Sie sind auf Seite 1von 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ACUTE RENAL FAILURE (ARF)


DI RUANG HEMODIALISA RSUD Dr. DORIS SYLVANUS

Disusun oleh :
NI KADEK AYU DWI LESTARI
(PO.62.20.1.15.133)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIV KEPERAWATAN REGULER II

2019
A. Konsep Dasar
1. Definisi
Menurut Muttaqin (2015: 156), gagal ginjal akut adalah keadaan
penurunan fungsi ginjal secara mendadak akibat kegagalan sirkulasi
renal, serta gangguan fungsi tubulus dan glomerulus dengan manifestasi
penurunan produksi urine dan terjadi azotemia (peningkatan kadar
nitrogen darah, peningkatan creatinin serum, dan retensi metabolit yang
harus diekskresikan oleh ginjal).
Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu kerusakan akibat kerusakan
metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan
fungsi ginjal yang mendadak dalam beberapa hari atau beberapa minggu
dengan atau tanpa oliguria, sesuai dengan dukungan ginjal untuk
meningkatkan homeotasis tubuh Robinson, (2014).

2. Klasifikasi
Sesuai dengan topik yang saya tulis didepan Cronic Kidney
Disease (CKD). Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan
cronoic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih
baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini,
kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa
masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk
menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (clearance
creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF
(cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang
dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila
menggunakan istilah CRF.

KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative)


merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat
penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :
a. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria
persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG
antara 60 -89 mL/menit/1,73 m2)
c. Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59
mL/menit/1,73m2)
d. Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-
29mL/menit/1,73m2)
e. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau
gagal ginjal terminal.

3. Etiologi
a. Pre renal
1) Hipoperfusi
2) Hipovolemia : perdarahan hebat, diare, muntah, diurisis.
3) Hipotensia : shock, AMI luas, anestesia.
b. Renal (intrinsik): kerusakan struktur & fungsi ginjal
1) Hipoperfusi berkepanjangan.
Nekrosis tubular akut akibat : Hipotensi : pasca bedah
2) Hipovolemik dan infeksi : luka bakar.
Hipotensi akibat trauma berat
3) Infeksi, nefrotoksis, penyakit parenkim ginjal (pielonefritis akut,
glomerulonefritis akut)
c. Post renal (obstruktif).
1) Endapan asam urat, kristal sulfat.
2) Obstruksi : batu KK, hipertrofiprostat, cancer kolon, cancer servik
& uterus.
3) Pembedahan ureter.
4) Obstruksi uretra ; striktura uretra

4. Patofisiologi
Penyakit diabetes akan menyebabkan komplikasi di seluruh tubuh
yang tidak bisa dihindari. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi
adalah serangan jantung, stroke, hipertensi, dan gagal ginjal. Gagal
ginjal akut yaitu suatu kerusakan akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
mendadak dalam beberapa hari atau beberapa minggu dengan atau tanpa
oliguria, sesuai dengan dukungan ginjal untuk meningkatkan homeotasis
tubuh.
Pada penderita diabetes, kadar glukosa yang ada dalam darah
melebihi batas normal sehingga bisa melukai dan akhirnya merusak
pembuluh darah kapiler yang ada pada ginjal. Akibatnya, nefron akan
mengalami kekurangan asupan oksigen dan darah bersih. Darah kotor
yang ada dalam tubuh tidak dapat tersaring dengan sempurna. Hal ini
menganggu metabolisme tubuh secara keseluruhan karena akan terjadi
penumpukan cairan dan garam yang tidak bisa disaring oleh ginjal.
Tingginya kadar garam dalam tubuh akan berakibat pada komplikasi lain
yaitu hipertensi. Adanya penumpukan cairan dalam tubuh menyebabkan
penderita mengalami kenaikan berat badan yang signifikan dan terjadi
pembengkakan di beberapa bagian tubuh seperti kaki dan tangan.
Menurunnya kemampuan ginjal untuk menyaring darah kotor dengan
sempurna akan melepaskan protein ke dalam urine Anda. Urine akan
berbusa, limbah dan kotoran akan menumpuk pada tubuh yang berujung
pada tanda tanda ginjal mulai rusak .
Diabetes akan merusak sistem saraf dalam tubuh, termasuk sistem
saraf yang ada pada organ ginjal. Kerusakan ini menyebabkan penderita
kesulitan buang air kecil karena tubuh tidak bisa mengosongkan kandung
kemih. Akibatnya terjadi penumpukan urine pada kandung kemih yang
semakin menekan posisi ginjal. Tekanan ini menyebabkan ginjal terluka
dan mengalami penurunan fungsi. Banyaknya jumlah urine yang tertahan
pada urine adalah awal dari infeksi ginjal karena pertumbuhan bakteri
yang meningkat pesat, terlebih jika terdapat kadar glukosa yang cukup
tinggi pada urine.
Menurut Muttaqin (2015: 157), pada disfungsi vasomotor,
prostaglandin dianggap bertanggung jawab terjadinya GGA. Dalam
keadaan normal, hipoksia merangsang ginjal untuk melakukan
vasodilator sehingga aliran darah ginjal diredistribusi ke korteks yang
mengakibatkan diuresis. Iskemia akut yang berat atau berkepanjangan
dapat menghambat ginjal untuk menyintesis prostaglandin.
Penghambatan prostaglandin (aspirin) diketahui dapat menurunkan
aliran darah renal. Teori glomerulus menganggap bahwa kerusakan
primer terjadi pada tubulus proksimal, sehingga gagal menyerap jumlah
normal natrium yang terfiltrasi dan air. Akibatnya makula densa
mendeteksi adanya peningkatan natrium pada cairan tubulus distal dan
merangsang peningkatan produksi renin. Terjadi aktivasi angiotensin II
yang menyebabka vasokonstriksi aferiol aferen sehingga mengkibatkan
penurunan aliran darah ginjal dan laju aliran glomerulus.
5. Tanda dan Gejala
a. Pasien tampak sangat menderita dan mual muntah, diare
b. Kulit dan membaran mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas
mungkin berbau urine (fetouremik)
c. Manifestasi system saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot dan
kejang)
d. Perubahan pengeluaran produksi urine sedikit, dapat mengandung
darah
e. Anoreksia (disebabkan oleh akumulasi produk sisa nitrogen)
f. Sakit dan nyeri pada tulang dan sendi (karena kehilangan kalsium dari
tulang)
g. Kelelahan (akibat anemia)
h. Hipertensi, peningkatan BB dan edema (M. Nurs Salam 2006)

6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muttaqin (2015: 160), pemeriksaan penunjang yang
dilakukan untuk memastikan diagnosa meliputi.
a. Urinalisis  warna kotor, sedimen kecokelatan menunjukkan
adanya darah, Hb, dan mioglobulin. Berat jenis < 1,020
menunjukkan penyakit ginjal, pH urine > 7,00 menunjukkan adanya
ISK dan GGK. Osmolalitas < 350 mOsm/kg menunjukkan
kerusakan ginjal.
b. Pemeriksaan BUN dan kreatinin  terdapat peningkatan tetap BUN
dan laju peningkatannya bergantung pada tingkat katabolisme.
Serum kreatinin meningkat pada kerusakan glomerulus.
c. Pemeriksaan elektrolit  pasien yang mengalami penurunan GFR
tidak mampu mengekskresikan kalium. Katabolisme protein
menghasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh,
menyebabkan hiperkalemia.
d. Pemeriksaan pH  pasien oliguri akut tidak dapat mengeliminasi
muatan metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh
proses metabolik normal. Mekanisme buffer ginjal normal turun.
Ditunjukkan dengan adanya penurunan kandungan CO2 darah dan
pH darah sehingga asidosis metabolik progresif menyertai gagal
ginjal.
e. Ultrasono ginjal  menunjukkan ukuran kandung kemih, dan
adanya massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
f. EKG  mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan
elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda
perikarditis.

7. Penatalaksanaan Medis
Menurut Muttaqin (2015: 161), tujuan penatalaksanaan adalah
menjaga keseimbangan dan mencegah komplikasi meliputi.
a. Dialisis  dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis dan kejang.
Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan
caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas;
menghilangkan kecendurungan perdarahan; dan membantu
penyembuhan luka.
b. Penanganan hiperkalemia  keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut; hiperkalemia
merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini.
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion
pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara
oral atau melalui retensi enema. Anjurkan pasien diet rendah protein,
tinggi karbohidrat.
c. Mempertahankan keseimbangan cairan  penatalaksanaan
keseimbanagan cairan didasarkan pada berat badan harian,
pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan
yang hilang, tekanan darah dan status klinis pasien. Masukkan dan
haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung, feses,
drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar
untuk terapi penggantian cairan.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Riwayat keperawatan
1) Identitas pasien : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
alamat, No CM, diagnose keperawatan
b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama

Biasanya pasien dengan diagnose GGA kenicng terasa sesak, mual,

muntah.

2) Riwayat penyakit sekarang

Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemah, kencing terasa

sesak, mual dan muntah dan penambahan BB, nyeri tekan pada

abdomen, anoreksia dan lemah

3) Riwayat penyakit yang lalu

Menanyakan pasien apakah pernah merasakan penyakit GGA

sebelumnya

4) Riwayat penyakit keluarga

Menanyakan kepada keluarga apakah keluarga pasien pernah

mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami

pasien

c) Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola nutrisi

Biasanya pasien tidak mampu makan karena pasien mual dan

muntah pasien hanya mampu menghabiskan 3 sendok makan dari

porsi yang disediakan dan pasien minum 2 gelas / hari


2) Pola istirahat

Biasanya pasien tidak dapat tidur dengan tenang dan hanya tidur 4-

5 jam/hari

3) Pola eliminasi

Biasanya BAB 2 hari satu kali dengan konsistensi padat dan untuk

BAK dengan urine warna kuning pekat agak kental

4) Personal aktivitas

Biasanya aktivitas pasien dibantu keluarga karena pasien lemah

5) Personal hygene

Biasanya personal hygene pasien dibantu keluarga karena k/u

pasien lemah

d) Riwayat psikologis

Menanyakan pada pasien apakah ia merasa cemas dan berharap cepat

sembuh.

e) Riwayat sosial

Biasanya pasien GGA dapat berinteraksi dengan keluarga dan

keluarga pasien lainnya.

f) Riwayat spiritual

Menanyakan pada pasien apakah pasien berdoa untuk kesembuhan

penyakitnya dan mau berobat kerumah sakit.

g) Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital

Keadaan umum :

Kesadaran :
Tekanan darah :

Repirasi :

Nadi :

Suhu :

2. Inspeksi

o Endema pada kedua tungkai

o Pasien terlihat lemah dan tebaring ditempat tidur

3. Palpasi

o Nyeri tekan pad abdomen bagian bawah

4. Perkusi

o Perut kembung

5. Auskultasi

o Peristaltik usus terdengar sedikit lemah

o Bunyi nafas

2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1. DS : Biasanya pasien mengeluh Retensi Natrium Kelebihan



pengeluaran urin yang sedikit volume cairan
CES
tapi sering

DO : Adanya edema, TD lebih
Tekanan Kapiler
besar dari 140/90 mmHg,
meningkat
nadi kuat, natrium serum

dibawah rentang normal.
Volume Interstisial

meningkat

Edema

2. DS: Pasien mengeluh lelah dan Hiperphospatemia Gangguan

gatal diarea kulit ↓ Integritas Kulit

DO : kulit pasien terlihat kering dn Pruritus

pecah-pecah

3. DS: Pasien mengeluh lelah dan Sekresi Gangguan

lemas eritropoietin Perfusi Jaringan

DO : pasien terlihat lemah dan ↓

pucat Produksi Hb Turun

Suplai Oksigen

kejaringan

menurun

3. Diagnosa Keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit b/d edema dan menurunnya tingkat aktivitas
b) Kelebihan volume cairan b/d perubahan mekanisme regulasi, edema.
c) Gangguan perfusi jaringan b/d kurangnya suplai oksigen ke jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer,Arif,dkk.2014. Kapita Selekta Kedokteran.edisi 3,jilid 1. Jakarta :


Salemba Medika
Muttaqin,Arif,Kumala Sari.2015. Askep Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta :
Salemba Medika.
Wilkinson,Judith M,dkk.2014.Buku Saku Diagnosis
Keperawatan.NANDA,Intervensi NIC,criteria Hasil NOC,edisi 9.Jakarta
:EGC
Nursalam, Dr. Nurs M . 2016 Asuhan Keperawatan pad pasien dengan gangguna
sistem perkemihan, salemka medika

https://www.academia.edu/13134294/LAPORAN_PENDAHULUAN_GAGAL_
GINJAL_KRONIK_CHRONIC_KIDNEY_DISEASE_CKD_LAPORAN
_PENDAHULUAN_GAGAL_GINJAL_KRONIK_CHRONIC_KIDNE
Y_DISEASE_CKD_GAGAL_GINJAL_KRONIK_CHRONIC_KIDNEY
_DISEASE_CKD

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/08a70046ac0ba7b966f58b
492a7da909.pdf

Das könnte Ihnen auch gefallen