Sie sind auf Seite 1von 8

Jurnal Akademika Baiturrahim

Vol.7 No 1, Maret 2018

PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PELAKSANAAN


KELUARGA TERHADAP KEMAMPUAN KELUARGA
MERAWAT PASIEN HALUSINASI DI KOTA JAMBI
TAHUN 2017
Vevi Suryenti Putri1, Trimusarofah2
1,2
Program Studi S1 Keperawatan STIKes Baiturrahim Jambi, Jambi
Email:vevisuryentiputri.2010@gmail.com

ABSTRACT
Schizophrenic patients 70% have hallucinations. Nursing in caring for patients with
hallucinations namely performance strategy execution for individual or family. Family’s
performance strategy is one nursing interventions for patients who are rarely
hallucinated to the family. This study aimed to determine is there any affect of family’s
performance strategy execution toward the ability of family caring hallucinations
patients. This is a quantitative research; it used pre experiment method and used one
group pretest and posttest design. Samples were 20 respondents. This study was
conducted from July 25th – August 10th 2017, data were collected using instruments in the
form of interview and observation sheets. Data analized by using t-test. The average
ability of families before being given family’s performance strategy with average score
(3.75) to be (5.75) after being given family’s performance strategy. There is different of
family’s performance strategy execution toward the ability of family caring for
hallucinations patients at Jambi city with p-value 0.00 (<0.05). it conclude that there is
the effect of family’s performance strategy execuation toward the ability of family caring
for hallucinations patients.

Key note : Family’s Performance Strategy and The Ability of Family.

ABSTRAK
Pasien skizofrenia 70% pasien mengalami halusinasi. Tindakan keperawatan untuk
menangani pasien dengan halusinasi yaitu penerapan strategi pelaksanaan baik untuk
individu maupun keluarga. Strategi pelaksanaan keluarga merupakan salah satu intervensi
keperawatan untuk pasien halusinasi yang jarang dilakukan kepada keluarga. Tujuan
penelitian yaitu untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan strategi pelaksanaan
keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat pasien halusinasi. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian pre eksperiment dengan
desain penelitian one group pretest dan posttest. Sampel di pilih secara acak sebanyak 20
responden. Penelitian ini telah dilakukan dari tanggal 25 Juli – 10 Agustus 2017, data
dikumpulkan menggunakan instrument berupa lembar wawancara dan observasi. Data
dianalisisis menggunakan uji statistik t-test. Rata-rata kemampuan keluarga sebelum di
berikan strategi pelaksanaan keluarga dengan nilai rata-rata (3.75) menjadi (5.75) sesudah
diberikan strategi pelaksanaan keluarga. Terdapat perbedaan penerapan strategi
pelaksanaan keluarga terhadap kemampuan keluarga merawat pasien halusinasi di Kota
Jambi dengan p-value 0,00 (<0,05). Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh penerapan strategi pelaksanaan keluarga terhadap kemampuan keluarga
merawat pasien halusinasi.

Kata kunci : Strategi Pelaksanaan Keluarga dan Kemampuan Keluarga

17
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.7 No 1, Maret 2018

PENDAHULUAN mengalami halusinasi. Halusinasi adalah


gangguan penerimaan pancaindra tanpa
Menurut World Health
stimulasi eksternal (halusinasi
Organization (2009) memperkirakan
pendengaran , penglihatan, pengecapan,
450 juta orang di seluruh dunia
penciuman, dan perabaan). Halusinasi
mengalami gangguan jiwa, sekitar 10%
merupakan salah satu gejala gangguan
orang dewasa mengalami gangguan jiwa
jiwa pada individu yang di tandai
saat ini dan 25% penduduk diperkirakan
dengan perubahan sensori persepsi;
akan mengalami gangguan jiwa pada
merasakan sensasi palsu berupa suara,
usia tertentu selama hidupnya. Di
penglihatan, pengecapan perabaan atau
Indonesia peningkatan jumlah penderita
penghiduan. Pasien merasakan stimulus
gangguan jiwa cukup banyak hal ini
yang sebenarnya tidak ada ( Keliat,
dikarenakan dari berbagai aspek
2014).
misalnya keadaan ekonomi yang rendah,
Stuart dan Laraia dalam Yosep (
konflik yang sering terjadi, bencana
2016 ) menyatakan bahwa pasien
dimana-mana. Di perkirakan jumlah
dengan halusinasi dengan diagnosa
penderita sebanyak 2-3 %. Hasil Riset
medis skizofrenia sebanyak 20 %
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
mengalami halusinasi pendengaran dan
menunjukkan bahwa penderita
penglihatan secara bersamaan, 70 %
gangguan jiwa berat di Indonesia adalah
mengalami halusinasi pendengaran, 20
1,7 per 1.000 orang. Riskesdas 2013
% mengalami halusinasi penglihatan,
turut mencatat proporsi rumah tangga
dan 10 % mengalami halusinasi lainnya.
dengan minimal salah satu rumah tangga
Adapun gejala-gejala yang dapat
mengalami gangguan jiwa berat dan
di amati pada pasien halusinasi
pernah dipasung mencapai 18,2 persen
diantaranya bicara atau tertawa sendiri,
di daerah pedesaan. Sementara di daerah
marah-marah tanpa sebab, menunjuk
perkotaan, proporsinya mencapai 10,7
kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu
persen (Riskesdas Depkes RI, 2013).
yang tidak jelas, mencium seperti
Menurut Riskesdas 2013 angka
sedang membau-baui sesuatu, menutup
prevelensi seumur hidup skizofrenia di
hidung, sering meludah atau muntah,
dunia bervariasi berkisar 4 per mil
serta menggaruk-garuk permukaan kulit
sampai dengan 1,4 %. Berdasarkan
(Yusuf, Fitriyasari, Nihayati, 2015 ).
Riskesdas 2013 prevelensi skizofrenia
Empat faktor penyebab klien
tertinggi di DI Yogyakarta dan Aceh
kambuh dan perlu di rawat dirumah
(masing-masing 2,7 %), sedangkan yang
sakit, menurut Sullinger 1988 dalam
terendah di Kalimantan Barat ( 0,7 % ).
(Yosep & Sutini 2016) pertama yaitu
Di Provinsi Jambi sendiri prevelensi
klien dimana diketahui bahwa klien
skizofrenia yaitu 0,9 %.
yang gagal memakan obat secara teratur
Berdasarkan data Rekam Medis
mempunyai kecenderungan untuk
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
kambuh, kedua dokter sebagai pemberi
Jambi, jumlah kunjungan penderita
resep yang diharapkan tetap waspada
skizofrenia pada tahun 2015 sebanyak
mengidentifikasi dosis teraupetik yang
6.703 penderita, dan untuk jumlah
dapat mencegah kambuh dan efek
penderita skizofrenia pada tahun 2016
samping, ketiga yaitu penanggung jawab
sebanyak 8.994 penderita, sedangkan
klien setelah pulang ke rumah maka
jumlah kunjungan terbaru per Mei 2017
perawat puskesmas tetap bertanggung
yaitu sebanyak 3.642 penderita.
jawab atas program adaptasi klien di
Menurut Yosep & Sutini 2016
rumah sakit, dan yang keempat yaitu
pada pasien skizofrenia, 70 % pasien
ketidak mampuan keluarga dalam

18
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.7 No 1, Maret 2018

merawat klien juga sebagai faktor mencakup kegiatan mengenal halusinasi,


penyebab kekambuhan klien. mengajarkan pasien menghardik
Keluarga merupakan unit yang halusinasi, minum obat dengan teratur,
paling dekat dengan klien dan bercakap-cakap dengan orang lain saat
merupakan “perawat utama” bagi klien. halusinasi muncul, serta melakukan
Keluarga berperan dalam menentukan aktivitas terjadwal untuk mencegah
cara atau asuhan yang diperlukan klien halusinasi ( Keliat & Akemat, 2014).
di rumah. Keberhasilan perawat dirumah Keluarga yang mendukung pasien
sakit dapat sia-sia jika tidak diteruskan secara konsisten akan membuat pasien
dirumah karena dapat mengakibatkan mampu mempertahankan program
klien harus dirawat kembali (kambuh). pengobatan secara optimal. Namun
Peran serta keluarga sejak awal asuhan demikian, jika keluarga tidak mampu
di RS akan meningkatkan kemampuan merawat pasien, pasien akan kambuh
keluarga merawat klien di rumah kembali sehingga untuk memulihkannya
sehingga kemungkinan dapat dicegah lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat
(Nasir & Muhith 2011). harus memberikan asuhan keperawatan
Setelah klien pulang kerumah, kepada keluarga agar keluarga mampu
sebaiknya klien melakukan perawatan menjadikan pendukung yang efektif bagi
lanjutan pada puskesmas di wilayahnya pasien dengan halusinasi baik saat di
yang mempunyai program kesehatan Rumah Sakit maupun di rumah.
jiwa. Perawat komuniti yang menangani Tindakan keperawatan yang ditujukan
klien dapat menganggap rumah klien untuk keluarga pasien yang bertujuan
sebagai “ruangan perawatan”. Perawat, agar keluarga dapat terlibat dalam
klien, dan keluarga bekerjasama untuk perawatan pasien baik di rumah sakit
membantu proses adaptasi klien di maupun di rumah, dan keluarga dapat
dalam keluarga dan masyarakat. Perawat menjadi sistem pendukung yang efektif
membantu klien dan keluarga bagi pasien (Muhith, 2015).
menyesuaikan diri di lingkungan Adapun tindakan keperawatan
keluarga, dalam hal sosialisasi, untuk keluarga yaitu strategi
perawatan mandiri dan kemampuan pelaksanaan (SP) keluarga yang terdiri
memecahkan masalah. Perawat dapat dari 4 sesi. Strategi pelaksanaan pertama
membantu dan mengidentifikasi gejala yaitu mendiskusikan masalah yang
kambuh dan segera melakukan tindakan dihadapi keluarga dalam merawat
sehingga dapat dicegah perawatan pasien, memberikan pendidikan
kembali di Rumah Sakit (Yosep & kesehatan tentang pengertian halusinasi,
Sutini, 2016) jenis halusinasi yang di alami pasien,
Menurut Damaiyanti & Iskandar tanda dan gejala halusinasi, menjelaskan
(2014) peran perawat dalam menangani cara perawatan pasien halusinasi,
halusinasi salah satunya yaitu melatih keluarga cara menghardik serta
melakukan rencana asuhan keperawatan. menganjurkan keluarga membantu
Rencana asuhan keperawatan mencakup pasien sesuai jadwal dan member pujian.
penerapan strategi pelaksanaan Strategi pelaksanaan kedua yaitu
halusinasi baik secara individu maupun mengevaluasi kegiatan keluarga dalam
keluarga. Strategi pelaksanaann tindakan merawat/melatih pasien menghardik,
keperawatan melatih kemampuan menjelaskan 6 benar minum obat,
intelektual tentang pola komunikasi dan melatih keluarga
pada saat dilaksanakan merupakan memberikan/membimbing minum obat
latihan kemampuan intelektual, serta membantu pasien sesuai jadwal
psikomotor dan afektif. Strategi dan memberikan pujian. Strategi
pelaksanaan pada pasien halusinasi pelaksanaan ketiga yaitu mengevaluasi

19
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.7 No 1, Maret 2018

kegiatan keluarga dalam halusinasi pasien muncul. Dari 5


merawat/melatih pasien menghardik dan keluarga 4 diantaranya mengatakan
memberikan obat, menjelaskan cara belum pernah mendapatkan informasi
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan mengenai strategi pelaksanaan keluarga
mengontrol halusinasi, melatih dan sebelumnya. Sedangkan 1 keluarga
menyediakan waktu bercakap-cakap pasien mengatakan pernah mendapatkan
dengan pasien terutama saat halusinasi strategi pelaksanaan keluarga ketika di
serta membantu pasien sesuai jadwal. ruang rawat inap oleh salah satu
Dan strategi pelaksanaan keempat yaitu mahasiswa. Di Poli Jiwa keluarga hanya
mengevaluas kegiatan keluarga mulai di berikan informasi tentang rutin
dari sp satu hingga tiga, menjelaskan minum obat, sedangkan pengertian,
follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, tujuan hingga proses pelaksanaan
rujukan dan menganjurkan membantu strategi pelaksanaan keluarga tidak
pasien sesuai jadwal (FIK UI, 2009). tersampaikan oleh perawat. Berdasarkan
Penelitian terdahulu yang hasil wawancara dengan salah satu
dilakukan oleh Kirana (2015) tentang perawat yang ditemui mengatakan tidak
pengaruh strategi pelaksanaan (SP) melakukan strategi pelaksanaan
keluarga terhadap pengetahuan dan keluarga di karenakan beban kerja yang
sikap keluarga tentang perawatan pasien banyak dan minimnya waktu untuk
halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah pelaksanaannya.
Provinsi Jambi. Penelitian ini Berdasarkan uraian di atas peneliti
merupakan penelitian kuantitatif dengan tertarik untuk melakukan penelitian
metode penelitian pre eksperiment tentang Pengaruh Penerapan Strategi
dengan desain one group pretest dan Pelaksanaan Keluarga Terhadap
posttest. Metode pengambilan sampel Kemampuan Keluarga Merawat Pasien
dengan cara purposive sampling dan Halusinasi di Kota Jambi Tahun 2017.
jumlah sampel 20 orang. Hasil
penelitian diketahui ada pengaruh antara METODE PENELITIAN
strategi pelaksanaan (SP) keluarga
Penelitian ini merupakan
terhadap pengetahuan dan sikap
penelitian kuantitatif dengan metode
keluarga tentang perawatan halusinasi di
penelitian pre eksperiment dengan
Rumah Sakit Jiwa Propinsi Jambi.
desain penelitian one group pretest dan
Penelitian selanjutnya juga meneliti
posttest. Penelitian ini dilakukan untuk
strategi pelaksanaan dengan variabel
mengetahui pengaruh penerapan strategi
kemampuan keluraga merawat pasien
pelaksanaan keluarga terhadap
halusinasi untuk menyempurnakaan
kemampuan keluarga merawat pasein
penelitian yang telah dilakukan.
halusinasi. Instrument yang digunakan
Survey awal yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu berupa
peneliti di Poli Jiwa RSJD Provinsi
kuisioner wawancara sebanyak 5 item
Jambi pada tanggal 10 April 2017
dan lembar observasi sebanyak 5 item.
adalah melalui wawancara kepada 5
Penelitian ini telah dilakukan dari
keluarga yang membawa pasien untuk
tanggal 25 Juli sampai dengan 10
berobat, 5 keluarga menyatakan rutin
Agustus 2017 di Kota Jambi. Populasi
datang ke Poli Jiwa untuk kontrol ulang.
dalam penelitian ini sebanyak 3.642
Sedangkan perawatan dirumah, 4
responden dan sampel dalam penelitian
keluarga menyatakan hanya
adalah 20 responden (Sugiyono, 2012).
mengingatkan minum obat 3 kali sehari
Sampel yang dipilih merupakan sampel
dan 1 keluarga selain mengingatkan
yang telah memenuhi kriteria inklusi
untuk minum obat juga selalu
Metode pengambilan sampel dengan
mengingatkan cara menghardik apabila
cara Purposive Sampling. Pengumpulan

20
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.7 No 1, Maret 2018

data dilakukan dengan mesingisi


kuisioner dan metode analisa data 2. Gambaran Kemampuan Keluarga
univariat dan bivariat menggunakan uji Merawat Pasien Halusinasi
T-Test Dependen. Sebelum diberikan Strategi
Pelaksanaan Keluarga
HASIL DAN PEMBAHASAN :
Tabel 1.4 Distribusi rata-rata
Hasil penelitian dengan 20 kemampuan keluarga merawat pasien
responden tentang pengaruh penerapan halusinasi sebelum diberikan strategi
strategi pelaksanaan keluarga terhadap pelaksanaan keluarga
kemampuan keluarga merawat pasien
halusinasi di Kota Jambi. Adapun hasil Me Medi Min – SD Stan N
yang diperoleh adalah sebagai berikut: an an maks dar
Error
Tabel 1.1 .Gambaran karakteristik
responden berdasarkan umur Sebe 3.75 3.50 2–6 1.07 0.239 2
lum 0 0
Usia Frekuensi Persentase
(orang) (%)
Berdasarkan tabel 1.4, nilai rata-
21-40 tahun 11 55,0 rata kemampuan keluarga sebelum
(Dewasa awal) diberikan strategi pelaksanaan keluarga
41-65 tahun 9 45,0 adalah 3.75 dengan median 3.50. Nilai
(Dewasa minimum kemampuan keluarga adalah 2
Madya) dan nilai maksimal kemampuan
keluarga adalah 6. Standar deviasi
Jumlah 20 100,0
kemampuan responden adalah 1.070
dengan standar errornya 0.239.
Tabel 1.2 Jenis Kelamin
3. . Gambaran Kemampuan Keluarga
Merawat Pasien Halusinasi Sesudah
Jenis Frekuensi Persentase diberikan Strategi Pelaksanaan
Kelamin (%) Keluarga
Laki-laki 5 25,0
Perempuan 15 75,0
Tabel 1.5 Distribusi Rata-rata
Jumlah 20 100,0 Kemampuan Keluarga Merawat
Pasien Halusinasi Sesudah diberikan
Strategi Pelaksanaan Keluarga
Tabel 1.3 Pendidikan
Me Medi Min – SD Stan N
Pendidikan Frekuensi Persentase an an maks dar
(%) Erro
r
SD 7 35,0 Sebel 5.75 5.00 4–8 1.16 0.26 20
SMP 1 5,0 um 4 0
SMA 8 40,0
PT 4 20,0
Berdasarkan tabel 1.5 , nilai rata-
Jumlah 20 100 rata kemampuan keluarga sesudah
diberikan strategi pelaksanaan keluarga
adalah 5.75 dengan median 5.00. Nilai

21
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.7 No 1, Maret 2018

minimum kemampuan keluarga adalah 4 membantu klien skizofrenia mengontrol


dan nilai maksimal kemampuan halusinasi di Kota Kediri dengan p-
keluarga adalah 8. Standar deviasi value=0,1.
kemampuan responden adalah 1.164 Hasil penelitian ini sejalan
dengan standar errornya 0.260. dengan penelitian Kirana ( 2015 )
tentang pengaruh strategi pelaksanaan (
4. Perbedaan kemampuan keluarga SP ) keluarga terhadap pengetahuan dan
merawat pasien halusinasi sebelum sikap keluarga tentang perawatan pasien
dan sesudah diberikan strategi halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Daerah
pelaksanaan keluarga di Kota Jambi Provinsi Jambi. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan
Tabel 1.6 Pengaruh Penerapan metode penelitian pre eksperiment
Strategi Pelaksanaan Keluarga dengan desain one group pretest dan
Terhadap Kemampuan Keluarga posttest. Metode pengambilan sampel
Merawat Pasien Halusinasi Di Kota dengan cara purposive sampling dan
Jambi jumlah sampel 20 orang. Hasil
pengtahuan keluarga sebelum diberiakan
Variabel Mean SD Stand P- N strategi pelaksanaan keluarga yaitu
ar Val dengan mean 5,45 dan sesudah
Error ue
diberikan strategi pelaksanaan keluarga
Kemampuan 3.75 1.07 0,239
sebelum 0
dengan mean 9,10. Sikap keluarga
Kemampuan 5.75 1.1 0.26 0,00 20 sebelum di berikan strategi pelaksanaan
sesudah 64 0 0 keluarga yaitu dengan mean 26,80 dan
setelah diberikan strategi pelaksanaan
Hasil uji ststistik test berpasangan
keluarga dengan mean 31,15. Hasil
didapatkan hasil p-value = 0.000<0.05,
penelitian diketahui ada pengaruh antara
maka dapat disimpulkan bahwa setelah
strategi pelaksanaan ( SP ) keluarga
peneliti memberikan strategi
terhadap pengetahuan dan sikap
pelaksanaan keluarga terdapat ada
keluarga tentang perawatan halusinasi di
pengaruh terhadap kemampuan keluarga
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi.
sebelum dan sesudah dilakukan strategi
Keluarga yang mendukung pasien
pelaksanaan keluarga yang berarti
secara konsisten akan membuat pasien
kemampuan keluarga mengalami
mampu mempertahankan program
perubahan yaitu peningkatan
pengobatan secara optimal. Namun
kemampuan keluarga merawat pasien
demikian, jika keluarga tidak mampu
dengan halusinasi, dengan selisih nilai
merawat pasien, pasien akan kambuh
2.00.
kembali sehingga untuk memulihkannya
Hasil penelitian ini tidak sejalan
lagi sangat sulit. Untuk itu perawat
dengan penelitian yang dilakukan oleh
harus memberikan asuhan keperawatan
Suhita & Fazrin (2015) dengan judul
keluarga agar keluarga mampu
penelitian pengaruh health education
menjadikan pendukung yang efektif bagi
tentang strategi pelaksanaan pada
pasien dengan halusinasi baik saat di
keluarga terhadap peran keluarga dalam
rumah sakit maupun di rumah. Tindakan
membantu klien skizofrenia dalam
keperawatan yang ditujukan untuk
mengontrol halusinasi di Kota Kediri.
keluarga pasien yang bertujuan agar
Dalam penelitian ini peneliti
keluarga dapat teribat dalam perawatan
menggunakan sampel sebanyak 12
pasien baik di rumah skit maupun di
responden. Hasil dari penelitian ini tidak
rumah, dan keluarga dapat menjadi
ada pengaruh health education tentang
pendukung yang efektif bagi pasien
strategi pelaksanaan halusinasi pada
(Muhith, 2015)
keluarga terhadap peran keluarga

22
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.7 No 1, Maret 2018

Menurut Damaiyanti & Iskandar dipandang dari berbagai segi yaitu


(2014) peran perawat dalam menangani keluarga merupakan suatu konteks
halusinasi salah satunya yaitu dimana individu memulai hubungan
melakukan rencana asuhan keperawatan. interpersonal. Oleh karena itu setelah
Rencana asuhan keperawatan mencakup pasien tidak lagi di rawat di rumah sakit
penerapan strategi pelaksanaan maka perawatan selanjutnya akan
halusinasi baik secara individu maupun dilakukan oleh keluarga. Apabila
keluarga. Strategi pelaksanaan keluarga tidak memiliki kemampuan
keperawatan merupakan rangkaian untuk merawat pasien dengan halusinasi
percakapan perawat dengan klien serta maka kecenderungan pasien untuk
keluarga pada saat melakukan tindakan kambuh akan semakin besar.
keperawatan. Strategi pelaksanaan Keterlibatan keluarga dalam perawatan
tindakan keperawatan melatih sangat menguntungkan proses
kemampuan intelektual tentang pola pemulihan pasien.
komunikasi dan pada saat pelaksanaan Menurut peneliti adanya
merupakan latihan kemampuan yang perubahan yang signifikan antara
integral antara intelektual, psikomotor sebelum di lakukan intervensi dan
dan afektif. setelah dilakukan intervensi dapat
Strategi pelaksanaan keluarga terjadi karena informasi yang
pasien dengan halusinasi terdiri dari disampaikan masih diingat sehingga
empat tahapan diantaranya tahap dapat segera memperbaikinya, informasi
pertama yaitu mendiskusikan masalah yang diberikan member pemahaman
yang dirasakan dalam merawat klien baru mengenai cara merawat atau
serta melatih cara menghardik mengontrol halusinasi pasien.
halusinasi. Tahap kedua yaitu Upaya-upaya yang perlu
menjelaskan 6 benar cara memberikan dilakukan oleh petugas kesehatan untuk
obat, selanjutnya tahap ketiga meningkatkan kemampuan keluarga
menjelaskan cara bercakap-cakap dan dalam merawat pasien dengan halusinasi
melakukan kegiatan untuk mengontrol adalah dengan melakukan penerapan
halusinasi. Dan tahapan keempat yaitu strategi pelaksanaan keluarga. Hal ini
menjelaskan follow up ke RSJ/PKM, bertujuan untuk membantu proses
tanda kambuh, rujukan dan penyembuhan pasien ketika pasien
menganjurkan membantu pasien sesuai berada dirumah.
jadwal. (FIK UI, 2009).
Hasil penelitian ini terjadi SIMPULAN
perubahan atau meningkatnya
kemampuan keluarga merawat pasien Kesimpulan dalam penelitian ini
dengan halusinasi yang di ukur melalui dapat dilihat dari hasil uji statistic paired
penerapan strategi pelaksanaan keluarga. t-test pada kemampuan keluarga
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa didapatkan p-value = 0.000<0.05, yang
strategi pelaksanaan keluarga dapat artinya setelah peneliti memberikan
digunakan sebagai upaya untuk strategi pelaksanaan keluarga terdapat
meningkatkan kemampuan keluarga ada pengaruh terhadap kemampuan
dalam merawat dengan halusinasi di keluarga sebelum dan sesudah dilakukan
Kota Jambi. strategi pelaksanaan keluarga yang
Menurut Yosep (2016) berarti kemampuan keluarga mengalami
Kemampuan keluarga tersebut sangat perubahan yaitu peningkatan
berpengaruh terhadap pasien dalam kemampuan keluarga merawat pasien
mengontrol halusinasi. Pentingnya dengan halusinasi, dengan selisih nilai
perawatan dilingkungan keluarga dapat 2.00.

23
Jurnal Akademika Baiturrahim
Vol.7 No 1, Maret 2018

SARAN Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan


Keperawatan Jiwa. CV Andi
Diharapkan untuk peneliti Offset. Yogyakarta
selanjutnya untuk meneliti strategi Nasir & Muhith.2011.Dasar-dasar
pelaksanaan keluarga dengan waktu Keperawatan
yang lebih lama agar peningkatan Jiwa.Salemba.Medika.Jakarta
kemampuan keluarga lebih efektif Notoadmodjo, S.2010.Metodologi
sehingga kemungkinan pasien untuk Penelitian Kesehatan.Rineka
terkontrol semakin baik. Cipta.Jakarta
Notoadmodjo, S.2012.Ilmu Perilaku
Kesehatan Edisi.Rineka
DAFTAR PUSTAKA Cipta.Jakarta
Rekam Medik Rumah Sakit Jiwa Daerah
Andarmoyo.2012.Keperawatan Provinsi Jambi Tahun 2016.
Keluarga.Graha Ilmu.Yogyakarta Jumlah Penyakit Skizofrenia di
Andruyani, Sulistyawaty, Huyati (2015). Klinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa
Hubungan Tingkat Pengetahuan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2014
Keluarga Tentang Perawatan – 2016. Jambi
Halusinasi Dengan Tingkat Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Kekambuhan Pasien Halusinasi Di 2013. Badan Penelitian Dan
Rumah Sakit Jiwa Daerah Pengembangan Kesehatan. Jakarta.
Surakarta. Jurnal Diakses pada 5 Januari 2017
Baradero, Dayrit & Maratning.2016. Setiawati & Dermawan.2008.Asuhan
Dasar-dasar Keperawatan Keperawatan Keluarga.Trans Info
Jiwa.Salemba medika.Jakarta Media.Jakarta
Damaiyanti & Iskandar.2014.Asuhan STIKBA. 2015. Pedoman Penulisan
Keperawatan Jiwa.Refika Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
Aditama.Bandung Kesehatan Baiturrahim. Jambi
Davies & Craig.2009.ABC Kesehatan Sugiyono.2012.Metode Penelitian
Mental.EGC.Jakarta Kuantitatif dan
Direja.2011.Buku Ajar Asuhan Kualitatif.Alfabeta.Bandung
Keperawatan Jiwa.Nuha Suhita & Fazrin (2015). Pengaruh
Medika.Yogyakarta Health Education Tentang Stategi
FIK UI.2009. Modul Praktik Ners Pelaksanaan Pada Keluarga
Spesialis Keperawatan Jiwa.Tidak Terhadap Peran Keluarga Dalam
Dipublikasikan Membantu Klien Skizofrenia Dalam
Keliat & Akemat. 2014.Model Praktek Mengontrol Halusinasi di Kota
Keperawatan Profesional Kediri. Jurnal
Jiwa.EGC.Jakarta Yosep & Sutini.2016.Buku Ajar
Kirana (2015). Pengaruh Strategi Keperawatan Jiwa.Refika
Pelaksanaan (SP) Keluarga Aditama.Bandung
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Yusuf, Fitria, Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keluarga Tentang Perawatan Keperawatan Kesehatan
Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa.Salemba Medika.Jakarta
Jiwa Daerah Provinsi Jambi.
Skripsi

24

Das könnte Ihnen auch gefallen