Sie sind auf Seite 1von 24

Asuhan Keperawatan Kasus Diabetes Melitus

Dosen Pengampu: Ns. Diah Ratnawati, M. Kep, Sp. Kep. Kom

Disusun Oleh:
Endang Dwi Suhartiningsih 1610711055
Ardhita Qory Anjani 1610711063
Diah Ayu Kusumaningrum 1610711067
Cintya Veronica 1610711069
Erliana mandasari 1610711074
Hannisa Rizki Riansyah 1610711079
Nessa Ismah M 1610711083

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN “VETERAN” JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.Makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Kasus Diabetes Melitus.

Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penyusun menyampaikan rasa hormat dan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan bantuan dan
dorongan kepada penyusun dalam menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Depok, 4 Maret 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar belakang 1
I.2 Rumusan Masalah 2
I.3 Tujuan 2
Bab II Tinjauan teori
II.1 Progran kesehatan terkait DM 3
II.2 Program kota sehat terkait DM 4
II.3 Prevalensi Populasi DM 5
II.4 Karakteristik dan tumbuh kembang 8
II.5 Pengertia, etiologi, dan tanda gejala 10
II.6 Komplikasi, cara pencegahan, dan penatalaksanaan 11
II.7 Pengkajian,analisa data, dan diagnose 15
II.8 Intervensi 18
Bab III Penutup
III.1 Kesimpulan 20
III.2 Saran 20
Daftar isi 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Suyono, 1995). DM merupakan penyakit yang menjadi masalah pada
kesehatan masyarakat. Oleh karena itu DM tercantum dalam urutan keempat prioritas penelitian
nasional untuk penyakit degeneratif setelah penyakit kardiovaskuler, serebrovaskuler, rheumatik
dan katarak (Tjokroprawiro, 2001).
Diabetes adalah salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dimasa mendatang. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan
umat manusia abad 21. WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap
diabetes diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian, pada tahun 2025 jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang (Suyono, 2006).
Diabetes mellitus tipe II merupakan tipe diabetes yang lebih umum, lebih banyak penderitanya
dibandingkan Diabetes Mellitus tipe I. Penderita diabetes mellitus tipe II mencapai 90-95 % dari
keseluruhan populasi penderita DM (Anonim, 2005).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya seperti kulit yang
keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya lihat, daya dengar, kemampuan
berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap
fungsi homeostatis glukosa, sehingga penyakit degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi
(Rochmah, 2006). Umur secara kronologis hanya merupakan suatu determinan dari perubahan
yang berhubungan dengan penerapan terapi obat secara tepat pada orang lanjut usia. Terjadi
perubahan penting pada respon terhadap beberapa obat yang terjadi seiring dengan bertambahnya
umur pada sejumlah besar individu (Katzung, 2004).
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi insulin pada usia
lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan komposisi tubuh, komposisi
tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak 30%, sedangkan tulang dan mineral menurun
1% sehingga tinggal 5%. Faktor yang kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan
mengakibatkan penurunan jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga
kecepatan transkolasi GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah
perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi geligi sehingga
prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor 3 keempat adalah perubahan
neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth Factor-1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron
(DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).

1
I.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja program kesehatan terkait dm?
2. Apa saja program kota sehat terkait dm?
3. Bagaimana dengan prevalensi populasi dm?
4. Bagaimana karakteristik dan tumbuh kembang lansia?
5. Apa pengertian, etiologi, tanda dan gejala dm?
6. Apa saja komplikasi, cara pencegahan, dan penetalaksanaan dm?
7. Apa saja pengkajian, analisa data, dan diagnose dari kasus?
8. Apa saja intervensi menurut kasus?

I.3 TUJUAN
1. Mengetahui program kesehatan terkait dm
2. Mengetahui saja program kota sehat terkait dm
3. Mengetahui prevalensi populasi dm
4. Mengetahui karakteristik dan tumbuh kembang lansia
5. Mengetahui pengertia, etiologi, tanda dan gejala dm
6. Mengetahui saja komplikasi, cara pencegahan, dan penetalaksanaan dm
7. Mengetahui pengkajian, analisa data, dan diagnose dari kasus
8. Mengetahui intervensi menurut kasus

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
II.1 Program terkait kasus Diabetes Melitus
Program pengendalian diabetes mellitus dilaksankan secara terintegrasi dalam program
pengendalian penyakit tidak menular, yatu antara lain :
1. Pendekatan factor resiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas layanan primer
pandu (ptm)
 Untuk peningkatan tatalaksana factor resiko utama (konseling berhenti merokok
hipertensi, dislipidemia,obesitas di fasilitas pelayanan dasar (puskesmas,dokter
keluarga, praktik swasta)
 Tata laksana terintegrasi hipertensi dan diabetes melalui pendektan factor resiko
 Prediksi resiko penyakit jantung dan strike dengan chart WHO
2. Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)
Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dalam
memonitoring factor resiko menjadi salah satu tujuan dalam program pengendalian.
Posbindu PTM ini bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan masyarkat terhadap factor
resiko baik terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakat lingkungan sekitarnya.
3. Program CERDIK dan PATUH di posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat program
patuh , yaitu:
 P : periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter
 A : atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
 T : tetap diet sehat dengan gizi seimbang
 U : Upayakan beraktivitas fisik dengan aman
 H : hindari rokok, alcohol dan zat karsinogen lain nya
Program CERDIK, yaitu :
 C: Cek kondisi kesehatan secara berkala
 E : enyahka asap rokok
 R : Rajin aktifitas fisik
 D : diet sehat dengan kalori seimbang
 I : Istirahat yang cukup
 K : kendalikan stress
Beban penyakit diabetes sangat besar apalagi bila telah terjadi komplikasi. Upaya
pengendalian sangat penting dalam mengendalikan dampak komplikasi yang
menyebabkan beban baik bagi individu maupun pemerintah

3
II.2 Program Kota Sehat terkait penyakit Diabetes Melitus
Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan
sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.
Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat dilakukan melalui berbagai kegiatan dengan
memberdayakan masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. Untuk
mewujudkannya dilaksanakan melalui “FORUM” atau dengan memfungsikan lembaga
masyarakat yang ada. Forum tersebut disebut “FORUM KABUPATEN/KOTA SEHAT” atau
sebutan lain yang serupa sampai tingkat kecamatan dan desa.
Tujuan diadakan nya program kota sehat adalah Tercapainya kondisi Kabupaten/Kota yang
bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat untuk bekerja dan berkarya bagi
warganya dengan terlaksananya berbagai program pembangunan berwawasan kesehatan, sehingga
dapat maningkatkan sarana, produktivitas dan perekonomian masyarakat .
Salah satu program yang diadakan adalah adanya pemberdayaan masyarakat dalam mendeteksi
dini penyakit diabetes miletus yang digadang gadang telah menjadi penyebab kematian di kota
kota besar yang tentunya di sebabkan oleh banyak nya factor. program kota sehat yang berkaitan
dengan diabetes bisa kita lihat pada kota percontohan, Jakarta.
Jakarta menjadi kota pertama

Diabetes memang menjadi pembunuh ketiga terbesar di Indoensia selain jantung dan stroke.
Bahkan, dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, DKI Jakarta menduduki posisi enam
besar provinsi tertinggi prevalensi diabetes tipe 2 pendudukan usia 15 tahun ke atas di Indonesia.

Hal ini menjadi perhatian serius Novo Nordisk dan Pepmrov DKI Jakarta. Gubernur DKI, Anies
Baswedan turun langsung dalam penandatangan kerja sama ini. Gubernur menyatakan rasa
bangganya, Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara dan Indonesia yang menyelenggarakan
program ini.

"Jakarta bangga menjadi kota pertama di Indonesia yang menjalankan program global ini dalam
memberikan akses pengetahuan menyeluruh akan perawatan diabetes," ujar Anies dalam acara
penandatanganan kerja sama tersebut di Balai Kota, Jakarta Pusat, Jumat (24/8).

Anies berharap, warga Jakarta mau lebih berpartisipasi aktif dalam kegiatan fisik harian yang
membuat mereka bisa terhindar dari ancaman dibetes.

"Saya yakin bahwa Cities Changing Diebetes dapat menjadi katalis untuk mempelajari penyakit
diabetes dalam konteks perkotaan secara menyeluruh dan nantinya kota-kota lain bisa belajar
dengan Jakarta," sambungnya.

Program Cities Changing Diabetes sudah dimulai sejak 2014 bekerja sama dengan University
College London, dan Steno Diabetes Center Copenhagen. Pertama kali dimulai di Mexico City, di
Meksiko.

4
II.3 PREVALENSI DIABETES MELITUS

5
6
7
II.4 KARAKERISTIK DAN TUMBUH KEMBANG LANSIA

a. Karakteristik Lansia

Lansia ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Ciri ciri usia lanjut cenderung
menuju dan membawa peyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan banyak kesengsaraan
daripada kebahagiaan.

Adapun karakteristik lansia menurut Hurlock :

a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

b. Perbedaan individual pada efek menua

c. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda

d. Berbagai strereotip orang lanjut usia

e. Sikap sosial terhadap usia lanjut

f. Orang lansia memiliki status kelompok minoritas

g. Menua membutuhkan perubahan arah

h. Penyesuaian yang buruk

i. Keinginan menjadi muda sangat kuat

b. Batasan Lansia

Batasan lansia berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1998 adalah 60 tahun. Pendapat
beberapa ahli dalam program kesehatan usia lanjut, (Depkes dalam Sutikno, 2011) membuat
pengelompokan Batasan lansia sebagai berikut:

1. Kelompok pertengahan usia (45-54 tahun)

2. Kelompok lanjut usia dini (55-64 tahun)

3. Kelompok usia lanjut (65 tahun ke atas)

4. Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (berusia 70 tahun ke atas atau kelompok usia lanjut
yang hidup sendiri, terpencil, menderita penyakit berat atau cacat).

8
Menurut WHO lanjut usia meliputi (Notoatmodjo, 2007 dalam Sutikno 2011):

1. Usia pertengahan (middle age), usia 45 – 59 tahun

2. Usia lanjut (elderly), usia 60 – 70 tahun

3. Usia lanjut tua (old), usia antara 75 – 90 tahun

4. Usia sangat tua (very old), usia di atas 90 tahun

c. Perubahan Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur, proses penuaan secara degeneratif akan berdampak pada perubahan
perubahan di diri manusia. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia (Kuntjoro, 2002 dalam
Sutikno, 2011):

1. Perubahan fisik

Dengan bertambahnya usia, secara umum kekuatan dan kualitas fisik dan juga fungsinya akan
menurun.Perubahan dari tingkat sel sampai kesemua organ tubuh.

2. Perubahan mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yang pertama adalah perubahan fisik,
kesehatan umum, keturunan, tingkat pendidikan, dan lingkungan.

3. Perubahan psikososial

Pada umumnya setelah orang memasuki lansia akan mengalami penurunan kognitif dan
psikomotor. Dengan adanya penurunan fungsi tersebut, lansia mengalami perubahan psikososial
terkait dengan kepribadian lansia itu sendiri.

4. Perkembangan spiritual

Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari tujuan dan arti hidup, kebutuhan untuk
saling mencintai dan dicintai serta, kebutuhan untuk memberi dan mendapatkan maaf.

9
II.5 Pengertian, etiologi, tanda, dan gejala DM

Pengertian

Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah ke hiperglikemia
(kadar gula darah tinggi). diabetes militus (DM) terkadang dirujuk sebagai “gula tinggi” baik oleh
klien maupun penyedia layanan kesehatan. Pemikiran dari hubungan gula dengan DM adalah
sesuai karena lolosnya sejumlah besar urine yang mengandung gula ciri dari DM yang tidak
terkontrol. Walaupun hiperglikemia memainkan sebuah peran penting dalam perkembangan
komplikasi terkait DM, kadar yang tinggi dari glukosa darah hanya satu komponen dari proses
patologis dan manifestasi klinisyang berhubungan dengan DM. Proses patologis dan faktor resiko
lain adalah penting, dan terkadang merupakan faktor-fakror independen. Diabetes militus dapat
berhubungan dengan komplikasi serius, namun orang dengan DM dapat mengambil cara-cara
pencegahan untuk mengurangi kemungkinan kejadian

Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena mengkonsumsi kalori
berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal ini
dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada
lansia secara umum dapat digolongkan ke dalam dua besar:
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap, penurunan fungsi
pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak berfungsi dengan baik).
Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minumalkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi penyebab terjadinya
diabetes mellitus.
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi tanda dan gejala
diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis. Keletihan, perlu bangun pada
malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang sering merupakan indikator diabetes yang
mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa
hal tersebut adalah bagian dari proses penuaan itu sendiri.

10
Tanda dan gejala

Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu :

a. Poliuria (banyak dan sering kencing)


b. Polipagia (banyak makan)
c. Polidipsi (banyak minum)

Kemudian diringi dengan keluhan-keluhan :

a. Kelemahan tubuh, lesu, tidak bertenaga.


b. Berat badan menurun
c. Rasa kesemutan, karena iritasi (perangsangan) pada serabut-serabut saraf
d. Kelainan kulit, gatal-gatal, bisul-bisul
e. Infeksi saluran kencing
f. Kelainan ginjal kalogi: keputihan
g. Infeksi yang sukar sembuh

Pada pemeriksaan laboratorium:

a. Kadar gula darah meningkat


b. Peningkatan plasma proinsulin dan plasma C polipeptida
c. Glukosuria

II.6 Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang termasuk
dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic
hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah
retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi.
Komplikasi akut
a. Diabetes ketoasidosis

11
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin yang berat pada jaringan
adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan
insulin. DKA dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
Komplikasi kronis:
a. Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh retina. Terdapat pula bagian
iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini
adalah pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat rapuh sehingga
mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan
ablasio retina atau berulang yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b. Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis yang nodular yang tersebar
dikedua ginjal yang disebut sindrom Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan
dengan proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson ditemukan hanya
pada DM.
c. Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati diabetic yang paling sering
ditemukan adalah neuropati perifer dan autonomic.
d. Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e. Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit ginjal, mikroalbuminuria, atau
proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2, hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi
harus secepat mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati, nepropati,
dan penyakit makrovaskular.
f. Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati, iskemia, dan sepsis. Biasanya
amputasi harus dilakukan. Hilanggnya sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial
untuk ulkus. Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan iskemia jaringan
dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa menyebabkan gangrene dan amputasi.
g. Hipoglikemia

12
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60 mg/dl, yang merupakan
komplikasi potensial terapi insulin atau obat hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada
pasien sedang menerima pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

Cara Pencegahan Diabetes Melitus

Mengontrol Gula Darah


Melalui pengendalian gula darah yang bagus, kemungkinan komplikasi makrovaskular dapat
diminimalisir. Pengendalian gula darah ini tidak usah terlampau ketat pada lansia menyadari
kemungkinan hipoglikemia bagi lansia pengidap Diabetes Melitus. Target kontrol gula darah
ditentukan oleh status kesehatan serta kemampuan fisik dan mental.

Mengontrol Tekanan Darah


Hipertensi merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya komplikasi makrovaskular
dan mikrovaskular pada DM. Dari hasil penelitian sebuah lembaga studi di Inggris
memperlihatkan bahwa pengendalian tensi/tekanan darah yang baik dengan anti-hipertensi
manapun dapat mengurangi kemungkinan komplikasi mikrovaskular dan makrovaskular.

Mengecek Lemak Darah


DM dianggap sebagai faktor risiko yang setara dengan penyakit jantung koroner, sehingga
penanganan DM harus dikelola secara disiplin, yaitu harus mencapai target kadar kolesterol LDL
<100 mg/dl. Pada pasien yang juga menderita penyakit pembuluh koroner atau mempunyai
komponen sindrom metabolis lain, maka dianjurkan kadar kolesterol LDL <70 mg/dl. Banyak
studi memperlihatkan bahwa penurunan kadar kolesterol dapat mengurangi kejadian
kardiovaskular pada lansia dengan DM.

Selain hal-hal di atas, berhentilah merokok jika Anda merokok serta mulai berolahraga secara
rutin.

13
Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan
terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
a. Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat
kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
b. Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan
sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara fisik mampu mengikuti program
latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup
dapat membantu menentukan jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang,
dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para pemula.
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis
dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan
meningkatkan sirkulasi, serta membantu menurunkan berat badan.
c. Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa secara rutin. Selain itu,
perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk mengetahui terjadinya obesitas yang dapat
meningkatkan resiko DM pada lansia.
d. Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk
penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk mepertahankan kadar glukosa
darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang
membahayakan.
e. Pendidikan
Diet yang harus dikomsumsi
Latihan
Penggunaan insulin

14
II.7Kasus Diabetes Melitus pada Lansia
Dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat komunitas di Desa Bahagia didapatkan data :
Sebagian penduduk beragama islam, terdapat banyak masjid yang digunakan untuk sholat
berjamaah dan kegiatan agama lainnya, warga merupakan penduduk yang berasal dari pulau jawa
dan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, dan sudah banyak warga yang menggunakan
handphone sebagai alat komunkasi. Lingkungan di wilayah desa bahagia sangat padat, cenderung
kumuh, kotor, dan banyak rumah dengan kondisi tanpa ventilasi yang memadai. Rata-rata
pendidikan warga hanya lulusan SD. Sehingga warga tidak terlalu mengerti dengan penyakit dm.
Pelayanan kesehatan di desa bahagia cukup sulit dijangkau. Di desa tersebut banyak waga yang
menggunakan angkutan umum yang dapat dimanfaatkan untuk berpergian dan terdapa siskamling
yang aktif untuk menjaga keamanan warga. Rata-rata warga di desa bahagia sudah tidak bekerja.
Kegiatan politik dimasyarakat cukup aktif, banyak keterlibatan warga dalam pembuatan keputusan
pemerintah daerah setempat terdapat banyak pula rekreasi yang dapat dikunjungi di sekitar desa
tersebut, seperti taman dan mall yang berjarak tidak jauh dari desa tersebut. 24% penduduk
merupakan lansia, warga mengatakan bahwa tidak ada posbindu, kader mengatakan bahwa senam
lansia dan posbindu tidak pernah dilakukan, 64% lansia mempunyai keluhan adanya penyakit
antara lain : Stroke (8%), Hipertensi (8%), dan DM (13%), penyakit jantung (1%), dll. Warga
mengatakan malas untuk memeriksakan kadar gula darahnya, karena warga beranggapan tidak
terlalu penting. Warga tidak mengetahui bahwa penyakit dm akan membawa komplikasi yang
membahayakan.
Warga mengatakan bahwa lansia hanya memeriksakan kesehatannya ketika sakit, pengunaan
waktu senggang lansia : 48% berkebun/melakukan pekerjaan rumah, 26% jalan-jalan, 5% senam,
dan 23% tidak memiliki kegiatan.
A. Pengkajian
1. Demografi
Terdapat 64% lansia mempunyai keluhan adanya penyakit antara lain : Stroke (8%),
Hipertensi (8%), dan DM (13%), penyakit jantung (1%), dll.
2. Etnis
Warga desa Bahagia mayoritas berasal dari pulau jawa.
3. Nilai dan keyakinan
Sebagian besar penduduk beragama islam, terdapat banyak masjid yang digunakan
untuk sholat berjamaah dan kegiatan keagamaan lainnya.

B. Subsistem
1. Lingkungan fisik
Lingkungan di wilayah desa bahagia sangat padat, cenderung kumuh, kotor, dan
banyak rumah dengan kondisi tanpa ventilasi yang memadai.

2. Pelayanan kesehatan dan sosial

15
Pelayanan kesehatan di desa bahagia cukup sulit dijangkau karena aksesnya yang
cukup jauh menjadikan warga malas memeriksakan penyakitnya ke pelayanan
kesehatan. Posbindu dan senam lansia di desa tersebut tidak pernah dilakukan.
3. Ekonomi
Warga desa bahagia sudah tidak bekerja.
4. Transportasi dan keamanan
Di desa tersebut banyak warga yang menggunakan jasa angkutan umum yang dapat
dimanfaatkan untuk berpergian dan terdapat siskamling yang aktif untuk menjaga
keamanan warganya.
5. Politik dan pemerintahan
Kegiatan politik di masyarakat cukup aktif, banyak keterlibatan warga dalam
pembuatan keputusa pemerintah daerah setempat.
6. Komunikasi
Warga berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sudah banyak warga yang memiliki
handphone dan komunikasi antar warga atau etangga sangat baik.
7. Pendidikan
Rata-rata pendidikan warga desa bahagia adalah SD.
8. Rekreasi
Terdapat tempat rekreasi yang dapat dikunjungi di sekitar desa tersebut, seperti taman
yang berjarak tidak jauh dari desa tersebut.

C. ANALISA DATA
DATA INDIKATOR MASALAH
DS: Berdasarkan indikatornya: Ketidakefektifan
- warga mengatakan bahwa pemeliharaan kesehatan
Berdasarkan indicator
tidak ada posbindu, kader pada lansia di Desa bahagia
mengatakan bahwa senam statistik: dengan masalah kurangnya
lansia dan posbindu tidak pengetahuan tentang
pernah dilakukan  Perilaku kesehatan penyakit dm
- Warga mengatakan malas yang baik untuk
untuk memeriksakan kadar
gula darahnya, karena mengurangi
warga beranggapan tidak terjadinya penyakit
terlalu penting.
- Warga tidak mengetahui diabetes mellitus
bahwa penyakit dm akan pada lansia di Desa
membawa komplikasi yang
membahayakan. Bahagia:
 Tingkat

DO: pengetahuan yang


- Lingkungan di wilayah baik ≥ 21
desa bahagia sangat padat,
cenderung kumuh, kotor,  Sikap yang baik ≥49

16
dan banyak rumah dengan  Tindakan yang baik
kondisi tanpa ventilasi ≥ 65
yang memadai.
-. Pelayanan kesehatan di
desa bahagia cukup sulit
dijangkau
- Rata-rata pendidikan
warga hanya lulusan SD.
Sehingga warga tidak
terlalu mengerti dengan
penyakit dm.
-64% lansia mempunyai
keluhan adanya penyakit
antara lain : Stroke (8%),
Hipertensi (8%), dan DM
(13%), penyakit jantung
(1%), dll.

D. DIAGNOSA
Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia di Desa bahagia dengan masalah
kurangnya pengetahuan tentang penyakit dm

17
II.8 Rencana Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Lansia dengan Diabetes Melitus di Desa Bahagia Tahun 2019
No Diagnosa Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi
Keperawatan
Komunitas
Strategi Kegiatan Kriteria Standar Evaluator
1 Ketidakefektifan Tujuan Umum : 1. Pendidikan 1.1. Penyebaran leaflet Kognitif Peningkatan
pemeliharaan Setelah dilakukan kesehatan tentang pemeliharaan pengetahuan
kesehatan pada tindakan keperawatan (Health promo kesehatan pada masyarakat
lansia di Desa selama 8 bulan tion) penyakit DM. mengenai
Bahagia dengan diharapkan 1.2 Pentingnya pemeliharaan
masalah masalah pemeliharaan mengetahui hal yang kesehatan pada
kesehatan pada menyebabkan DM. penyakit DM,
kurangnya
masyarakat tidak terjadi 1.3 Pentingnya penyebab dan
pengetahuan mengetahui cara cara mencegah
tentang penyakit Tujuan Khusus : mencegah dan serta
DM. Setelah dilakukan mengontrol DM. mengontrol
tindakan keperawatan DM.
selama 8 bulan Mahasiswa
diharapkan : 2. FGD (Focus 2.1 Pembentukan Kognitif Peningkatan Kader
1. Meningkatnya Group kelompok kerja sikap kader Puskesmas
pengetahuan Discussion)/ bersama tokoh dan Supervisor
masyarakat dan Proses masyarakat : masyarakat
keluarga Kelompok a. Memberikan dalam
mengenai pemeliha pelatihan pada para memelihara
raan kesehatan kader mengenai kesehatan
pada orang yang makanan yang baik penderita dan
terkena DM. untuk penderita orang yang
2. Meningkatnya penyakit DM. berpotensi
kesadaran dan b. Mendiskusikan terkena DM.
motivasi keluarga dengan para kader
dan masyarakat untuk
untuk berperilaku mengingatkan dan
memberi motivasi

18
hidup sehat agar kepada keluarga
tidak terkena DM. yang telah terkena
atau beresiko DM
untuk
mengonsumsi
menu makanan
yang sesuai

3. Partnership 3.1 Fasilitasi masyarakat Psikomotor Melakukan


atau anggota keluarga perawatan DM
yang memiliki di layanan
penyakit DM ke kesehatan
pelayanan kesehatan
paling dasar terdekat

4. Empowerment 4.1. Adakan senam khusus Psikomotor Mampu


untuk diabetes merubah
perilaku yang
menyebabkan
diabetes.

5. Intervensi 5.1 Lakukan pemeriksaan Psikomotor Mampu


Keperawatan kesehatan pada melakukan
profesional masyarakat, yaitu pemeriksaan
pemeriksaan gula kesehatan pada
darah masyarakat.

19
BAB III
PENUTUP

III.1 KESIMPULAN

Diabetes militus (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein, mengarah
ke hiperglikemia (kadar gula darah tinggi). Gejala yang sering muncul pada DM, yaitu :Poliuria
(banyak dan sering kencing),Polipagia (banyak makan).Polidipsi (banyak minum).Diagnosa dari
kasus diatas adalah Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada lansia di Desa bahagia dengan
masalah kurangnya pengetahuan tentang penyakit dm.

III.2 SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber
yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Das könnte Ihnen auch gefallen