Sie sind auf Seite 1von 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN


(PRESBIKUSIS)

Oleh:
1. Ely
2. Endriyana
3. Eni wijayanti
4. Nur pratiwi
5. Nor laela k
6. Nurul romadhon

AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO


UNGARAN
2014 -2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seperti organ-organ yang lain, telinga pun mengalami kemunduran pada usia lanjut.
Kemunduran ini dirasakan sebagai kurangnya pendengaran, dari derajat yang ringan sampai
dengan yang berat. Bila kekurang pendengaran ini berat, akan menimbulkan banyak masalah
bagi penderita dengan orang-orang sekitarnya. Misalnya salah faham dalam komunikasi.
Penderita sering membantah karena mengira orang lain-lain marah-marah kepadanya, tak perduli
kepadanya, atau malah mentertawakannya, mengejeknya atau lain-lain lagi. Dalam perjalanan
mencapai usia lanjut, alat pendengaran dapat mengalami berbagai gangguan, salah satunya
presbikusis.
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose degenerasi organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat
dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses
menua secara umum.
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran yaitu
Kesulitan mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan
nada tinggi, Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam,
Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising,
Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan, Perubahan kemampuan mendengar
konsonan seperti s, z, t, f dan g, Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u
umumnya relatif diterima dengan lengkap.
Schuknecht membagi klasifikasi presbikusis menjadi 4 jenis : sensori (outer hair-cell),
neural (ganglion-cell), metabolik (strial atrophy), dan koklea konduktif (stiffness of the basilar
membrane). Schuknecht menambahkan dua kategori : mixed and indeterminate, terdapat 25%
kasus, dimana terjadi akibat perubahan patologi yang bermacam-macam. Prevalensi terbanyak
menurut penelitian adalah jenis metabolik 34,6%, jenis lainyan neural 30,7%, mekanik 22,8%
dan sensorik 11,9%.
Berdasarkan besarnya angka insiden terjadinya presbiakusis dan resiko insiden yang
dapat terjadi, maka pemakalah tertarik membahas masalah Asuhan keperawatan pada klien
dengan presbiakusis.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan ASKEP pada klien dengan
Presbikusis dengan menggunakan metode proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan gambaran tentang konsep penyakit Presbikusis
2. Mampu membuat pengkajian keperawatan pada klien dengan Presbikusis
3. Mampu membuat Diagnosa keperawatan berdasarkan anamnesa
4. Mampu membuat rencana keperawatan berdasakan teori keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Definisi
Presbiakusis adalah hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi tinggi, yang
merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan lanjutnnya usia. (Boedhi & Hadi, 1999).
Presbiakusis adalah penurunan pendengaran normal berkenaan dengan proses penuaan.
(Lueckenotte, 1997).
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose degenerasi[1] organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat
dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses
menua secara umum.

2. Anatomi Fisiologi Telinga


Telinga sebagai organ pendengaran, berisi reseptor-reseptor yang menghantarkan
gelombang suara ke dalam impuls-impuls saraf dan reseptor yang berespon pada gerakan kepala.
Telinga terbagi dalam tiga bagian : telinga luar, tengah dan dalam.
a) Telinga luar
Terdiri dari aurikula (pinna) dan kanal auditorius eksternal. Fungsinya untuk menerima suara.
Aurikel tersusun atas sebagian besar kartilago yang tertutup dengan kulit. Lobus satu-satunya
bagian yang tidak disokong oleh kartilago. Sesuai pertambahan usia kartilago terus dibentuk
dalam telinga dan kulit telinga berkurang elastisitasnya; kemudian aurikel tampak lebih besar
dari lobulus. Perubahan-perubahan yang menyertai proses penuaan ini adalah pengeriputan
lobulus dalam suatu pola oblique linier.
Saluran auditorius berbentuk S panjangnya 2,5 cm dari aurikel sampai membran timpani.
Serumen disekresi oleh kelenjar yang menangkap benda asing dan melindungi epitelium kanalis.
Pada proses penuaan, saluran menjadi dangkal sebagai akibat lipatan ke dalam, pada dinding
kanalis silia menjadi lebih kasar dan lebih kaku dan produksi serumen agak berkurang dan lebih
kering.
b) Telinga tengah
Ruangan berisi udara terletak dalam tulang temporal. Fungsinya memperkuat bunyi yang
ditangkap. Terdiri dari 3 tulang artikulasi : maleus, inkus dan stapes yang dihubungkan ke
dinding ruang timpanik oleh ligamen. Membran timpani memisahkan telinga tengah dari kanalis
auditorius eksternal. Vibrasi membran menyebabkan tulang-tulang bergerak dan
mentransmisikan gelombang bunyi melewati ruang ke jendela lonjong. Vibrasi kemudian
bergerak melalui cairan dalam telinga tengah dan merangsang reseptor pendengaran. Bagian
membran yang tegang yaitu pars tensa sedangkan sedikit tegang adalah pars flaksida. Perubahan
atrofik pada membran karena proses penuaan mengakibatkan penampilan dangkal, teregang,
putih atau abu-abu. Perubahan ini tidak mempunyai pengaruh jelas pada pendengaran.
c) Telinga dalam
Labirin tulang dibagi dalam tiga area : vestibula, kanalis semisirkularis dan koklea. Koklea
adalah struktur yang menggulung berisi organ Corti, unit fungsional pendengaran. Sel-sel rambut
organ Corti dibengkokkan dan diubah oleh vibrasi kemudian diubah menjadi impuls-impuls
elektrokimia. Perubahan-perubahan degeneratif pada koklea dan neuron jaras auditorius
mengakibatkan presbikusis, bilateral, penurunan pendengaran sensorineural yang dimulai pada
usia pertengahan. (Lueckenotte,1997)

3. Etiologi
Schucknecht menerangkan penyebab kurang pendengaran pada presbikusis antara lain
a. Degenerasi primer aferen[2] dan eferen[3] dari koklea, degenerasi ini dimulai dengan
terjadinya atrofi[4] dibagian epitel dan saraf pada organ corti. Lambat laun secara
progresif terjadi degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal hingga kedaerah apeks
yang pada akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan manifestasi
gangguan pemahaman bicara karena penurunan vascularisasi dari reseptor neuro sensorik
yang mengalami gangguan. Sehingga baik jalur auditorik dan lobus temporalis otak
sering terganggu akibat lanjutnya usia. (Schuknecht)
b. Penelitian tentang penyebab presbiakusis sebagian besar menitik beratkan pada
abnormalitas genetik yang mendasarinya (Dilaporkan bahwa salah satu strain yang
berperan terhadap terjadinya prebikusis , yaitu C57BL/6J sebagai penyandi saraf
ganglion spiral dan sel stria vaskularis pada koklea), dan salah satu penemuan yang
paling terkenal sebagai penyebab potensial presbikusis adalah mutasi genetik pada DNA
mitokondrial.
Faktor resiko yang dapat memperberat penurunan pendengaran pada presbikusis antara lain :
(Boedhi & Hadi, 1999)
a) Usia dan jenis kelamin
b) Hipertensi
c) Diabetes Melitus
d) Merokok
e) Hiperkolesterol
a. Riwayat Bising

4. Klasifikasi
Presbiakusis diklasifikasikan menjadi 4, antara lain : (Boedhi & Hadi, 1999)
a) Presbiakusis Sensori
Tipe ini menunjukkan atrofi epitel disertai dengan hilangnya sel rambut dan sel penyokong
organ corti di membrana basalis koklea dan karena itu khas berupa hilangnya pendengaran nada
tinggi, yang dimulai setelah usia pertengahan. Ciri khas dari tipe presbikusis sensori ini adalah
terjadi penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi.
b) Presbiakusis Neural
Tipe ini memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf pusat. Tidak didapati
adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini menyebabkan
penurunan diskriminasi kata-kata dan dapat dijumpai sebelum terjadinya gangguan pendengaran.
Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak akan timbul sampai
90% neuron akhirnya hilang. Bila neuron ini berkurang dibawah yang dibutuhkan untuk
transmisi getaran , maka terjadilah resbikusis neural. Menurunnya jumlah neuron pada koklea
lebih parah terjadi pada basal koklea. Dan atrofi yang luas pada ganglion spiral.
c) Presbikusi Strial (metabolik)
Tipe presbikusis yang sering didapati dengan ciri khas kurang pendengaran yang mulai timbul
pada dekade ke-6 dan berlangsung perlahan-lahan. Kondisi ini diakibatkan terjadinya
abnormalitas strial vaskularis berupa atropi daerah apikal dan tengah dari koklea. Strial
vaskularis normalnya berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik, kimiawi, dan metabolik
koklea, proses ini berlangsung pada usia 30-60 tahun.
d) Presbikusis Kondusif Koklea
Pada Presbiakusis jenis ini diduga diakibatkan oleh terjadinya perubahan mekanisme pada
membran basalis koklea sebagai akibat proses menua. Secara audiogram[5] ditandai dengan
penurunan progresif[6] dari sensitifitas di seluruh daerah tes. Terjadi perubahan gerakan mekanik
dari duktus koklearis dan atrofi dari ligamentum spiral.

5. Patofisiologi
Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa hilangnya sel
epitel saraf yang dimulai pada usia pertengahan (60 tahun keatas). juga dilaporkan bahwa
keadaan yang sama terjadi pula pada serabut aferen dan eferen sel sensorik dari koklea. Terjadi
pula perubahan pada sel ganglion siralis di basal koklea. Di samping itu juga terdapat penurunan
elastisitas membran basalais di koklea dan membrana timpani.
Di samping berbagai penurunan yang terjadi pada organ pendengaran, pasokan darah dari
reseptor neurosensorik mungkin mengalami gangguan, sehingga baik jalur auditorik dan lobus
temporalis otak sering terganggu akibat lanjutnya usia. Dari penjelasan diatas terlihat bahwa
gangguan pendengaran pada usia lanjut dapat disebabkan oleh berbagai sebab, di samping
kenyataan bahwa jenis kelainan pendengran itu sendiri yang bisa berbagai jenis.

6. Manifestasi Klinis
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran :
a) Kesulitan mengerti pembicaraan
b) Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan nada tinggi.
c) Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam
d) Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang
bising
e) Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan
f) Perubahan kemampuan mendengar konsonan seperti s, z, t, f dan g
g) Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u umumnya relatif diterima dengan
lengkap.(Luekenotte, 1997)
7. Derajat Presbikusis
Derajat kurang pendengaran dihitung dengan menggunakan indeks Fletcher yaitu :
Ambang Dengar = AD 500 HZ (Hertz) + AD 1000 Hz +AD 2000 Hz
Menetukan derajat kurang pendengaran yang dihitung hanya ambang dengar hantaran
udaranya (AC/Air Conduction) saja.
Derajat menurut Jerger :
a) 0 – 20 dB (desibel) : Normal
b) >20 – 40 dB : Tuli ringan
c) >40 – 55 dB : Tuli sedang
d) >55 – 70 dB : Tuli sedang berat
e) >70 – 90 dB : Tuli berat
f) >90 dB : Tuli sangat berat

8. Penatalaksanaan
Melihat dampak dari gangguan atau menurunnya pendengaran pada lansia, maka
penggunaan alat bantu dengar perlu dianjurkan pada mereka yang membutuhkannya.
Terdapat berbagai jenis alat bantu dengar yang disesuaikan dengan keperluan dari
penggunanya. Apabila kedua telinga terganggu lebih baik menggunakan dua buah alat bantu
dengar ( masing-masing satu untuk setiap telinga yang akan memberikan hasil yang lebih baik
dibanding hanya satu buah saja ).

B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, golongan darah dan lain sebagainya.
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Klien susah mendengar pesan atau rangsangan suara
b. Riwayat kesehatan sekarang
Saat sekarang keluarga klien mengatakan susah mendengar pesan atau rangsangan
berupa suara.
Ketika berbicara dengan orang lain klien tidak mengerti terhadap pembicaraan.
Untuk lebih mengerti, klien sering meminta untuk mengulangi pembicaraan.
Keluarga klien mengatakan lebih senang menyendiri dan dengan kesendiriannya itu
klien mengekspresikan kesepian dan keluarga klien mengatakan bahwa klien sering
menarik diri dari lingkungan dan tidak mau tampil bersama anggota keluarga.
Untuk mengisi kebosanannya, keluarga klien mengatakan bahwa klien lebih banyak
tidur dan tidak mau melakukan aktivitas apapun.
Komunikasi dengan klien sebagian besar berjalan melalui pesan-pesan tertulis.
c. Riwayat penyakit dahulu
Dikaji dari keluarga klien, apakah klien mengalami penyakit akut maupun kronis.
Sejak kapan gangguan pendengaran mulai dirasakan klien ? biasanya prebikusis
sering muncul pada umur 60 tahun keatas ,tapi hal tersebut belum terlalu
mengganggu bagi klien.
Apakah klien pernah mengalami cedera kepala dan mengalami alergi
terhadap berbagai makanan dan minuman.
Bagaimana gaya hidup klien, apakah klien seorang perokok berat atau tidak.
Apakah Klien sering terpajan dengan suara bising ?
d). Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit pada sistem pendengaran, apakah ada
kelurga yang menderita DM.

c. Pemeriksaan Fisik
Pengkajian Daun telinga
a) Inspeksi:
1) Kesimetrisan daun telinga (simetris kiri dan kanan)
2) Posisi telinga normal yaitu sebanding dengan titik puncak
3) Penempatan pada lipatan luar mata ( masih terdapat/tampak atau tidak)
4) Terdapat pembengkakan pada Auditorius eksternal atau tidak.
b) Palpasi:
1) Apakan terdapat nyeri raba
2) Apakah ada pembengkakan

d. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan otoskopik
Menggunakan alat otoskop untuk memeriksa meatus akustikus eksternus dan membran timpani
dengan cara inspeksi:
Hasil:
1) Serumen berwarna kuning, konsistensi kental.
2) Dinding liang telinga berwarna merah muda
b. Tes ketajaman pendengaran
1) Tes penyaringan sederhana
Hasil:
Biasanya klien tidak mendengar secara jelas angka-angka yang disebutkan
Klien tidak mendengar secara jelas detak jarum jam pada jarak 1–2 inchi.
2) Uji rinne
Hasil: Biasanya klien tidak mendengarkan adanya getaran garpu tala dan tidak jelas mendengar
adanya bunyi dan saat bunyi menghilang.

2. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian
dalam.
b. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
c. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.

3. Intervensi keperawatan
A. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan degenerasi tulang pendengaran bagian
dalam
a. Tujuan : komunikasi verbal klien berjalan dengan baik
b. Kriteria Hasil
Dalam 1 hari klien dapat :
a) Menerima pesan melalui metode alternatif
b) Mengerti apa yang diungkapkan
c) Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan untuk berkomunikasi
d) Menggunakan alat bantu dengar dengan cara yang tepat
c. Intervensi :
1) Kaji tingkat kemampuan klien dalam penerimaan pesan
2) Periksa apakah ada serumen yang mengganggu pendengaran
3) Bicara dengan pelan dan jelas
4) Gunakan alat tulis pada waktu menyampaikan pesan
5) Beri dan ajarkan klien pada penggunaan alat bantu dengar
6) Pastikan alat bantu dengar dapat berfungsi dengan baik
7) Anjurkan klien untuk menjaga kebersihan telinga
B. Harga diri rendah berhubungan dengan penurunan fungsi pendengaran.
a. Tujuan : klien dapat menerima keadaan dirinya
b. Kriteria Hasil
Secara bertahap klien dapat :
a. Mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri
b.Berhubungan sosial dengan orang lain
c. Mendapat dukungan keluarga mengembangkan kemampuan klien untuk
berhubungan dengan orang lain
d.Membina hubungan saling percaya dengan perawat
c. Intervensi :
1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
klien tidak mau bergaul atau menarik diri
3) Diskusi bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang mungkin
4) Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan
5) Diskusikan tentang keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari
perilaku menarik diri
6) Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain
7) Beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai klien
8) Bina hubungan saling percaya dengan klien
9) Anjurkan anggota keluarga untuk secar rutin dan bergantian mengunjungi
klien
10) Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
11) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip hubungan
terpeutik

C. Kurang aktivitas berhubungan dengan menarik diri dengan lingkungan.


a. Tujuan : klien dapat melakukan aktivitas tanpa kesulitan
b. Kriteria Hasil
Secara bertahap klien dapat :
1) Menceritakan perasaan-perasaan bosan
2) Melaporkan adanya peningkatan dalam aktivitas yang menyenangkan.
3) Menceritakan metode koping terhadap perasaan marah atau depresi yang
disebabkan oleh kebosanan.
b. Intervensi :
1) motivasi untuk dapat saling berbagi perasaan dan pengalaman
2) Bantu klien untuk mengatasi perasaan marah dari berduka
3) Variasikan rutinitas sehari-hari
4) Libatkkan individu dalam merencanakan rutinitas sehari-hari
5) Rencanakan suatu aktivitas sehari-hari
6) Beri alat bantu dengar dalam melakukan aktivitas
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat prose degenerasi organ
pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif lambat, dapat
dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang mendasari selain proses
menua secara umum.
Beberapa dari tanda dan gejala yang paling umum dari penurunan pendengaran yaitu
Kesulitan mengerti pembicaraan, Ketidakmampuan untuk mendengarkan bunyi-bunyi dengan
nada tinggi, Kesulitan membedakan pembicaraan; bunyi bicara lain yang parau atau bergumam,
Masalah pendengaran pada kumpulan yang besar, terutama dengan latar belakang yang bising,
Latar belakang bunyi berdering atau berdesis yang konstan, Perubahan kemampuan mendengar
konsonan seperti s, z, t, f dan g, Suara vokal yang frekuensinya rendah seperti a, e, i, o, u
umumnya relatif diterima dengan lengkap

B. Saran
1. Untuk rumah sakit
a. Rumah sakit mampu memberikan pelajaran yang baik pada klien
b. Rumah sakit membantu klien dan keluarga dalam membuat keputusan
2. Untuk sesama profesi / perawat
a. Perawat selalu melakukan pengawasan pada klien
b. Perawat harus mengetahui sejauh mana perkembangan kesehatan klien
c. Perawat harus memberikan asuhan keperawatan dengan benar dan bertanggung
jawab
3. Untuk keluarga / klien
a. Keluarga harus memberi dukungan dan motivasi pada klien untuk mengembangkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain.
b. harus memotivasi klien untuk selalu menjaga kebersihan telinganya.
DAFTAR PUSTAKA

Lynda, J. Capernitu, Diagnosa Keperawatan , ECG, Jakarta, 2001


Ida Samidah, Pengkajian Keperawatan, Makassar, 2003
Purnawan Junadi, kapita selekta kedokteran, FK-UI, Jakarta, 1997
Boles, Buku Ajar Penyakit THT, ECG, Jakarta, 1997

Das könnte Ihnen auch gefallen