Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
PENDAHULUAN
2.6 Pathway
2.7 Komplikasi
Atelektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru
yang terserang dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau
(jalan pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat menyebabkan
hipoksemia.
2.8 Manifestasi Klinis Atalektasis
Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya menyebabkan sesak nafas
yang ringan. Penderita sindroma lobus medialis mungkin tidak mengalami gejala sama
sekali, walaupun banyak yang menderita batuk-batuk pendek.
1. dispnea dengan pola nafas cepat dan dangkal
2. TakikardI
3. Sianosis
4. temperatur tinggi
5. Penurunan kesadaran atau syok
6. Bunyi perkusi redup
7. Pada atelektasis yang luas bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak
terdengar
8. Terdapat perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma
9. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak
diafragma mungkin meninggi
2.9 Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis biasanya ditegakkan berdasarkan klinis dan gambaran radiologis yang
jelas dari berkurangnya ukuran paru-paru (digambarkan dengan adanya penarikan tulang
iga, peninggian diafragma, penyimpangan dari trakea, jantung dan mediastinum dan sela
lobus kehilangan udara, di celah interlobus menjadi bergeser atau tidak pada tempatnya,
dan densitas pada lobus menjadi lebih opak, seperti pada bronkus, pembuluh darah
kelenjar limfe menjadi tidak beraturan. Dan pemeriksaan khusus misalnya dengan
bronkoskopi dan bronkografi, dapat degan tepat menetukan cabang bronkus yang
tersumbat.
2.10 Penatalaksanaan Atalektasis
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali
mengembangkan jaringan paru yang terkena.Tindakan yang biasa dilakukan :
1. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali
bisa mengembang
2. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui bronkoskopi maupun prosedur lainnya
3. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri insentif )
4. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
5. Postural drainase
6. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
7. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan
atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin
perlu diangkat. Setelah penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru
yang mengempis akan kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan
parut ataupun kerusakan lainnya.
Pemeriksaan bronkoskopi harus segera dilakukan, apabila atelektasis terjadi
karena penyumbatan oleh benda asing. Juga harus dilakukan pada atelektasis yang
terisolasi dan telah berlangsung lama. Pada saat itu pula sekaligus dilakukan penghisapan
lendir yang menyumbat bronkus tersebut. Pada pemeriksaan dengan bronkoskop
fiberoptik selain penghisapan lendir sekaligus dapat dilakukan pengambilan benda asing
yang menyumbat bronkus atau biopsi terhadap jaringan yang menyumbat yang dicurigai
sebagai penyebab obstruksi. Oksigen harus diberikan pada penderita yang sesak dan
sianotik.
Fisioterapi yang meliputi perubahan posisi, masase, latihan pernafasan, disertai
pemberian mukolitik yang tepat sangat membantu dalam pengembangan kembali paru
yang kempis. Kadang-kadang diperlukan juga respirator untuk melakukan ”Intermiten
Positive Pressure Breathing” (IPPB). Pada infeksi yang kronis harus dilakukan
pemeriksaan bakteriologis byang lebih teliti. Jika dengan pengobatan tersebiut di atas
belum juga membawa perbaikan, dapat diulang pemeriksaan bronkoskopi dan pemberian
antibiotika. Kadang-kadang diperlukan juga bronkodilator dan kortikosteroid untuk
membantu pengeluaran lendir.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
An.B brumur 8thn, didiagnosa medis: atelektasis dibawa ke rumah sakit dengan
keluhan sesak nafas. Adanya sianosis dan batuk-batuk disertai dengan demam tinggi.
Kesadaran menurun disertai riwayat kejang demam (seizure). Kesadaran : Tidak
komposmentis, BB : 28 Kg, TB :117 Cm .Tanda-tanda vital:TD :100/80 mmHg, ND:
50/menit, RR:14/menit, S : 36,5 °C.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Biodata
a. Identitas Klien:
1. Nama : An. B
2. Umur : 8 th
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Suku/bangsa : Indonesia
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SD
7. Pekerjaan :-
8. Alamat : Jl.Padang harapan, suka jaya, Sumatra
9. Tanggal masuk RS : 22 November 2012
10. Tanggal Pengkajian : 23 November 2012
11. Diagnosa medis : Atalaksis
12. No reg : 0012
13. Ruangan : Melati
14. Rumah sakit : Bhayangkara
15. Catatan kedatangan : kursi roda ( ), Ambulan ( ), Brankar ( √ )
b. Keluarga Penanggung:
1. Nama/Umur : Tn E/ 30
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Status : Menikah
4. Agama : Islam
5. Suku bangsa : Indonesia
6. Pendidikan : S1
7. Pekerjaan : PNS
8. Hubungan dengan Klien : Orang tua
9. Alamat : Jl Padang Harapan, suka jaya, Sumatra
3.1.2 Riwayat Kesehatan
Keluhan utama : Sesak napas.
Riwayat kesehatan sekarang : Klien mengatakan dua hari sebelum masuk
rumah sakit awalnya ia mengalami kehilangan nafsu makan dan mual
muntah, kemudian sesak nafas. Klien kemudian dibawa oleh keluarga ke RS
terdekat. Sesampainya di RS klien langsung ditangan oleh dokter dan
perawat.
Riwayat kesehatan dahulu : Klien mengatakan bahwa ia sangat rentan
terhadap virus influenza, oleh karena itu iya sering mengalami influernza.
Riwayat Kesehatan keluarga : Klien mengatakan bahwa di dalam keluarga
tidak ada yang menderita penyakit menurun.
3.2 Pola Aktifitas Sehari-hari
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Persepsi terhadap penyakit : Pasien merasakan dengan penyakit yang ia alami
menyebabkan hilangnya kenyamanan.
Sering terjadi sesak napas.
2. Pola nutrisi dan metabolism
Diet/suplemen khusus : pasien biasa mengkonsumsi minuman ringan seperti fanta,
pepsi,coca-cola, sprite.
Intruksi diet sebelumnya : belum ada intruksi diet sebelumnya.
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : pasien mengalami stomatitis,
mual danmuntah.
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir(naik/turun) : BB pasien menurun sebanyak 5 kg (33 kg
menjadi28 kg).
Kesulitan menelan (disfagia) : ada
Gigi (lenkap/tidak,gigi palsu) : lengkap
Riwayat masalah kulit/penyembuhan : tidak ada
Jumlah minimum/24 jam dan jenis (kehausan yang sangat): tidak ada
Frekuensi makan : menurun (2x sehari)
Jenis makanan : Karbohidrat, protein, lemak
Pantangan/alergi : pasien tidak boleh makan-
makanan yang berminyak seperti goreng-gorengan.
3. Pola Eliminasi
Buang air besar (BAB) :
Frekuensi : 1x/hari
Waktu : pagi hari
Warna : kuning
Konsistensi : lunak
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak terdapat kesulitan
Buang air kecil (BAK) :
Frekuensi : 4-6x/hari
Warna : kuning jernih
Kesulitan : tidak ada
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri :
0 = Mandiri 3 = Dibantu orang lain dan peralatan
1 = Dengan alat bantu 4 = Ketergantungan/ tidak mampu
2 = dibantu orang lain
Kegiatan / aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum √
Mandi √
Berpakaian/ berdandan √
Toileting √
Mobilisasi di tempa tidur √
Berpindah √
Berjalan √
2. Ds : Gangguan
Keluarga pasien mengatakan pertukaran gas
sesak saat bernafas.
Do :
Pasien terlihat lemah.
Bunyi nafas ronki
Bunyi nafas pasien melemah
Frekwensi nafas pasien
>16x/m
3. Ds: Anoreksia
Keluarga pasien mengatakan
pasien sering muntah dan tidak
nafsu makan.
Do:
pasien terlihat lemah dan pucat
15.00 1 S:-
Memberikan terapi medik O: sputum kembali
sesuai program mengencer dan keluar
17.00 3 (penggunaan nebulizer) S:klien mengatakan sudah
Berikan diit yang sesuai bisa merasakan makanannya
O:klien tampak membaik
20.00 1,2 S: klien mengatakan “ya”
Mengatur posisi O:klien terlihat tenang
semifowler RR: 18x/menit
21.00 1,2 S:-
O: tidak ada suara tambahan
Mengauskultasi bunyi ronkhi
pernafasaan klien saat tidur
3 Minggu, 1 Mengobservasi TTV S:-
25-11-2012 O: TD: 120/80mmHg
07.00 N: 80x/menit
S: 36,5⁰C
RR: 18x/menit
3 Berikan nutrisi yang sesuai S: klien mengatakan
makannya hampir habis 1
porsi
O: klien tampak membaik,
09.00 1 Memberikan terapi medik mukosa tidak kering.
sesuai program S:-
(menggunakan nebulizer) O: sisa sputum keluar
3.8 EVALUASI
No. Tanggal/jam No. EVALUASI TTD
Dx
1 24-09-2012 1,2 S: klien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang
07.00 O: RR ; 20x/menit
- Capillary refill 2detik
- Suara ronkhi terdengar pelan
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
- Ajarkan teknik relaksasi
- Berikan terapi oksigen 3l/menit
- Berikan terapi nebuliszer (combiven dan
bisolvon 1cc)
3 S: klien mengatakan tidak nafsu makan
O: wajah terlihat pucat, mukosa kering
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
2 25-09-2012 1,2 S: klien mengatakan tidak sesak lagi
07.00 O: RR 18x/menit
- Klien terlihat segar dan nyaman
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
3 S: Klien mengatakan nafsu makan sedikit meningkat
O: klien terlihat tenang dan masih lemah
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
sangat dangkal. Penyebab dari atelektasis bisa bersifat obstruktif maupun non-
obstruktif.Penyebab obstruktif bisa berasal dari dalam saluran pernafasan maupun dari
luar saluran pernafasan. Sedangkan penyebab non-obstruktif bisa disebabkan oleh
adanya kompresi jaringan paru atau pengembangan alveoli yang tidak sempurna dan
akhirnya mengalami kolaps.
Diagnosa atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan hasil pemeriksaan
fisis. Secara radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus.
1.2 Saran
1.2.1 Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang
atelektasis dan problem solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan
informasi atau health education mengenai atelektasis kepada para orangtua
terhadap anak yang utama.
1.2.2 Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya
atelektasis dan meningkatkan pencegahan.