Sie sind auf Seite 1von 6

A. Definisi, Karakteristik, dan Klasifikasi Ilmu.

Istilah ilmu berasal dari kata alima (Bahasa Arab) yang berarti pengetahuan. Di dalam
bahasa Latin dikenal pula kata scire yang juga berarti pengetahuan. Ada berbagai jenis
pengetahuan, jenis pengetahuan dikelompokan menjadi : revealed knowledge, intuitif
knowledge, rational knowledge, empirical knowledge, dan authoritative knowledge,dipihak
lain ada juga yang mengelompokan jenis pengetahun menjadi :commonsense
knowledge, dan religious knowledge. Secara etimologi ilmu adalah pengetahuan, karena itu
semua pengetahuan tersebut diatas adalah ilmu.
Secara substansial dan operasional ilmu menunjukan kepada tiga hal, yakni : bodiesof
knowledge, a body of systematic knowledge, dan scientific method. Ilmu mengandung arti
secara kerja ilmiah dan hasil kerja ilmiah. Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dihasilkan
melalui metode ilmiah.
Ilmu memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Objek studi ilmu meliputi berbagai hal sebatas yang terdapat dialami manusia. Setiap ilmu
memilki objek material dan objek formal. Beberapa disiplin ilmu mungkin memilki objek
formal yang berbeda. Objek studi setiap disiplin ilmu bersifat spesifik.
2. Metode ilmiah adalah prosedur pemecahan masalah yang cermat dan terencana. Metode
ilmiah merupakan gabungan dari pendekatan rasional dan empiris. Kerangka studinya
merupakan proses logico-hypotetico-verifikasi, atau menggunakan kerangka berfikir
deduktif-induktif. Namun demikian, metode ilmiah dapat bersifat kuantitatif atau kualitatif.
3. Isi ilmu dapat berupa konsep, aksioma,postulat, prinsip, hukum teori, dan model. Dalam hal
ini isi ilmu bersifat objektif, deskriftif, dan sajikan secara rinci dan sistematis.
4. Fungsi ilmu adalah menjelaskan, menprediksi, dan mengontrol.
Berbagai jenis ilmu anatara lain diklasifikasikan ke dalam : natural science, dan human
science. Klasifikasi lain adalah : natural science, social science, behavioral science, dan
formal science. Ada pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi ilmu murni dan ilmu
terapan.

B. Definisi, Karakteristik, dan Klasifikasi Ilmu Pendidikan


Ilmu pendidikan adalah system pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang
dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.
Ilmu pendidikan memilki karakteristik sebagai berikut :
1. Objek studi : objek material ilmu pendidikan adalah manusia (manusia sebagai makhluk
Tuhan yang berbeda hakiki dengan benda, tumbuhan, dan hewan), sedangkan objek
formalnya adalah fenomena pendidikan, yaitu fenomena mendidik dan fenomena lain yang
berhubungan dengan kegiatan mendidik.
2. Metode : ilmu pendidikan menggunakan metode kualitatif dan atau metode kuantitatif.
Penggunaan metode tersebut tergantung pada masalah atau objek penelitiannya.
3. Isi ilmu pendidikan : sebagaimana ilmu-ilmu lainnya, ilmu pendidikan dapat berupa konsep,
aksioma, postulat, prinsip, hukum, teori, dan model. Dalam hal ini ilmu pendidikan bersifat
objektif, deskriftif, preskriftif (normatif), yang disajikan secara rinci dan sistematis. Ilmu
pendidikan tidak hanya bersifat deskriptif, melainkan juga preskriptif/normative.
4. Fungsi ilmu pendidikan : menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol.
5. Ilmu pendidikan menggunakan ilmu-ilmu lain sebagai ilmu bantu.
Sekalipun demikian, menurut M.J Langeveld (1980), sebagai ilmu yang bersifat otonom
ilmu pendidikan berperan sebagai “tuan rumah”, sedangkan ilmu-ilmu lain merupakan
“tamu”nya.
M.J Langeveld mengklasifikasi ilmu pendidikan terbagi atas :
a. Ilmu Mendidi Teoritas, yang meliputi :
1) Ilmu Mendidik Sistematis.
2) Sejarah Pendidikan
3) Ilmu Perbandingan Pendidikan
b. Ilmu Mendidik Praktis, yang meliputi :
1) Didaktik/ Metodik
2) Pendidikan dalam Keluarga
3) Pendidikan Lembaga Keagamaan
Sedangkan Redja Mudyahardjo (2001) mengklasifikasi Ilmu Pendidikan sebagai berikut :
a. Ilmu Pendidikan Makro
1) Ilmu Pendidikan Administratif
2) Ilmu Pendidikan Historis
3) Ilmu Pendidikan Kependudukan
b. Ilmu Pendidikan Mikro
1) Ilmu Mendidik Umum yang Meliputi :
a) Ilmu Pendidikan Psikologis
b) Ilmu Pendidikan Sosiologis
c) Ilmu Pendidikan Antropologis
d) Ilmu Pendidikan Ekonomik
2) Ilmu Mendidik Khusus :
a) Ilmu Persekolahan
b) Ilmu Pendidikan Luar Biasa (Orthopedagogik)
c) Ilmu Pendidikan Luar Biasa

C. Pendidikan (Mendidik) Sebagai Seni


Pendidikan antara lain dapat dipelajari melalui ilmu pendidikan, namun demikian
pendidikan (praktek pendidikan atau mendidik) juga adalah seni. Alasannya bahwa praktek
pendidikan melibatkan perasaaan dan nilai yang sebenarnya diluar daerah Impilan jeniulmu
(ilmu yang berparadigma posotivisme). Sehubungan dengan itu, Gilbert Highet (1954)
mengibaratkan praktek pendidikan sebagaimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu,
menata sebuah taman bunga, atau menulis surat untuk sahabat. Sedangkan menurut Galagher
(1970) seni mendidik itu merrupakan: (1) keterampilan jenius yang hanya dimiliki oleh
beberapa orang; dan (2) mereka tidak dapat menjelaskan secara sistematis bagaimana cara
mereka mempraktekan keterampilan itu.
Praktek keterampilan diakui sebagai seni, implikasinya fungsi mendidik yang utama
adalah menghasilkan suatu karya yang utuh, unik, sejati (bukan berpura-pura. atau dibuat-
buat, anak tidak boleh dikorbankan sebagai kelinci percobaan), dan tiap pihak memperoleh
manfaat. Selain itu, pendidik harus kreatif, skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan
rambu-rambu saja, yang lebih penting adalah improvisasi. Pendidik harus memperhatikan
minat, perhatian, dan hasrat anak didik.
Pengakuan pendidikan sebagai seni, tidak harus menggoyahkan pengakuan bahwa
pendidikan dapat dipelajari secara ilmiah. Idealnya, pendidikan adalah aplikasi ilmu (ilmu
pendidikan) tetapi sekaligus pula adalah seni.

D. Studi Pendidikan
Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan seserang dalam rangka memahami
pendidikan atau menghasilkan sisten konsep pendidikan. Studi pendidikan dapat dilakukan
melalui kegiatan membaca tentang pendidika, diskusi, penelitian ilmiah, dan berfilsafat
tentang pendidikan. Adapun metode dalam studi pendidikan yaitu dapat dilakukan melalui
metode tertentu, yaitu metode kerja awam, metode ilmiah, dan metode filsafat.
Studi pendidikan melalui metode keraja awam yaitu memahami pendidikan dengan cara
berfikir commonsense dan pengamatan. Studi pendidikan seperti ini biasanya dilakukan oleh
masyarakat pada umumnya, dan menghasilkan konsep pendidikan yang kurang sistematis.
Studi pendidikan melalui metode ilmiah adalah upaya memahami pendidikan dengan
menggunakan prosedur penelitian yang cermat dan terencana atau melalui berfikir kritis
dengan menggunakan logika tertentu dan pengamatan empiris yang teliti, sebagimana
dilakukan para ilmuwan. Namun dimikian pelaksanaan studi seperti ini bukan semata-mata
monopoli para ilmuwan. Studi ilmiah pendidikan data dilakukan oleh siapapun dengan syarat
bersangkutan telah menguasai metode penelitian ilmiah. Selain dilakukan oleh ilmuwan
pendidika, studi ilmiah pendidikan dapat pula dilakukan oelh para mahasiswa pada program
studi tertentu kependidikan yang sedang menyusun skripsi, para guru, dosen, dsb. Studi
ilmiah pendidilan telah dilakukan oleh para ilmuwan atau para peneliti pendidikan sejak
lama, dan telah menghasilkan system pendidikan yang bersifat deskriftif maupun
preskriptif/normative yang disebut ilmu pendidikan.
Studi pendidikan melalui metode filsafat adalah upaya memahami pendidikan melalui
berfikit reflektif sistematis, kritis radikal, dan sinoptif untuk menghasilkan system gagasan
tentang pendidikan yang komprehensif dan preskriftif. Mengingat cara berfikir filsafat belum
dikuasai banyak orang, maka studi filsafat pendidikan umumnya dilakukan oleh para filsuf.
Studi demikian telah dilakukan sejak lama, dan telah menghasilkan apa yang dikenal sebagai
fislafat pendidikan.

E. Praktek Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni


1. Pendidikan Sebagai Ilmu
Fenomena pendidikan dapat dipelajari melalui metode ilmiah yang menghasilkan ilmu
pendidikan yang menjadi dasar dan petunjuk dalam praktek pendidikan. Dengan dasar Ilmu
Pendidikan para pendidik dapat menyusun desain pembelajaran yang memuat tujuan, isi,
metode, teknik mengajar serta evaluasinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa praktek
pendidikan merupakan aplikasi dalam ilmu pendidikan. Implikasi bahwa untuk menjadi
seorang guru dapat dipelajari oleh siapapun melalui ilmu pendidikan tersebut.
2. Pendidikan Sebagai Seni
Gilbert Highet dalam bukunya “ The art of teaching “ yang menyatakan bahwa buku
ini “ Seni Mengajar ” karena beliau yakin bahwa belajar itu adalah sebuah seni bukan ilmu.
Menurutnya sangatlah berbahaya mempergunakan tujuan-tujuan dan metode ilmu untuk
urusan manusia sebagai individu meskipun sistem statistik sering digunakan untuk
menerangkan tingkah laku manusia dalam kelompok yang besar dan suatu diagnosa ilmiah
tentang struktur fisik manusia selalu sangat bermanfaat. Mengajar tidaklah seperti
menimbulkan reaksi kimia tetapi lebih mirip dengan melukis sebuah gambar atau menggelar
sebuah musik dengan arti bahwa di dalam mengajar itu seseorang harus melibatkan diri
didalamnya dan menyadari bahwa mengajar tidak seluruhya dikerjakan berdasarkan formula-
formula atau anda akan merusak sendiri pekerjaan anda dan murid-murid anda serta anda
sendiri (Redja M, 1995). Dengan demikian pendapat ini sangat bertentangan dengan pendapat
sebelumnya tentang pendidikan sebagai ilmu.
3. Pendidikan Sebagai Panduan Ilmu dan Seni
Menurut A.S Neil “ mendidik dan mengajar bukanlah suatu ilmu tetapi adalah seni “. Diartikan
sebagai seni adalah bagaimana kita hidup dan mengerti anak-anak seolah-olah kita menjadi seperti
anak. Menurut aliran konstruksivisme mengakui hal yang sama. Implikasi bahwa “ tugas guru adalah
membantu agar siswa mampu merekonstruksi pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang
konkrit maka strategi mengajar perlu juga disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi murid. Mengajar
adalah merupakan seni yang menuntut bukan hanya penguasaan teknik, melainkan juga intuisi “.
Dengan demikian pendidik memerlukan ilmu pendidikan dalam rangka memahami dan
mempersiapkan suatu praktek pendidikan. Namun dalam prakteknya pendidik harus kreatif,
skenario atau persiapan mengajar hanya dijadikan rambu-rambu saja, pendidik perlu
melakukan improvisasi dengan harus memperhatikan karakteristik anak didik. Esensinya
bahwa praktek pendidikan hendaknya merupakan perpasuan antara ilmu dan seni.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Istila ilmu berasal dari kata alima (bahasa arab) yang berarti pengetahuan. Ilmu memiliki
karakteristik, yaitu : objek studi, metode ilmiah, isi ilmu, fungsi ilmu. Klasifikasi jenis ilmu
antara lain diklasifikasikan ke dalam : Natural science danhuman science, atau ada juga yang
mengklasifikasikan kedalam natural science, social science, behavioral science, dan
formal science. Bahkan ada pula yang mengklasifikasikan ilmu menjadi ilmu murni dan ilmu
terapan.
Ilmu pendidikan adalah system pengetahuan tentang fenomena pendidikan yang
dihasilkan melalui riset dengan menggunakan metode ilmiah.Ilmu pendidikan memilki
karakteristik yaitu : objek studi, metode kualitatif dan atau kuantitatif, Isi ilmu pendidikan,
dan Fungsi ilmu pendidikan. Ada 2 teori tentang mengklasifikasi ilmu pendidikan, yaitu :
1.Ilmu Mendidik Teoritas dan Praktis, dan 2. Ilmu Pendidikan Makro dan Mikro.
Pendidikan sebagai seni data dipahami bahwa praktek pendidikan melibatkan perasaan
dan nilai yang sebenarnya diluar daerah ilmu, yang mengibaratkan praktek pendidikan
sebagimana orang melukis sesuatu, mengarang lagu, menata sebuah taman bunga, atau
menulis surat untuk sahabat.
Ilmu pendidikan merupanakan landasan dan petunjuk tentang cara melaksanakan pendidika,
sedangkan Studi pendidikan adalah upaya yang dilakukan seserang dalam rangka memahami
pendidikan atau menghasilkan sisten konsep pendidikan .Praktek Pendidikan sebagai paduan
ilmu dan seni dapat diartikan sebagai : Pendidikan sebagai ilmu, Pendidikan sebagai Seni,
dan Pendidikan sebagai Paduan Ilmu dan Seni.

B. Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis berharap lembaga pendidikan dalam hal ini para
pendidik mampu melaksanakan proses pembelajaran guna mempersiapkan segaa sesuatunya
ulai dari objek, metode, isi,bahkan fungsinya supaya tujuan pendidikan itu bisa dicapai
dengan baik dan bukan hanya sebagai ilmu melainkan sebagai sebi sehingga pendidik dapat
berkreasi di dalam mengajarnya. Sehingga anak didik tersebut dapat merasakan kenyamanan
di dalam kegiatan belajar mengajar dan menghilangkan rasa bosan dan jenuh dalam
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir,Filsafat Pendidikan Islami, Bandung : Rosdakarya, 2006.
Hasan Langgulung,Manusia da Pendidikan, Jakarta : PT. Al-Husna Zikra.2000.
Sunaryo Kartadinata, dkk, Landasan-landasan Pendidikan, Jakarta: Ditjen Dikti-
Depdikbud,1997.
Tatang Syaripudin dan Nur’aini, Landasan Pendidikan, Bandung: UPI Press, 2006.
Uus Ruswandi, dkk, Landasan Pendidikan,Bandung: CV. Insan Mandiri, 2011.
http://sulipan.wordpress.com/2009/10/02/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni/. Diakses 19 pebruari
2013
http://triyanapp.blogspot.com/2012/09/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni.html diakses 19
pebruari2013
http://budihendrawan.wordpress.com/2009/11/30/pendidikan-sebagai-ilmu-dan-seni/

Das könnte Ihnen auch gefallen