faktor strategis internal
kelompok usaha menengah pada sentra industri mebel di Jakarta Timur
dapat dilihat pada Tabel 17.
85

Tabel 17 Faktor strategis internal kelompok usaha menengah


Bobot Rating Skor Ranking
Faktor Strategis Internal
(a) (b) (c= a*b) (d)
A. KEKUATAN
SDM yang berpengalaman 0,088 3,00 0,265 4
Pengalaman perusahaan memproduksi mebel 0,083 4,00 0,331 2
Image produk sudah dikenal masyarakat 0,086 3,33 0,288 3
Harga produk mebel terjangkau konsumen 0,077 3,00 0,232 5
Hubungan baik perusahaan dengan KIKM 0,132 4,00 0,529 1
Jumlah A 0,467 1,645
B. KELEMAHAN
Biaya produksi mebel masih tinggi 0,083 1,67 0,138 4
Kapasitas produksi masih terbatas 0,116 1,67 0,193 1
Teknologi yang dipakai masih sederhana 0,097 1,67 0,162 2
Sistem administrasi perusahaan kurang baik 0,105 1,33 0,140 3
Inovasi produk masih kurang (monoton) 0,132 1,00 0,132 5
Jumlah B 0,533 0,765
Total Jumlah (A+B) 1,000 2,410

Berdasarkan hasil pada faktor strategis internal pada kelompok


usaha menengah bahwa hubungan baik perusahaan dengan KIKM
Jakarta Timur sebagai faktor yang penting dalam menjalankan usaha
dengan (nilai skor 0,529) dan merupakan salah satu kekuatan yang
dimiliki perusahaan untuk menjajaki perluasan pasar terutama untuk
pasar ekspor, hal ini terkait dengan pengalaman perusahaan untuk
memproduksi mebel (nilai skor 0,331). Selain itu, perusahaan juga
memberikan perhatian yang cukup besar terhadap image produk mebel
dikenal masyarakat dengan (nilai skor 0,288) karena hal ini merupakan
salah satu kekuatan perusahaan yang harus dipertahankan untuk
mencapai konsumen tetap dan pelanggan baru.
Sedangkan kapasitas produksi yang masih terbatas (nilai skor
0,193) merupakan perhatian utama bagi perusahaan untuk
ditingkatkan, hal ini berkaitan dengan teknologi yang dimiliki
perusahaan masih sederhana dengan (nilai skor 0,162). Artinya, dalam
rangka pengembangan pemasaran produk mebel apalagi untuk pasar
ekspor perusahaan harus meningkatkan teknologi produksi baik secara
mutu maupun kuantitasnya.
86

Tabel 18 Faktor strategis internal kelompok usaha kecil

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Ranking


(a) (b) (c= a*b) (d)
A. KEKUATAN
SDM yang berpengalaman 0,085 3,00 0,255 5
Pengalaman perusahaan memproduksi mebel 0,135 4,00 0,540 1
Image produk sudah dikenal masyarakat 0,092 3,33 0,308 4
Harga produk mebel terjangkau konsumen 0,131 3,00 0,394 3
Hubungan baik pe rusahaan dengan KIKM 0,100 4,00 0,399 2
Jumlah A 0,543 1,896
B. KELEMAHAN
Biaya produ ksi mebel masih tinggi 0,092 1,67 0,154 2
Kapasitas produksi masih terbatas 0,083 1,67 0,139 3
Teknologi yang dipakai masih sederhana 0,100 1,67 0,166 1
Sistem administrasi perusahaan kurang baik 0,087 1,33 0,116 4
Inovasi produk masih kurang (monoton) 0,094 1,00 0,094 5
Jumlah B 0,457 0,669
Total Jumlah (A+B) 1,000 2,565

Berdasarkan hasil pada faktor strategis internal pada kelompok


usaha kecil, pengalaman perusahaan memproduksi mebel dengan (nilai
skor 0,540) sebagai faktor yang penting dalam menjalankan usaha,
kemudian menjalin hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur
(0,399) dan produk-produk mebel yang dipasarkan masih terjangkau
oleh konsumen (0,394) dalam rangka pengembangan pasar.
Sedangkan titik lemah yang paling utama untuk ditingkatkan
adalah masalah teknologi yang dipakai perusahaan masih sederhana
(0,166). Kemudian bagi pelaku usaha/pengrajin mebel pada ”kelompok
usaha kecil” ini lebih fokus pada masalah biaya produksi mebel yang
masih tinggi (0,154), hal ini sangat berkaitan erat dengan kapasitas
produksi (0,139). Artinya, dengan peningkatan teknologi produksi bisa
menurunkan biaya produksi (efisiensi) sehingga secara otomatis dapat
meningkatkan kapasitas produksinya.
Selain itu, sistem administrasi dan keuangan perusahaan yang
kurang baik (0,140) harus mendapat perhatian yang cukup bagi pelaku
usaha/pengrajin mebel. Hasil pengamatan di lapangan, sistem
administrasi dan keuangan perusahaan masih bersifat konvensional dan
sangat jauh dari standardisasi, semua yang berhubungan dengan
87

keuangan ditangani langsung oleh pemilik perusahaan (owner) atau


”sistem satu kantong.”
Tabel 19 Faktor strategis internal kelompok usaha mikro

Faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Ranking


(a) (b) (c= a*b) (d)
A. KEKUATAN
SDM yang berpengalaman 0,087 3,33 0,291 5
Pengalaman perusahaan memproduksi mebel 0,121 3,00 0,362 3
Image produk sudah dikenal masyarakat 0,095 3,33 0,315 4
Harga produk mebel terjangkau konsumen 0,122 3,67 0,449 1
Hubungan baik pe rusahaan dengan KIKM 0,106 4,00 0,423 2
Jumlah A 0,531 1,840
]
B. KELEMAHAN
Biaya produ ksi mebel masih tinggi 0,093 1,67 0,155 2
Kapasitas produksi masih terbatas 0,084 1,67 0,139 3
Teknologi yang dipakai masih sederhana 0,104 1,67 0,173 1
Sistem administrasi perusahaan kurang baik 0,087 1,00 0,087 5
Inovasi produk masih kurang (monoton) 0,102 1,33 0,136 4
Jumlah B 0,469 0,690
Total Jumlah (A+B) 1,000 2,530

Sementara untuk mempertahankan konsumen, pelaku usaha pada


kelompok usaha mikro lebih terkonsentrasi pada harga produk mebel
yang terjankau oleh konsumen (0,449) dan tetap menjalin hubungan
baik dengan KIKM Jakarta Timur (0,423) sebagai penyelenggara
pameran.
b) Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Berdasarkan identifikasi terhadap faktor-faktor eksternal berupa
peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berpengaruh
terhadap pengembangan usaha mebel kayu pada sentra industri mebel
di Jakarta Timur (Lampiran11, Lampiran 17 dan Lampiran 23). Dengan
memasukkan hasil identifikasi peluang dan ancaman sebagai faktor
strategis, kemudian memberikan bobot serta rating maka dapat
diperoleh hasil seperti terlihat pada Tabel 20 untuk kelompok usaha
menengah, Tabel 21 untuk kelompok usaha kecil dan Tabel 22 untuk
kelompok usaha mikro.
88

Tabel 20 Faktor strategis eksternal kelompok usaha menengah

Faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Rangking


(a) (b) (c= a*b) (d)
A. PELUANG
Terjaminnya pangsa pasar lokal 0,098 3,67 0,360 2
Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas 0,133 3,00 0,400 1
Dukungan Pemerintah terhadap sektor industri mebel 0,098 3,67 0,360 3
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang 0,085 2,33 0,199 5
Dukungan modal dari pihak perbankan 0,119 2,67 0,316 4
Jumlah A 0,533 1,635
B. ANCAMAN
Kesulitan mendapatkan bahan baku 0,085 2,00 0,170 1
Tingginya harga bahan baku 0,100 1,67 0,167 2
Menurunnya pangsa pasar ekspor 0,091 1,67 0,151 3
Masuknya produk mebel impor asal China 0,087 1,00 0,087 5
Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis 0,104 1,00 0,104 4
Jumlah B 0,467 0,679
Total (A+B) 1,000 2,314

Berdasarkan hasil pada faktor strategis eksternal di atas bahwa


terbukanya pangsa pasar ekspor (nilai skor 0,444) merupakan peluang
atau kesempatan pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha
menengah dalam rangka pengembangan pasar mebel. Selain itu,
pelaku usaha/pengrajin mebel memanfaatkan peluang masih
terjaminnya pangsa pasar lokal (0,360) sehingga bisa mengembangkan
pasar ke luar kota Jakarta.
Kesulitan mendapatkan bahan baku adalah salah satu ancaman
yang serius bagi perusahaan (nilai skor 0,170), hal ini berkaitan
langsung dengan tingginya harga bahan baku (0,167). Selain itu,
masuknya mebel impor asal China dan banyaknya perusahaan mebel
yang sejenis merupakan bagian ancaman bagi perusahaan.
89

Tabel 21 Faktor strategis eksternal kelompok usaha kecil


Bobot Rating Skor Rangking
Faktor Strategis Eksternal
(a) (b) (c= a*b) (d)
A. PELUANG
Terjaminnya pangsa pasar lokal 0,098 3,33 0,327 3
Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas 0,133 3,67 0,489 1
Dukungan Pemerintah terhadap sektor industri mebel 0,098 3,00 0,294 4
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang 0,085 2,33 0,199 5
Dukungan modal dari pihak perbankan 0,119 3,67 0,435 2
Jumlah A 0,533 1,744
B. ANCAMAN
Kesulitan mendapatkan bahan baku 0,085 1,33 0,114 4
Tingginya harga bahan baku 0,094 2,00 0,189 2
Menurunnya pangsa pasar ekspor 0,091 1,00 0,091 5
Masuknya produk mebel impor asal China 0,096 1,33 0,128 3
Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis 0,100 2,00 0,200 1
Jumlah B 0,467 0,722
Total (A+B) 1,000 2,466

Berdasarkan hasil pada faktor strategis eksternal di atas bahwa


pangsa pasar ekspor yang masih terbuka luas (nilai skor 0,489)
merupakan peluang atau kesempatan pelaku usaha/pengrajin mebel
pada kelompok usaha kecil dalam rangka pengembangan pasar mebel.
Selain itu, pelaku usaha/pengrajin mebel kelompok kecil harus
memanfaatkan peluang adanya dukungan modal dari perbankan
(0,435) sehingga bisa mengembangkan pasar ke luar Kota Jakarta
bahkan pasar ekspor.
Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis adalah salah satu
ancaman yang serius bagi perusahaan kelompok usaha kecil (nilai
skor 0,200), sehingga hal ini berdampak langsung terhadap tingginya
harga bahan baku akibat banyaknya permintaan bahan baku (0,189).
Selain itu, masuknya mebel impor asal China dan kesulitan
memperoleh bahan baku merupakan bagian ancaman bagi perusahaan.
Namun demikian, di tengah hambatan dan kendala yang dihadapi
kelompok usaha kecil pada sentra industri mebel Jakarta Timur masih
mempunyai peluang besar untuk mengembangkan usahanya terutama
pada pasar lokal.
90

Tabel 22 Faktor strategis eksternal kelompok usaha mikro


Bobot Rating Skor Rangking
Faktor Strategis Eksternal
(a) (b) (c= a*b) (d)
A. PELUANG
Terjaminnya pangsa pasar lokal 0,096 3,00 0,289 1
Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas 0,133 1,00 0,133 5
Dukungan Pemerintah terhadap sektor industri mebel 0,096 2,67 0,257 2
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang 0,081 2,00 0,163 4
Dukungan modal dari pihak perbankan 0,120 2,00 0,241 3
Jumlah A 0,528 1,083
B. ANCAMAN
Kesulitan mendapatkan bahan baku 0,082 1,33 0,109 4
Tingginya harga bahan baku 0,094 2,00 0,189 2
Menurunnya pangsa pasar ekspor 0,092 1,00 0,092 5
Masuknya produk mebel impor asal China 0,096 1,33 0,129 3
Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis 0,107 2,00 0,215 1
Jumlah B 0,472 0,733
Total (A+B) 1,000 1,816

Berdasarkan hasil pada faktor strategis eksternal di atas bahwa


terjaminnya pangsa pasar lokal (nilai skor 0,289) dan dukungan
pemerintah terhadap sektor industri mebel (0,257) merupakan peluang
bagi pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha mikro untuk
tetap bisa bertahan dalam menjalankan usahanya.
Di sisi lain banyaknya perusahaan mebel yang sejenis (nilai skor
0,215) dan tingginya harga bahan baku (nilai skor 0,189) merupakan
ancaman yang serius bagi kelompok usaha mikro. Artinya,
ketersediaan bahan baku merupakan faktor penting dalam
mempertahankan dan pengembangan usaha mebel pada sentra industri
mebel Jakarta Timur terutama pada kelompok usaha mikro.
c) Matriks Internal Eksternal
Dari hasil evaluasi dan analisis yang telah dilakukan,
selanjutnya dilakukan analisis internal eksternal yang menghasilkan
matriks Internal-Eksternal (matriks IE), sehingga dapat diketahui
posisi perusahaan untuk mempermudah dalam pemilihan alternatif
strategi. Pemetaan posisi pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra
industri mebel di Jakarta Timur sangat penting bagi pemilihan
alternatif strategi dalam menghadapi persaingan dan perubahan yang
terjadi dalam usaha mebel.
91

Pelaku usaha/pengrajin mebel pada Sentra industri mebel di


Jakarta Timur yang tergabung dengan KIKM Jakarta Timur dengan
total nilai matriks internal masing-masing sebesar (2,410), (2,565) dan
(2,530), memiliki faktor internal tergolong kategori sedang atau rata-
rata. Sedangkan total nilai matriks eksternal kelompok usaha mebel
pada kelompok usaha menengah, kecil dan mikro/pemula masing-
masing sebesar (2,314), (2,466) dan (1,816). Hal ini memperlihatkan
respons yang diberikan pelaku usaha/pengrajin mebel terhadap
lingkungan eksternal bervariasi, yaitu tergolong rendah, sedang dan
tinggi.
Posisi kelompok usaha/pengrajin mebel pada sentra industri
mebel di Jakarta Timur yang tergabung dalam KIKM Jakarta Timur
pada Matrik IE dapat dilihat pada Gambar 8.
Skor Total I F E
Kuat Rata-rata Lemah
3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99
4,0 3,0 2,0 1,0
Tinggi
I II III 3,0-4,0
Skor Total EFE

3,0 Grow dan Build Grow dan Build Hold da n Maintain


Sedang
IV V VI 2,0-2,99

2,0 Grow dan Build Hold da n Maintain Harvest atau Divestiture


VII VIII IX Rendah

1,0 Hold da n Maintain Harvest atau Divestiture Harvest atau Divestiture 1,0-1,99
Gambar 8 Posisi perusahaan sentra industri mebel Jakarta Timur
pada matriks internal-eksternal (Matriks IE)

Pada hasil matriks IE tersebut di atas nilai yang diperoleh berada


pada kotak kuadran V dan VIII yaitu Hold and Maintain dan Harvest
or Divestiture.
Strategi yang disarankan untuk diterapkan pada kondisi tersebut
adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar
atau pengembangan produk dan strategi integratif seperti integrasi
92

horizontal dan integrasi vertikal. Penggunaan strategi integrasi ini


bertujuan untuk meningkatkan rentabilitas (profitability), efisiensi dan
pengendalian melalui penggabungan atau integrasi dengan perusahaan
yang berhubungan dengan proses produksi yang dijalankan selama ini.
Namun untuk kelompok usaha mikro sebaiknya menerapkan
strategi pengembangan usaha. Artinya kelompok usaha mikro
seharusnya jangan hanya mengandalkan hasil produk mebel yang
setengah jadi (unfinishing) dijual ke pengumpul (agen) atau hanya
sebagai perantara untuk menjual produk jadi kemudian dijual kembali
tapi harus ada inovasi untuk mengembangkan usahanya dengan cara
mencoba mencari pinjaman modal untuk membangun
bengkel/workshop dan showroom lengkap dengan peralatan produksi.
Strategi penetrasi pasar yang dilakukan para pengrajin
mebel/pelaku usaha khususnya pada kelompok usaha menengah dan
kelompok usaha kecil untuk meningkatkan penjualan produk harus
melalui usaha-usaha pemasaran yang agresif dengan cara, antara lain:
1) Perusahaan mencoba untuk merangsang konsumen agar mereka
meningkatkan pembeliannya. Hal ini dilakukan dengan cara
meningkatkan promosi harga, membuat iklan lebih banyak,
publisitas melalui media dan perluasan jaringan distribusi.
2) Perusahaan dapat meningkatkan usahanya dengan menarik atau
mempengaruhi konsumen saingan. Sarana yang digunakan sama
dengan yang telah digunakan pada poin satu di atas, tapi sasaran
atau target yang hendak dicapai adalah konsumen saingan.
3) Perusahaan (pengrajin mebel/pelaku usaha) dapat meningkatkan
usahanya dengan menarik yang bukan pemakai atau calon
konsumen yang berada dalam lingkungan pasarnya. Pada
prinsipnya sarana yang digunakan tidak berbeda dengan pada poin
satu dan dua di atas, hanya yang menjadi target adalah para calon
konsumen yang bukan pemakai. Selain itu mencoba memperluas
pasar sasaran (target market) baik pasar lokal di luar daerah Jakarta
maupun pasar ekspor. Strategi penetrasi pasar ini bertujuan
93

menembus wilayah pasar yang belum dikuasai ataupun pasar baru.


Khusus untuk kelompok usaha mikro, strategi penetrasi pasar
belum dapat dilakukan karena keterbatasan pengalaman, sarana
produksi dan modal usaha yang masih terbatas. Oleh karena itu,
sebaiknya kelompok usaha ini fokus pada pengembangan usaha
sehingga bisa tetap bertahan/survive.
d) Analisis Matriks SWOT
Setelah mengetahui posisi pelaku usaha/pengrajin mebel pada
sentra industri mebel Jakarta Timur dengan kelompok usaha menengah
dan kelompok usaha kecil pada kuadran yang sama, yaitu terdapat pada
kuadran V dan kelompok usaha mikro berada pada kuadran yang
berbeda yaitu kuadran VII, maka selanjutnya adalah menyusun faktor-
faktor strategi bagi pelaku usaha/pengrajin mebel dengan menggunakan
matriks SWOT. Matriks SWOT pelaku usaha/pengrajin mebel pada
sentra industri mebel Jakarta Timur yang tergabung di KIKM Jakarta
Timur dapat dilihat pada Tabel 23.
94

Tabel 23 Matriks SWOT kelompok usaha pada sentra industri


mebel Jakarta Timur
STRENGTH-S WEAKNESS-W
INTERNAL S1. Sumberdaya manusia yang berpengalaman W1. Biaya produksi mebel masih tinggi
S2. Pengalaman perusahaan memproduksi W2. Kapasitas produksi masih terbatas
mebel W3. Teknologi yang dipakai masih sederhana
S3. Image produk sudah dikenal masyarakat W4. Sistem administrasi perusahaan kurang baik
EKSTERNAL S4. Harga produk mebel terjangkau konsumen W5. Inovasi produk masih kurang (monoton)
S5. Hubungan baik perusahaan dengan
KIKM
OPPORTUNITIES-O STRATEGI S-O STRATEGI W-O
O1. Terjaminnya pangsa pasar lokal 1 Mempertahankan pasar yang ada 1 Meningkatkan desain produk (inovasi)
O2. Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas (O1, O3, S1, S2, S3, S4, S5) (O1, O4, O5, W3, W5)
O3. Dukungan Pemerintah terhadap sektor industri 2 Memperluas pasar sasaran 2 Menjalin hubungan baik dengan bank
mebel (O1, O2, O4 S1, S2, S3) (O1, O3, O4, O5, W1, W2)
O4. Kemajuan teknologi yang semakin 3 Menjalin hubungan baik dengan KIKM 3 Memperbaiki administrasi perusahaan
berkembang (O1, O2, O3, O5, S2, S4, S5) (O1, O3, O5, W1, W4)
O5. Dukungan modal dari pihak perbankan 4 Mendorong dukungan pemerintah
terhadap industri mebel (O1, O3, O5, S4)
THREATS-T STRATEGI S-T STRATEGI W-T
1 Menjaga hubungan baik dengan pemasok 1 Membuat terminal bahan baku
T1. Kesulitan mendapatkan bahan baku
T2. Tingginya harga bahan baku bahan baku (T1, T2, S4, S5) (T1, T2 T5, W1, W2, W5)
T3. Menurunnya daya beli masyarakat
2 Meningkatkan kualitas produk 2 Mempertahankan harga jual produk di
T4. Masuknya produk mebel impor asal
(T3, T4 T5, S1, S2, S3, S4, S5) pasaran (T3, T4, T5, W1, W2, W3)
China 3 Menetapkan harga produk dengan tepat 3 Melakukan kerjasama atau mitra dengan
T5. Banyaknya perusahaan mebel yang
(T3, T4, T5, S4, S5) pengusaha besar atau menengah
sejenis 4 Menjalin kerjasama antara sesama (O1, O2, O4, W1, W2, W3, W4, W5)
pengrajin mebel (T1, T2, T3, T4, T5, S4)
S5)
Keterangan: - (Oi;Si) atau (Oi;Wi) atau (Ti;Si) atau (Ti;Wi)
Menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal
dalam menghasilkan strategi
- i = 1,2,3............................. n

STRATEGI S-O
Kolom strategi S-O adalah strategi yang menggunakan kekuatan
untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada. Beberapa strategi
yang dapat digunakan berkenaan dengan strategi ini adalah :
1) Mempertahankan pasar yang ada
Untuk mempertahankan pasar yang sudah ada, perusahaan
menjalankan strategi agar tetap bisa bertahan. Mengelola atau
memelihara tingkat kepuasan konsumen dengan berbagai cara,
antara lain: mengiklankan mutu produk mebel yang dibuat,
merancang ulang produk, bila perlu membuat layanan khusus
95

kepada konsumen, menyederhanakan proses pembelian dengan


melaksanakan pengiriman yang cepat, menawarkan berbagai
variasi produk yang dapat dipilih secara mudah, menjamin
perlindungan terhadap kerusakan dan perbaikan produk.
Selain itu, menambah daya tarik produk sehingga konsumen
tidak beralih ke produk lain, misalnya dengan mengembangkan
perluasan produk, menawarkan produk dengan berbagai type dan
desain yang bervariasi, menurunkan harga (discount) dan bila perlu
menggunakan penjualan dengan sistem keagenan atau melalui
suatu distributor khusus yang bergerak di bidang usaha mebel.
2) Memperluas pasar sasaran (target market)
Strategi perluasan pasar/pengembangan pasar melalui
diversifikasi pasar baik diversifikasi horisontal, vertikal maupun
geografis yang bertujuan untuk memasuki peluang-peluang
baru. Diversifikasi horisontal dimasukkan menambah
keanekaragaman jenis produk pada pasar yang sama. Diversifikasi
vertikal dengan penambahan nilai tambah produk pada pasar yang
sama sedangkan diversifikasi geografis bertujuan perluasan pasar
baik pasar luar Kota Jakarta atau pasar ekspor.
Secara geografis, pangsa pasar yang dilayani oleh
perusahaan terutama kelompok usaha menengah lebih banyak
terpusat di daerah kota-kota besar Pulau Jawa, seperti: Jakarta,
Bekasi dan Bogor. Untuk masa yang akan datang kelompok usaha
ini harus memperluas pangsa pasarnya mengingat pasar yang
berada di luar Kota Jakarta mempunyai daya serap yang cukup
besar untuk produk mebel. Selain itu, pangsa pasar ekspor sangat
potensial untuk digarap kembali agar sasaran pasar (target market)
bertambah luas.
Secara demografis sebaiknya kelompok usaha ini tidak
semata mengandalkan pada kelompok masyarakat yang berstatus
sosial tinggi atau mempunyai pendapatan besar. Di luar Pulau
Jawa, masyarakat Indonesia bagian Timur dan sebagian
96

masyarakat kota-kota besar di Pulau Sumatera yang berpendapatan


menengah mempunyai potensi besar sebagai target market
selanjutnya.
Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan keterampilan
menjual produk mebel/pemasaran melalui bimbingan teknis
pelatihan pemasaran rutin dari KIKM Jakarta Timur yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pemasaran,
seperti cara mempelajari kebutuhan dan keinginan konsumen, cara
melakukan penjualan dan promosi.
Selain itu, perlu adanya peningkatan pengetahuan pelaku
usaha/pengrajin mebel melalui berbagai media mengenai teknik
pemasaran, penulisan laporan keuangan dan hal-hal yang berkaitan
dengan penjualan mebel. Di samping itu, komunikasi dengan
KIKM Jakarta Timur dan sesama pelaku usaha/pengrajin mebel
harus sering dilakukan untuk sharing agar mengetahui informasi
terbaru tentang pasar mebel.
3) Menjaga hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur
Menjalin hubungan baik dengan KIKM Jakarta Timur
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi terbaru
tentang event-event yang berkaitan dengan pemasaran produk
mebel. Hubungan baik harus dibangun atas dasar kepercayaan,
kejujuran dan keterbukaan sehingga masing-masing pihak dapat
menyadari hak dan kewajiban yang telah disepakati bersama.
Dengan terjalinnya hubungan baik dan komunikasi yang
baik, maka para pengrajin mebel/pelaku usaha dapat dengan cepat
mencegah dan bahkan mengatasi permasalahan yang terjadi.
Adanya hubungan yang baik antara pelaku usaha/pengrajin mebel
dengan KIKM Jakarta Timur dapat memberikan kenyamanan
dalam berusaha yang pada akhirnya dapat menguntungkan semua
pihak sehingga persaingan yang tidak sehat antara sesama pelaku
usaha/pengrajin mebel dapat diatasi sebaik mungkin.
97

4) Mendorong dukungan pemerintah terhadap industri mebel


Dukungan pemerintah terhadap industri mebel Jakarta Timur
sangat diperlukan. Hal ini berkaitan dengan fasilitas pemasaran
yang telah disediakan pemerintah dalam rangka mempromosikan
hasil-hasil produk mebel para pengrajin mebel/pelaku usaha. Oleh
karena itu, pelaku usaha/pengrajin mebel harus mendukung
program tersebut dengan melaksanakan segala kewajiban sebagai
anggota KIKM Jakarta Timur agar fasilitas pemerintah tersebut
tetap bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

STRATEGI W-O
Strategi W-O adalah strategi untuk mengatasi kelemahan yang
dimiliki pelaku usaha/pengrajin mebel dengan memanfaatkan berbagai
peluang yang ada. Beberapa strategi yang dapat dilakukan adalah :
1) Meningkatkan desain produk (inovasi produk)
Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan usaha mebel agar
tetap berjalan dengan baik adalah dengan cara pelatihan teknik
produksi. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
keterampilan para pengrajin mebel/pelaku usaha dalam teknik
produksi, misalnya: mendesain mebel, keterampilan pertukangan
dan teknik finishing. Dengan desain produk yang bervariasi
konsumen lebih tertarik untuk memilih dan membeli sehingga bisa
meningkatkan omzet penjualan perusahaan.
2) Menjalin hubungan baik dengan bank
Dalam pengembangan pemasaran setiap usaha dibutuhkan modal
usaha. Oleh karena itu membuka dan menjalin hubungan baik
dengan pihak perbankan sangat diharapkan, terutama bagi pelaku
usaha pada kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil.
Berdasarkan adanya kelayakan usaha, bank dapat melibatkan diri
untuk biaya investasi dan modal kerja dalam pengembangan usaha
mebel. Menjalin hubungan kerja (kemitraan) dengan perusahaan
besar/perusahaan menengah adalah salah satu cara untuk
98

meyakinkan dan memudahkan menjalin hubungan baik dengan


perbankan.
3) Memperbaiki administrasi perusahaan
Suatu usaha pelaku usaha/pengrajin mebel dapat berjalan
dengan baik dan terukur bilamana dokumen-dokumen usaha seperti
bon pembelian dan penjualan, bon utang dan piutang, surat
berharga, pencatatan pendapatan, dan pengeluaran (laporan
keuangan) telah tersimpan dan teradministrasi dengan rapih.
Administrasi dokumen yang teratur, rapih dan teliti merupakan
prinsip dasar pelaku usaha/pengrajin mebel untuk pengembangan
usahanya. Dokumen-dokumen tersebut merupakan data bagi
pelaku usaha/pengrajin mebel dalam mengambil keputusan untuk
pengembangan usahanya.
Pelaku usaha/pengrajin mebel dapat mengetahui apakah
usahanya tersebut untung atau rugi dalam satu periode atau dalam
satu tahun tersebut sehingga pelaku usaha/pengrajin mebel dapat
menentukan langkah-langkah yang perlu diambil bilamana
menemui kesulitan dalam usahanya dan bahkan dengan adanya
data-data tersebut pelaku usaha/pengrajin mebel dapat
mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dan dapat
menentukan strategi yang perlu diambil dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut.
Dokumen-dokumen yang teradministrasi dengan baik dan
rapih dapat membantu pelaku usaha/pengrajin mebel dalam
mengajukan keluhan, apabila terdapat kejanggalan dalam
perolehan pendapatan bagi pelaku usaha/pengrajin mebel kepada
KIKM Jakarta Timur. Data tersebut dapat juga dijadikan landasan
bagi pelaku usaha/pengrajin mebel untuk lebih berdisiplin dalam
usaha sehingga hasil yang diperoleh dari usaha pelaku
usaha/pengrajin mebel benar-benar digunakan untuk
pengembangan usaha tersebut.
99

STRATEGI S-T
Strategi S-T merupakan strategi yang menggunakan kekuatan
pelaku usaha/pengrajin mebel untuk menghindari ancaman-ancaman
yang ada. Strategi alternatif yang dapat dilakukan perusahaan adalah :
1) Menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku.
Hubungan yang telah terjalin baik dapat menimbulkan kenyamanan
dalam berusaha. Hubungan dengan pemasok bahan baku
merupakan hal penting dan perlu dibina untuk menghindari
terjadinya kelangkaan bahan baku. Illegal loging atau penebangan
liar perlu diberantas karena membahayakan perekonomian dan
lingkungan. Illegal loging ini merusak citra Indonesia di mata
internasional yang saat ini peduli pada lingkungan hidup. Jika citra
terus merosot, mereka akan mengeluarkan regulasi untuk
menghentikan pembelian produk furniture kayu dari Indonesia.
Illegal loging juga membahayakan keamanan supplay bahan baku
kayu industri furniture Indonesia. Oleh karena itu diperlukan
pemberantasan illegal loging untuk (a) membangun citra produk
furniture kayu Indonesia, (b) mengamankan supplay bahan baku
dan (c) mengurangi biaya produksi.
2) Meningkatkan mutu produk.
Mutu produk mebel merupakan hal yang perlu mendapat
perhatian utama dari pengrajin mebel/pelaku usaha, mengingat
mutu suatu produk sangat berkaitan erat dengan masalah kepuasan
konsumen. Setiap pelaku usaha/pengrajin mebel harus memilih
tingkat mutu yang akan membantu atau menunjang usaha untuk
meningkatkan/mempertahankan posisi dalam pasar.
Saat ini pengrajin hanya mengandalkan talent pengrajin
namun lambat dalam mengantisipasi dan merespons perkembangan
selera pasar. Selain itu, mutu produk juga mengkhawatirkan kalau
dikaitkan dengan pesaing yang semakin banyak. Desain produk
selama ini terkesan monoton dan tidak banyak berkembang karena
kebanyakan lebih melayani desain pesanan dari konsumen.
100

Berdasarkan dari produk yang dihasilkan, ternyata terdapat


keuntungan pengadaan produk pada mutu tertentu. Oleh karena itu,
mutu produk harus dipilih dengan mempertimbangkan pasar
(target market) dari segmen tertentu.
3) Menetapkan harga produk dengan tepat.
Penetapan harga selalu menjadi masalah bagi setiap
pengrajin mebel/pelaku usaha karena penetapan harga jual produk
mempunyai dampak langsung terhadap besarnya laba yang
diperoleh perusahaan. Penetapan harga sebagian besar berdasarkan
pada kuantitas permintaan. Apabila permintaan banyak, harga yang
dikenakan akan rendah dan apabila permintaan sedikit harga yang
dikenakan akan tinggi walaupun dalam kedua kasus di atas harga
satuan yang berlaku mungkin sama.
Berdasarkan penelitian di lapangan, harga jual mebel dapat
berbeda-beda berdasarkan konsumen. Harga yang lebih tinggi
diberikan kepada pembeli yang tidak memperdulikan harga dan
harga yang lebih rendah diberikan pada pembeli yang
memperhatikan harga. Penetapan harga seperti ini dapat
menghancurkan kepercayaan konsumen dalam jangka panjang
yang pada akhirnya dapat menurunkan omzet penjualan. Kasus
seperti ini sering ditemukan pada kelompok usaha mikro/pemula.
Selain itu, penetapan harga dilakukan bila harga tersebut
sebagian besar ditentukan oleh harga pesaing yang lain. Perusahaan
dapat mempertahankan harga produknya lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga produk pesaing dalam batasan presentase
tertentu. Penetapan harga yang berorientasi persaingan ini biasanya
digunakan pelaku usaha/pengrajin mebel dalam penawaran kontrak
atau sub kontrak.
4) Menjalin kerjasama antar sesama pengrajin mebel.
Kerjasama informasi antar pelaku usaha/pengrajin mebel perlu
dilakukan untuk memberikan nilai tambah keterampilan dan
pengetahuan dalam pengembangan usaha mebel di luar bimbingan
101

teknis atau pelatihan yang diselenggarakan oleh KIKM Jakarta


Timur. Di samping itu, kerjasama ini bertujuan untuk meminimalis
persaingan yang tidak sehat di antara sesama pengrajin
mebel/pelaku usaha terutama dalam penentuan harga produk.

STRATEGI W-T
Strategi W-T merupakan strategi pelaku usaha/pengrajin mebel
kerjasama dengan KIKM Jakarta Timur untuk meminimalkan
kelemahan yang dimiliki agar terhindar dari ancaman yang ada.
Strategi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Membuat terminal bahan baku.
Untuk memenuhi target pasar yang ada tidak terlepas dari
bahan baku produk, di sisi lain bahan baku adalah salah satu yang
menjadi kendala dalam meningkatkan produksi. Kesulitan
mendapatkan bahan bagi industri mebel pada sentra industri mebel
Jakarta Timur tidak terlepas dari ”permainan oknum” pemasok
bahan baku yang berasal dari luar Kota Jakarta. Oleh karena itu,
pembangunan terminal bahan baku sangat dibutuhkan.
Dengan pembangunan terminal bahan baku diharapkan dapat
membantu pelaku usaha/pengrajin mebel menekan ongkos
produksi. Tingginya harga jual bahan baku mebel disebabkan oleh
industri pengolahan bahan baku mebel harus berinvestasi besar
pada mesin potong. Padahal, apabila terminal kayu berhasil
dibangun dan berjalan secara optimal, pengrajin sudah bisa
membeli kayu sesuai potongan-potongan yang dibutuhkan
selanjutnya pengrajin mebel tinggal proses mendesain,
memproduksi, finishing lalu memasarkannya.
2) Mempertahankan harga jual produk di pasaran.
Berdasarkan hasil di lapangan, terjadi persaingan yang
kurang sehat antara pengrajin dengan saling menjatuhkan harga.
Akibatnya margin keuntungan yang didapat semakin tipis,
terutama yang diterima oleh pengrajin mebel yang posisinya
102

sebagai mata-rantai terbawah atau pelaku usaha kelompok usaha


mikro/pemula.
Sebaiknya, di antara para pelaku usaha/pengrajin mebel harus
ada kesepakatan dalam penetapan harga untuk mempertahankan
harga jual produk di pasaran. Strategi mempertahankan harga jual
dapat dilakukan dengan cara melakukan produksi dengan efisien
sehingga biaya produksi per satuan produk/per unit produk menjadi
lebih rendah sehingga memperoleh margin/keuntungan yang baik.
3) Melakukan kemitraan dengan usaha besar/usaha menengah.
Dalam menghadapi persaingan terutama dalam pemasaran,
pelaku usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta
Timur dituntut untuk melakukan hubungan kerjasama (kemitraan)
dengan usaha besar/usaha menengah yang bergerak dalam usaha
permebelan. Hubungan kerjasama (kemitraan) tersebut perlu
dikukuhkan dalam suatu surat perjanjian kerjasama yang dibuat
dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang bekerjasama
berdasarkan kesepakatan bersama. Perjanjian kerjasama yang
dibuat harus dicantumkan kesepakatan apa yang akan menjadi
kewajiban dan hak dari masing-masing pihak.
Menjalin hubungan kerjasama (kemitraan) ini bertujuan
untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin spesifik,
berubah dengan cepat, produk bermutu tinggi dan harga yang
murah. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kemitraan ini
di antaranya adalah: meningkatkan produktivitas, efisiensi, jaminan
mutu produk, kuantitas produk bisa meningkat, kontinuitas
produksi, menurunkan resiko kerugian, memberikan social benefit
yang cukup tinggi dan bisa meningkatkan ketahanan ekonomi
secara nasional.
Berdasarkan hasil analisis strategi pemasaran yang telah dilakukan
dengan menggunakan analisis SWOT, posisi pengembangan pemasaran
produk mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur berada pada kuadran
V dan VIII berdasarkan tingkatan kelompok usahanya. Pelaku usaha/pengrajin
103

mebel kelompok usaha menengah terdapat pada kuadran V yang digambarkan


sebagai daerah hold dan maintain, yaitu memiliki kekuatan dan peluang yang
lebih besar dibandingkan dengan kelemahan dan ancamannya serta strategi
pemasaran pada kelompok usaha ini masih relevan dengan perubahan
lingkungan saat ini.
Strategi yang diterapkan di masa mendatang adalah strategi intensif atau
pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy) dengan menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluangnya, melalui pemeliharaan mutu
produk, peningkatan kemampuan produksi, peningkatan SDM, pengembangan
skala usaha, pengembangan pemasaran dan peningkatan ketersediaan bahan
baku mebel.
Pelaku usaha/pengrajin mebel kelompok usaha menengah dan kelompok
usaha kecil berada pada kuadran V yang digambarkan sebagai daerah hold
and mantain, yaitu peluang yang masih lebih besar dibandingkan dengan
kelemahan dan ancamannya. Strategi yang paling tepat dilakukan oleh pelaku
usaha/pengrajin mebel adalah hold and maintain, misalnya penetrasi pasar dan
pengembangan produk dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan
peluang yang ada, yaitu pemeliharaan mutu produk, peningkatan kemampuan
produksi, peningkatan SDM, pengembangan skala usaha, pengembangan
pemasaran dan peningkatan ketersediaan bahan baku.
Sedangkan pelaku usaha/pengrajin mebel pada kelompok usaha
mikro/pemula berada pada kuadran VIII yang digambarkan sebagai harvest or
divestiture, yaitu pelaku usaha/pengrajin mebel harus meningkatkan usahanya
dari hasil usaha sebelumnya. Artinya, hasil/keuntungan usaha harus bisa
membebaskan/meningkatkan usahanya dengan cara pengembangan usaha.
Adapun rumusan alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh pelaku
usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur adalah :
1. Kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil
a) Strategi menghadapi pasar yang ada sekarang (current market)
1. Strategi penetrasi pasar
Strategi ini berusaha untuk meningkatkan posisi perusahaan dan
meningkatkan market share produk mebel yang dihasilkan
104

sekarang. Untuk meningkatkan pangsa pasar, pelaku usaha/


pengrajin mebel harus tetap membina hubungan baik dengan
pemasok bahan baku dan konsumen (pelanggan) tetap dengan
mengedepankan mutu produk dan pelayanan prima. Pelaku
usaha/pengrajin mebel harus mencoba membuka dan menjalin
hubungan baik dengan pihak bank atau lembaga keuangan lainnya
untuk mengajukan kredit tambahan modal usaha dalam rangka
peningkatan produksi.
2. Strategi pengembangan produk
Di dalam kondisi persaingan, sangat berbahaya bagi suatu
perusahaan bila hanya mengandalkan produk yang ada tanpa usaha
tertentu untuk pengembangannya. Dengan mengadakan
pengembangan produk, perusahaan dapat memahami kebutuhan
dan keinginan pasar, serta melihat kemungkinan penambahan atau
perubahan produk, misalnya mutu produk, penampilan (features),
pilihan yang ada (option), gaya (style), merek (brand names),
pengemasan (packaging), ukuran (sizes), jenis (product lines),
macam produk (product items), jaminan (warranties) dan
pelayanan (services). Jika dilihat produk mebel yang ada pada
sentra industri mebel Jakarta Timur masih mengandalkan produk-
produk lama terutama desain mebel.
b) Strategi dalam menghadapi pasar yang baru (new market)
1. Strategi Pengembangan Produk
Dalam menghadapi pasar yang baru (new market) pelaku
usaha/pengrajin mebel pada sentra industri mebel Jakarta Timur
harus melakukan berbagai strategi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari persaingan yang ketat. Ada pun strategi yang harus
dilakukan adalah dengan cara pengembangan produk, yaitu:
meningkatkan mutu produk mebel, membuat pilihan-pilihan
alternatif, menambah variasi/desain produk, penampilan produk,
meningkatkan pelayanan terutama after sales, membuat label
produk (brand) yang lebih menarik dan membuat jaminan produk.
105

2. Strategi Pengembangan Pasar.


Jika dilihat dari pangsa pasar yang dilayani oleh perusahaan pada
sentra industri mebel di Jakarta Timur maka potential market yang
belum dapat diraih masih sangat besar. Pangsa pasar di luar Kota
Jakarta dan sekitarnya masih sangat potensial untuk
dikembangkan. Jika dianggap perlu, perusahaan khususnya pada
kelompok usaha menengah dan usaha kecil dapat melakukan
perubahan strategi pemasaran yang lebih relevan dengan kondisi
yang ada untuk mencapai pangsa pasar potensial dengan
pendekatan harga, promosi dan distribusi yang tepat. Produk mebel
yang dihasilkan sudah cukup baik dan diterima di berbagai segmen
pasar, tetapi sangat dituntut peningkatan mutu produk.
2. Kelompok usaha mikro/pemula.
Kelompok usaha mikro/pemula sebagai kelompok usaha pendatang
baru sebaiknya menerapkan strategi pengembangan usaha. Artinya
kelompok usaha mikro pada sentra industri mebel Jakarta Timur
seharusnya jangan hanya mengandalkan hasil produk mebel setengah jadi
(unfinishing) saja, tetapi harus ada inovasi dari pelaku usaha/pengrajin
mebel untuk mengembangkan usahanya dengan cara mencoba mencari
pinjaman modal usaha. Hal ini bertujuan untuk membangun
bengkel/workshop dan showroom serta membeli peralatan produksi.
106

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Pelaku usaha/pengrajin mebel di sentra industri mebel Jakarta Timur
mempunyai strategi pemasaran yang berbeda, dimana kelompok usaha
menengah dan kelompok usaha kecil melakukan promosi di luar
pameran yang diselenggarakan KIKM Jakarta Timur sedangkan
kelompok usaha mikro hanya mengandalkan pameran KIKM Jakarta
Timur dan pesanan dari konsumen.
2. Pelaku usaha/pengrajin mebel di sentra industri mebel Jakarta Timur
belum memanfaatkan kekuatan yang ada secara optimal dan belum
menangkap peluang secara maksimal untuk mengembangkan usahanya.
3. Alternatif strategi usaha dari hasil analisis SWOT adalah memperluas
pasar, meningkatkan desain/inovasi produk, memperbaiki administrasi
perusahaan, menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan baku,
meningkatkan mutu produk, membuat terminal bahan baku dan
melakukan kemitraan dengan usaha besar/usaha menengah.

5.2 Saran
1. Memperluas pengembangan pasar ke luar Kota Jakarta dan pasar ekspor
bagi kelompok usaha menengah dan kelompok usaha kecil, sedangkan
bagi kelompok usaha mikro agar jangan hanya mengandalkan pasar
pameran dan pesanan dari konsumen.
2. Memanfaatkan kekuatan perusahaan yang ada secara optimal untuk
mengembangkan pemasaran produk mebel dengan cara inovasi produk
dan meningkatkan mutu produk melalui peningkatan SDM perusahaan
dan menangkap peluang secara maksimal dengan memperluas pangsa
pasar untuk pengembangan usahanya, dengan cara memperbanyak
promosi produk melalui media internet.
3. Melaksanakan alternatif strategi usaha : meningkatkan mutu produk dan
desain/inovasi produk, menjaga hubungan baik dengan pemasok bahan
baku, memperbaiki administrasi perusahaan, membuat terminal bahan
baku dan melakukan kemitraan dengan usaha besar/usaha menengah.
107

DAFTAR PUSTAKA

Aryono B. 2004. ”Analisis Strategi Bauran Pemasaran pada Nava Java Interior.”
[Skripsi] pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik
Atma Jaya, Jakarta.
[Asmindo dan Depdag] Asosiasi Permebelan dan Kerajinan Indonesia dan
Departemen Perdagangan. 2008. ”Laporan Tahunan.” Asmindo dan
Depdag, Jakarta.
Assauri S. 2007. Manajemen Pemasaran: Dasar, Konsep dan Strategi. Rajawali
Perss, Jakarta.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. ”Berita Resmi No.28/05/Th.XI: Perkembangan
Indikator Makro UKM Tahun 2008.” BPS, Jakarta.
Ciptono F, G Chandra dan D Adriana 2009. Pemasaran Strategik. (Edisi
Pertama). Andi, Jogjakarta.
David F. 2004. Manajemen Strategis. Edisi Kesembilan (Terjemahan). Indeks,
Yogyakarta.
David F. 2006. Manajemen Strategis; Konsep (Terjemahan, Buku 1) Salemba
Empat, Jakarta.
Davis J. 2005. Majic Numbers For Consumer Marketing: Alat Kuantitatif dan
Kualitatif Untuk Mengevaluasi Kesuksesan Pemasaran (Terjemahan).
Elex Media Gramedia, Jakarta.
Foster, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran Manajemen yang Sukses di
Negara Berkembang (Terjemahan). Seri Manajemen No.50, BPFE UGM,
Yogyakarta.
Griffin, H. 2000. Costumer Loyalty, How to Earn it How to Keepit. Loxington :
Books An Imprint of The Free Press.
Haeruman, H. 2000. “Peningkatan Daya Saing Industri Kecil untuk Mendukung
Program PEL.” Makalah Seminar Peningkatan Daya Saing. Graha
Sucofindo, Jakarta.
[IAI] Ikatan Akuntan Indonesia. 1985. “Prinsip Akutansi Indonesia 1984” IAI,
Jakarta.
Istijanto. 2009. Aplikasi Praktis Riset Pemasaran, (Edisi Revisi). Gramedia,
Jakarta.
[Kemenkop dan UKMI] Kementerian Koperasi dan UKM. 2008. UU RI No. 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Asa Mandiri,
Jakarta.
[KIKM] Koperasi Industri Kayu dan Mebel. 2006. Company Profile Koperasi
Industri Kayu dan Mebel Jakarta Timur. KIKM, Jakarta.
Kinnear TC, Taylor JR. 1991. Marketing Research; An Applied Approach. Mc.
Graw Hill Company. USA.
108

Kotler, P 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi


dan Pengendalian (Terjemahan). Erlangga, Jakarta.
________2000. Marketing Manajemen. The Millenium Edition, Prentice Hall
International Edition, New Jersey.
Kotler P dan K.L Keller. 2007a. Manajemen Pemasaran (Terjemahan, Edisi 12
Jilid 1). Indeks, Jakarta.
____________________2007b. Manajemen Pemasaran (Terjemahan). Edisi 12
Jilid 2. Indeks, Jakarta.
Kotler, P. dan AB Susanto. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis
Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. (Jilid 1). Salemba Empat,
Jakarta.
Kusnadi, A dan S.M Zainal 2002. Akuntansi Manajemen Komprehensif
Tradisional dan Kontemporer. Universitas Brawijaya, Malang.
Mulyadi. 1991. Akuntansi Biaya. Aditya Media, Yogyakarta.
Porter M. 2004. Strategi Bersaing: Teknis Menganalisis Industri dan Pesaing.
(Terjemahan) Erlangga, Jakarta.
Rangkuti F. 2008. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta.
Riyanto B. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE, Yogyakarta.
Robbins, S.P dan C, Mary. 2004. Manajemen (Terjemahan). Indeks, Jakarta.
Setiadi, W.T. 2006. ”Analisis Strategi Penggunaan Pengembangan Bahan Baku
Kayu Bersertifikat Ekolabel di Indonesia.” Tesis pada Magister
Manajemen dan Bisnis. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.
Syamsudin, L. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dalam
Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Tambunan, T. 1997. Peran industri Kecil dalam Meningkatkan Nilai Tambah
Ekonomi di Pedesaan. Simposium Industri Kecil. Universitas Kristen
Indonesia, Jakarta.
Umar H. 2008. Strategic Management in Action: Konsep, Teori dan Teknik
Menganalisis Manajemen Strategik. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wijaya, I.R. 2000. Hukum Perusahaan: Undang-Undang dan Peraturan
Pelaksanaan di Bidang Usaha. Kesaint Blanc, Jakarta.
109

LAMPIRAN
110

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

ANALISIS PENGEMBANGAN STRATEGI PEMASARAN MEBEL


DI SENTRA INDUSTRI MEBEL JAKARTA TIMUR

PAJARUDDIN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
111

Lanjutan Lampiran 1.
PENGANTAR

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir pada Program Studi Industri Kecil
Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, kami melakukan penelitian
dengan judul "Analisis Pengembangan Strategi Pemasaran Mebel di Sentra Industri
Mebel Jakarta Timur." Untuk maksud tersebut, kami melakukan penelitian lapangan yang
salah satu bentuk implementasinya melalui kuesioner.

a. Tujuan
Kuesioner ini bertujuan untuk memperoleh data-data dan informasi yang akurat
dan valid di lapangan dari usaha mebel pada Sentra industri mebel di Jakarta Timur untuk
keperluan analisis perusahaan dalam kaitannya dengan aspek pengembangan pemasaran
khususnya yang mencakup tentang analisis pengembangan strategi pemasaran.

b. Kegunaan Kuesioner
Data-data yang diperoleh akan dianalisis dan diolah secara deskripsi dengan
penekanan pada aspek pemasaran perusahaan, sehingga diperoleh gambaran tentang
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta perkembangan dan keadaan
profitabilitas serta kemampuan perusahaan dalam menjalankan dan mengembangkan
usaha di bidang industri mebel.
Hasil dari pengolahan data ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi bagi
usaha industri mebel pada Sentra industri mebel Jakarta Timur dan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan pola pengelolaan aspek pemasaran yang dapat
memberikan peningkatan usaha sesuai dengan strategi pemasaran yang dikembangkan.
Dengan demikian pada hasil penelitian dapat dirumuskan strategi apa yang dapat dibuat/
direkomendasikan dalam pengembangan strategi pemasaran pada Sentra industri mebel
Jakarta Timur di masa yang akan datang.
Demikianlah hal ini disampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan
terima kasih.

Hormat kami,

PAJARUDDIN
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana
Program Studi Industri Kecil Menengah
Institut Pertanian Bogor
112

Lanjutan Lampiran 1.

Untuk memperoleh informasi dari KIKM Jakarta Timur, penulis


melakukan wawancara mendalam kepada pengurus KIKM Jakarta Timur tersebut
dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Pertanyaan yang akan diajukan berupa pertanyaan sederhana yang berkaitan
dengan kondisi KIKM Jakarta Timur dalam membina anggota KIKM Jakarta
Timur khususnya dalam aspek pemasaran mebel produksi perusahaan sebagai
anggota KIKM Jakarta Timur.
b) Jawaban dari pertanyaan akan diisi oleh narasumber dalam bentuk pilihan dan
penjelasan berdasarkan informasi dan tingkat kepentingan dalam organisasi.
c) Hasil wawancara mendalam bersifat rahasia, hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar.

A. PROFIL NARASUMBER
1. Nama : ......................................................
2. Umur : ......................................................
3. Jabatan : ......................................................
4. Pendidikan : ......................................................
5. Alamat Rumah : ......................................................
6. Nomor Telp./HP : ......................................................

B. PROFIL KIKM Jakarta Timur


1. Nama Koperasi : ......................................................
2. Tahun Berdiri : ......................................................
3. Alamat Koperasi : ......................................................
4. Jumlah Anggota : ......................................................
a. Aktif : ......................................................
b. Tidak Aktif : ......................................................

C. INFORMASI UMUM
1. Bagaimana peran dan fungsi KIKM Jakarta Timur bagi sentra industri mebel
di Jakarta Timur ?
Jelaskan.......................................................................................................
113

Lanjutan Lampiran 1.

2. Apa saja yang menjadi persyaratan untuk menjadi anggota KIKM Jakarta
Timur ?
Jelaskan.......................................................................................................
3. Apakah ada kerjasama antara KIKM Jakarta Timur dengan perusahaan
mebel sebagai anggota KIKM Jakarta Timur ?
a. Ya b. Tidak
4. Jika ya, bagaimana sistem hubungan kerjasama yang telah dilakukan ?
Jelaskan.......................................................................................................
5. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban KIKM Jakarta Timur ?
Jelaskan.......................................................................................................
6. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban perusahaan anggota KIKM
Jakarta Timur ?
Jelaskan.......................................................................................................
7. Apakah KIKM Jakarta Timur juga menjalin kerjasama dengan pihak ketiga?
a. Ya b. Tidak
8. Bila ya, dengan pihak mana saja ? Jelaskan.................................................
9. Bagaimana peranan KIKM Jakarta Timur untuk mengatasi kelangkaan
bahan baku ?
Jelaskan.......................................................................................................
10. Bagaimana peranan KIKM Jakarta Timur untuk meningkatkan penjualan
anggota KIKM Jakarta Timur ?
Jelaskan.......................................................................................................
11. Apakah program promosi bulanan yang dilakukan oleh KIKM Jakarta Timur
bekerjasama dengan pihak pemerintah Jakarta Timur ?
a. Ya b. Tidak
12. Bila ya, kerjasama dengan dinas apa ? Jelaskan...........................................
13. Kenapa program promosi bulanan dilakukan di Pusat Promosi Industri Kayu
dan Mebel ? Jelaskan.....................................................................................
14. Bagaimana sistem program promosi bulanan yang dilakukan ?
Jelaskan.......................................................................................................
114

15. Apakah setiap anggota KIKM Jakarta Timur berhak untuk mengikuti
promosi tersebut ?
a. Ya b. Tidak
16. Siapa saja yang berhak untuk mengikuti program promosi tersebut ?
Jelaskan.......................................................................................................
17. Apa saja syarat untuk mengikuti program promosi tersebut ?
Jelaskan.......................................................................................................
18. Bagaimana respon masyarakat/konsumen terhadap program promosi
bulanan yang dilakukan di Pusat Promosi Industri Kayu dan Mebel ?
Jelaskan.......................................................................................................
115

Lanjutan Lampiran 1.

Untuk memperoleh informasi dari perusahaan yang akan diteliti/dikaji,


penulis melakukan wawancara mendalam kepada pemilik dan karyawan
perusahaan-perusahaan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan berupa pertanyaan sederhana yang
berkaitan dengan kondisi perusahaan khususnya aspek pemasaran perusahaan.
b) Jawaban dari pertanyaan akan diisi oleh narasumber dalam bentuk pilihan dan
penjelasan berdasarkan informasi dan tingkat kepentingan dalam perusahaan.
c) Hasil wawancara mendalam bersifat rahasia, hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian dan tidak dipublikasikan kepada pihak luar.

A. PROFIL NARASUMBER
1. Nama : ......................................................
2. Umur : ......................................................
3. Jabatan : ......................................................
4. Pendidikan : ......................................................
5. Alamat Rumah : ......................................................
6. Nomor Telp./HP : ......................................................

B. PROFIL USAHA
1. Nama Perusahaan : ......................................................
2. Tahun Berdiri : ......................................................
3. Alamat Perusahaan : ......................................................
a. Workshop : ......................................................
b. Showroom : ......................................................
4. Bentuk Badan Usaha : ......................................................
5. Jumlah Karyawan : ......................................................
c. Tetap : ......................................................
d. Tidak tetap : ......................................................

C. MODAL USAHA
1. Apakah modal usaha merupakan modal sendiri ?
a. Ya b. Tidak
116

Lanjutan Lampiran 1.

2. Apakah modal usaha merupakan kerjasama dengan pihak luar ?


a. Ya b. Tidak
3. Apakah modal usaha pernah dapat pinjaman dari pihak bank atau KIKM
Jakarta Timur ?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah modal usaha merupakan ancaman bagi perusahaan ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju
5. Apakah menurut anda modal usaha diperlukan pinjaman dari bank ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju
6. Apakah modal usaha merupakan kekuatan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju
7. Apakah biaya/ketersediaan modal sekarang menjadi hambatan bagi peusahaan
dalam menjalankan usaha anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
8. Apakah sistem keuangan selama ini menjadi hambatan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
9. Apakah sistem keuangan selama ini menjadi ancaman bagi stabilitas keuangan
perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

D. BAHAN BAKU
1. Apakah kelangkaan bahan baku merupakan ancaman bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju
2. Apakah kenaikan harga bahan baku merupakan ancaman dalam produksi ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. setuju d. Sangat setuju
3. Apa ketersediaan bahan baku adalah jadi kekuatan pada perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
4. Apa yang menyebabkan kelangkaan bahan baku pada perusahaan anda ?
Jelaskan...............................................................................................................
5. Apakah perlu dibuat terminal bahan baku ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
117

Lanjutan Lampiran 1.

6. Apa saja jenis produk yang diproduksi selama ini ?


No Nama Produk Jumlah Waktu Produksi Harga Ket.
1
2
7. Bahan baku apa saja yang digunakan dalam produksi?
No Nama Bahan Asal Volume Harga Total
1
2
3

8. Bagaimana perkembangan usaha mebel selama ini ?


No Tahun Nama Produk Jumlah Jumlah Omzet
Produksi Tenaga Kerja
1
2
3

E. PELAYANAN dan PEMASARAN


1. Apakah produk mebel diujual langsung ke konsumen ?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah produk mebel dijual melalui agen ?
a. Ya b. Tidak
3. Apaka penjual langsung ke konsumen lebih baik ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
4. Apabila produk mebel dijual melalui agen, berapa jumlah agen yang
mengambil/membeli produk anda ?
Jelaskan................................................................................................................
5. Bagaimana mekanisme transaksi penjualan produk ?
a. Cash b. Kredit
6. Berapa rata-rata penjualan produk mebel setiap bulan ?
Jelaskan................................................................................................................
118

Lanjutan Lampiran 1.

7. Bagaimana pangsa pasar yang anda jalani sekarang ?


a. Sangat tidak baik b. Tidak baik c. Baik d. Sangat baik
8. Apakah pangsa pasar yang baik merupakan kekuatan perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

9. Apakah kepuasan pelanggan selama ini menjadi kekuatan bagi anda ?


a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
10. Apakah selama ini ada pelanggan yang komplain, bagaimana mengatasinya ?
Jelaskan..............................................................................................................
11. Apakah mutu pelayanan yang baik menjadi kekuatan bagi perusahaan ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
12. Apakah penetapan harga selama ini sudah efektif untuk meraih pelanggan ?
a. Ya b. Tidak
13. Apakah distribusi produk kepada pelanggan sudah berjalan dengan baik ?
a. Ya b. Tidak
14. Apa saja yang menjadi kendala dalam distribusi produk perusahaan anda ?
Jelaskan.............................................................................................................
15. Apakah promosi yang diadakan oleh KIKM Jakarta Timur sudah efektif bagi
perushaan anda ?
a. Ya b. Tidak
16. Apakah ada peningkatan penjualan perusahaan anda setelah bergabung dengan
KIKM Jakarta Timur ?
Jelaskan..............................................................................................................
17. Apakah setelah bergabung dengan KIKM Jakarta Timur merupakan kekuatan
penjualan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
18. Apakah desain produk baru menjadi efektif untuk menggaet konsumen ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
19. Apakah jarak antara work shop dengan tempat promosi menjadi hambatan ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
119

Lanjutan Lampiran 1.

20. Apakah fasilitas perusahaan sekarang menjadi ancaman bagi perusahaan ?


a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
21. Apakah fasilitas yang disediakan KIKM Jakarta Timur menjadi kekuatan
dalam melaksanakan promosi produk ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
22. Apakah kapasitas tenaga kerja yang dimiliki menjadi kekuatan bagi
perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
23. Apakah kapasitas tenaga kerja yang dimiliki merupakan kekuatan bagi
perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
24. Apakah tenaga kerja yang dimiliki mempunyai loyalitas dan dedikasi yang
tinggi kepada perusahaan anda ?
a. Ya b. Tidak
25. Jika ya, apakah loyalitas dan dedikasi tersebut menjadi kekuatan bagi
perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
26. Apakah kemampuan berproduksi yang tepat merupakan kekuatan bagi
perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
27. Apakah keahlian teknik manufaktur menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju

F. PERSAINGAN PRODUK
1. Apakah ada persaingan produk antara sesama perusahaan lokal ?
a. Ya b. Tidak
2. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
3. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
4. Apakah produk impor asal China merupakan ancaman bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
120

Lanjutan Lampiran 1.

5. Apakah ada persaingan desain dan model antara sesama perusahaan lokal ?
a. Ya b. Tidak
6. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
7. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
8. Apakah harga produk impor asal China merupakan ancaman bagi perusahaan?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
9. Apakah ada persaingan harga antara sesama perusahaan lokal ?
a. Ya b. Tidak
10. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
11. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
12. Apakah harga impor asal China yang lebih murah merupakan ancaman bagi
perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
13. Apakah ada persaingan antara sesama perusahaan lokal untuk meraih
pelanggan baru ?
a. Ya b. Tidak
14. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
15. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
16. Apakah persaingan terjadi juga dengan produk asal China ?
a. Ya b. Tidak
17. Jika ya, apakah persaingan tersebut menjadi ancaman bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
18. Apakah persaingan tersebut menjadi kelemahan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
121

Lanjutan Lampiran 1.

19. Apakah pimpinan anda adalah sosok pemimpin yang mempunyai pandangan
ke depan untuk meMenengahkan perusahaan anda ?
a. Ya b. Tidak
20. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
21. Apakah karyawan anda punya loyalitas dan dedikasi yang baik kepada
pimpinan perusahaan anda ?
a. Ya b. Tidak
22. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
23. Apakah pimpinan anda adalah sosok pemimpin yang mempunyai wawasan
kewirausahaan ?
a. Ya b. Tidak
24. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
25. Apakah karyawan anda punya kemauan kewirausahaan yang tinggi ?
a. Ya b. Tidak
26. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
27. Apakah pimpinan anda adalah sosok pemimpin yang fleksibel dan responsif
terhadap karyawan ?
a. Ya b. Tidak
28. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda ?
Jelaskan................................................................................................................
29. Apakah karyawan anda mempunyai sifat yang fleksibel dan responsif terhadap
segala tugas yang diberikan ?
a. Ya b. Tidak
30. Jika ya, apakah hal tersebut menjadi kekuatan bagi perusahaan anda?
a. Sangat tidak setuju b. Tidak setuju c. Setuju d. Sangat setuju
122

Lampiran 2 Pembobotan terhadap faktor strategi internal


Petunjuk Pengisian :
Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua
faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap
perusahaan pada Sentra industri mebel di Jakarta Timur.
Contoh:
1. “SDM yang berpengalaman” (A pada baris/vertikal) lebih penting daripada
“Pengalaman perusahaan memproduksi mebel” (B pada kolom/horizontal),
maka nilainya = 1.
2. “SDM yang berpengalaman” (A pada baris/vertikal) sama penting dari pada
“Pengalaman perusahaan memproduksi mebel” (B pada kolom/horizontal),
maka nilainya = 2
3. “SDM yang berpengalaman” (A pada baris/vertikal) tidak lebih penting
daripada “Pengalaman perusahaan memproduksi mebel” (B pada
kolom/horizontal), maka nilainya = 3

* Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris kesatu


terhadap kolom dan harus konsisten.
Faktor Penentu Internal ( A ) ( B ) ( C ) ( D ) ( E ) ( F ) ( G ) ( H ) ( I ) ( J ) Total Skor
Sumber Daya Manusia yang berpengalaman (A)
Pengalaman perusahaan memproduksi mebel (B)
Image produk sudah dikenal masyarakat (C)
Harga produk mebel terjangkau konsumen (D)
Hubungan baik perusahaan dengan KIKM (E)
Biaya produksi mebel masih tinggi (F)
Kapasitas produksi masih terbatas (G)
Teknologi yang dipakai masih sederhana (H)
Sistem administrasi perusahaan kurang baik (I)
Inovasi produk masih kurang (monoton) (J)
123

Lampiran 3 Pembobotan terhadap faktor strategi eksternal


Petunjuk Pengisian :
Pemberian nilai didasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua
faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap
perusahaan pada Sentra industri mebel di Jakarta Timur.
Contoh:
4. “Terjaminnya pangsa pasar lokal” (A pada baris/vertikal) lebih penting dari
pada “Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas” (B pada kolom/horizontal),
maka nilainya = 1.
5. “Terjaminnya pangsa pasar lokal” (A pada baris/vertikal) sama penting dari
pada “Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas” (B pada kolom/horizontal),
maka nilainya = 2
6. “Terjaminnya pangsa pasar lokal” (A pada baris/vertikal) tidak lebih penting
dari pada “Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas” (B pada
kolom/horizontal), maka nilainya = 3

* Cara membaca perbandingan dimulai dari variabel pada baris kesatu


terhadap kolom dan harus konsisten.

Faktor Penentu Eksternal ( A ) ( B ) ( C ) ( D ) ( E ) ( F ) ( G ) ( H ) ( I ) ( J ) Total Skor


Terjaminnya pangsa pasar lokal (A)
Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas (B)
Dukungan pemerintah terhadap industri mebel (C)
Kemajuan teknologi yang semakin berkembang (D)
Dukungan modal dari pihak perbankan (E)
Kesulitan mendapatkan bahan baku (F)
Tingginya harga bahan baku (G)
Menurunnya daya beli masyarakat (H)
Masuknya produk mebel impor asal China (I)
Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis (J)
124

Lampiran 4 Pemberian nilai peringkat terhadap peluang


Petunjuk Pengisian :
Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kemampuan perusahaan dalam
meraih peluang yang ada.
Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut:
Nilai 4, Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam
meraih peluang.
Nilai 3, Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang baik dalam meraih
peluang.
Nilai 2, Jika perusahaan mempunyai kemampuan sedang dalam meraih
peluang.
Nilai 1, Jika perusahaan mempunyai kemampuan yang tidak baik dalam
meraih peluang.

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kemampuan perusahaan anda dalam


memanfaatkan peluang berikut di bawah ini:
Peluang 4 3 2 1
Terjaminnya pangsa pasar lokal
Pangsa pasar ekspor masih terbuka luas
Dukungan Pemerintah terhadap industri mebel
KeMenengahan teknologi yang semakin
berkembang
Dukungan modal dari pihak Perbankan
125

Lampiran 5 Pemberian nilai peringkat terhadap ancaman


Petunjuk Pengisian :
Pemberian nilai peringkat didasarkan pada besarnya ancaman dalam
mempengaruhi keberadaan perusahaan.
Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut:
Nilai 1, Jika faktor ancaman sangat kuat mempengaruhi perusahaan.
Nilai 2, Jika faktor ancaman kuat mempengaruhi perusahaan.
Nilai 3, Jika faktor ancaman akan memberikan pengaruh biasa terhadap
perusahaan.
Nilai 4, Jika faktor ancaman tidak akan memberikan pengaruh terhadap
perusahaan

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana perusahaan anda dapat dipengaruhi oleh faktor-


faktor ancaman berikut di bawah ini:

Ancaman 4 3 2 1
Kesulitan mendapatkan bahan baku
Tingginya harga bahan baku
Menurunnya daya beli masyarakat/konsumen
Masuknya produk mebel impor asal China
Banyaknya perusahaan mebel yang sejenis
126

Lampiran 6 Pemberian nilai peringkat terhadap kekuatan


Petunjuk Pengisian :
Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kekuatan perusahaan
dibandingkan pesaing utama atau rataan industri.
Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut:
Nilai 4, Jika faktor tersebut kekuatan utama bila dibandingkan dengan
perusahaan pesaing.
Nilai 3, Jika faktor tersebut kekuatan kecil bila dibandingkan dengan
perusahaan pesaing.

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kondisi perusahaan anda bila dibandingkan


dengan perusahaan pesaing utama atau industri mebel lainnya dalam hal faktor-
faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan berikut di bawah ini:
Kekuatan 4 3
SDM yang berpengalaman
Pengalaman perusahaan memproduksi mebel
Image produk sudah terkenal di masyarakat
Harga produk mebel terjangkau konsumen
Hubungan baik perusahaan dengan KIKM Jakarta Timur
127

Lampiran 7 Pemberian nilai peringkat terhadap kelemahan


Petunjuk Pengisian :
Pemberian nilai peringkat didasarkan pada kekuatan perusahaan
dibandingkan pesaing utama atau rataan industri.
Pemberian nilai peringkat didasarkan pada keterangan berikut:
Nilai 1, Jika faktor tersebut kelemahan utama bila dibandingkan dengan
perusahaan pesaing.
Nilai 2, Jika faktor tersebut kelemahan kecil bila dibandingkan dengan
perusahaan pesaing.

Menurut Bapak/Ibu, bagaimana kondisi perusahaan anda bila dibandingkan


dengan perusahaan pesaing utama atau industri mebel lainnya dalam hal faktor-
faktor kelemahan yang dimiliki perusahaan berikut:
Kelemahan 2 1
Biaya produksi mebel masih tinggi
Kapasitas produksi masih terbatas
Teknologi yang dipakai masih sederhana
Administrasi perusahaan kurang baik
Inovasi produk masih kurang (monoton)

Daftar Tabel hasil analisis SWOT pada perusahaan


KEKUATAN: KELEMAHAN:

1. ...................................................... 1. ......................................................
2. ...................................................... 2. ......................................................
3. ...................................................... 3. ......................................................
4. ...................................................... 4. ......................................................
5. ......................................................

PELUANG: ANCAMAN:

1. ...................................................... 1. ......................................................
2. ...................................................... 2. ......................................................
3. ...................................................... 3. ......................................................
4. ...................................................... 4. ......................................................
5. ......................................................

Das könnte Ihnen auch gefallen