Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga
mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan tubuh termasuk
alkohol/etanol (Hernawati,2010).
Konsumsi alkohol kronis menimbulkan berbagai efek samping.
Namun, dampak terbesarnya adalah tiga bentuk penyakit hati yang
tersendiri yaitu steatosis hati (perlemakan hati), hepatitis alkoholik dan
sirosis, yang secara bersama–sama disebut sebagai penyakit hati alkoholik.
Paling sedikit 80% dari para peminum berat mengalami perlemakan hati
(steatosis), 10% hingga 35% mengalami hepatitis alkoholik dan sekitar
10% terjangkit sirosis. Karena dua keadaan pertama dapat terbentuk secera
independen, keduanya tidak mencerminkan suatu kontinum kelainan
(Robbinsdkk, 2007).
Etanol merupakan bagian dari alkohol. Metabolisme etanol di
dalam sel hati menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas dengan
berbagai mekanisme sehingga terjadi stres oksidatif yang akan merusak
jaringan hati. Reaksi antara 2 etanol dengan H2O2 dan radikal reaktif
spesies yang lain akan menghasilkan radikal hidroksietil yang merupakan
oksidan kuat (Hernawati, 2010).
Karena itu, hati rentan terhadap berbagai gangguan metabolik,
toksik, mikroba dan sirkulasi. Jika penyakit meluas atau terjadi gangguan
sirkulasi darah atau aliran empedu, gangguan fungsi hati dapat mengancam
nyawa (Robbinsdkk, 2007)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Hati?
2. Bagaimana Fisiologi Hati?
3. Apa saja Tanda dan Gejala Penyakit liver?
4. Apa saja Macam-macam Gangguan Fungsi Hati?
5. Bagaimana Asuhan Keperawatan Teori liver?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Anatomi dan Fisiologi Hati
2. Untuk mengetahui Fisiologi Hati
3. Untuk mengetahui Tanda dan Gejala Penyakit liver
4. Untuk mengetahui Macam-macam Gangguan Fungsi Hati
5. Untuk mengetahui Bagaimana Asuhan Keperawatan Teori liver
D. Manfaat Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi Hati
a. Anatomi Hati
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg
atau kurang lebih 25% berat badan orang dewasa yang menempati
sebagian besar kuadran kanan atas abdomen dan merupakan pusat
metabolism tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks. Batas atas
hati sejajar dengan ruang intercostal V kanan dan batas bawah
menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan
posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transfersal
sepanjang 5 cm dari system porta hepatis. Permukaan anterior yang
cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum
falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira – kira
2 kali lobus kiri.
Pada daerah antara ligamentum falsiform dengan kandung empedu
di lobus kanan kadang – kadang dapat ditemukan lobus kuadratus dan
sebuah daerah yang disebutsebagai lobus kaudatus yang biasanya
tertutup oleh vena kavainverior dan ligamentum venousm pada
permukaan posterior. Hati terbagi dalam 8 segmen dengan fungsi
yang berbeda. Pada dasarnya, Cantlie yang terdapat mulai dari vena
kava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus
fungsional, dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relative
sedikit, kadang – kadang dijadikan batas reseksi. Pembagian lebih
lanjut menjadi 8 segmen didasarkan pada aliran cabang pembuluh
darah dan saliran empedu yang dimiliki oleh masing – masing
segmen.
b. Fisiologi Hati
hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam. Sirkulasi vena
porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memegang peranan
penting dalam fisiologi hati, terutama dalam hal metabolism
karbohidrat, protein dan asam lemak. Fungsi utama hati adalah
pembentukan dan ekskresi empedu. Hati mengekresikan empedu
sebanyak satu liter per hari kedalam usus halus. Unsur utama empedu
adalah air (97%), elektrolit, garam empedu. Walalupun bilirubin
(pigmen empedu) merupakan hasil akhir, metabolism dan secara
fisiologis tidak mempunyai peran aktif, tapi penting sebagai
indicator penyakit hati dan saluran empedu, karena bilirubin dapat
memberi warna pada jaringan dan cairan yang berhubungan
dengannya.
Hasil metabolism monosakarida dari usus halus diubah menjadi
glikogen dan disimpan di hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini
disuplai glukosa secara konstan ke darah (glikogenolisis) untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam
jaringan untuk menghasilkan tenaga dan sisanya diubah menjadi
glikogen (yang disimpan dalam otot) atau lemak (yang disimpan
dalam jaringan subkutan). Fungsi hati dalam metabolism lemak adalah
menghasilkan protein plasma berupa albumin (yang diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotic koloid). Protrombin, fibrinogen dan
factor bekuan lainnya.Fungsi hati dalam metabolism lemak adalah
menghasilkanlipoprotein, kolesterol, fosfolipid dan asam asetoasetat.
c. Tanda dan Gejala Penyakit
Gejala-gejala sebagian tergantung dari tipe dan jangkaun penyakit
hatinya. Pada banyak kasus, mungkin tidak terdapat gejala. Tanda-
tanda dan gejala-gejala yang umum pada sejumlah tipe-tipe berbeda
dari penyakit hati termasuk:
1) Jaundice atau kekuningan kulit
2) Urin yang coklat seperti teh
3) Mual
4) Hilang selera makan
5) Kehilangan atau kenaikan berat tubuh yang abnormal
6) Muntah
7) Diare
8) Warna tinja (feces)yang pucat
9) Nyeri abdomen (perut) pada bagian kanan atas perut
10) Tidak enak badan (malaise) atau perasaan sakit yang kabur
11) Gatal-gatal
12) Varises (pembesaran pembuluh vena)
13) Kelelahan
14) Hipoglikemia (kadar gula darah rendah)
15) Demam ringan
16) Sakit otot-otot
2. Diagnosa
1) Kecemasan pemenuhan informasi
2) Nyeri dan ketidak nyamanan abdominal kanan
3) Resiko Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
4) Resiko gangguan integritas integument
5) Hipertermi
6) Intoleransi Aktivitas
7) Ketidak efektifan Pola nafas
8) Penurunan perfusi perifer
Intervensi
a. Ansietas
a) Batasan Karakteristik
1) Gelisah
2) Distress
3) Gemetar
NOC
Indicator Keterangan 1 2 3 4 5
200701 Afek tenang
200720 Lingkungan fisik
200721 Suhu ruangan
200723 Relaksasi otot
200704 Suhu tubuh
NIC
4) Teknik menenangkan
a Berada di sisi klien
b Pertahankan sikap yang tenang dan berhati hati
c Yakinkan keselamatan dan keamanan klien
5) Pengurangan stress relokasi
a Dukung penggunaan strategi koping
b Nilai kebutuhan atau ke inginan individu dalam hal
dukungan social
c Eksplorasi jika individu telah berpindah sebelumnya
6) Manajemen prilaku menyakiti diri
a Tentukan motif atau alasan tingkah laku
b Pindahkan barang yang berbahaya dari lingkungan
sekitar pasien
c Komunikasikan resiko pada petugas ke sehatan lainnya
a. Nyeri akut
a) Batasan karakteristik
1) Dilatasi pupil
2) Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya,
tampakkacau, gerakan mata terpancar atau tetap pada satu
focus, meringis)
3) Focus pada diri sendiri
4) Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek,
menangis, waspada)
b) NOC (Kriteria hasil)
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
210127 Ketidak nyamanan
c) NIC (Intervensi)
1) Menejemen lingkungan: kenyamanan
a Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung
b Sesuaikan suhu ruanganyang paling menyamankan
individu, jika memungkinkan
c Sesuaikan pencahayaan untuk memenuhikebutuhan
kegiatan individu, hindari cahaya langsung pada mata
2) Terapi Relaksasi
a Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang
terjadi
b Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat
untuk setiap kata
c Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien
3) Pemijatan
a Kaji keinginan klien untuk melakukan pemijatan
b Tatapkan lama waktu pemijatan untuk mencapai respon
yang di inginkan
c Tempatkan pada posisi yang aman untuk memfasilitasi
pemijatan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Code: 00002
Batasan katarateristik
Gangguan sensasi rasa
Penurunan berat badan dengan asupan adekuat
Kurang minat pada makanan
NOC
Skala outcome 1 2 3 4 5
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak tergaggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
NIC
Indikator Keterangan 1 2 3 4 5
110103 Elastisitas
110104 Hidrasi
110106 Keringat
Keterangan:
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3) NIC
a. Manajemen elekttolit/cairan
1. Pantau adanya tanda dan gejala overhidrasi
yang memburuk atau dehidrasi (misalnya
ronchi basah dilapangan paru terdengar ,
poliuria atau oliguria, perubahan perilaku,
kejang, saliva berbusa dan kental, mata
cekung atau edema, nafas dangkal dan cepat)
2. Timbang berat badan harian dan pantau
gejala
3. Berikan cairan dan sesuai
4. Minimalkan pemberian asupan makanan dan
minuman dengan deuretik atau pencahar
(misalnya teh, kopi, plum, supplement
herbal)
5. Jaga infuse intravena yang tepat, tranfusi
darah, atau laju aliran enteral, terutama jika
tidak diatur oleh pompa
6. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
7. Monitor tanda tanda vital yang sesuai
b. Monitor cairan
1. Tentukan jumlah dan jenis inteke atau
asupan cairan atau serta kebiasaan eliminasi
2. Tentukan apakah pasien mengalami kehausan
atau gejala perubahan cairan (misalnya,
pusing, sering berubah pikiran, ngelamun,
ketakutan, mudah tersinggung, mual,
berkedut)
3. Periksa turgot kulit dengan memegang
jaringan sekitar tulang seperti tangan atau
tulang kering, mencubit kulit dengan lembut
pegang dengan kedua lengan dan lepaskan (
dimana kulit akan turun kembali dengan
cepat jika pasien terhidrasi dengan baik)
d. Hipertermi
1. Batasan Karakteristik :
a. Kulit terasa hangat
b. Takikardi
c. Kulit kemerahan
d. Takipnea
2. NOC :
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Merasa merinding saat dingin
2. Berkeringat saat panas
3. Mengigil saat dingin
4. Denyut jantung apikal
5. Denyut nadi radial
6. Tingkat pernapasan
7. Melaporkan kenyamanan suhu
Keterangan :
1. Sangat terganggu
2. Banyak terganggu
3. Cukup terganggu
4. Sedikit terganggu
5. Tidak terganggu
3. NIC
a. Perawatan demam
1) Monitor warna kulit dan suhu
2) Mandikan (pasien) dengan spons hangat dengan hati-
hati (yaitu : berikan untuk pasien dengan suhu yang
sangat tinggi tidak memberikannya selama fase dingin,
dan hindari agar pasien tidak menggigil)
3) Pastikan tanda lain dari infeksi yang terpantau pada
orang tua, karena hanya menunjukan demam ringan
atau tidak demam sama sekali selama proses infeksi
b. Manajemen lingkungan
1) Singkirkan bahaya lingkungan (misalnya, karpet yang
longgar dan kecil, furniture yang dapat dipindahkan)
2) Sediakan tempat tidur dan lingkungan yang bersih dan
nyaman
3) Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien,
jika suhu tubuh berubah
4) Hindari dari paparan dan aliran udara yang tidak perlu,
terlalu panas atau terlalu dingin
c. Pengaturan suhu
1) Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari
hipotermia
2) Instruksikan pasien bagaimana mencegah keluarnya
panas dan serangan panas
3) Instruksikan pasien, khsusunya pasien lansia, mengenai
tindakan untuk mencegah hipertemia karena paparan
dingin.
e. Intoleransi Aktifitas
1. Batasan Karakteristik :
a. Keletihan
b. Dyspnea setelah beraktivitas
c. Ketida nyamanan beraktivitas
2. NOC :
No. Indikator 1 2 3 4 5
1. Saturasi oksigen ketika beraktivitas
2. Frekuensi nadi ketika beraktivitas
3. Frekuensi pernapasan ketika beraktivitas
4. Kemudahan bernapas ketika beraktivitas
5. Tekanan darah sistolik ketika
6. beraktivitas
7. Tekanan darah diastolik ketika
8. beraktivitas
9. Temuan /hasil EKG (Elektrokardiogram)
10. Warna kulit
11. Kecepatan berjalan
12. Jalan berjarak
13. Toleransi dalam menaiki tangga
Kekuatan tubuh bagian atas
Kekuatan tubuh bagian bawah
Keterangan :
6. Sangat terganggu
7. Banyak terganggu
8. Cukup terganggu
9. Sedikit terganggu
10. Tidak terganggu
3. NIC:
b. Terapi aktivitas
1) Bantu pasien untuk mengeksplorasi tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas yang biasa dilakukan (misalnya,
bekerja) dan aktivitas-aktivitas yang di sukai
2) Sarankan metode-metode untuk meningkatkan aktivitas
fisik yang tepat
3) Bantu pasien untuk memilih aktiviyas dan pecapain
tujuan melalui aktivitas yang konsisten dengan
kemampuan fisik, fisiologis dan sosial
c. Manajemen energi
1) Bantu pasien untuk memahami prinsip konservasi
energi (misalnya, kebutuhan untuk membatasi aktivitas
dan tirah baring)
2) Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan
kelelahan sesuai dengan konteks usia dan
perkembangan
3) Konsulkan dengan ahli gizi mengenai
carameningkatkan asupan energidari makanan
d. Peningkatan latih
1) Lakukan latihan bersama individu, jika di perlukan
2) Instruksikan individu untuk melakukan pemanasan dan
pendinginan dengan cukup padasaat latihan
3) Instruksikan individu terkait teknik yang digunakan
untuk menghindari cedera selama latihan.
f. Ketidakefektifan pola nafas
Batasan karakteristik
Dispnea
Takipnea
Fase ekspirasi memanjang
NOC
Nomor Indikator 1 2 3 4 5
041501 Frekuensi pernafasan
041502 Irama pernafasan
041503 Kedalaman inspirasi
041504 Suara auskutasi
nafas
041532 Kepatenan jalan
nafas
041505 Volume tidal
041506 Pencapaian tingkat
insentif
041507 Kapasitas vital
Keterangan :
3. Intervensi (NIC)
a. Monitor ekstremitas bawah
- Kaji reflek tendon dalam (misalnya,
pergelanagan kaki dan lutut, sesuai indikasi) .
- Monitor cara berjalan dan distribusi berat
pada kaki (misalnya observasi cara berjalan
dan tentukan bagaimana kebiasaan memakai
sepatu).
- Monitor mobilisasasi sendi (misalnya dorso
fleksi, pergelanagan kaku, dan gerakan sendi
subtalar)
b. Perawatan tirah baring
- Jelaskan alasan diperlukannya tirah baring.
- Balikkan pasien sesuai dengan kondisi kulit.
- Balikkan pasien yang tidak dapat mobilisasi,
paling tidak setiap 2 jam, sesuai dengan
jadwal yang spesifik.
- Ajarkan latihan ditempat tidur dengan cara
yang tepat.
c. Menejemen sensasi perifer
- Instruksikan pasien dan keluarga untuk
menjaga posisi tubuh ketika sedang mandi,
wuduk, berbaring, atau merubah posisi.
- Instruksikan pasien dan keluarga untuk
mengukur suhu air dan thermometer.
- Letakkan bantalan pada bagian tubuh yang
tergantung untuk melindungi area tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. saran
DAFTAR PUSTAKA
H.syariffudin.2016.Anatomi FisiologiEdisi 4.Jakarta: EGC
Heather Herdman.2015.Diagnosa keperawatandefinisi&klasifikasi 2015-
2016.Jakarta : EGC
M.Dachterman Joanne,dkk.2013.Nursing Intervention Classification
(NIC).Elsevier:Jakarta
Moorhead, Sue, dkk.2016.Nursing outcome Classification (NOC).Elsevior:
Jakarta
MuttaqinArif.2013.Gangguan gastrointestinal aplikasi asuhan keperawatan
Medikal bedah. Jakarta: SalembaMedika
Jean-Michel Pawlotsky. 2015. Journal of hepatology.EaslRecommendations
on Treatment of Hepatitis
Gairy F. Hall, MDA.2007.Hepatitis a, b, c, d, e, g: an update .
Polson J, Lee WM. 2005. Kertas posisi AASLD: pengelolaan gagal hati
akut, Hepatologi,