Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DISUSUN OLEH :
Assalamu’alaikumWr.Wb.
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan berbagai nikmat dan kesehatan serta kekuatan, sehingga bisa menyusun
makalah ini. Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu pemenuhan tugas Blok
Keperawatan Medikal Bedah 2. Makalah ini sudah penulis susun semaksimal mungkin,
tapi terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Mohon maaf apabila makalah ini
jauh dari kesempurnaan, karena sesungguhnya, kesempurnaan hanya milik Allah, dan
saya di sini hanya sebagai mahasiswa yang masih belajar dan berusaha untuk memenuhi
tugas dalam perjalanan saya selama belajar. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang dengan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya dan dapat berguna khususnya bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya.
Sinusitis atau dapat juga disebut rhinosinusitis menurut EP3OS tahun 2007
adalah inflamasi atau peradangan yang terjadi di mukosa hidung dan sinus
paranasal, dengan disertai gejala merasakan buntu pada hidung (nasal
blockage/obstruction/congestion) atau nasal discharge (anterior/posterior nasal
drip), nyeri pada wajah, dan hilangnya indra penciuman. Menurut waktunya
sinusitis dibagi menjadi dua, yaitu sinusitis akut bila keluahan yang terjadi
kurang dari 12 minngu dan sinusitis kronis bila keluhan terjadi selama lebih dari
12 minggu (Augesti dkk, 2016)
B. Faktor resiko, etiologi, patofsiologi, tanda dan gejala, masalah keperawatan dan
Mind Map
1. Factor resiko
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Sinus maksila disebut juga antrum high more, merupakan sinus yang
sering terinfeksi, oleh karena 1) Merupakan sinus paranasal yang
terbesar; 2) Letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar, sehingga aliran
sekret atau drainase dari sinus maksila hanya tergantung dari gerakan
silia; 3) Dasar sinus maksila adalah dasar akar gigi (prosesus alveolaris),
sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksila; 4) ostium
sinus maksila terletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris
yang sempit, sehingga mudah tersumbat.Kesehatan sinus dipengaruhi
oleh patensi ostium-ostium sinus dan lancarnya klirens mukosiliar
(mucociliary clearance) di dalam kompleks osteomeatal. Sinus dilapisi
oleh sel epitel respiratorius. Lapisan mukosa yang melapisi sinus dapat
dibagi menjadi dua yaitu lapisan viscous superficial dan lapisan serous
profunda. Cairan mukus dilepaskan oleh sel epitel untuk membunuh
bakteri maka bersifat sebagai antimikroba serta mengandungi zat-zat
yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman
yang masuk bersama udara pernafasan. Cairan mukus secara alami
menuju ke ostium untuk dikeluarkan jika jumlahnya berlebihan. Faktor
yang paling penting yang mempengaruhi patogenesis terjadinya sinusitis
yaitu apakah terjadi obstruksi dari ostium. Jika terjadi obstruksi ostium
sinus akan menyebabkan terjadinya hipooksigenasi, yang menyebabkan
fungsi silia berkurang dan epitel sel mensekresikan cairan mukus dengan
kualitas yang kurang baik. Disfungsi silia ini akan menyebabkan retensi
mukus yang kurang baik pada sinus. (Augesti dkk, 2016)
4. Tanda dan gejala
Dalam (Augesti dkk, 2016) terdaat beberapa tanda dan gejala penyakit
sinusitis seperti:
a) Sakit kepala
b) Suhu tubuh 38 c
c) Hidung tersumbat dan keluar cairan berwarna hijau atau kekuningan
berbau busuk
d) Nyeri pada bagian wajah dan nyeri saat ditekan
e) Kehilangan indra penciuman
f) Nafas berbau (halitosis)
5. Masalah keperawatan
6. Mind maps
C. Pengkajian, pemriksaan fisik, pemeriksaan penunjang
1. Pengkajian
a) Obstruksi nasal
c) Abnormalitas penciuman
2. Pemeriksaan fisik :
1. Rinoskopi anterior
3. Pemeriksaan penunjang:
1. Terapi Medikamentosa
a) Antibiotika,
b) Antiinflamatori dengan menggunakan kortikosteroid topikal atau
sistemik
c) Terapi penunjang lainnya seperti obat pencuci hidung
2. Terapi Pembedahan
a) Sinus maksila:
1) Irigasi sinus (antrum lavage)
2) Nasal antrostomi
3) Operasi Caldwell-Luc
b) Sinus etmoid:
1) Etmoidektomi intranasal, eksternal dan transantral
c) Sinus frontal:
1) Intranasal, ekstranasal
2) Frontal sinus septoplasty
3) Fronto-etmoidektomi
d) Sinus sfenoid :
1) Trans nasal
2) Trans sfenoidal
e) FESS (functional endoscopic sinus surgery), dipublikasikan
pertama kali oleh Messerklinger tahun 1978. Indikasi tindakan
FESS adalah:
1) Sinusitis (semua sinus paranasal) akut rekuren atau kronis
2) Poliposis nasi
3) Mukokel sinus paranasal
4) Mikosis sinus paranasal
5) Benda asing
6) Osteoma kecil
7) Tumor (terutama jinak, atau pada beberapa tumor ganas)
8) Dekompresi orbita / n.optikus
9) Fistula likuor serebrospinalis dan meningo ensefalokel
10) Atresia koanae
11) Dakriosistorinotomi
12) Kontrol epistaksis
13) Tumor pituitari, ANJ, tumor pada skull base
E. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d mucus berlebih, infeksi
3. Cemas b.d ancaman terhadap atau perubahan dalam status kesehatan
F. NOC & NIC
G. EBN
Augesti, G., Oktarlina, R. Z., & Imanto, M. (2016). Sinusitis Maksilaris Sinistra
Akut Et Causa Dentogen. JPM (Jurnal Pengabdian Masyarakat) Ruwa
Jurai, 2(1), 33-37.
Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008). Nursing
Outcomes Classsification (NOC) (5th ed.). United states of America: M0sby
Elsevier.