Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Sebelum manajer dapat mengalokasikan biaya gabungan, dia harus melihat konteks apa
yang perlu dilakukan. Beberapa konteks yang mengharuskan biaya gabungan dialokasikan ke
Perhitungan biaya persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan akuntansi
pelaporan internal.
semua, produk atau jasanya dibayar kembali menurut kontrak biaya plus
Regulasi tarif untuk satu atau lebih produk yang dibuat secara gabungan atau
pendekatan ini:
Biaya gabungan tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan setiap produk karena
proses produksi secara serentak atau simultan menghasilkan beberapa produk. Penggunaan
criteria manfaat yang diterima akan menyebabkan metode menurut pendekatan 1 lebih
diinginkan karena pendapatan, secara umum, merupakan indicator yang lebih baik bagi
manfaat yang diterima ketimbang ukuran fisik. Dalam proses produksi gabungan yang lebih
sederhana, produk gabungan dijual pada titik splitoff tanpa diproses lebih lanjut.
Metode nilai jual pada titik splitoff mengalokasikan biaya gabungan ke produk
gabungan berdasarkan total nilai jual relative pada titik splitoff dari total produk tersebut yang
dibuat selama periode akuntansi. Metode nilai jual pada titik splitoff mengikuti criteria alokasi
biaya manfaat yang diterima. Biaya dialokasikan ke produk sesuai dengan kemampuannya
menghasilkan pendapatan. Metode ini bersifat langsung dan intuitif. Dasar alokasi biaya
dinyatakan dalam istilah denominator umum yang dicatat secara sistematik pada sistem
akuntansi. Untuk menggunakan metode ini, harga jual semua produk harus ditetapkan pada
titik splitoff.
Metode Ukuran Fisik
bobot, volume, atau ukuran fisik relative lainnya pada titik splitoff dari total produk tersebut
Menurut criteria manfaat yang diterima, metode ukuran fisik kurang begitu disukai
ketimbang metode nilai jual pada titik splitoff. Hal ini karena ukuran fisik setiap produk tidak
memiliki hubungan dengan kemampuan menghasilkan pendapatan dari setiap produk tersebut.
Jika suatu perusahaan menggunakan metode ukuran fisik ketika menyusun laporan laba rugi
lini produk, produk yang memiliki nilai jual yang tinggi akan menunjukkan “laba” yang besar,
sementara produk yang memiliki nilai jual yang rendah akan menunjukkan kerugian yang
Namun, ukuran fisik yang dapat diperbandingkan bagi semua produk tidaklah selalu
minyak dan gas alam, yaitu minyak berupa cairan dan gas yang dapat menguap. Dalam
menggunakan ukuran fisik, minyak dan gas harus dikonversi menjadi satuan energy untuk
minyak dan gas, yaitu British thermal units (BTUs). Jika beberapa ukuran fisik digunakan
untuk mengalokasikan biaya gabungan, akan diperlukan bantuan dari personil teknis di luar
akuntansi.
Penentuan produk dari sebuah proses gabungan yang akan dilibatkan dalam
penghitungan ukuran fisik dapat sangat mempengaruhi alokasi ke produk – produk tersebut.
Output yang tidak memiliki nilai jual selalu diabaikan. Produk sampingan sering kali juga tidak
dilibatkan dalam denominator yang digunakan pada metode ukuran fisik karena nilai jualnya
lebih rendah dibandingkan produk gabungan atau produk utama. Pedoman umum bagi metode
ukuran fisik hanya memasukkan output produk gabungan dalam perhitungan bobot.
Metode Nilai Realisasi Bersih (NRV)
Dalam banyak kasus, produk diproses diluar titik splitoff produk tersebut dapat
dipasarkan atau agar nilainya meningkat diatas nilai jualnya pada titik splitoff. Contoh, ketika
minyak tanah disuling, bensin, minyak tanah, benzene, dan naphtha harus diproses lebih lanjut
gabungan berdasarkan NRV relative total produk gabungan yang dibuat selama periode
akuntansi. Metode NRV biasanya lebih disukai ketimbang metode nilai jual pada titik splitoff
hanya jika nilai jual satu atau lebih produk pada titik splitoff tidak tersedia.
sederhana. Contoh, meskipun sering mengubah jumlah langkah pemrosesan di luar titik
splitoff, perusahaan dapat saja mengasumsikan serangkaian langkah khusus semacam itu
ketika mengimplementasikan metode NRV. Selain itu, meskipun harga jual produk gabungan
Metode NRV dengan persentase marjin kotor yang konstan mengalokasikan biaya
gabungan ke produk gabungan dengan cara sedemikian rupa sehingga persentase marjin kotor
secara keseluruhan sama bagi setiap produk. Metode ini memerlukan tiga langkah.
Langkah 1: Menghitung persentase marjin kotor secara keseluruhan bagi semua produk
gabungan.
Langkah 2: Mengalokan persentase marjin kotor secara keseluruhan dengan nilai jual
akhir total produksi setiap produk untuk menghitung marjin kotor setiap produk tersebut.
Langkah 3: Mengurangi biaya yang dapat dipisahkan dari total biaya setiap produk yang
Metode NRV dengan persentase marjin kotor yang konstan sangat berbeda dengan dua
metode alokasi biaya gabungan berdasarkan pasar lainnya. Metode nilai jual pada titik splitoff
dan metode NRV hanya mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan. Tidak satupun
dari metode itu yang memperhitungkan laba yang diperoleh baik sebelum maupun setelah titik
splitoff ketika mengalokasikan biaya gabungan. Sebaliknya, metode NRV dengan persentase
marjin kotor yang konstan merupakan metode alokasi biaya gabungan sekaligus metode alokasi
laba. Total perbedaan antara nilai jual semua produk yang dibuat dan hanya terpisah semua
produk mencakup biaya gabungan dan total marjin kotor. Marjin kotor lalu dialokasikan ke
produk gabungan menurut metode NRV dengan persentase marjin kotor yang konstan untuk
menentukan alokasi biaya gabungan sehingga setiap produk memiliki persentase marjin kotor
yang sama.
Pelaporan Nilai Persediaan (LCNRV)
- Persediaan rusak
NRV = Taksiran Harga Jual – Taksiran Biaya Penyelesaian – taksiran Biaya Penjualan
5. Kesederhaaan
Cost /biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi (aset) untuk memperoleh persediaan tertentu.
NRV adalah taksiran harga jual (produk belum diselesaikan) dikurangi taksiran penyelesaian, dan
dikurangi taksiran biaya penjualan.
Perbandingan nilai yang lebih rendah antara cost dan NRV dapat dilakukan dengan 3 pendekatan:
1. Individu produk
2. Kelompok produk
3. Keseluruhan produk
Illustration of LCNRV
Kemungkinan penerapan metode LCNRV menyebabkan cost persediaan dilaporkan kurang dari cost
aktual persediaan atau sebaliknya.
Jika penerapan metode LCNRV menunjukkan NRV lebih rendah dibandingkan dengan cost
persediaan, maka kerugian harus diakui.
2 metode untuk mencatat jurnal penyesuaian atas penerapan metode LCNRV adalah:
1. Metode langsung /metode cost barang terjual/metode beban pokok penjualan (direct
method)
Dengan menggunakan metode kerugian, entitas dapat pula menggunakan akun penyisihan -
penyisihan penurunan nilai persediaan pada NRV-
Dengan menggunakan akun penyisihan ini maka nilai persediaan yang disajikan pada neraca adalah
nilai persediaan yang berdasarkan NRV yaitu nilai persediaan berdasarkan cost/biaya-penyisihan.
Penilaian terhadap nilai realisasi neto suatu entitas harus dilakukan secara berkala. Dimungkinkan
terjadi kondisi dimana terdapat peningkatan nilai realisasi neto.
Apabila suatu entitas telah melakukan penurunan nilai persediaan, dan pada periode selanjutnya
terdapat peningkatan nilai realisasi neto, maka jumlah penurunan nilai dibalik.
Apabila entitas menjual persediaannya, maka nilai tercatat dari persediaan harus diakui sebagai
beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.
Pemulihan Kembali Nilai Persediaan (blm yakin)
Ketika perekonomian membaik, nilai persediaan kemungkinan akan kembali normal atau naik.
Kondisi ini memungkinkan NRV menjadi lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.
Continuing the Ricardo example, assume the net realizable value increases to €74,000 (an increase
of €4,000). Ricardo makes the following entry, using the loss method.
Contoh:
Penilaian Persediaan
Persediaan harus dinilai berdasarkan :
- biaya; atau
- nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net
realizable value).
The lower of cost and net realizable value (LCR) atau 'mana yang lebih rendah, biaya atau
nilai realisasi bersih' diterapkan dalam akuntansi karena akuntan bersikap konservatif. Arti
konservatif dalam akuntansi adalah menampilkan angka yang paling buruk (suram) dalam
Laporan Keuangan. Sikap konservatif dari akuntan adalah merupakan reaksi atas
kecenderungan sikap manajemen yang selalu optimis. Akuntan menganggap biaya pembelian
persediaan sebagai biaya yang maksimum sehingga bila terjadi kenaikan atau peningkatan
nilai persediaan, akuntan tidak menaikkan nilai persediaan tersebut di dalam Laporan
Keuangan. Tetapi bila terjadi penurunan nilai persediaan yang cukup berarti maka akuntan
akan mencatat penurunan tersebut pada Laporan Keuangan. Dasar utama untuk pengukuran
Persediaan adalah 'Biaya' , tetapi dalam keadaan tertentu Persediaan harus diukur bukan
berdasarkan biaya, tetapi mana yang lebih rendah antara biaya dan nilai realisasi bersih.
Keadaan tertentu itu adalah keadaan dimana biaya persediaan itu tidak akan diperoleh
kembali (recoverable) misalnya adalah:
1. Barang rusak;
2. Barang telah usang;
3. Persediaan itu tidak dapat lagidijual pada harga jual yang normal (harga jual menurun).
Nilai realisasi bersih .adalah perkiraan harga jual (market) dalam kegiatan usaha normal
dikurangi perkiraan biaya penyelesaian dan perkiraan biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penjualan (biaya langsung penjualan), seperti komisi penjualan.
Berdasarkan aturan LCNRV dapat dibenarkan dalam situasi ketika biaya sulit untuk ditentukan, item
dapat segera dipasarkan dengan harga pasar yang berlaku, dan unit produk yang dipertukarkan.
Terdapat dua situasi umum di mana Nilai realisasi bersih adalah aturan umum:
o Aset pertanian
Agricultural Inventory dibagi menjadi dua tipe yaitu, pertama, Aset biologis yang dikategorikan Aset
tidak Lancar. Aset biologis adalah hewan yang hidup atau tanaman, seperti domba, sapi, pohon
buah-buahan, atau tanaman kapas.
Biological Assets (Aset biologis), diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode
pelaporan dilakukan dengan mengurangi nilai wajar terhadap biaya untuk menjual (NRV). Pada
umumnya, perusahaan mencatat keuntungan atau kerugian akibat perubahan NRV aset biologis
dalam pendapatan pada saat hal tersebut terjadi. Tipe kedua, yaitu Agricultural produce. Agricultural
produce adalah produk yang di panen dari aset biologis, seperti wol dari domba, susu dari sapi
perah, mengambil buah dari pohon buah, atau kapas dari tanaman kapas.
Hasil pertanian yang diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (NRV) pada titik panen.
Setelah dipanen, NRV menjadi biaya.
Metode Lower Cost or Market digunakan apabila terjadi penurunan manfaat atau kegunaan
persediaan barang tersebut. Penyebab penurunan manfaat dari persediaan adalah barang cacat,
rusak, perubahan model, dan lainnya.
Harga pasar dalam konteks LCM sebagai dasar pengukuran atau penilaiaan persediaan adalah harga
pokok pengganti sekarang, baik dengan cara membeli maupun dengan cara reproduksi dengan
syarat harga pasar tersebut :
- Setelah menerapkan harga pokok pengganti, tentukan batas atas dan batas bawah
- Bandingkan Harga pengganti, batas atas dan batas bawah kemudian pilih nilai tengah dari
ketiganya untuk menentukan harga pasar
- Memilih yang paling rendah diantara cost dan harga pasar, untuk menentukan harga yang
akan disajikan dineraca
Kemudian, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan penggunaan metode Lower
Cost or Market adalah sebagai berikut :
Dalam metode LCM, bila terjadi penurunan persediaan di bawah cost-nya harga pasar sekarang lebih
kecil dari costnya maka persediaan harus disajikan di dalam laporan keuangan sebesar harga
pasarnya. Untuk mencatat penurunan persediaan tersebut dapat digunakan :
Metode langsung dalam metode ini harga pokok yang terdapat dalam persediaan akhir, diganti
langsung dengan harga pasarnya. Sehingga kerugian nilai persediaan tidak Nampak di neraca, karena
dimasukan dalam rekening cost of good sold.
Metode Cadangan dalam metode ini harga pokok yang terdapat dalam persedian akhir, tidak diganti
melainkan dibuatkan rekening cadangan untuk menampung kerugian penurunan nilai persediaan
tersebut. Sehingga kerugian penurunan nilai persediaan Nampak di neraca, karena rekening
cadangan tersebut sebagai pengurang rekening persediaan.
Pada metode LCM, nilai persediaan diakui sebesar nilai yang lebih rendah diantara harga pokok
historis dan harga pasar.
1. Secara keseluruhan
2. Perkelompok
3. Individual
Metode ini digunakan untuk menentukan nilai persediaan akhir, karena metode yang lain sudah
tidak dapat digunakan karena data yang diperlukan tidak tersedia. Tujuan penggunaan metode laba
kotor digunakan untuk menaksirkan harga pokok persediaan dalam keadaan sebagai berikut :
Untuk menentukan harga pokok persediaan pada suatu periode tanpa harus melakukan perhitungan
fisik persediaan.
Untuk menaksirkan harga pokok persediaan barang yang rusak karena suatu sebab. Misalnya
terbakar.
Menetukan barang siap jual dengan menjumlahkan persediaan awal dengan pembelian Persediaan
Awal + Pembelian
Menentukan taksiran harga pokok persediaan akhir dengan mengurangi persediaan siap dijual
dengan taksiran harga pokok penjualan.
Metode eceran merupakan metode penilaiaan persediaan yang didasarkan kepada taksiran. Taksiran
harga pokok dalam metode ini ditentukan dengan melihat hubungan antara harga perolehan dengan
harga pokok eceran. Metode eceran digunakan pada toko pengecer atau supermarket. Metode ini
dipih karena jenis usaha tersebut tidak untuk menggunakan metode historis, baik melalui
perhitungan fisik maupun mengikuti mutasi persediaan dengan sistem perpetual.
Pos-pos khusus yang berhubungan dengan metode harga eceran dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
Pengungkapan Persediaan :
a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan;
b) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
entitas;
c) jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual;
e) jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui
sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 33;
f) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang
jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada
paragraf 33;
g) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan
sebagaimana dijelaskan pada paragraf 33; dan
Analisa Persediaan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan akuntansi terkait pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan persediaan dalam laporan keuangan dan membandingkannya dengan Pedoman
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 14 (Revisi 2014). Adanya pilihan aturan persediaan
dalam standar akuntansi keuangan mengakibatkan manajer memiliki diskresi dalam pemilihan
metode pencatatan dan pengungkapan persediaan, sehingga dapat menimbulkan asimetri informasi
antara agen dan prinsipal. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan data dan informasi laporan keuangan baik laporan posisi keuangan (neraca)
dan catatan atas laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang listed di Bursa Efek Indonesia dan pemilihan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode acak. Dari hasil sampling yang sudah dilakukan, dalam
penelitian ini Penulis menggunakan 8 data dan informasi persediaan untuk perusahaan-perusahaan
sub sektor garmen dan tekstil dengan menggunakan data laporan keuangan selama 3 tahun (2013-
2015). Dari hasil penelusuran laporan keuangan diketahui bahwa kebijakan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan persediaan 8 perusahaan telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan
PSAK 14. Namun demikian, masih terdapat pengungkapan persediaan yang masih belum
sepenuhnya memenuhi syarat-syarat sebagaimana dalam PSAK 14.
SAK ETAP terkait Persediaan
SIFAT PERSEDIAAN
Persediaan perusahaan dagang terdiri atas barang yang diperoleh untuk dijual kembali, sedangkan
dalam perusahaan manufaktur, persediaannya terdiri dari barang jadi, pekerjaan dalam proses,
bahan baku dan perlengkapan pabrik. Persediaan merupakan aset lancar. Aset tidak lancar tidak
diperlakukan sebagai bagian dari persediaan.
PENGUKURAN
PSAK 14 mengatur bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah (paragraf 8). Dengan demikian, dalam menentukan persediaan, baik biaya
maupun nilai realisasi neto harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah dibuat perbandingan, nilai
terendah dari keduanya digunakan sebagai nilai persediaan.