Sie sind auf Seite 1von 9

Strategi Pesan Persuasif di Media Massa oleh Pelaku Politik

(Studi pada Sriwijaya Post dan Sumatera Ekpres)

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui media saat ini mempunyai peran yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Tak bisa di pungkiri, media meliputi seluruh
aspek kegiatan manusia baik secara pribadi maupun umum dan berhubungan
dengan aktifitas komunikasi masa.1
Media cetak adalah perintis dalam menyampaikan informasi kepada
publik. Menurut survey Nielsen Consumer & Media View (CMV) kuartal III
2017 yang dilakukan di 11 kota dan menginterview 17 ribu responden, saat ini
media cetak (termasuk Koran, Majalah dan Tabloid) memiliki penetrasi sebesar
8% dan dibaca oleh 4,5 juta orang. Dari jumlah tersebut, 83%nya membaca
koran.2
Survei Nielsen Consumer & Media View hingga triwulan ketiga 2017
menyatakan, kebiasaan membaca orang Indonesia telah mengalami pergeseran.
Pada 2017, tingkat pembelian koran secara personal hanya sebesar 20%,
menurun dibandingkan 2013 yang mencapai 28%.3
Yang menarik, para pembaca media cetak adalah konsumen dari rentang
usia 20-49 tahun (74%), memilki pekerjaan sebagai karyawan (32%), dan
mayoritas pembacanya berasal dari Kelas Atas (54%). Menurut Hellen, fakta
itu menunjukkan bahwa pembaca media cetak masih produktif dan dari
kalangan yang mapan.4
Riset yang dilakukan oleh Nielsen Consumer dan Media View pada tahun
2017 menunjukkan bahwa media cetak masih sangat digemari oleh masyarakat.
Karena pada dasarnya media cetak adalah sumber informasi dan mengabarkan
peristiwa yang berlangsung atau baru saja terjadi.

1
https://www.kompasiana.com/atikaulfa/57d0cf73107f61443cd17127/media-sebagai-
sarana-politik
2
https://www.nielsen.com/id/en/press-room/2017/MEDIA-CETAK-MAMPU-
MEMPERTAHANKAN-POSISINYA.print.html
3
https://katadata.co.id/berita/2017/12/07/nielsen-pembaca-media-digital-sudah-lampaui-
media-cetak
4
https://www.mix.co.id/marcomm/brand-insight/research/ini-bukti-mengapa-media-cetak-
masih-diiminati

1
Hal yang manarik disini adalah kisaran umur yang membaca koran berasal
dari seluruh kalangan masyarakat. Yakni, anatara usia 20-49 tahun (74%),
memilki pekerjaan sebagai karyawan (32%), dan mayoritas pembacanya
berasal dari Kelas Atas (54%).5
Media adalah sebuah alat atau kendaraan yang digunakan untuk mencapai
sesuatu atau kehendak, sedangkan media cetak dalam dunia politik adalah
penggunaan media cetak oleh para pelaku politik dalam meningkat citranya
serta bertujuan untuk mencapai suatu jabatan atau kekuasaan.
Dalam perkembangannya media massa sangat berpengaruh di kehidupan
sosial, budaya, ekonomi, dan politik. Media kini tidak hanya sekedar menjadi
hiburan, tetapi media kini sudah menjadi sarana para politikus untuk
berpolitik.6
Media merupakan salah satu sarana alat penyampai informasi yang sangat
penting dalam konteks kehidupan sosial bermasyarakat. Tanpa adanya media,
maka manusia hanya bisa menyampaikan dan menerima informasi melalui cara
yang konvensional saja, seperti penyampaian dari mulut ke mulut saja.7
Sedangkan media cetak menurut Eric Barnow adalah segala barang yang
dicetak yang ditujukan untuk umum atau untuk suatu publik tertentu. Dengan
demikian yang dimaksud media cetak meliputi surat kabar, majalah, serta
segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk menyebarluaskan pesan-
pesan komunikasi.8
Media massa emberikan pengaruh kepada masyarakat untuk senantiasa
berpartisipasi, karena dengan membaca surat kabar, maka akan semakin
meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat disegala bidang terutama
bidang politik, dengan membaca surat kabar masyarakat menjadi lebih paham
mengenai konsep politik itu sendiri, menjadikan masyarakat untuk berpikiran

5
https://wolipop.detik.com/tech-gadget/d-3324740/survei-nielsen-hanya-9-remaja-
indonesia-yang-masih-baca-media-cetak
6
https://www.kompasiana.com/atikaulfa/57d0cf73107f61443cd17127/media-sebagai-
sarana-politik
7
https://www.academia.edu/28483093/PEMANFAATAN_KARIKATUR_SEBAGAI_M
EDIA_KOMUNIKASI_POLITIK
8
http://berbagiilmublogspotcom.blogspot.com/2011/03/pengertian-media-cetak.html

2
lebih maju, dan menambah pengetahuan masyarakat mengenai perpolitikan,
pemahaman masyarakat akan politik ini dapat di aplikasikan dalam wujud
partisipasi, partisipasi dalam bentuk apa saja baik itu pemilihan umum, gotong
royong, ikut serta memajukan salah satu partai politik, ikut serta dalam rapat
mengenai pembangunan desa, aktif dalam organisasi politik, partisipasi dalam
diskusi politik informal, dan lain sebagainya.9
Hubungan antara media dengan politisi atau pemerintah sudah berjalan
sekian lama, dan hubungan itu bisa dikatakan tidak bisa dipisahkan antara
keduanya, bukan saja wartawan membutuhkan politisi atau pejabat pemerintah
sebagai sumber informasi (maker of news), tetapi juga para politisi maupun
pejabat pemerintah memerlukan media untuk menyampaikan pikiran-
pikirannya maupun kebijakan yang mereka ambil untuk kepentingan
orang banyak.10
Contoh kasus bisa kita lihat pada Pemilu tahun 2004 kemarin khususnya
Pemilu pemilihan presiden. Siapa yang sering terlihat di layar TV dari setiap
stasiun televisi, dialah yang berhasil menarik simpati masyarakat. Pada masa
Pemilu legislatif di TPS ada seorang nenek yang bertanya pada petugas TPS
untuk menunjukkan mana yang berlambang moncong putih yang akan dia
coblos. Dengan enteng nenek tersebut berargumen bahwa bukannya gambar
moncong putih yang harus dicoblos menurut iklan televisi dan yang sering
diingatnya. Juga atusias kaum ibu-ibu yang riuh dalam mencoblos foto SBY
sebagai idolanya bukan karena kesadaran politik.11
Kehadiran media dalam partai politik, sudah pasti akan memaikan
perannya sebagai pemilik media dan politisi dengan cara mengontrol
isi pemberitaan demi memuaskan kepentingan sang pemilik. Hal ini terjadi di
pemilihan presiden 2014. Dimana ada dua kandidat presiden yaitu Jokowi
Dodo-Jusuf Kalla, dan Prabowo-Hatta Rajasa. Kedua kandidat tersebut,

9
https://www.researchgate.net/publication/326036408_Surat_Kabar_Sebagai_Salah_Satu
_Media_Penyampaian_Informasi_Politik_pada_Partisipasi_Politik_Masyarakat
10
https://www.academia.edu/10126896/Pengaruh_Media_Massa_Dalam_Politik_Indonesi
a
11
http://hitamandbiru.blogspot.com/2012/08/media-massa-sebagai-alat-
komunikasi.html

3
memiliki tim kualisi yang salah satu anggotanya merupakan pemilik media
massa. Di kualisi Indonesia Hebat yaitu kubu Jokowi-Jusuf Kalla yaitu adanya
Surya Paloh yang diketahui sebagai pemilik Media Grop, sedangkan di kubu
Prabowo-Hatta Rajasa ada Aburizal Bakrie yang bergabung di kualisi Merah
Putih dan beliau adalah pemilik perusahaan media PT Visi Media Asia Tbk dan
juga Harry Tanoesudibjo sebagai CEO MNC Grup.12
Sumatera Ekspres dan Sriwijaya post, tentu saja kedua perusahaan yang
bergerak di bidang media cetak ini sudah sangat popular di daerah sumatera
selatan. Bahkan tak heran juga termasuk bacaan wajib bagi masyarakat
sumatera selatan yang setiap paginya selalu membaca koran.
Sumatera Ekspres dan Sriwijaya post adalah merupakan perusahan yang
besar di sumatera, hal ini tidak lah heran sebab kedua perusahaan ini adalah
pelopor bagi media surat kabar lainnya yang ada di sumatera selatan. Sumetera
ekpres menjadi salah satu surat media tertua di Palembang, yang kini telah
berumur lebih dari 31 tahun. Jadi tak heran jika banyak peminat dari surat
kabat tersebut.
Sumatera ekpres dan Sriwiaya post telah menjadi pepolor surat kabar di
Sumatera selatan tak heran banyak yang selalu mengikuti berita-beritanya
setiap hari yang berasal dari seluruh kalangan. Hal ini yang membuat para
pelaku politik tertarik akan kedua perusahaan media cetak ini karena minat
bacanya yang cukup tinggi. Selain murah surat kabar juga cukup efektif dalam
menyampaikan pesan-pesan persuasifnya sehingga ia bisa meningkatkan
citranya.
Berdasarkan hal ini lah peneliti beranjak dan ingin membahas tentang
strategi Sumatera ekspres serta Sriwijaya post dalam menyampaikan pesan
politik oleh para pelaku politik dalam meningkat citranya.

12
Saskia Yuli, Koalisi Pemilik Media Dalam Pilpres 2014, diakses pada 21 Desembern
2014, dalam (http://news.detik.com/read/2014/05/21/112917/2588071/103/koalisi-pemilik-media-
dalam-pilpres-2014)

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Sumatera ekspres dalam menyampaikan pesan politik
oleh para pelaku politik?
2. Bagaimana Strategi Sriwijaya post dalam menyampaikan pesan politik oleh
para pelaku politik?
C. Tujuan
Berdasarkan ruang lingkup masalah di atas, maka penelitian ini dilakukan

dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Sumatera ekspres dalam

menyampaikan pesan politik oleh para pelaku politik.

2. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi Sriwijaya post dalam

menyampaikan pesan politik oleh para pelaku politik.

D. Manfaat

Berdsarkan tujuan penelitian diatas dapat diketahui bahwa manfaat yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini akan menjadi landasan dan

pengembangan serta menambah pemahaman media cetak dalam

Penyamapian pesan komunikasi persuasif di rana politik.

2. Secara praktis

a. Bagi peneiti, penelitian ini sangat berguna dalam menambah

wawasan dan pengetahuan tentang komunikasi persuasif yang

disampaikan para pelaku politik di media cetak.

b. Bagi lembaga, menjadi bahan kajian bagi perusahaan media cetak

dalam memperbaiki kualitas dan mutu surat kabar.

5
E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini bertujuan bertujuan untuk mengetahui bagaimana

penyampaian komunikasi persuasif dimedia cetak dirana politik. Setelah

penulis mengadakan penelitian secara teratur, ada beberapa karya berupa jurnal

yang membahas media komunikasi dirana politik antara lain:

Pertama dalam jurnal yang ditulis oleh Azwar pada tahun 2017 yang

berjudul “Industri televise dan wajah buram politik Indonesia”. Berdasarkan

hasil penelitian menunjukkan bahwa yang bisa bisa masuk ke dalam panggung

politik adalah orang-orang yang mempunyai modal besar. Adapun perbedaan

pada penelitian diatas, yakni terdapat pada metode yang digunakan yaitu

metode kualitatif yang merupakan metode yang menekankan pada deskripsi

atau penjelasan.

Kedua, dalam jurnal yang ditulis oleh Emilsyah Nur pada tahun 2018 yang

berjudul “Media whatsapp sebagai ruang politik dalam menghadapi pilkada

serentak di kota Makasar tahun 2018”. Hasil penelitian ini pemanfaatan media

social untuk kampaye politik ternyata belum merata, nampaknya belum bisa

mengoptimalkan manfaat internet dan media sosial. Adapun perbedaan pada

penelitian diatas, yakni pada pembahasannya yang akan membahas bagaimana

para pelaku politik dalam menyampaikan pesan komunikasi persuasif di media

cetak.

Ketiga, dalam jurnal yang ditulis oleh Hanindyalaila Pienrasmi pada tahun

2015 yang berjudul “Pemanfaatan sosial media oleh praktisi publik relations

di Yogyakarta”. Hasil penelitian pemanfaatan media sosial di Yogyakarta

6
sangatlah bagus karena dapat digunakan sebagai salah satu strategi dalam

menarik minat masyarakat khususnya pemilu mudah. Adapun perbedaan pada

penelitian diatas, yakni komunikasi yang digunakan dalam penyampaian pesan

komunikasi persuasif oleh para pelaku politik.

Keempat, dalam jurnal yang ditulis oleh Mutia Rosdiana Helys dan S.W.E.

Handayani pada tahun 2016 yang berjudul “Efektivitas komunikasi dalam

penggunaan media sosial instragram sebagai media komunikasi dikalangan

mahasiswa fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas Surakarta”. Hasil

penelitian efektivitas komunikasi dari segi mempengaruhi sikap dinilai terbukti

dalam mempengaruhi sikap terhadap persepsi penggunaan instragram. Adapun

perbedaan penelitian diatas yakni pada pembahasan yang memanfaatkan media

cetak untuk sarana politik.

Kelima dalam jurnal yang ditulis oleh Eko Harry Susanto pada tahun 2017

yang berjudul “Media sosial sebagai pendukung jaringan komunikasi

politik”.hasil penelitian ini diulas dalam tiga subpembahasan: pertama

menyangkut fleksibelitas pemanfaatan media sosial. Kedua tentang teknologi

komunikasi merupakan kekuatan dari media sosial untuk berkembang pesat.

Ketiga tentang adanya perbedaan perilaku pengguna media. Adapun perbedaan

penelitian diatas yakni membahas komunikasi psikologi dalam media cetak.

F. Kerangka Teori
1. Pengertian komunikasi persuasif
Persuasi merupakan usaha untuk mengubah sikap melalui
penggunaan pesan, berfokus terutama pada karakteristik komunikator dan
pendengar. Sehingga komunikasi persuasif lebih jelasnya merupakan

7
komunikasi yang berusaha untuk mengubah sikap receiver melalui
penggunaan pesan yang dilakukan sender.
De Vito menjelaskan komunikasi persuasif dalam buku
Komunikasi Antarmanusia sebagai berikut: Pembicaraan persuasif
mengetengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat, memberikan
ilustrasi, dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan tetapi tujuan
pokoknya adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku, sehingga
penggunaan fakta, pendapat, dan himbauan motivasional harus bersifat
memperkuat tujuan persuasifnya.
Dari penjelasan tersebut, De Vito mengemukakan terdapat dua
macam tujuan atau tindakan yang ingin kita capai dalam melakukan
pembicaraan persuasif. Tujuan tersebut dapat berupa untuk mengubah
sikap atau perilaku receiver atau untuk memotivasi perilaku receiver.
2. Teori – teori efek komunikasi persuasif
a. The Bullet Theory atau Teori Peluru
Teori ini membahas tentang pengaruh media massa dalam
penyampaian pesan. Teori ini mengatakan bahwa media massa sangat
ampuh untuk mengubah prilaku publik. Konsep teori ini disebut juga
dengan teori Jarum Hipodermik/ Bolt Theory.
3. Sejarah
Dalam konteks komunikasi massa, studi mengenai efek media
massa diawali pada sekitaran tahun 1920an dan tahun 1930an. Teori jarum
hipodermik merupakan teori pertama yang pada umumnya mencoba untuk
menjelaskan efek media terhadap khalayak massa. Teori yang digagas oleh
Harold Lasswell pada tahun 1920 ini dikenal juga dengan berbagai nama
sebagaimana diutarakan oleh beberapa peneliti komunikasi yaitu teori
peluru oleh Wilbur Schramm, teori jarum hipodermik oleh David K.
Berlo, dan teori stimulus-respons oleh Melvin DeFleur dan Rokeach.
4. Asumsi Dasar
Asumsi teori ini berpendapat bahwa media memiliki efek terhadap
khalayak massa yang bersifat langsung, segera, dan sangat kuat. Studi

8
mengenai efek media massa yang berkembang selama rentang tahun
1920an dan 1930an menunjukkan bahwa teori jarum hipodermik
merupakan salah satu teori yang menggambarkan efek media massa yang
sangat kuat.
Pesan-pesan media massa berperan sebagai peluru atau jarum,
yang menembak secara langsung ke dalam pikiran setiap individu dan
memiliki konsekuensi mengubah perilaku khalayak massa.
Dengan demikian, intisari asumsi teori jarum hipodermik adalah
sebagai berikut :
 Manusia memberikan reaksi yang seragam terhadap stimuli atau
rangsangan.
 Pesan media secara langsung menyuntik atau menembak ke dalam
kepala dari setiap anggota populasi.
 Pesan diciptakan sedemikian rupa agar dapat mencapai respon atau
tanggapan yang diinginkan.
 Efek dari pesan media bersifat langsung, segera, dan sangat kuat
dalam menyebabkan perubahan perilaku manusia.
 Masyarakat atau publik tidak memiliki kekuatan untuk menghindar
dari pengaruh media .

Das könnte Ihnen auch gefallen