Sie sind auf Seite 1von 14

Alokasi Biaya Persediaan (blm yakin)

Sebelum manajer dapat mengalokasikan biaya gabungan, dia harus melihat konteks apa

yang perlu dilakukan. Beberapa konteks yang mengharuskan biaya gabungan dialokasikan ke

produk atau jasa individual adalah:

 Perhitungan biaya persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan akuntansi

keuangan serta pelaporan kepada otoritas pajak penghasilan.

 Perhitungan biaya persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan

pelaporan internal.

 Pembayaran kembali biaya kepada perusahaan yang segelintir, tetapi tidak

semua, produk atau jasanya dibayar kembali menurut kontrak biaya plus

dengan, misalnya agen pemerintah.

 Regulasi tarif untuk satu atau lebih produk yang dibuat secara gabungan atau

jasa yang menjadi subjek regulasi harga.

 Perhitungan penyelesaian asuransi atas klaim kerusakan yang dilakukan

berdasarkan informasi tentang biaya produk yang dibuat secara langsung.

 Litigasi dimana biaya produk gabungan merupakan input utama.


PENDEKATAN UNTUK MENGALOKASIKAN BIAYA

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengalokasikan biaya.

 Pendekatan 1, mengalokasikan biaya gabungan dengan menggunakan data

berdasarkan pasar seperti pendapatan. Ada tiga metode yang menggunakan

pendekatan ini:

a. Metode nilai jual pada titik splitoff

b. Metode nilai realisasi bersih (NRV)

c. Metode NRV dengan persentase marjin kotor yang konstan.

 Pendekatan 2, mengalokasikan biaya gabungan dengan menggunakan ukuran

fisik, seperti bobot atau volume produk gabungan.

Biaya gabungan tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan setiap produk karena

proses produksi secara serentak atau simultan menghasilkan beberapa produk. Penggunaan

criteria manfaat yang diterima akan menyebabkan metode menurut pendekatan 1 lebih

diinginkan karena pendapatan, secara umum, merupakan indicator yang lebih baik bagi

manfaat yang diterima ketimbang ukuran fisik. Dalam proses produksi gabungan yang lebih

sederhana, produk gabungan dijual pada titik splitoff tanpa diproses lebih lanjut.

Metode Nilai Jual pada Titik Splitoff

Metode nilai jual pada titik splitoff mengalokasikan biaya gabungan ke produk

gabungan berdasarkan total nilai jual relative pada titik splitoff dari total produk tersebut yang

dibuat selama periode akuntansi. Metode nilai jual pada titik splitoff mengikuti criteria alokasi

biaya manfaat yang diterima. Biaya dialokasikan ke produk sesuai dengan kemampuannya

menghasilkan pendapatan. Metode ini bersifat langsung dan intuitif. Dasar alokasi biaya

dinyatakan dalam istilah denominator umum yang dicatat secara sistematik pada sistem

akuntansi. Untuk menggunakan metode ini, harga jual semua produk harus ditetapkan pada

titik splitoff.
Metode Ukuran Fisik

Metode ukuran fisik mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan berdasarkan

bobot, volume, atau ukuran fisik relative lainnya pada titik splitoff dari total produk tersebut

yang dibuat selama periode akuntansi.

Menurut criteria manfaat yang diterima, metode ukuran fisik kurang begitu disukai

ketimbang metode nilai jual pada titik splitoff. Hal ini karena ukuran fisik setiap produk tidak

memiliki hubungan dengan kemampuan menghasilkan pendapatan dari setiap produk tersebut.

Jika suatu perusahaan menggunakan metode ukuran fisik ketika menyusun laporan laba rugi

lini produk, produk yang memiliki nilai jual yang tinggi akan menunjukkan “laba” yang besar,

sementara produk yang memiliki nilai jual yang rendah akan menunjukkan kerugian yang

sebanding dengan bobotnya.

Namun, ukuran fisik yang dapat diperbandingkan bagi semua produk tidaklah selalu

mudah untuk memperolehnya. Mari pertimbangkan biaya gabungan untuk memproduksi

minyak dan gas alam, yaitu minyak berupa cairan dan gas yang dapat menguap. Dalam

menggunakan ukuran fisik, minyak dan gas harus dikonversi menjadi satuan energy untuk

minyak dan gas, yaitu British thermal units (BTUs). Jika beberapa ukuran fisik digunakan

untuk mengalokasikan biaya gabungan, akan diperlukan bantuan dari personil teknis di luar

akuntansi.

Penentuan produk dari sebuah proses gabungan yang akan dilibatkan dalam

penghitungan ukuran fisik dapat sangat mempengaruhi alokasi ke produk – produk tersebut.

Output yang tidak memiliki nilai jual selalu diabaikan. Produk sampingan sering kali juga tidak

dilibatkan dalam denominator yang digunakan pada metode ukuran fisik karena nilai jualnya

lebih rendah dibandingkan produk gabungan atau produk utama. Pedoman umum bagi metode

ukuran fisik hanya memasukkan output produk gabungan dalam perhitungan bobot.
Metode Nilai Realisasi Bersih (NRV)

Dalam banyak kasus, produk diproses diluar titik splitoff produk tersebut dapat

dipasarkan atau agar nilainya meningkat diatas nilai jualnya pada titik splitoff. Contoh, ketika

minyak tanah disuling, bensin, minyak tanah, benzene, dan naphtha harus diproses lebih lanjut

sebelum dapat dijual.

Metode nilai realisasi bersih (NRV) mengalokasikan biaya gabungan ke produk

gabungan berdasarkan NRV relative total produk gabungan yang dibuat selama periode

akuntansi. Metode NRV biasanya lebih disukai ketimbang metode nilai jual pada titik splitoff

hanya jika nilai jual satu atau lebih produk pada titik splitoff tidak tersedia.

Metode NRV sering kali diimplementasikan dengan menggunakan asumsi yang

sederhana. Contoh, meskipun sering mengubah jumlah langkah pemrosesan di luar titik

splitoff, perusahaan dapat saja mengasumsikan serangkaian langkah khusus semacam itu

ketika mengimplementasikan metode NRV. Selain itu, meskipun harga jual produk gabungan

juga sering bervariasi, perusahaan mengimplementasikan metode NRV dengan menggunakan

serangkaian harga jual tertentu selama periode akuntansi.

Metode NRV dengan Persentase Marjin Kotor yang Konstan

Metode NRV dengan persentase marjin kotor yang konstan mengalokasikan biaya

gabungan ke produk gabungan dengan cara sedemikian rupa sehingga persentase marjin kotor

secara keseluruhan sama bagi setiap produk. Metode ini memerlukan tiga langkah.

Langkah 1: Menghitung persentase marjin kotor secara keseluruhan bagi semua produk

gabungan.
Langkah 2: Mengalokan persentase marjin kotor secara keseluruhan dengan nilai jual

akhir total produksi setiap produk untuk menghitung marjin kotor setiap produk tersebut.

Langkah 3: Mengurangi biaya yang dapat dipisahkan dari total biaya setiap produk yang

akan ditanggung untuk memperoleh alokasi biaya gabungan.

Metode NRV dengan persentase marjin kotor yang konstan sangat berbeda dengan dua

metode alokasi biaya gabungan berdasarkan pasar lainnya. Metode nilai jual pada titik splitoff

dan metode NRV hanya mengalokasikan biaya gabungan ke produk gabungan. Tidak satupun

dari metode itu yang memperhitungkan laba yang diperoleh baik sebelum maupun setelah titik

splitoff ketika mengalokasikan biaya gabungan. Sebaliknya, metode NRV dengan persentase

marjin kotor yang konstan merupakan metode alokasi biaya gabungan sekaligus metode alokasi

laba. Total perbedaan antara nilai jual semua produk yang dibuat dan hanya terpisah semua

produk mencakup biaya gabungan dan total marjin kotor. Marjin kotor lalu dialokasikan ke

produk gabungan menurut metode NRV dengan persentase marjin kotor yang konstan untuk

menentukan alokasi biaya gabungan sehingga setiap produk memiliki persentase marjin kotor

yang sama.
Pelaporan Nilai Persediaan (LCNRV)

Metode lower of cost or net realizable value (LCNRV)

Penurunan Nilai persediaan menjadi sebesar nilai bersih terealisasikan:

- Persediaan rusak

- Persediaan telah usang

- Harga jual menurun

Nilai Realisasi Neto/Net Realizable Value(NRV)

NRV = Taksiran Harga Jual – Taksiran Biaya Penyelesaian – taksiran Biaya Penjualan

METODE LOWER OF COST OR NET REALIZABLE VALUE (LCNRV)

Metode ini dibutuhkan dengan beberapa alasan:

1. Nilai sediaan tidak lagi sebanding dengan cost;

2. Kurangnya data cost sediaan;

3. Penentuan segera nilai sediaan antara cost atau NRV

4. Cost dan manfaat

5. Kesederhaaan

Nilai persediaan adalah nilai terendah antara cost dan NRV.

Cost /biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi (aset) untuk memperoleh persediaan tertentu.

NRV adalah taksiran harga jual (produk belum diselesaikan) dikurangi taksiran penyelesaian, dan
dikurangi taksiran biaya penjualan.

Tahap penentuan persediaan menggunakan metode LCNRV dilakukan sbb:

1. Menentukan cost persediaan

2. Menentukan taksiran nilai realisasi neto

NRV = Taksiran Harga Jual – Taksiran Biaya Penyelesaian – Biaya Penjualan

3. Membandingkan cost dengan NRV

Perbandingan nilai yang lebih rendah antara cost dan NRV dapat dilakukan dengan 3 pendekatan:

1. Individu produk

2. Kelompok produk

3. Keseluruhan produk
Illustration of LCNRV

Kemungkinan penerapan metode LCNRV menyebabkan cost persediaan dilaporkan kurang dari cost
aktual persediaan atau sebaliknya.

Jika penerapan metode LCNRV menunjukkan NRV lebih rendah dibandingkan dengan cost
persediaan, maka kerugian harus diakui.

2 metode untuk mencatat jurnal penyesuaian atas penerapan metode LCNRV adalah:

1. Metode langsung /metode cost barang terjual/metode beban pokok penjualan (direct
method)

2. Metode tak langsung/metode kerugian (indirect method)

Dengan menggunakan metode kerugian, entitas dapat pula menggunakan akun penyisihan -
penyisihan penurunan nilai persediaan pada NRV-

Dengan menggunakan akun penyisihan ini maka nilai persediaan yang disajikan pada neraca adalah
nilai persediaan yang berdasarkan NRV yaitu nilai persediaan berdasarkan cost/biaya-penyisihan.

Penilaian terhadap nilai realisasi neto suatu entitas harus dilakukan secara berkala. Dimungkinkan
terjadi kondisi dimana terdapat peningkatan nilai realisasi neto.

Apabila suatu entitas telah melakukan penurunan nilai persediaan, dan pada periode selanjutnya
terdapat peningkatan nilai realisasi neto, maka jumlah penurunan nilai dibalik.

Apabila entitas menjual persediaannya, maka nilai tercatat dari persediaan harus diakui sebagai
beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut.
Pemulihan Kembali Nilai Persediaan (blm yakin)
Ketika perekonomian membaik, nilai persediaan kemungkinan akan kembali normal atau naik.
Kondisi ini memungkinkan NRV menjadi lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya.

Continuing the Ricardo example, assume the net realizable value increases to €74,000 (an increase
of €4,000). Ricardo makes the following entry, using the loss method.

Contoh:

Allowance to Reduce Inventory to NRV 4,000

Recovery of Inventory Loss 4,000

Penilaian Persediaan
Persediaan harus dinilai berdasarkan :
- biaya; atau
- nilai realisasi bersih, mana yang lebih rendah (the lower of cost and net
realizable value).
The lower of cost and net realizable value (LCR) atau 'mana yang lebih rendah, biaya atau
nilai realisasi bersih' diterapkan dalam akuntansi karena akuntan bersikap konservatif. Arti
konservatif dalam akuntansi adalah menampilkan angka yang paling buruk (suram) dalam
Laporan Keuangan. Sikap konservatif dari akuntan adalah merupakan reaksi atas
kecenderungan sikap manajemen yang selalu optimis. Akuntan menganggap biaya pembelian
persediaan sebagai biaya yang maksimum sehingga bila terjadi kenaikan atau peningkatan
nilai persediaan, akuntan tidak menaikkan nilai persediaan tersebut di dalam Laporan
Keuangan. Tetapi bila terjadi penurunan nilai persediaan yang cukup berarti maka akuntan
akan mencatat penurunan tersebut pada Laporan Keuangan. Dasar utama untuk pengukuran
Persediaan adalah 'Biaya' , tetapi dalam keadaan tertentu Persediaan harus diukur bukan
berdasarkan biaya, tetapi mana yang lebih rendah antara biaya dan nilai realisasi bersih.
Keadaan tertentu itu adalah keadaan dimana biaya persediaan itu tidak akan diperoleh
kembali (recoverable) misalnya adalah:
1. Barang rusak;
2. Barang telah usang;
3. Persediaan itu tidak dapat lagidijual pada harga jual yang normal (harga jual menurun).

Nilai realisasi bersih .adalah perkiraan harga jual (market) dalam kegiatan usaha normal
dikurangi perkiraan biaya penyelesaian dan perkiraan biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penjualan (biaya langsung penjualan), seperti komisi penjualan.

Contoh: Penghitungan pengukuran persediaan berdasarkan metode mana yang


lebih rendah, biaya atau nilai realisasi bersih (Lower of Cost and Net Realizable Value =
LCR) menurut AAS sebagai berikut:
Persediaan barang 'A biayanya Rp. 1.000.000.- dan pada akhir tahun harga pasar barang 'A'
itu turun menjadi Rp. 750.000.-. Diperkirakan beban penjualan adalah Rp. 250.000.-.
Penilaian harga pokok barang tersebut berdasarkan nilai realisasi bersih adalah: Rp. 750.000.-
Rp. 250.000.- = Rp. 500.000.- Metode mana yang lebih rendah, biaya atau nilai realisasi
bersih dipergunakan hanya pada akhir periode atau hanya diterapkan pada persediaan akhir,
yang dapat diterapkan pada setiap macam barang (individual item basis) atau secara
keseluruhan (agregate basis), seperti berikut:

BARANG JUMLAH BIAYA / NRB TOTAL LOWER


AKHIR UNIT (NRV) / TOTAL NRB OF C &
(COST) UNIT NRV
Dalam ribuan

A 40 Rp. 1.000 Rp. 500 40.000 20.000 20.000


B 12 Rp. 2.000 Rp. 2.500 24.000 30.000, 24.000
C 6 Rp. 5.000 Rp. 4.000 30.000 24.000 24.000
D 25 Rp. 4.000 Rp. 4.400 100.000 110.000 100.000

INDIVIDUAL ITEM BASIS : 194.000 - 168.000

AGREGATE BASIS : 194.000 184.000 -


Agricultural Inventory & Biologilcal Assets
Special Valuation Situations / Penilaian Situasi Spesial (khusus)

Berdasarkan aturan LCNRV dapat dibenarkan dalam situasi ketika biaya sulit untuk ditentukan, item
dapat segera dipasarkan dengan harga pasar yang berlaku, dan unit produk yang dipertukarkan.
Terdapat dua situasi umum di mana Nilai realisasi bersih adalah aturan umum:

o Aset pertanian

o Komoditas yang dilakukan oleh broker-pedagang.

Agricultural Inventory(Persediaan Pertanian)

Agricultural Inventory dibagi menjadi dua tipe yaitu, pertama, Aset biologis yang dikategorikan Aset
tidak Lancar. Aset biologis adalah hewan yang hidup atau tanaman, seperti domba, sapi, pohon
buah-buahan, atau tanaman kapas.

Biological Assets (Aset biologis), diukur pada pengakuan awal dan pada setiap akhir periode
pelaporan dilakukan dengan mengurangi nilai wajar terhadap biaya untuk menjual (NRV). Pada
umumnya, perusahaan mencatat keuntungan atau kerugian akibat perubahan NRV aset biologis
dalam pendapatan pada saat hal tersebut terjadi. Tipe kedua, yaitu Agricultural produce. Agricultural
produce adalah produk yang di panen dari aset biologis, seperti wol dari domba, susu dari sapi
perah, mengambil buah dari pohon buah, atau kapas dari tanaman kapas.

Hasil pertanian yang diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (NRV) pada titik panen.
Setelah dipanen, NRV menjadi biaya.

Taksiran Nilai Persediaan

Penilaian Persediaan Metode Lower Cost or Market (LCM)

Metode Lower Cost or Market digunakan apabila terjadi penurunan manfaat atau kegunaan
persediaan barang tersebut. Penyebab penurunan manfaat dari persediaan adalah barang cacat,
rusak, perubahan model, dan lainnya.

Harga pasar dalam konteks LCM sebagai dasar pengukuran atau penilaiaan persediaan adalah harga
pokok pengganti sekarang, baik dengan cara membeli maupun dengan cara reproduksi dengan
syarat harga pasar tersebut :

(1) tidak melebihi batas atas dan

(2) tidak melebihi batas bawah.


Dan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan penggunaan metode lower cost or
market adalah sebagai berikut :

- Setelah menerapkan harga pokok pengganti, tentukan batas atas dan batas bawah
- Bandingkan Harga pengganti, batas atas dan batas bawah kemudian pilih nilai tengah dari
ketiganya untuk menentukan harga pasar
- Memilih yang paling rendah diantara cost dan harga pasar, untuk menentukan harga yang
akan disajikan dineraca

Kemudian, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan penggunaan metode Lower
Cost or Market adalah sebagai berikut :

Dalam metode LCM, bila terjadi penurunan persediaan di bawah cost-nya harga pasar sekarang lebih
kecil dari costnya maka persediaan harus disajikan di dalam laporan keuangan sebesar harga
pasarnya. Untuk mencatat penurunan persediaan tersebut dapat digunakan :

Metode langsung dalam metode ini harga pokok yang terdapat dalam persediaan akhir, diganti
langsung dengan harga pasarnya. Sehingga kerugian nilai persediaan tidak Nampak di neraca, karena
dimasukan dalam rekening cost of good sold.

Metode Cadangan dalam metode ini harga pokok yang terdapat dalam persedian akhir, tidak diganti
melainkan dibuatkan rekening cadangan untuk menampung kerugian penurunan nilai persediaan
tersebut. Sehingga kerugian penurunan nilai persediaan Nampak di neraca, karena rekening
cadangan tersebut sebagai pengurang rekening persediaan.

Pada metode LCM, nilai persediaan diakui sebesar nilai yang lebih rendah diantara harga pokok
historis dan harga pasar.

Metode LCM dapat diterapkan untuk melakukan penilaiaan persediaan :

1. Secara keseluruhan
2. Perkelompok
3. Individual

Penilaian Persediaan Dengan Metode Laba Kotor

Metode ini digunakan untuk menentukan nilai persediaan akhir, karena metode yang lain sudah
tidak dapat digunakan karena data yang diperlukan tidak tersedia. Tujuan penggunaan metode laba
kotor digunakan untuk menaksirkan harga pokok persediaan dalam keadaan sebagai berikut :

Untuk menentukan harga pokok persediaan pada suatu periode tanpa harus melakukan perhitungan
fisik persediaan.

Untuk menaksirkan harga pokok persediaan barang yang rusak karena suatu sebab. Misalnya
terbakar.

Untuk menaksirkan harga pokok persediaan yang catatannya tidak lengkap.


Kemudian, langkah-langkah yang harus dilakukan didalam menerapkan metode laba kotor adalah
sebagai berikut :

- Menaksirkan prosentase laba kotor berdasarkan pengalaman masa lalu


- Menentukan taksiran harga pokok penjualan dengan mengurangi penjualan bersih dengan
laba kotor

Harga pokok produksi = Penjualan–Laba Kotor

Menetukan barang siap jual dengan menjumlahkan persediaan awal dengan pembelian Persediaan
Awal + Pembelian

Menentukan taksiran harga pokok persediaan akhir dengan mengurangi persediaan siap dijual
dengan taksiran harga pokok penjualan.

Persediaan akhir = Barang siap dijual–Harga pokok penjualan

Penilaian Persediaan Dengan Metode Eceran

Metode eceran merupakan metode penilaiaan persediaan yang didasarkan kepada taksiran. Taksiran
harga pokok dalam metode ini ditentukan dengan melihat hubungan antara harga perolehan dengan
harga pokok eceran. Metode eceran digunakan pada toko pengecer atau supermarket. Metode ini
dipih karena jenis usaha tersebut tidak untuk menggunakan metode historis, baik melalui
perhitungan fisik maupun mengikuti mutasi persediaan dengan sistem perpetual.

Metode eceran agar dapat digunakan, memerlukan informasi sebagai berikut :

1. Harga eceran dan harga pokok persediaan awal


2. Harga eceran dan harga pokok pembeliaan bersih
3. Perubahan harga jual sebagai akibat adanya mark up dan mark down
4. Penjualan

Pos-pos khusus yang berhubungan dengan metode harga eceran dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :

Pos-pos yang berhubungan dengan pembelian adalah sebagai berikut :


1. Biaya angkut pembelian diperlakukan hanya menambah cost saja
2. Retur pembelian diperlakukan mengurang cost dan retailnya
3. Potongan pembelian diperlakukan mengurangi cost saja
4. Barang rusak, cacat atau aus diperlakukan mengurangi cost dan retailnya.
Pos-pos yang berhubungan dengan penjualan adalah sebagai berikut:
1. Retur penjualan diperlakukan mengurangi retail saja
2. Potongan penjualan tidak diperhitungkan
3. Potongan penjualan untuk karyawan diperlakukan mengurangi retail saja.
Pengungkapan & Analisa

Pengungkapan Persediaan :

PSAK 14 revisi 2008 “paragraf 35” laporan keuangan mengungkapkan:

a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus biaya
yang digunakan;

b) total jumlah tercatat persediaan dan jumlah nilai tercatat menurut klasifikasi yang sesuai bagi
entitas;

c) jumlah tercatat persediaan yang dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual;

d) jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;

e) jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang diakui
sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada paragraf 33;

f) jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang
jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan sebagaimana dijelaskan pada
paragraf 33;

g) kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang diturunkan
sebagaimana dijelaskan pada paragraf 33; dan

h) nilai tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan kewajiban.

Analisa Persediaan :

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan akuntansi terkait pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan persediaan dalam laporan keuangan dan membandingkannya dengan Pedoman
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 14 (Revisi 2014). Adanya pilihan aturan persediaan
dalam standar akuntansi keuangan mengakibatkan manajer memiliki diskresi dalam pemilihan
metode pencatatan dan pengungkapan persediaan, sehingga dapat menimbulkan asimetri informasi
antara agen dan prinsipal. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif
dengan menggunakan data dan informasi laporan keuangan baik laporan posisi keuangan (neraca)
dan catatan atas laporan keuangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang listed di Bursa Efek Indonesia dan pemilihan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode acak. Dari hasil sampling yang sudah dilakukan, dalam
penelitian ini Penulis menggunakan 8 data dan informasi persediaan untuk perusahaan-perusahaan
sub sektor garmen dan tekstil dengan menggunakan data laporan keuangan selama 3 tahun (2013-
2015). Dari hasil penelusuran laporan keuangan diketahui bahwa kebijakan, pengukuran, penyajian,
dan pengungkapan persediaan 8 perusahaan telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan
PSAK 14. Namun demikian, masih terdapat pengungkapan persediaan yang masih belum
sepenuhnya memenuhi syarat-syarat sebagaimana dalam PSAK 14.
SAK ETAP terkait Persediaan
SIFAT PERSEDIAAN

Istilah persediaan didefinisikan dalam PSAK 14 (paragraf 7) sebagai aset yang:

1. Dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


2. Dalam proses produksi untuk dijual
3. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa

Persediaan perusahaan dagang terdiri atas barang yang diperoleh untuk dijual kembali, sedangkan
dalam perusahaan manufaktur, persediaannya terdiri dari barang jadi, pekerjaan dalam proses,
bahan baku dan perlengkapan pabrik. Persediaan merupakan aset lancar. Aset tidak lancar tidak
diperlakukan sebagai bagian dari persediaan.

PENGUKURAN

PSAK 14 mengatur bahwa persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi neto, mana
yang lebih rendah (paragraf 8). Dengan demikian, dalam menentukan persediaan, baik biaya
maupun nilai realisasi neto harus ditentukan terlebih dahulu. Setelah dibuat perbandingan, nilai
terendah dari keduanya digunakan sebagai nilai persediaan.

Das könnte Ihnen auch gefallen