Sie sind auf Seite 1von 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TBC

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

Dosen Pengampu:

Daryani, K.kep,Ns,M.Kep

Di susun Oleh Kelompok 13 :

1. Afrilia Findi A.U ( 1701002 )


2. Ida Jahidatul Falah ( 1701023)

S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2018


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TUBERCULOSIS (TBC)

A. KONSEP DASAR

1. Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan


oleh Mycobacterium tuberculosis. (Price, Sylvia A & Mary P. Strandidge.2005). Penyakit
ini menular melalui paparan droplet udara dari orang yang terkena Mycobacterium
tuberculosis.

Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus, organ-organ


lain pun ikut terlibat.

2. Tanda dan Gejala

a. Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
b. Dahak bercampur darah.
c. Batuk darah.
d. Sesak napas dan rasa nyeri dada.
e. Badan lemah.
f. Nafsu makan menurun.
g. Rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan.
h. Demam meriang lebih dari sebulan
i. BB menurun
3. Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo
Actinomycetales. kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M.
bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M.
tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. M.tuberculosis
berbentuk batang, berukuran panjang 5µ dan lebar 3µ, tidak membentuk spora, dan
termasuk bakteri aerob. Mycobacteria dapat diberi pewarnaan seperti bakteri lainnya,
misalnya dengan Pewarnaan Gram. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh
pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena
itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa
mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia,
Rhodococcus, Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada
dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan
di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi
efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan, suatu molekul lain dalam dinding sel
mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M.
tuberculosis dapat bertahan hidup di dalam makrofag.

Kerusakan medulla spinalis akibat penyakit Pott terjadi melalui kombinasi 4 faktor yaitu :

1. Penekanan oleh abses dingin


2. Iskemia akibat penekanan pada arteri spinalis
3. Terjadinya endarteritis tuberkulosa setinggi blokade spinalnya
4. Penyempitan kanalis spinalis akibat angulasi korpus vertebra yang rusak

Kumar membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium yaitu :


1. Stadium implantasi.

Setelah bakteri berada dalam tulang, maka bila daya tahan tubuh penderita menurun, bakteri
akan berduplikasi membentuk koloni yang berlangsung selama 6-8 minggu. Keadaan ini
umumnya terjadi pada daerah paradiskus dan pada anak-anak umumnya pada daerah sentral
vertebra.

2. Stadium destruksi awal

Setelah stadium implantasi, selanjutnya terjadi destruksi korpus vertebra serta penyempitan yang
ringan pada discus. Proses ini berlangsung selama 3-6 minggu.
3. Stadium destruksi lanjut

Pada stadium ini terjadi destruksi yang massif, kolaps vertebra dan terbentuk massakaseosa serta
pus yang berbentuk cold abses (abses dingin), yang tejadi 2-3 bulan setelah stadium destruksi
awal. Selanjutnya dapat terbentuk sekuestrum serta kerusakan diskus intervertebralis. Pada saat
ini terbentuk tulang baji terutama di sebelah depan (wedging anterior) akibat kerusakan korpus
vertebra, yang menyebabkan terjadinya kifosis atau gibbus.

4. Stadium gangguan neurologis

Gangguan neurologis tidak berkaitan dengan beratnya kifosis yang terjadi, tetapi terutama
ditentukan oleh tekanan abses ke kanalis spinalis. Gangguan ini ditemukan 10% dari seluruh
komplikasi spondilitis tuberkulosa. Vertebra torakalis mempunyai kanalis spinalis yang lebih
kecil sehingga gangguan neurologis lebih mudah terjadi pada daerah ini. Bila terjadi gangguan
neurologis, maka perlu dicatat derajat kerusakan paraplegia, yaitu :

Derajat I : kelemahan pada anggota gerak bawah terjadi setelah melakukan aktivitas atau setelah
berjalan jauh. Pada tahap ini belum terjadi gangguan saraf sensoris.

Derajat II : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah tapi penderita masih dapat melakukan
pekerjaannya.

Derajat III : terdapat kelemahan pada anggota gerak bawah yang membatasi gerak/aktivitas
penderita serta hipoestesia/anesthesia.

Derajat IV : terjadi gangguan saraf sensoris dan motoris disertai gangguan defekasi dan miksi.
Tuberkulosis paraplegia atau Pott paraplegia dapat terjadi secara dini atau lambat tergantung dari
keadaan penyakitnya.

Pada penyakit yang masih aktif, paraplegia terjadi oleh karena tekanan ekstradural dari abses
paravertebral atau akibat kerusakan langsung sumsum tulang belakang oleh adanya granulasi
jaringan. Paraplegia pada penyakit yang sudah tidak aktif/sembuh terjadi oleh karena tekanan
pada jembatan tulang kanalis spinalis atau oleh pembentukan jaringan fibrosis yang progresif
dari jaringan granulasi tuberkulosa. Tuberkulosis paraplegia terjadi secara perlahan dan dapat
terjadi destruksi tulang disertai angulasi dan gangguan vaskuler vertebra.
5. Stadium deformitas residual

Stadium ini terjadi kurang lebih 3-5 tahun setelah timbulnya stadium implantasi. Kifosis atau
gibbus bersifat permanen oleh karena kerusakan vertebra yang massif di sebelah depan.

Komplikasi penyakit yang dapat terjadi :

 Malnutrisi
 Efek samping terapi obat hepatitis, perubahan neurologis (ketulian atau neuritis), ruam kulit.
 Resistensi banyak obat
 Penyebaran infeksi TB (TB miliaris)

4. Pathway
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala
sistemik:

 Gejala Respiratorik, meliputi :

a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah
ada kerusakan jaringan.

b. Batuk Darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah
tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

c. Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.

d. Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul apabila
sistem persarafan di pleura terkena.

 Gejala Sistemik, meliputi :

1. Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip
demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang
masa bebas serangan makin pendek.

2.Gejala Sistemik Lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan serta
malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia.
Gejala – gejala Tuberkulosis secara umum :

 Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih.
 Gejala Lain Yang Sering Dijumpai :
Dahak bercampur darah.
Batuk darah.
Sesak napas dan rasa nyeri dada.
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan
(malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari
sebulan.

6. Pemeriksaan Penunjang

a) Kultur sputum

Positif untuk Mikobakterium Tuberkulosis pada tahap akhir penyakit.

b) Tes kulit tuberkulin

Tes Mantoux adalah tes kulit yang digunakan untuk menentukan apakah individu
telah terinfeksi basil TB. Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm
terjadi 48-72 jam). Ekstrak basil tuberkulin disuntikkan ke dalam lapisan
intrademal pada aspek dalam lengan bawah, sekitar 10 cm di bawah siku.

c) Poto thorak/rongsen dada

Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap ini tampak gambaran bercak-
bercak seperti awan dengan batas tidak jelas; pada kavitas bayangan, berupa
cincin; pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas
tinggi.

d) Bronchografi

Untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.


e) Gas Darah Arteri.

Peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED). Dapat normal tergantung
lokasi, berat, dan kerusakan sisa pada paru.

f) Usap basil tahan asam BTA.

Sputum pagi hari untuk kultur BTA dikumpulkan. Usap BTA akan menunjukkan
apakahterdapat mikrobakterium yang menandakan diagnosis dari tuberkolosis.

g) Spirometri

Penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

h) Biopsi jarum pada jaringan paru

Positif untuk granuloma TB, adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

i) Pemeriksaan fungsi paru

Penurunan kapsitas vital, penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi


parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru,dll.

7. Penatalaksanaan

a. Terapi Oksigen

Pemberian oksigen kecepatan rendah : masker venture atau nasal prong

a. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan positif kontinu

b. (CPAP) atau PEEP

c. Inhalasi Nebulizer

d. Fisioterapi dada

e. Pemantauan hemodinamik/jantung
f. Pengobatan Brokodilator Steroid

g. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan

8. Fokus Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan


penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi,
psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
a) Identitas klien.
b) Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama

Saat pengkajian klien mengalami sesak nafas dan batuk berdahak.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


± 5 bulan yang lalu klien pernah menderita penyakit yang sama.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
± 2 Tahun yang lalu suami klien pernah menderita penyakit yang sama.
4. Pola Kehidupan Sehari-Hari
Pola eliminasi : BAB normal yaitu 2x sehari
Pola nutrisi : Penurunan nafsu makan
Pola tidur dan istirahat : akan terganggu karena sesak dan sering batuk
menimbulkan rasa tidak nyaman.
Pola hygiene : kebiasaan mandi 2x setiap harinya.
Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah
c) Pemerikasaan fisik.
Munculnya keluhan tidak nafsu makan, sesak nafas,dan nyeri dada
mengakibatkan penurunan intake makanan dan cairan. Akan terjadi penurunan
aktivitas sehari-hari pada klien.
9. Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
10. Perencanaan
a) Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas, kecepatan, irama, kedalaman dan penggunaan
otot aksesori.

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret atau batuk efektif, catat karakter,
jumlah sputum, adanya hemoptisis.

c) Berikan pasien posisi semi atau Fowler, Bantu/ajarkan batuk efektif dan latihan
napas dalam.

d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, suction bila perlu..

e) Pertahankan intake cairan minimal 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

11. Evaluasi

Bebasnya jalan nafas dari hambatan sekret ditandai dengan jalan nafas yang kembali
bersih, pengeluaran sekret meningkat, nafas bersih.

B. PENGKAJIAN

I. Identitas Pasien
Nama pasien : Ny.” S “
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 57 Tahun
Alamat : Jln.Sultan Sharir
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Jawa
Diagnosa medic : TB Paru
Yang bertanggung jawab
Nama : Tn. “ A “
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jln.Sultan Sharir
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Hub. Dengan pasien : Suami
II. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Saat MRS : Klien mengatakan batuk berdahak dan sesak nafas
Saat pengkajian : Klien mengatakan bahwa badannya terasa lemas, demam,
disertai batuk berdahak.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
± 3 hari sebelum masuk rumah sakit, klien mengeluh batuk berdarah dan sesak
nafas dengan frekuensi sering. Sputum yang dikeluarkan bercampur darah dan
buih.saat sesak klien mengeluh nyeri dibagian dada dan kesulitan untuk tidur
dengan KU lemah, TD 120/60 mmHg, Nadi 80/menit serta frekuensi pernafasan
24/menit. Klien mengalami sesak jika beraktivitas berat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan± 5 bulan yang lalu klien pernah menderita penyakit yang
sama.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


± 2 Tahun yang lalu suami klien pernah menderita penyakit yang sama.
5. Riwayat Sosial
Ibu mengatakan bahwa tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya dan ingin sekali cepat sembuh dan pulang kerumah.
B. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON
1. Persepsi Terhadap Kesehatan Dan Manajemen Kesehatan
Keluarga pasien menganggap bahwa kesehatan sangatlah penting dalam
kehidupannya, oleh karena itu apabila sakit maka akan segera diobati dengan cara
membeli obat ke warung atau berobat ke dokter.
2. Pola latihan dan aktivitas
Pasien sebelum sakit mampu beraktifitas sehari-hari. Pada saat sakit,adanya batuk,
sesak nafas, dan nyeri dada akan mengganggu aktivitas.
3. Pola nutrisi metabolik
Klien TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan yang menurun
4. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun
defekasi
5. Pola kognitif dan perceptual
Pada saat pengkajian pasien dalam kondisi sadar, dapat berkomunikasi dengan baik,
dapat mendengar dan melihat secara normal.
6. Pola konsep diri
Keluarga pasien pasrah dan bersabar menerima cobaan dari Allah SWT dan yakin
bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya.
7. Pola koping
Apabila pasien ada masalah maka ia akan bercerita pada suaminya.
8. Pola seksual- Reproduksi
Pasien merupakan seorang perempuan dia menyadari kalau dirinya seorang
perempuan. Dan tidak mempunyai masalah dalam fungsi seksualnya.
9. Pola peran berhubungan
Hubungan pasien dan keluarga serta teman sebayanya baik.
10. Pola nilai kepercayaan
Pasien beragama Islam, ia mengakui bahwa ia rajin mengaji dan sholat berjamaah di
masjid, pada saat sakit ia tetap berdoa kepada allah agar cepat disembuhkan.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. KEADAAN UMUM
1. Kesadaran : Composmentis
2. Kondisi pasien secara umum : Lemah dan Nyeri dada
3. Tanda-tanda vital : - TD : 120/60 mmHg
-Nadi : 80x/mnt
-Suhu : 37° C
-RR : 24x/mnt.

4. Pertumbuhan fisik : -TB : 158 cm

-BB: 44 Kg

- IMT : 17,63 (Kurus)

B. PEMERIKSAAN SECARA SISTEMIK

1. Kepala
a. Kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada tumor, rambut berwarna hitam, tidak
ada nyeri tekan.
b. Wajah
Bentuk wajah simetris, tidak ada luka, tidak ada edema.
c. Mata
Bentuk mata cekung, konjungtiva merah muda, tidak anemis, fungsi penglihatan
baik.
d. Hidung
Bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan pada hidung.
e. Telinga
Bentuk simetris, tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada sekret,
fungsi pendengaran baik.
f. Mulut
Bibir tampak kering, dengan gigi yang bersih, tidak ada perdarahan dan
pembengkakan pada gusi, kemampuan bicara baik.
2. Leher
Tidak terdapat pembesaran tyroid
3. Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris
Auskultasi : Bising usus ± 18x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : Ada nyeri tekan
4. Genetalia
Tidak terpasang kateter
5. Ekstremitas
Atas Kanan : terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm
Bawah : tidak terdapat luka, tidak terjadi kelumpuhan dan tidak oedem.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Nama Hasil Normal Satuan
1 Gula darah sewaktu 94 75-115 Mg/dl
2 SGOT *72 <31 u/l (37°)
3 SGPT 32 <32 u/l (37°)
4 Ureum *26 10-15 Mg/dl
5 Kreatinin 0,73 0,5-0,9 Mg/dl
6 HbsAg - -
7 Golongan Darah B -
8 WBC 0,8 - k/ul
9 Lym 0,9 13,3 M
10 MID 0,4 6,4 L

Pemeriksaan penunjang rontgen dengan hasil cor dalam batas normal, pada paru-paru
terdapat gambaran TB paru di apek paru dan lobus medium hasil BTA (+)
V. TERAPI YANG DIBERIKAN
1. Infus NaCl 0,9% 20 tpm
2. Infus aminofel
3. Ratinidin 50 mg 2x1 / tiap 12 jam ( injeksi )
4. Vit B-Comples tab 3x1 oral
5. Curcuma tab 3x1 oral
VI. ANALISA DATA
No DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. DS : Pasien mengatakan Ketidakefektifan Penumpukan sekret
batuk berdahak bersihan jalan
DO : Kesadaran nafas
composmentis
-TD : 120/60 mmHg
-Nadi : 80 x/menit
-Suhu : 37° C
-RR : 24 x/menit

VII. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d penumpukan sekret
VIII. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA
HASIL
1 Ketidakefektifan Setelah 1.Memonitor a.Adanya perubahan
jalan nafas b.d dilakukan TTV fungsi respirasi
penumpukan sekret tindakan 2. Observasi b.Kemampuan
keperwatan kemampuan mengeluarkan sekret
selama 2x24 mengeluarkan menimbulkan
jam secret dan timbulnya tumpukan
diharapkan batuk secara berlebihan pada saluran
tujuan efektif nafas
pertahankan 3. Berikan c.Untuk memberikan
jalan nafas posisi semi kesempatan para pasien
terpenuhi fowler untuk berkembang
dengan 4. Ajarkan d.Batuk efektif
kriteria hasil batuk secara mempermudah
batuk efektif ekspektorasi muskus
berkurang 5. kolaborasi e. Bertujuan untuk
frekuensi dalam mengencerkan dahak
nafas 20 pemberian
x/menit inhalasi
nebulizer

IX. IMPLEMENTASI
NO.
TGL/JAM CATATAN PERKEMBANGAN TTD
DP
1. 2/1/2018 S : pasien mengatakan masih sesak nafas.
14.20 O : - TD : 120/60mmHg
-N : 80x/mnt
-S : 37˚C
-RR : 28x/mnt
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
2. 3 /1/ 2018 S : pasien mengatakan nyaman dengan
14.30 WIB posisi semi fowler
O : pasien tampak kesulitan untuk
bernafas.
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi a,b,c,d.
3. 4/1/ 2018 S : pasien mengatakan nafas sudah mulai
14.45 WIB normal
O : pasien dalam keadaan semi fowler,
suara nafas ronki, namun pasien mampu
melakukan tehnik relaksasi.
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
Lampiran

SOAL

1. Apa penyebab penyakit Tuberculosis (TBC) ?


2. Bagaimana penyakit tuberculosis dapat menular ?
3. Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan gejala respiratorik dan gejala
sistemik. Apa saja yang meliputi gejala tersebut ?
4. Kerusakan medulla spinalis akibat penyakit pott terjadi melalui kombinasi 4 faktor yaitu ?
5. Kumar membagi perjalanan penyakit ini dalam 5 stadium. Sebutkan apa saja !
6. Sebutkan komplikasi penyakit TB yang dapat terjadi !
7. Sebutkan pemeriksaan penunjang TB !
8. Sebutkan penatalaksanaan medis TB !
9. Apa yang dimaksud Tes Mantoux ?
10. Apa yang dimaksud spirometri ?
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E.dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC

www.scribd.com/doc/17186413/askep-TBC

Das könnte Ihnen auch gefallen