Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Kita sering mendengar banyak perusahaan yang terpuruk karena tata pemerintahan
sebuah perusahaan tersebut tidak baik sehingga banyak fraud atau praktik korupsi,
kolusi dan nepotisme (KKN) yang terjadi, sehingga terjadinya krisis ekonomi dan krisis
kepercayaan para investor, yang mengakibatkan tidak ada investor yang mau membeli
saham perusahaan tersebut. artinya, bisa dikatakan jika perusahaan tersebut tidak
menerapkan Corporate Governance dengan baik.
Sejarah lahirnya GCG muncul atas reaksi para pemegang saham di Amerika
Serikat pada tahun 1980-an yang terancam kepentingannya (Budiati, 2012). Maraknya
skandal perusahaan yang menimpa perusahaan – perusahaan besar, baik yang ada di
Indonesia maupun yang ada di Amerika Serikat, maka untuk menjamin dan
mengamankan hak-hak para pemegang saham, muncul konsep pemberdayaan
komisaris sebagai salah satu wacana penegakan GCG.
Diindonesia, konsep GCG mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997 krisis
yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya perusahaan-perusahaan
secara bertanggungjawab, serta mengabaikan regulasi dan sarat dengan praktek
(korupsi, kolusi, nepotisme) KKN (Budiati, 2012).
Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek
Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten
yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independent dan
membentuk komite audit pada tahun 1998, Corporate Governance (CG) mulai di
kenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia.
Berikut pengerti GCG menurut beberapa pakar sebagai berikut :
Menurut Cadbury Commitee of United Kingdom (1922) :” Seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)
perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan
internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan”.
Muh. Effendi (2009) dalam bukunya The Power of Good Corporate Governance,
pengertian GCG adalah suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki
tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui
pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam
jangka panjang.
Soekrisno Agoes (2006), Tata Kelola Perusahaan yang baik adalah : Sistem
yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi, pemegang saham, dan
pemangku kepentingan lainnya. Disebut juga sebagai suatu proses yang transparan atas
penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya dan penilaian kinerjanya. Wahyudi
Prakarsa (dalam Sukrisno Agoes,2006) menjelaskan tatakelola perusahaan yang baik
adalah “Mekanisme administratif yang mengatur hubungan-hubungan antara
manajemen perusahaan, komisaris, direksi, pemegang saham, dan kelompok-kelompok
kepentingan yang lain. Dimana hubungan ini dimanifestasikan dalam bentuk aturan
permainan dan sistem insentif sebagai kerangka kerja yang diperlukan untuk mencapai
tujuan perusahaan, cara pencapaian tujuan serta pemantauan kinerja yang dihasilkan”.
Dari pendapat pakar diatas dapat dikatakan bahwa good corporate governance
(GCG) adalah seperangkat peraturan yang mengatur, mengelola dan mengawasi
hubungan antara para pengelola perusahaan dengan stakeholders disuatu perusahaan
untuk meningkatkan nilai perusahaan. Perusahaan yang melakukan peningkatan pada
kualitas GCG menunjukan peningkatan penilaian pasar, sedangkan perusahaan yang
mengalami penurunan kualitas GCG, cenderung menunjukan penurunan pada penilaian
pasar (Cheung, 2011).
Manfaat GCG
Menurut Tjager dkk (2003) menjelaskan manfaat GCG sebagai berikut :
Berdasarka survey yang telah dilakukan oleh McKinsey & Company
menunjukkan bahwa para investor institusional lebih menaruh kepercayaan
terhadap perusahaan-perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG.
Berdasarkan berbagai analisis ternyata ada indikasi keterkaitan antara
terjadinya krisis financial dan krisis berkepanjangan di Asia denngan lemahnya
tata kelola perusahaan.
Internasionalisasi pasar – termasuk liberalisasi pasar financial dan pasar modal
menuntut perusahaan untuk menerapkan GCG.
Kalau GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis system ini dapat menjadi
dasar bagi beberkembangnya system nilai baru yang lebih sesuai dengan
lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah.
Secara teoris, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan. Menurut Mas
Ahmad Daniri (2005;14) jika perusahaan menerapkan mekanisme penerapan
Good Corporate Governance (GCG) secara konsisten dan efektif maka akan
dapat memberikan manfaat antara lain: (1) mengurangi agency cost, yaitu
suatu biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham akibat pendelegasian
wewenang kepada pihak manajemen; (2) mengurangi biaya modal (Cost of
Capital); (3) meningkatkan nilai saham perusahaan di mata publik dalam jangka
panjang; (4) menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan
perusahaan terhadap keberadaan perusahaan dan berbagai strategi dan
kebijakan yang ditempuh perusahaan.
Faktor Internal
Maksud faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktek GCG yang
berasal dari dalam perusahaan. Beberapa faktor dimaksud antara lain:
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung penerapan
GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu pada
penerapan nilai-nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah-kaidah
standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan untuk
menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak
dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahami
dan mengikuti setiap derap langkah perkembangan dan dinamika perusahaan dari
waktu ke waktu.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanan kata dalam bahasa inggris
adalah performance. Menurut Suyadi Prawirosentono mengatakan bahwa: “performance adalah hasil
kerja yang dapat dicapai oleh seorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi yang
bersangkutan secara legal dengan tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika”.
(1999:2) Untuk memutuskan suatu badan usaha atau perusahaan memiliki kualitas yang baik maka ada
dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat badan usaha atau
perusahaan tersebut telah menjalankan kaidah-kaidah manajemen yang baik.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan melihat sisi kinerja keuangan dan kinerja non keuangan .
Kinerja keuangan melihat pada laporan keuangan yang dimiliki perusahaan atau badan usaha yang
bersangkutan dan dari informasi yang diperoleh pada neraca, laporan labarugi dan laporan arus kas.
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan 8 aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.
Ada 5 tahap dalam menganalisis kinerja keuangan suatu perusahaan secara umum, yaitu:
a. Melakukan review terhadap data laporan keuangan.
b. Melakukan perhitungan.
c. Melakukan perbandingan terhadap hasil hitungan yang telah diperoleh.
d. Melakukan penafsiran terhadap berbagai permasalahan yang ditemukan.
e. Mencari dan memberikan pemecahan masalah terhadap berbagai permasalahan yang
ditemukan.
2. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Irham Fahmi Laporan Keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu informasi yang menggambarkan
tentang kinerja suatu perusahaan (2012:22). Lebih lanjut dijelaskan bahwa laporan keuangan pada
dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi
antar data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2001:2). Standar Akuntansi Keuangan disebutkan
bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri dari neraca, laporan laba- rugi, laporan
perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, 9 misalnya sebagai laporan arus
kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian
intregal dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang
berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga (2007:2).
Standar Akuntansi Keuangan, dijelaskan bahwa informasi laporan keuangan adalah untuk
menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang berguna bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi
(2007:3).
Menurut Munawir yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah: “Dua daftar yang disusun
oleh akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan, kedua daftar itu adalah neraca atau daftar
posisis keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi
kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar
laba yang tak dibagikan (laba ditahan).
Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari Neraca dan perhitungan laba-rugi serta laporan
perubahan modal, dimana neraca menunjukkan / menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari
suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan lab-rugi memperlihatkan hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang 10 terjadi pada periode tertentu dan laporan perubahan
modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal
perusahaan”(2001:5).
Pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Laporan Keuangan adalah ringkasan laporan
keuangan yang meliputi neraca,laporan rugi lab, laporan perubahan modal, catatan dan laporan lainnya.
Hasil dari pelaporan tersebut dapat digunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan untuk
memenuhi tujuan perusahaan serta sebagai laporan kepada pihak yang berkepentingan terhadap posisi
keuangan perusahaan ataupun perkembangan suatu perusahaan.