Sie sind auf Seite 1von 8

REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK (MA) DALAM MENINGKATKAN

PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN


KABUPATEN KUPANG

Maternal and Child Care Revolution in Accelerating Delivery by Health Service


Providers in Health Facilities in Kupang

Rustika', Raflizar2
'Peneliti Humaniora Kebijakan Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
2
Peneliti Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat
Email: rustikaherman@yahoo.co.id

Diterima: 2 Januari 2015; Direvisi: 26 Januari 2015; Disetujui: 27 Maret 2015

ABSTRACT

Basic Health Research 2007 shows that Kupang district is one of Regional Health Problems among 154
districts in Indonesia. In 2009 the Provincial Government of NTT launched the Mother and Child Health
(MCH) Revolution Movement through Governor Regulation No. 42 in 2009, and followed by declaring
Regulation ofIkad of Kupang District No.16 of 2010 on the Acceleration of MCH. The aim of this study is
to describe the MCH achievement and the implementation of MCH Revolution Policy in Kupang District.
This is a qualitative research which was conducted in 2012. Of the 25 health centers in Kupang District,
there were 6 health center set in clusters. Data were collected by in-depth interviews, focus group
discussion, and document review. Results showed that the MCH Revolution Movement had succeeded in
increasing the delivery by health workers, especially in health facilities by involving the community. This
increase is relevant to the growing number of health centers, Basic Emergency Obstetric and Newborn
Care (BEmONC) facilities , and midwives in Kupang. The situation was supported by the facts that there
were no competition between midwives and TBAs, active cadres who accompanied pregnant women very
cooperative TBAs, supportive village regulation, and health centers and village midwives which always
ready for delivery. Conclusions, the supporting factors of the MCH Revolution movement are the
implementation of rewards and punishments system, community empowerment that has been running well,
and also midwives-TBAs partnership.

Keywords: MCH Revolution, delivery, health workers, health facilities

ABSTRAK

Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, Kabupaten Kupang termasuk salah satu Daerah Berrnasalah Kesehatan
di Indonesia. Pada tahun 2009, Pemerintah Provinsi NTT mencanangkan Revolusi KIA melalui Peraturan
Gubemur NTT No. 42 tahun 2009 dan ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Kupang No.16 tahun 2010
tentang Percepatan Pelayanan KIA (PPKIA). Tujuan penelitian ini untuk memberikan gambaran
pencapaian pelayanan KIA dan implementasi kebijakan revolusi KIA. Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang dilakukan pada tahun 2012. Dari 25 puskesmas yang ada di Kabupaten Kupang, ditetapkan
6 puskesmas secara klaster. Cara pengumpulan data dengan wawancara mendalam, FGD dan telaah
dokumen. Hasil menunjukkan bahwa gerakan Revolusi KIA dan PPKIA telah berhasil meningkatkan
pelayanan KIA terutama persalinan oleh tenaga kesehatan. Meningkatnya persalinan oleh tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan relevan dengan meningkatnya jutniah puskesmas perawatan, PONED, pustu, bidan.
Tidak ada persaingan bidan dan dukun, kader aktif sebagai pendamping bumil bulin, dukun sangat
kooperatif, ada tabungan ibu bersalin, ada peraturan desa, puskesmas dan rumah bersalin yang siap
melayani persaiinan, dan puskesmas pembantu yang siap melayani persalinan oleh tenaga kesehatan, serta
bidan desa yang standby di puskesmas pembantu. Kesimpulan, faktor pendukung dari kebijakan tersebut
karena adanya reward dan punishment, dan pemberdayaan masyarakat yang sudah berjalan baik, kemitraan
bidan dan dukun.

Kata kunci: Revolusi KIA, persalinan, tenaga kesehatan, fasilitas kesehatan

81
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No I, Maret 2015: 81 — 88

PENDAHULUAN semua puskesmas baik rawat inap maupun


rawat jalan, penguatan sistem informasi di
Kabupaten Kupang adalah kabupaten
tingkat desa melalui ketersediaan papan
yang terletak di dekat ibu kota Provinsi NTT,
Manajemen Pengendalian Persalinan dari
Kota Kupang di Pulau Timor. Ibu kota
Desa (MP2D), sebagai bentuk kontrol
Kabupaten Kupang adalah Oelamasi yang
bersama antara pemerintah desa dan unsur
berada di Kecamatan Kupang Timur.
masyarakat lainnya terhadap semua ibu hamil
Kabupaten Kupang terdiri dari 24 kecamatan
yang ada di desa tersebut, dan program
yang berada di 2 pulau besar yaitu Pulau
kesehatan ibu dan bayi barn lahir yang
Timor dan Pulau Semau. Hasil Indeks
terfokus pada 3 pesan kunci "Making
Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Pregnancy Safer" (MPS). Ketiga pesan
(IPKM) 2007, posisi Kabupaten Kupang
tersebut adalah: 1). Setiap persalinan ditolong
berada pada peringkat ke 370 dari 440
tenaga kesehatan terlatih. 2). Setiap
kabupaten di Indonesia dan termasuk salah
komplikasi obstetri dan neonatal mendapat
satu Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) di
pelayanan yang adekuat. 3). Setiap wanita
antara 154 kabupaten DBK di Indonesia
usia subur mempunyai akses terhadap
(Kemenkes, 2011). Cakupan persalinan oleh
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
tenaga kesehatan di Kabupaten Kupang
dan penanganan komplikasi keguguran
menurut hasil Riskesdas 2007 sebesar
(Dinkes NTT, 2009)
21,38% dan KN1 sebesar 47,06%. Data
Profit Kesehatan Kabupaten Kupang pada Dalam rangka mengevaluasi
tahun 2010 melaporkan jumlah penduduk efektifitas program revolusi KIA terhadap
Kupang sebanyak 304.548 jiwa, jumlah desa pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui
sebanyak 160 desa, jumlah kelurahan peningkatan persalinan oleh tenaga kesehatan
sebanyak 17 kelurahan, jumlah perawat/ di fasilitas kesehatan di Kabupaten Kupang
bidan sebanyak 392 jiwa. maka dilakukan penelitian ini yang bertujuan
untuk memberikan gambaran pencapaian
Dalam rangka menurunkan angka
pelayanan KIA dan implementasi kebijakan
kematian ibu dan anak dengan meningkatkan
Revolusi KIA.
pelayanan kesehatan ibu, maka Dinas
Kesehatan Provinsi NTT pada tahun 2009
mencanangkan suatu gerakan yang disebut
BAHAN DAN CARA
`Revolusi KIA'. Dalam Revolusi KIA ada
enam elemen. Pertama, orang yang menolong Penelitian ini merupakan penelitian
harus memadai. Kedua, peralatan kesehatan kualitatif. Lokasi penelitian di Kabupaten
harus sesuai standar. Ketiga, obat dan bahan Kupang, dari 25 puskesmas yang ada
yang dibutuhkan. Keempat, bangunan yang ditetapkan 6 puskesmas yang dipilih secara
sesuai dengan standar dan fungsi. Kelima, cluster berdasarkan lokasi yang aksesnya
sistem pelayanan yang bagus. Keenam, dapat dijangkau yaitu: Puskesmas Tarus
anggaran yang memadai (Dinkes NTT, 2009) (Kecamatan Kupang Tengah), Puskesmas
Oesao (Kecamatan Kupang Timur),
Kebijakan Revolusi KIA
Puskesmas Baun (Kecamatan Amarasi
ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten
Barat), Puskesmas Baumata (Kecamatan
Kupang melalui Peraturan Bupati Nomor 16
Taebenu), Puskesmas Oekabiti (Kecamatan
tahun 2010 tentang Percepatan Pelayanan
Amarasi), dan Puskesmas Uitao (Kecamatan
Kesehatan Ibu dan Anak (PPKIA) di
Semau). Dari 6 puskesmas ditetapkan
Kabupaten Kupang. Program dibuat melalui
masing-masing 1 (satu) desa sampel secara
kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten
purposif yaitu desa yang posyandunya
Kupang dengan Dinas Kesehatan Provinsi
sedang beroperasi pada jadwal dilakukan
NTT, lintas sektor, LSM dan organisasi
pengumpulan data Enam desa tersebut
profesi yang memiliki kepedulian terhadap
adalah Desa Tanah Putih Kecamatan Kupang
kesehatan ibu dan bayi. Upaya penurunan
Timur, Desa Oelnasi di Kecamatan Kupang
AKI di Kabupaten Kupang diwujudlcan
Tengah, Desa Kotabes Kecamatan Amarasi,
dalam berbagai program antara lain;
Desa Niukbaun Kecamatan Amarasi Barat,
percepatan pelayanan KIA melalui
Desa Oeltua di Kecamatan Taebenu, dan
penyediaan layanan persalinan 24 jam di
Desa Hansisi Kecamatan Semau.
82
Revolusi kia dalam mendongkrak ...(Rustika & Raflizar)

Pengumpulan data dilakukan dengan PTT. Untuk menjaga kualitas, Pemerintah


3 (tiga) cara yaitu: 1) Wawancara mendalam melakukan upaya dengan memberikan
sebagai informan adalah; Kadinkes, Kepala persyaratan bagi para calon tenaga kesehatan
Bidang Kesehatan Masyarakat, dan Kepala dan memberikan pelatihan kesehatan. Kinerja
Puskesmas. Topik yang dibahas adalah SDM kesehatan di puskesmas ditingkatkan,
pandangan terkait kebijakan Revolusi KIA, diingatkan untuk selalu melakukan tugas
kebijakan kabupaten, program dan kegiatan pokok, fungsi dan perannya dengan
yang telah dan sedang dilakukan sebagai maksimal, hal ini terjadi karena beban kerja
implementasi kebijakan tersebut. 2) Fokus yang semakin meningkat, adanya ketidak-
Group Discussion (FGD) dan pendampingan seimbangan antara pemenuhan hak dan
dilakukan di tingkat puskesmas kewajiban bagi tenaga kesehatan. Jumlah
menggunakan pedoman FGD terhadap bidan tenaga kesehatan yang bekerj a di sarana
desa, kader, kades, toma, toga, dan dukun. pelayanan kesehatan di Kabupaten Kupang
Data yang dikumpulkan tentang peran kades, tahun 2012 (Puskesmas, RSD Naibonat,
toma, toga, kader, dukun terkait dengan Gudang Farmasi dan Dinas Kesehatan)
pelayanan KIA (kehamilan, persalinan, dan sebanyak 546 orang, meliputi tenaga perawat
nifas), hambatan yang ditemukan dan dan tenaga bidan sebanyak 392 orang
pencapaian KIA di posyandu. 3) Telaah data (71,79%), tenaga medis sebanyak 52 orang
dan dokumen. (9,52%), tenaga farmasi sebanyak 31 orang
Pengolahan data dalam bentuk (5,68%), tenaga gizi sebanyak 14 orang
transkrip. Setelah teks transkrip disusun (2,56%), tenaga teknis medis sebanyak 12
dalam bentuk matrik dilakukan analisis orang (2.0%), tenaga sanitasi sebanyak 35
dengan metode analisis tematik. orang (6,41 %) dan tenaga kesehatan
masyarakat sebanyak 10 orang (1,83%).
Tenaga non kesehatan (dukun, tenaga di
HASIL posyandu dan kader) sebanyak 4821 orang
yang terdiri dari dukun sebanyak 636 orang
Analisis terhadap Perubahan Kebijakan serta tenaga posyandu dan kader sebanyak
Revolusi MA 4185 orang.
Revolusi Kesehatan Thu Anak (KIA) Dan beberapa informan yang
merupakan salah sato bentuk upaya diwawancarai diperoleh keterangan bahwa
percepatan penurunan angka kematian ibu gerakan Revolusi KIA kenyataannya masih
melahirkan dan bayi barn lahir dengan terfokus pada persalinan oleh tenaga
berbagai program melalui persalinan pada kesehatan. Informan Kepala Dinas Kesehatan
fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai. mengatakan
Kata Revolusi KIA berdasarkan "...Enam elemen dalam Revolusi
Peraturan Gubernur tidak dipopulerkan di KIA bukanlah hal yang baru. Yang baru
Kabupaten Kupang diganti dengan adalah adanya spirit atau motivasi dengan
Percepatan Pelayanan KIA (PPKIA), dengan adanya reward punishment untuk persalinan
alasan karena kata revolusi cenderung terkait non nakes. Namun peraturan di Revolusi
dengan perang. Program Revolusi KIA pada itu tidak diiringi atau tidak link dengan
kenyataannya masih terfokus pada persalinan tersedianya alat angkut sehingga masih
oleh tenaga kesehatan. Kebijakan Revolusi terjadi masalah, keterampilan tenaga juga
KIA membawa spirit atau motivasi dengan tidak ditingkatkan, fasilitas masih minim,
diperbolehkannya sistem reward punishment bantuan pusat juga masih kurang. Semua
untuk persalinan nakes dan non nakes. diserahkan pada kemampuan kabupaten,
Namun peraturan pada Revolusi KIA oleh puskesmas dan desa".
Dinkes Provinsi belum diiringi dengan
tersedianya alat transportasi sehingga biaya Revolusi KIA sudah ditindak lanjuti
akan lebih mahal, keterampilan tenaga juga di tingkat desa dengan mewajibkan semua
belum maksimal, dan fasilitas masih minim. ibu hamil melahirkan di fasilitas kesehatan
Pemerintah daerah Kebupaten Kupang dan pemeriksaan balita ke puskesmas dan
berupaya meningkatkan jumlah SDM jika tidak ke puskesmas akan dikenakan
kesehatan melalui perekrutan CPNS dan denda. Berkaitan dengan hal tersebut diatas

83
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015 81 — 88

disampaikan oleh informan Kepala dengan faktor risiko (4 terlalu) dan merah
Puskesmas Oekabiti yang menyatalcan : untuk ibu hamil risti (punya penyakit
"...Gerakan Revolusi KIA sudah tertentu).
merambah ke tingkat desa, dimana desa di Data Laporan Tahunan Kabupaten
wilayah puskesmasnya sudah mempunyai Kupang tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012
Peraturan Desa yang mencantumkan tentang menunjukkan terjadi peningkatan kunjungan
adanya denda 500 ribu untuk yang bersalin KI dari 94,04% (2009), 95,35% (2010),
ke dukun dan 5000 bagi yang tidak 96,53% (2011) dan 97,75% (2012). Cakupan
menimbangkan balitanya. Meski denda KI untuk ibu hamil masih belum 100 persen,
tersebut belum pernah diterapkan tapi ibu- hal ini terjadi karena masih ada ibu yang
ibu melakukan persalinan di faskes karena datang terlambat dengan usia kehamilan
gratis dan sebagian besar dukun pun tidak diatas trimester III. Kunjungan K4 juga
berani lagi menolong persalinan". menunjukkan adanya peningkatan dari
Dukun memegang peranan penting 80,12% (2009), 84,49% (2010), 86,06%
dalam kesehatan ibu dan anak sehingga perlu (2011) dan 92,35% (2012).
dirangkul untuk dapat mendukung Sebagaimana disampaikan oleh salah
keberhasilan program Revolusi KIA. Kepala seorang informan, yaitu Kepala Puskesmas
Bidang Kesehatan Masyarakat yang juga Oemasi :
adalah Ketua IBI Kabupaten Kupang
menuturkan saat dimulainya Revolusi KIA "... Dengan adanya Jampersal
pada Bulan Agustus 2009, terdapat cukup (gratis), masalah-masalah penanganan
banyak dukun di setiap desa, maka: persalinan dalam 3 tahun terakhir sudah
jauh berkurang, partus di faskes meningkat.
"Pihak Dinkes Kabupaten telah Ini karena adanya GSI pada waktu KKR
mengumpulkan seluruh dukun di Kabupaten 2009 dari pusat dan ada Jampersal, ada
Kupang (sekitar 100 dukun) pada Nopember Revolusi KIA 2009 dari provinsi, dari
2009. Pada saat itu dukes menceritakan kabupaten ada PPKIA (Percepatan
akan program revolusi KIA dan Pelayanan KIA) "
permasalahan dan denda-denda yang akan
berlaku bagi ibu hamil dan dukun, serta
penjelasan tentang peran dukun selanjutnya Implementasi kebijakan terkait
dengan bidan dan kader. Dukun sudah Transport ibu bersalin dan Rewards
dirangkul untuk memberikan informasi
kepada bidan tentang adanya ibu yang hamil Transport Ibu bersalin ke
di desanya. Hubungan bidan dan dukun serta puskesmas/pustu, makan minum keluarga
kader sangat baik. yang menunggu, pakaian bayi tidak di
tanggung oleh pemda dan hams diusahakan
sendiri atau melalui organisasi desa. Bagi
Analisis terhadap peningkatan kader/dukun yang membawa ibu ke
implementasi puskesmas/pustu akan diberi pengganti
transport 50 ribu dari dana jampersal, untuk
Implementasi pengawasan KI sampai rujukan inpartus 50 ribu (sewa kendaraan),
persalinan serta biaya makan minum sehari untuk ibu
Program pelayanan antenatal di yang bersalin sebesar 50 ribu per pasien ibu
Kabupaten Kupang meliputi; pembagian hamil. Biaya ini telah di atur dalam RICA
buku KIA untuk ibu hamil sejak K1 sampai Dinkes Kabupaten Kupang dari dana
anak usia 5 tahun, stiker persalinan, bendera Jampersal. Sesuai dengan Peraturan
ibu hamil, data golongan darah, data mobil. Gubernur dan Peraturan Bupati tidak boleh
Di kantor kepala desa hams ada papan ada persalinan lagi di rumah, maka sejak
menejemen pengendalian persalinan yang tahun 2010 angka persalinan oleh tenaga
selalu diinfokan ke camat, toma, suami. kesehatan melonjak. Seiring dengan itu diatur
Kader bertugas mengisi papan dengan warna mekanismenya di tingkat desa. Hampir
berbeda untuk ibu hamil. Hijau untuk ibu semua Pustu sekarang memiliki peralatan
hamil yang sehat, kuning untuk ibu hamil yang lengkap untuk menolong persalinan
normal dengan seorang bidan yang tinggal
84
Revolusi kia dalam mendongkrak ...(Rustika & Raflizar)

menetap di puskesmas pembantu (pustu). Dalam kesempatan FGD, Kepala


Persalinan dilakukan di pustu, dikirim ke Puskesmas Uitao Pulau Semau menceritakan:
puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit di
" Pasien yang akan bersalin atau
Kupang, semua tanpa membayar. mau berobat yang tidak mampu berjalan
Di Kecamatan Semau belum ada atau hams menggunakan kendaraan, maka
kendaraan umum yang digunakan warga dap desa ada kerja sama dengan gereja atau
apabila mereka melakulcan aktivitas ke ibu warga yang punya mobil yang dijadikan
kota provinsi, yaitu ke Kota Kupang. ambulans desa untuk membawa dan
menjemput pasien. Atau pada warga yang
Di setiap pustu dan di kantor kades
punya mobil sudah dilakukan pendekatan
Kecamatan Semau sudah ada catatan nama,
kepada pemiliknya untuk menjadi ambulans
nomor telepon dan alamat warga yang
desa. Persalinan normal dilakukan di pustu,
mempunyai kendaraan roda 4 atau roda 2.
ada 4 pustu yang sudah memberikan layanan
Hanya sedikit warga yang mempunyai
persalinan, kalau sulit dirujuk ke puskesmas.
kendaraan roda 4. Transport bagi pasien atau
Setiap pustu di desa ada bidan, semua ada 6
ibu hamil yang tidak mampu dibantu oleh
pustu. Jumlah bidan ada 8 orang, 6 di pustu
masyarakat sekitarnya melalui kendaraan
dan 2 di puskesmas. Perawat ada 5 orang.
pribadi yang dijadikan ambulan desa.
Seluruh pegawai puskesmas 23 orang".
Masyarakat desa menggunakan mobil pick up
kepunyaan warga yang disebut dengan
"ambulans desa" yang biasanya dipakai
Implementasi kebijakan terkait
untuk berdagang juga dimanfaatkan untuk
punishment
mengantar dan menjemput ibu hamil ke
pustu, puskesmas atau ke dermaga, apabila Mesh sistem denda belum
pasien di rujuk ke Kota Kupang. Kecamatan diberlakukan tetapi di beberapa pustu yang
Semau juga kekurangan air dan aliran listrik cukup lenglcap dengan bidan yang standby
yang sering mati, tetapi komunikasi di hampir 100% ibu melahirkan dengan bidan di
daerah ini lancar karena sinyal cukup kuat. faskes (misalnya di Pustu Desa Niukbaun
Menanggapi hal itu seorang informan kader selama tahun 2012 dari 25 ibu yang
desa menyampaikan bahwa: melahirkan hanya 2 orang yang melahirkan
dengan dukun di rumah ibu). Revolusi MA
"...Kami mengharapkan kepala
untuk kesehatan ibu ini didukung oleh
desa agar mengevaluasi tabulin tiap
organisasi IBI dengan membuat stiker,
kelompok supaya jalan, mohon aktilkan bendera ibu hamil dan nifas. Dinas
bersama ambulans desa, catatan tentang Kesehatan Kabupaten Kupang tidak
mobil-mobil warga dan nomor HP-nya sudah
membolehkan dukun menolong persalinan.
ada di catatan kader tapi kenapa belum jalan Dukun atau kader diperankan untuk
sepenuhnya". mengantar bumil ke fasilitas kesehatan
Di Kecamatan Semau ada tiga warga (puskesmas pembantu atau puskesmas)
dari tiga desa yang memiliki kendaraan pick dengan diberi pengganti transport yang di
up, sehingga ketika ada masyarakat yang ambil dari dana Jampersal. Semua
membutuhkan, bidan tinggal menghubungi dukun/kader di Kabupaten Kupang sudah
kendaraan tersebut untuk mengantar dan menerima dan berusaha menjalankan
menjemput ibu ke fasilitas kesehatan. Selain perannya. Kader dan dukun akan dikenakan
pick up milik masyarakat, puskesmas juga denda apabila tidak mengantarkan persalinan
bekerj asama dengan unsur gereja Ice saran kesehatan, yaitu sebesar
menggunakan ambulans desa milik gereja Rp 350.000,-. Hal ini sesuai dengan
sejumlah 2 kendaraan. Di Desa Hansisi dan pernyataan bidan Oesao,
Otan sudah ada peraturan desa tentang
"Kita sudah ikuti aturan dinas
persalinan wajib dilaksanakan di fasilitas
kesehatan, namun masih ada sekitar 13 ibu
kesehatan karena kepala desa memiliki
yang bersalin ke dukun, hal ini karena
perhatian terhadap masalah kesehatan. Selain
lokasi ke faskes yang sangat jauh sehingga
itu, setelah kebaktian di gereja terkadang ada
sudah terlambat tidak sempat lagi ke fasilitas
sosialisasi kesehatan dari tenaga kesehatan
kesehatan. Untuk kasus ini tidak atau belum
puskesmas.
85
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Maret 2015 : 81 — 88

diberlakukan denda sebagai pengaturan dari Berkaitan dengan hal tersebut,


Revolusi KM". Kepala Puskesmas Oekabiti menyampaikan:
" Masih ada ibu yang bertahan
Analisis terhadap peningkatan capaian bersalin di rumah dengan bidan dengan
alasan repot ke pustu atau puskesmas, siapa
Pada tahun 2009, persentase Linakes nanti yang tunggu di puskesmas dan siapa
yang paling tinggi adalah Puskesmas Uitao pula yang tunggu anak-anak di rumah.
dan Puskesmas Oesao (di atas 80%), Selain itu, masih ada juga beberapa ibu yang
sedangkan yang lain di atas 70%. Persalinan terpaksa melahirkan di rumah dengan mama
faskes masih rendah, terutama Puskesmas dukun bersama dengan bidan karena
Uitao yang hanya 4 orang, padahal saat itu terlambat ke puskesmas".
puskesmas tersebut sudah berstatus
puskesmas rawat inap. Cakupan KN 1 Data dan penjelasan kepala
semua puskesmas relatif tinggi, yakni di atas puskesmas dan bidan didukung oleh
pernyataan dukun dan ibu kepala desa. Mama
80%.
dukun Oekabiti yang merangkap kader pada
Pada tahun 2010, cakupan Linakes saat FGD di posyandu menyampaikan:
paling tinggi adalah Puskesmas Uitao
" Beta jadi dukun sudah sejak
(79,04%). Hal yang menonjol di tahun 2010
ini adalah persalinan pada fasilitas kesehatan tahun 1993, sudah 60 orang ditolong
di hampir semua puskesmas mengalami melahirkan, tapi sejak 2009 saya tidak mau
peningkatan. Puskesmas yang memiliki lagi tolong melahirkan dan saya selalu
persalinan pada fasilitas kesehatan paling membawa ibu ke pustu. Pernah ibu yang
tinggi adalah Puskesmas Oesao dan Tarus. pendek dan anak kembar tidak mau ke
puskesmas maka beta paksa dia ke
Tahun 2011, cakupan K1 di 6 puskesmas dengan transport beta bayar,
puskesmas tetap tinggi (di atas 90%), bahkan pernah juga beta bawa ibu ke pustu dengan
Puskesmas Baun mencapai 100% dan ojek".
Puskesmas Oesao mencapai 99,63%. Hampir
semua puskesmas mengalami sedikit Istri Kepala Desa (mama desa)
perubahan cakupan K4 (naik turun) Kotabes, Oekabiti juga menyampaikan:
walaupun masih tetap di atas 80%. "...Sejak Revolusi K1A banyak ibu
Pencapaian puskesmas untuk cakupam sudah sadar untuk ke bidan di pustu. Tahun
Linakes pada tahun 2011 bervariasi, ada yang 2010 belum banyak perubahan masih dengan
mengalami peningkatan dan ada yang dukun di rumah, barn mulai 2011 banyak
mengalami penurunan, paling tinggi tetap yang sadar. Meski ada sanksi tapi belum
puskesmas Uitao (80,12%). Pada tahun berlaku, sudah ada Perdes tapi masih umum,
2011, hampir semua puskesmas mengalami maka akan dibuat Perdes khusus kesehatan.
peningkatan persalinan di fasilitas kesehatan, Ada tabulin perkelompok tapi masih ada
Puskesmas Oesao dan Tarus merupakan kelompok posyandu yang belum jalan, desa
puskesmas dengan cakupan persalinan di ini punya 4 posyandu".
fasilitas kesehatan yang tertinggi.
Dari hasil pengamatan langsung pada Pendapat ibu bersalin:
beberapa pustu, terlihat angka
"... melahirkan di dukun karena
Linakes/Linfaskes pada Bulan Januari 2012
jauh dari nakes serta tidak punya biaya
sampai September 2012 untuk Pustu Hansisi
untuk keluarga untuk makan dan minum di
dan Uiasa di Kecamatan Semau sudah
nakes"
mencapai 100%. Untuk wilayah Puskesmas
Uitao Kecamatan Semau (8 desa), mulai
Jarman - Oktober 2012 ada sekitar 133 ibu
PEMBAHASAN
Linakes/faskes, hanya 5 bulin yang tidak
bersalin ke fasilitas kesehatan atau bersalin Pencanangan Revolusi KIA oleh
dengan tenaga kesehatan. Pemerintah Provinsi NTT tahun 2009,
ditindaklanjuti oleh Pemda Kabupaten
Kupang dengan gerakan Percepatan
86
Revolusi kia dalam mendongkrak ...(Rustika & Raflizar)

Pelayanan KIA (PPKIA). Dalam upaya masing dalam mensukseskan Revolusi KIA
menurunkan AKI, Kabupaten Kupang dan perlunya dilakukan evaluasi terhadap
mewujudkan kerja sama dengan Pemerintah pelaksanaan Revolusi KIA di masyarakat
Pusat dan Provinsi, lintas sektor, lembaga untuk mengetahui bagaimana kebijakan ini
swadaya masyarakat, dan organisasi profesi diimplementasikan di lapangan.
yang memiliki kepedulian terhadap KIA.
Jarak tempuh ke lokasi pelayanan
Kebijakan Pemerintah Pusat kesehatan masih merupakan kendala dalam
mengenai program Biaya Operasional pelaksanaan Revolusi KIA. Faktor jarak
Kesehatan (BOK), Program Revolusi KIA fasilitas pelayanan kesehatan dengan rumah
dari provinsi, Jampersal dari Pusat, dan klinik berpengaruh terhadap perilaku penggunaan
bersalin yang dibangun dari dukungan dana dan pemanfaatan pelayanan kesehatan
DHS-2 untuk Kabupaten Kupang serta (Kresno, 2000). Andersen, et al, (1975)
Jaminan Kesehatan Kabupaten Kupang (JK3) dalam Muniarti (2008) mengatakan bahwa
dari Pemda Kabupaten Kupang mendukung jarak merupakan komponen kedua yang
semua masyarakat yang sakit berobat j alan memungkinkan seseorang untuk
dan rawat inap dengan tidak membayar. memanfaatkan pelayanan kesehatan. Masih
Kenyataannya masih ada ibu yang ada ibu yang tetap mau melahirkan di rumah
melahirkan di rumah dengan bidan dengan dukun, antara lain dikarenakan jarak
Kebijakan program pelayanan rumah yang jauh dengan bidan. Agha, S, dan
antenatal menetapkan frekuensi kunjungan Carton TW, 2011, menyebutkan ibu hamil
antenatal sebaiknya minimal 4 (empat) kali yang memiliki waktu tempuh yang lebih
selama kehamilan, dengan ketentuan minimal singkat ke fasilitas pelayanan kesehatan juga
satu kali pada trimester pertama (K1), cenderung lebih banyak melakukan
minimal satu kali pada trimester kedua (K2), sedikitnya 3 kali ANC.
dan minimal dua kali pada trimester ketiga Sekalipun pas en menginginkan
(K3 dan K4). (Depkes, 2009). Petugas melahirkan di fasilitas kesehatan, namun
kesehatan seharusnya dapat mengidentifikasi tidak semua dapat melakukannya. Hal ini
faktor-faktor risiko yang berhubungan disebabkan oleh jauhnya jarak, kurang
dengan usia, paritas, riwayat kehamilan yang memadainya transportasi, biaya, kurangnya
buruk, dan perdarahan selama kehamilan. pendidikan kesehatan, kurangnya petugas
Kematian ibu juga dipengaruhi oleh hal-hal dan kemampuan petugas. Keterlambatan
nonteknis yang masuk kategori penyebab penanganan dapat terjadi mulai dari
mendasar, seperti tingkat pengetahuan, sikap, keterlambatan untuk memutuskan pergi ke
dan perilaku ibu hamil yang masih rendah, klinik bersalin atau meminta pertolongan
serta mengabaikan pentingnya pemeriksaan petugas kesehatan (keterlambatan tahap I),
kehamilan dengan melihat angka kunjungan ataupun keterlambatan akibat waktu tempuh
pemeriksaan kehamilan (K4) yang masih ke fasilitas pelayanan kesehatan
kurang dari standar acuan nasional (keterlambatan tahap II). (Stekelenburg, J,
(Prawirohardjo, 2008). Melalui pencapaian dkk, 2004).
indikator K4 dapat diketahui cakupan Dukun dan ibu takut kalau ibu tidak
pelayanan antenatal secara lengkap. melahirkan dengan bidan atau di fasilitas
Walaupun jumlah tenaga kesehatan pelayanan kesehatan bisa terkena denda.
sudah cukup banyak namun belum Penerapan sanksi melalui denda yang
mencukupi kebutuhan di wilayah Kabupaten diberlakukan Dinkes Kabupaten Kupang
Kupang. Berbagai upaya peningkatan cukup membuat berkurangnya ibu yang
kualitas tenaga kesehatan terus dilakukan melahirkan di dukun. Sanksi dapat
melalui berbagai pelatihan bagi tenaga memperlemah perilaku dan cenderung untuk
kesehatan. Kinerja SDM Kesehatan belum mengurangi frekuensi perilaku yang
mencapai hasil yang maksimal seperti yang berikutnya. Sanksi biasanya terdiri dari
diharapkan dalam Revolusi KIA. Untuk itu permintaan suatu konsekuensi yang tidak
diharapkan.
disarankan agar baik pembuat kebijakan
maupun pelaksaana kebijakan memahami Di Indonesia dan di negara
tugas pokok, fungsi dan perannya masing- berkembang lain pada umumnya, transportasi

87
Jumal Ekologi Kesehatan Vol. 14 No 1, Mani 2015 : 81 — 88

sering menjadi kendala dalam pelayanan pelaksana pelayanan KIA bagi tenaga
kesehatan. Karen itu tidak sedikit kasus kesehatan di Kabupaten Kupang.
kesehatan terutama yang bersifat kegawat
daruratan (emergency) berujung pada
kematian. Sesungguhnya kematian itu tidak UCAPAN TERIMA KASIH
boleh terjadi bila secepat mungkin diberikan Penulis mengucapkan terima kasih
pertolongan secara medis. kepada peneliti utama Dr. Qomariah Alwi
Minimnya sarana transportasi baik sarana yang telah mengijinkan penulisan ini, peneliti
milik umum maupun yang dimiliki petugas
daerah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
kesehatan telah terbukti menjadi kendala
Kupang, kepala puskesmas beserta
dalam mengakses layanan kesehatan secara jajarannya, posyandu, serta kepala desa,
cepat, baik dari masyarakat maupun dari
dukun, kader, tokoh masyarakat, tokoh
petugas kesehatan dalam merespon panggilan agama di enam wilayah puskesmas terpilih
pasien (Bolawara,M, 2011).
yang telah bersedia sebagai informan dalam
penelitian ini. Terima kasih juga kepada
Kepala Pusat Humaniora, Kebijakan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Kesimpulan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan yang
Peningkatan jumlah persalinan oleh
telah memfasilitasi pendanaan dan dorongan
tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan
terlihat sejak adanya Revolusi KIA. Hal ini sejak mulai awal penelitian ini hingga
terselesaikannya penelitian.
dikarenakan gerakan Percepatan Pelayanan
KIA (PPKIA) yang terfokus pada kesehatan
ibu dengan wajib melaksanakan persalinan
DAFTAR PUSTAKA
oleh tenaga kesehatan (linakes) di fasilitas
kesehatan. Karena gerakan pencanangan ini Agha, S, dan Carton, TW, 2011, Determinants of
maka terjadi peningkatan persalinan oleh institutional delivery in rural Jhang,
Pakistan, International Journal for equity in
tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan, hal health 2011, 10:31
ini juga relevan dengan meningkatnya jumlah Badan Litbangkes (2008) Laporan Basil Riset
puskesmas perawatan, puskesmas PONED, Kesehatan Dasar Riskesdas Indonesia Tahun
pustu, dan bidan. Faktor pendukung utama 2007.
Bolawara, M, (2011). httsu://ww. Pewarta. Kabar
dari keberhasilan ini adalah sistem reward Indonesia.blogspot.
dan punishment, dan pemberdayaan Dinas Kesehatan Provinsi NTT. (2009) Pedoman
masyarakat yang sudah berjalan baik, antara Revolusi KIA di Provinsi NTT, Percepatan
lain diaktifkannya ambulan masyarakat, Penumnan Kematian Ibu dan Bayi Baru
Lahir.
papan bulin di kantor kades, bendera bumil,
Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang (2011) Profit
stikes bumil, kemitraan bidan dan dukun Kesehatan Tahun 2010
(bikun), kader aktif sebagai pendamping ibu Kemenkes RI, (2011). Buku Saku Penanggulangan
hamil, ibu bersalin, dukun yang kooperatif, Daerah Bermasalah Kesehatan (PORK).
tabungan ibu bersalin, dan adanya peraturan Kresno. (2000) Jarak berpengaruh terhadap perilaku
penggunaan dan pemanfaatan pelayanan
desa. kesehatan.. Yogyakarta.
Muniarti (2008), Faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemanfaatan pelayanan antenatal
Saran oleh ibu hamil di Kabupaten Aceh Tenggara.
TesM.
Pemerintah Kabupaten Kupang tetap Prawiroharjo Sarwono. (2009). Pelayanan kesehatan
melakukan monitoring dan evaluasi untuk Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
keberlangsungan program PPKIA. Setiap Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Steckelenburg dkk, 2004, Waiting too long: low use
masalah yang muncul segera diselesaikan of maternal health services in Kalabo,
dengan melibatkan lintas sektor dan lintas Zambia, Tropical Medicine and International
program. Perlu tindaklanjut peraturan Bupati Health Vol. 9 No. 3 Pp. 390-398, March 2004
yang sudah ada dengan peraturan desa di
semua desa Kabupaten Kupang. Perlu
peningkatkan pengetahuan dan keterampilan

88

Das könnte Ihnen auch gefallen