Sie sind auf Seite 1von 2

Review : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1407/Menkes/Sk/Xi/2002
Tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara
Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Menurut UU No 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12, Pencemaran lingkungan hidup adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya
Masalah pencemaran merupakan suatu masalah yang sangat populer, banyak dibahas
oleh kalangan masyarakat di seluruh permukaan bumi kita ini. Masalah pencemaran merupakan
suatu masalah yang sangat perlu mendapat penanganan secara serius oleh semua pihak untuk
dapat menanggulangi akibat buruk yang terjadi karena pencemaran, bahkan sedapat mungkin
untuk dapat mencegah jangan sampai terjadi pencemaran lingkungan. Salah satu masalah
pencemaran yang serius adalah pencemaran udara. Karena udara merupakan komponen penting
dalam kehidupan makhluk hidup khususnya manusia.
Polusi udara kota di beberapa kota besar di Indonesia telah sangat memprihatinkan.
Beberapa hasil penelitian tentang polusi udara dengan segala resikonya telah dipublikasikan,
termasuk resiko kanker darah. Namun, jarang disadari entah berapa ribu warga kota yang
meninggal setiap tahunnya karena infeksi saluran pernapasan, asma, maupun kanker paru-paru
akibat polusi udara kota. Meskipun sesekali telah turun hujan langit di kota-kota besar di
Indonesia tidak biru lagi. Udara kota telah dipenuhi oleh gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Diperkirakan dalam sepuluh tahun mendatang terjadi peningkatan jumlah penderita
penyakit paru-paru dan saluran pernapasan. Bukan hanya infeksi saluran pernapasan akut yang
kini menempati urutan pertama dalam pola penyakit diberbagai wilayah di Indonesia, tetapi juga
meningkatnya jumlah penderita penyakit asma dan kanker paru-paru.
Kesadaran masyarakat akan masalah pencemaran semakin meningkat. Berbagai
kalangan berlomba-lomba untuk melakukan upaya pencegahan maupun pengendalian
pencemaran lingkungan, khususnya udara demi kelangsungan hidup bersama. Pemerintah pun
juga tidak tinggal diam, salah satu bentuk upaya perintah adalah dengan menerbitkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1407/Menkes/Sk/Xi/2002 Tentang Pedoman
Pengendalian Dampak Pencemaran Udara.
Dalam peraturan tersebut dijelaskan mengenai langkah-langkah dalam mengendalikan
pencemaran udara, yaitu :
1. Perencananan
Sebagaimana tertulis dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan No. 1407 tahun 2002
tersebut, pemerintah mengupayakan pengendalian dampak pencemaran udara dengan
rencana kerja lima tahunan. Sedangkan untuk situasi darurat seperti kebocoran reaktor,
kebakaran hutan maupun gunung meletus penanggulangan nya diserahkan kepada
pemerintah daerah setempat.
2. Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan ini, dijelaskan secara rinci tahap-tahap perencanaan dalam
melaksanakan pengendalian pencemaran udara, meliputi :
1) Pengumpulan Data
2) Pengolahan dan Analisis Data
3) Penyajian Data
4) Upaya Tindak Lanjut
3. Penyiapan Sumber Daya Manusia
Pada bagian ini, ternyata pemerintah tidak hanya terfokus pada penyiapan sumber daya
manusia saja, dimana sumber daya manusia merupakan komponen utama dalam
penanggulangan pencemaran udara. Pemerintah mendorong semua pihak dilibatkan dalam
masalah ini, baik dari LSM, swasta maupun masyarakat umum. Tidak kalah pentingnya,
pemerintah juga menyoroti tentang peralatan-peralatan yang dapat menunjang upaya
penanggulangan ini, seperti pengukur debu, pengukur angka kuman, pengukur kadar gas
polutan dan peralataan pendukung data klimatologi seperti : suhu, kelembaban, cahaya, arah
dan kecepatan angin. Disini juga dijelaskan sumber dana, dimana dapat berasal dari :
a. Anggaran pemerintah (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah)
b. Bantuan Luar Negeri
c. Pihak pemrakarsa
d. Sumber lain yang tidak mengikat.
4. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan di daerah yang
bersangkutan dapat dilaksanakan, kegiatan ini dilakukan dilakukan enam bulan sekali dan
evaluasi dilakukan satu tahun sekali. Hasil monitoring dan evaluasi ini digunakan sebagai
bahan untuk penyusunan perencanaan pengendalian, pencemaran udara tahun berikutnya.
Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan kepada Kepala Pemerintahan Daerah setempat
dengan tembusan kepada instansi lain setingkat yang terkait dan Dinas Kesehatan Propinsi.
Selanjutnya disosialisasikan pada masyarakat agar dapat mengambil langkah-langkah upaya
tindak lanjut.

Das könnte Ihnen auch gefallen