Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
KESEHATAN
Disusun
OLEH:
(PO.62.20.1.15.133)
2019
A. Komunikasi Efektif
1. Pengertian komunikasi efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu untuk menghasilkan
perubahan sikap pada orang yang terlihat dalam komunikasi.Tujuan komunikasi
efektif adalah memberi kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan
antara pemberi dan penerima sehingga bahasa lebih jelas, lengkap, pengiriman dan
umpan balik seimbang, dan melatih menggunakan bahasa non verbal secara baik.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai komunikasi efektif, antara lain :
a. Menurut Jalaluddin dalam bukunya Psikologi Komunikasi (2008:13)
menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian,
dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan
sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tidakan.
b. Johnson, Sutton dan Harris (2001: 81) menunjukkan cara-cara agar komunikasi
efektif dapat dicapai. Menurut mereka, komunikasi efektif dapat terjadi melalui
atau dengan didukung oleh aktivitas role-playing, diskusi, aktivitas kelompok
kecil dan materi-materi pengajaran yang relevan. Meskipun penelitian mereka
terfokus pada komunikasi efektif untuk proses belajar-mengajar, hal yang dapat
dimengerti di sini adalah bahwa suatu proses komunikasi membutuhkan
aktivitas, cara dan sarana lain agar bisa berlangsung dan mencapai hasil yang
efektif.
c. Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp (2001) mengatakan bahwa komunikasi
yang efektif dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang
paling tinggi derajatnya antara komunikator dan komunikan dalam setiap
komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan
komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan bahasa.
2. Proses komunikasi efektif
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai
berikut : Pengirim pesan , penerima pesan dan pesan. Semua fungsi manager
melibatkan proses komunikasi sebagai berikut ;
a. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan atau materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada
seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan
sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan
disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal atau
non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas. Materi
pesan dapat berupa:
1) Informasi
2) Ajakan
3) Rencana kerja
4) Pertanyaan dan sebagainya
b. Simbol atau isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau symbol sehingga pesannya
dapat dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manager menyampaikan
peasan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan , kepala, mata,
dan bagian muka lainnya ). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk
mengajak, membujuk, mengubah sikap, periklaku atau menunjukkan arah
tertentu.
c. Media atau penghubung
Adalah alat untuk menyampaikan pesan seperti : TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi
oleh isi pesan yang akan disampaikan, jumlah penerimaan pesan, situasi dsb.
d. Mengartikan kode atau isyarat
Setelah pesan diterima melalui indra ( telinga, mata dst)maka si penerima
pesan harus dapat mengartikan symbol/kode dari pesan tersebut, sehingga
dapat dimngerti / dipahaminya.
e. Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari si pengirim
meskipun dalam bentuk code /isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang
dimaksud oleh pengirim.
f. Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan
dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim
pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan hal ini
penting bagi manager atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan
sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat
disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan.
Bailkan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan
balikan langsung yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan
sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak.
g. Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi
mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena setiap situasi hampir
selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi
atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan
yang diterimanya.
B. Komunikasi Teraupetik
1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
a. Komunikasi terapeutik di definisikan sebagai komunikasi yang di rencanakan
secara sadar dimana kegiatan dan tujuan di pusatkan untuk kesenbuhan pasien
(Uripni dkk,2003).
b. Komunikasi terapiutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress ,mengatasi gangguan psikologis ,
dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain (Northouse , 1998).
c. Komunikasi terapiutik adalah hubungan interpersonal antara perawat dank
lien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar
bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien (Stuart
G.W,1998).
Dari beberapa beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa
komunikasi terapiutik adalah komunikasi yang di lakukan atau di rancang untuk
tujuan terapi.Pada profesi kebidanan komunikasi menjadi sangat penting karena
komunikasi merupakan alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam
asuhan kebidanan,komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart,G.W.1998). karena bertujuan
untuk terapi maka komunikasi dalam kebidanan disebut komunikasi terapeutik.
Banyak yang mengira atau berpendapat bahwa komunnikasi terapeutik
identik dengan senyum dan bicara lemah lembut. Pendapat inni tidak salah tapi
mungkin terlalu menyederhanakan arti dari komunikasi terapeutik itu sendiri,
karena inti dari komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan untuk
tujuan terapi.
j. Diam
Sikap diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir pikirannya. Penggunaan metode diam memerlukan keterampilan
dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan dapat menimbulkan perasaan yang
tidak enak. Sikap diam yang memungkinkan klien untuk dappat berkomunikasi
secara internal dengan dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan
memproses informasi yang di dapatkannya. Keadaan diam ini juga dapat
bermanfaat pada saat klien dan keluarga harus mengambil keputusan untuk
dirinya sendiri.
k. Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara
singkat .
Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum
meneruskan pada pembicaraan yang berikutnya . Meringkas pembicaraan
membantu bidan mengulang aspek penting dalam interaksinya sehingga dapat
melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
l. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dan keluarga dengan menyebut namanya
menunjukkan kesadaran tentang perubahan yang terjadi , untuk menghargai
klien dan keluarga sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan
tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.Penghargaan tersebut
diupayakan jangan sampai menjadi beban yang berat baginya, dalam arti bahwa
jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi
mendapatkan suatu pujian atau persetujuan dari perbuatan atau tindakan yang
dilakukannya. Hal ini tidak dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini bagus
dan sebaliknya bahwa ini buruk.
m. Menawarkan
Bukan tidak mungkin bahwa klien belum siap untuk berkomunikasi secara
verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu untuk memmbuat dirinya
dimengerti. Tidak dipungkiri lagi bahwa sering kali bidan hanya menawarkan
kehadirannya . Teknik komunikasi ini harus di lakukan tanpa pamrih dalam arti
tidak mengharapkan balasan apa-apa yang telah di lakukannya untuk klien
tersebut. Bidan menyediakan diri tanpa respons bersyarat atau respons yang di
harapkan.
n. Memberikan kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Memberikan kesempatan kepada klien untuk memiliki inisiatif dalam memilih
topik atau masalah pembicaraan . Dalam berinteraksi , bidan dapat menstimulasi
klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannya untuk mengambil
inisiatif dan merasakan bahwa ia sangat di harapkan untuk membuka
pembicaraan.
o. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh
pembicaraanyang mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang
sedang dibicarakan dan merasa tertarik dengan apa yang akan di bicarakan
selanjutnya . Bidan lebih berusaha untuk menafsirkan dari pada mengarahkan
diskusi/pembicaraan.
p. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong bidan dank lien untuk
melihatnya dalam suatu perspektif
Kelanjutan dari sebuah kejadian secara teratur akan menolong bidan dan klien
untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian yang pertama. Bidan
akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan data
tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
q. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Meminta klien untuk memastikan pengertian bidan tentang apa yang sedang
dipikirkan dan dirasakan oleh klien. Apabila bidan ingin mengerti klien,maka ia
harus melihat segala sesuatunya dari perspektif klien tersebut. Klien harus bebas
untuk menguraikan persepsinya kepada bidan . Ketika menceritakan
pengalamannya , bidan harus waspada akan timbulnya gejala ansietas atau
marah.
r. Refleksi
Mengarahkan kembali ide, perasaan ,pertanyaan , dan isi pembicaraan kepada
klien. Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide
serta perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Jika klien bertanya apa
yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau rasakan ,maka bidan dapat menjawab
“Bagaimana menurut anda ?”. Jadi, dengan demikian bidan mengindikasikan
bahwa pendapat klien adalah berharga dan klien memiliki hak untuk dapat
melakukan hal tersebut, maka klienpun akan dapat berpikir bahwa dirinya
adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai individu
yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
s. Asertif
Asertif adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai orang lain.
Kemampuan asertif antara lain : berbicara jelas , mampu menghadapi
manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinya( berani mengatakan tidak tanpa
merasa bersalah) serta melindungi diri dari kritik.
t. Humor
Humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal, ini dikarenakan
tertawa mengurangi ketegangan dan rasa sakit akibat stress dan meningkatkan
keberhasilan dalam asuhan kebidanan. Sullivan – Deane (2008) menyatakan
bahwa humor merangsang katekolamin sehingga merasa sehat. Hal ini juga
akan meningkatkan toleransi nyeri , mengurangi kecemasan , serta memfasilitasi
relaksasi dan meningkatkan metabolisme.
c. Nilai
d. Nilai merupakan keyakinan seseorang tentang nilai suatu ide atau tingkah laku
(potter dan perry,1987). Menilai suatu tingkah laku atau ide berarti menemukan
apakah itu semua cocok untuk orang lain atau tidak.
e. Nilai yang di miliki seseorang akan mencerminkan kebutuhan atau keinginan
yang di miliki , budaya dan refleksi sosial yang di sandangnya, termasuk pola
hubungan atau interaksi dengan orang lain.
f. Emosi yang memengaruhi jalannya komonikasi di maknai sebagai perasaan
subjektif seseorang tentang kejadian dan memengaruhi bagaimana individu
menggunakan kapasitas yang di miliki dan bagaimana dia berhubungan dengan
orang lain (potter dan perry, 1987). Dalam hal ini, perawat harus mampu
memfasilitasi proses komunikasi sehingga emosi tidak akan bercampur dengan
optimalisasi tindakan keperawatan yang sedang di berikan.
g. Latar belakang sosiobudaya. Budaya yang di punyai seseorang akan
membentuk pandangan umum dan persepsi yang di milikinya tentang dunia
tempat mereka tinggal.
h. Pengetahuan seseorang yang juga sangat menentukan berhasil tidaknya suatu
proses komunikasi . perbedaan tingkat pengetahuan membuat proses
komunikasi.
i. Peran dan pola hubungan yang di punyai seseorang. Ada seseorang yang
berkomunikasi dengan orang lain menggunakan pola peran dan hubungan yang
tepat sesuai dengan peran dan pola hubungan yang di punyai lawan bicaranya.
7. Analisis Transaksi
Eric berne mengembangkan istilah transaksi dalam komunikasi. Transaksi
biasa di pakai di dunia usaha, yakni bila terjadi perundingan dan pelaksanaan jual
beli .
Komunikasi timbale balik ialah seseorang mengirim pesan kepada orang lain
dan orang lain itu menjawab dalam bentuk umpan balik. Peristiwa mengirim dan
menerima kembali di sebut oleh eric berne dengan istilah transaksi.
Namun, transaksi antara dua orang tidak selalu mulus, kadang memuaskan
kedua belah pihak, kadang mengecewakan. Orang yang menstimulus transaksi tidak
selalu sama. Kalau tidak sama, kita perlu mengetahui hal yang tidak sama.
Transaksi dalam komunikasi itu akan tergantung pada kedua individu yang
menjalankan dan ini terkait dengan sikap individu tersebut. Sikap individu dalam
transaksi menghadirkan sikap diri (ego state). Menurut eric berne, setiap orang
mempunyai tiga sikap diri yaitu:
a. Sikap diri orang tua.
Sikap orang tua akan Nampak pada sikap dan bicara kita bila kita sedang
mencontoh lagak orang-orang tua. Yang memengaruhi hidup kita selama ini.
b. Sikap diri dewasa
Sikap kita adalah menghadapi persoalan secara cerdas menggunakan otak,
terarah, tidak berpihak, mengunpulkan keterangan, mencari pemecahan
terbaik.
c. Sikap diri anak
Ketika kita bersikap seperti yang di perlihatkan anak-anak, spontan, ingin
campur segala urusan, main-main, penuh daya cipta, bersungut-sungut,
menganggap ringan masalah.
8. Dimensi Respon
Dimensi respon yang harus dimiliki ada 4:
a. Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita
yang sebenarnya,yang mana kesejatian dipengaruhi oleh:
1) Kepercayaan diri
2) Persepsi terhadap orang lain
3) Lingkungan
b. Empati
Empati adalah kemampuan menempatkan diri kita pada diri orang lain, bahwa
kita telah memahami bagaimana perasaan orang lain tersebut dan apa yang
menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut dalam emosi orang lain.
Beberapa aspek dari empati antara lain:
1) Aspek mental
2) Verbal
3) Aspek nonverbal
M.Taufik Juliane. 2010 , Komunikasi Terapeutik Dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan .
Jakarta Selatan : Salemba Medika
Suryani, S.Kp, MHSc . 2005 , Komunikasi Terapeutik:Teori dan Praktik . Jakarta :EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/64996/Chapter%20II.pdf?sequence=3&isA
llowed=y
https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-terapeutik-dalam-keperawatan