Sie sind auf Seite 1von 33

Pengertian APBN

Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintah
negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Daftar anggaran yang mengandung
penerimaan sistematis dan rinci dan rencana pengeluaran untuk tahun fiskal negara 1 Januari – 31
Desember. Anggaran, perubahan dalam APBN, dan akuntabilitas anggaran negara setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang tersebut.

Prinsip-prinsip Penyusunan APBN


Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN, ada
tiga, yaitu :
 Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan deposit.
 Intensifikasi penagihan dan pengumpulan negara piutang.
 Penuntutan kompensasi atas kerugian yang diderita oleh negara dan denda penuntutan.
Berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah
:
 Menyimpan, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan.
 Sutradara, dikendalikan, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
 Sebisa mungkin menggunakan produk dalam negeri dengan memperhatikan kemampuan atau
potensi nasional.
Fungsi APBN
Anggaran merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan juga pendapatan negara untuk
membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi,
meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas perekonomian, dan menentukan arah dan
prioritas pembangunan secara umum.
Anggaran memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi.
Semua penerimaan dan pengeluaran adalah hak bahwa tugas negara dalam suatu tahun anggaran
harus dimasukkan dalam APBN. Pendapatan Surplus dapat digunakan untuk membiayai belanja
publik tahun fiskal berikutnya.
 Fungsi otorisasi, menyiratkan bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja untuk tahun ini, dengan demikian, pengeluaran atau pendapatan bertanggung
jawab kepada rakyat.Perencanaan fungsi, menyiratkan bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan untuk tahun ini. Ketika pengeluaran pra-
direncanakan, maka negara dapat membuat rencana untuk mendukung belanja ini. Sebagai contoh,
telah direncanakan dan dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai
sekian miliar. Dengan demikian, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan
proyek tersebut agar berjalan lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk menilai apakah
kegiatan organisasi pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Dengan demikian
akan mudah bagi orang untuk menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk
keperluan tertentu itu dibenarkan atau tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas
perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan.
 Fungsi stabilisasi, yang berarti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara
dan mengupayakan keseimbangan fundamental ekonomi.
Tujuan APBN
Tujuan APBN adalah untuk memandu anggaran pendapatan negara dan belanja negara dalam
melaksanakan kegiatan negara untuk meningkatkan produksi dan kesempatan kerja, dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bagi rakyat.

Asas-asas APBN
APBN sendiri disusun dengan berdasarkan asas-asas :
 Kemerdekaan, yaitu meningkatkan sumber pendapatan dalam negeri.
 Tabungan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas.
 Memperbaiki prioritas pembangunan.
 Berfokus pada prinsip-prinsip dan hukum negara.
Pendapatan Negara
Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
 Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi
 Kebijakan pendapatan negara
 Kebijakan pembangunan ekonomi
 Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum
 Kondisi dan kebijakan lainnya.
Contohnya, target penerimaan negara dari SDA migas turut dipengaruhi oleh besaran asumsi lifting
minyak bumi, lifting gas, ICP, dan asumsi nilai tukar. Target penerimaan perpajakan ditentukan oleh
target inflasi serta kebijakan pemerintah terkait perpajakan seperti perubahan besaran pendapatan
tidak kena pajak (PTKP), upaya ekstensifikasi peningkatan jumlah wajib pajak dan lainnya.

Penerimaan Perpajakan
 Pendapatan Pajak Dalam Negeri.
 Pendapatan pajak penghasilan (PPh).
 Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah.
 Pendapatan pajak bumi dan bangunan.
 Pendapatan cukai.
 Pendapatan pajak lainnya.
 Pendapatan Pajak Internasional.
 Pendapatan bea masuk.
 Pendapatan bea keluar.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
 Penerimaan sumber daya alam.
 Penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas).
 Penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA nonmigas).
 Pendapatan bagian laba BUMN.
 Pendapatan laba BUMN perbankan.
 Pendapatan laba BUMN non perbankan.
PNBP lainnya
 Pendapatan dari pengelolaan BMN.
 Pendapatan jasa.
 Pendapatan bunga.
 Pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi.
 Pendapatan pendidikan.
 Pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi.
 Pendapatan iuran dan denda.
Pendapatan BLU
 Pendapatan jasa layanan umum.
 Pendapatan hibah badan layanan umum.
 Pendapatan hasil kerja sama BLU.
 Pendapatan BLU lainnya.
Siklus Anggaran
Siklus APBN (Anggaran) adalah rangkaian kegiatan dalam proses penganggaran yang dimulai ketika
anggaran negara tersebut mulai disusun dengan perhitungan anggaran disahkan oleh hukum. Ada 5
tahap utama dalam siklus anggaran negara di Indonesia.
Dari tahap kelima, tahap ke-2 (kedua) dan 5 (lima) dilakukan bukan oleh pemerintah, yaitu masing-
masing tahap kedua penetapan / persetujuan dari APBN dilaksanakan oleh Parlemen (legislatif), dan
tahap kelima dan pemeriksaan akuntabilitas yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Sementara tahapan lain yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Pelaporan dan Pencatatan Anggaran
Tahap pelaporan dan Anggaran rekaman diselenggarakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan
APBN, 1 Januari – 31 Desember. Laporan keuangan pemerintah yang dihasilkan oleh proses
akuntansi, dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan pemerintah yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca dan Laporan Arus Kas, dan catatan atas laporan
keuangan.
Inspeksi dan Akuntabilitas Anggaran
Tahap terakhir adalah tahap siklus anggaran negara dan akuntabilitas pemeriksaan yang dilakukan
setelah tahap implementasi berakhir (t + 1 Anggaran), sekitar bulan Januari-Juli. Sebagai contoh, jika
APBN dilaksanakan pada tahun 2013, pemeriksaan dan pertanggungjawaban yang dilakukan pada
tahun 2014. Pemeriksaan ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Akuntabilitas pengelolaan dan pelaksanaan anggaran negara secara keseluruhan untuk tahun fiskal,
Presiden mengajukan rancangan undang-undang tentang pertanggungjawaban APBN kepada DPR
dalam bentuk laporan keuangan yang telah diaudit BPK, selambat-lambatnya enam (6) bulan setelah
tahun fiskal berakhir.

Pengertian APBN
APBN adalah suatu daftar yang memuat rincian pendapatan dan
pengeluaran pemerintah pusat dalam jangka waktu satu tahun (1
Januari– 31 Desember) pada tahun tertentu, yang ditetapkan dengan
undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung
jawab untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat. APBN adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat.

Tujuan Penyusunan APBN


Pada dasarnya tujuan dari penyusunan APBN ialah sebagai pedoman penerimaan dan
pengeluaran negara dalam melaksanakan tugas kenegaraan untuk meningkatkan produksi,
memberi kesempatan kerja, dan menumbuhkan perekonomian, untuk mencapai kemakmuran
masyarakat. Selain itu, penyusunan APBN juga memiliki tujuan untuk:

1. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah kepada DPR dan


masyarakat luas.

2. Meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah.

3. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal.

4. Memungkinan pemerintah memenuhi prioritas belanja.

5. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam menyediakan barang dan jasa publik
melalui proses pemrioritasan.

Fungsi APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memiliki tiga fungsi.

a. Fungsi alokasi

APBN memuat rincian penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pendapatan yang dihimpun
pemerintah selanjutnya digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah di segala
bidang sesuai dengan kebutuhan.

Perolehan pajak, misalnya, dialokasikan pemerintah untuk membangun sarana dan prasarana
pendidikan, jalan, jembatan dan kepentingan umum lainnya.

b. Fungsi distribusi

APBN yang diperoleh dari berbagai sumber penerimaan oleh pemerintah, kemudian
didistribusikan kembali kepada masyarakat, berupa subsidi, premi, dan dana pensiun.
c. Fungsi stabilitas

Pelaksanakan APBN yang sesuai dengan alokasi yang telah ditentukan (tertib anggaran) akan
dapat menjaga kestabilan arus uang dan arus barang sehingga dapat mencegah fluktuasi dalam
perekonomian nasional. Dengan kata lain, menciptakan kestabilan perekonomian nasional.

Prinsip dan Asas Penyusunan APBN


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut.

a. Prinsip anggaran berimbang, yaitu sisi penerimaan sama dengan sisi pengeluaran, defisit
anggaran ditutup bukan dengan mencetak uang baru, melainkan dengan pinjaman luar negeri.

b. Prinsip dinamis

1. Anggaran dinamis absolut, yaitu peningkatan jumlah tabungan pemerintah dari tahun ke tahun
sehingga kemampuan menggali sumber dalam negeri bagi pembiayaan pembangunan dapat
tercapai.

2. Anggaran dinamis relatif, yaitu semakin kecilnya persentase ketergantungan pembiayaan


terhadap pinjaman luar negeri.
Loading...
c. Prinsip fungsional, yaitu pinjaman luar negeri hanya untuk membiayai pengeluaran pembangunan, bukan
untuk membiayai pengeluaran rutin. Semakin dinamis anggaran dalam pengertian relatif, semakin baik tingkat
fungsionalitas terhadap pinjaman luar negeri.

Asas yang digunakan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara meliputi:

 Asas kemandirian, artinya pembiayaan negara didasarkan atas kemampuan negara, sedangkan
pinjaman luar negeri hanya sebagai pelengkap;
 Asas penghematan atau peningkatan efisiensi dan produktivitas;
 Asas penajaman prioritas pembangunan, artinya mengutamakan pembiayaan yang lebih bermanfaat.

Proses Penyusunan APBN


Sejak disahkannya UU No.17/2003 tentang Keuangan Negara dan UU No.1/2004 tentang Perbendaharaan
Negara, pengelolaan APBN mengalami perubahan dalam proses penganggaran, dari perencanaan hingga
pelaksanaan anggaran. Berikut tahapan proses perencanaan dan penyusunan APBN.

a. Tahap pendahuluan
1. Tahap awal mempersiapkan rancangan APBN oleh pemerintah meliputi penentuan asumsi dasar APBN,
perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas, dan penyusunan budget exercise. Asumsi dasar APBN
meliputi:

 pertumbuhan ekonomi,
 tingkat inflasi,
 nilai tukar rupiah,
 suku bunga SBI tiga bulan,
 harga minyak internasional, dan
 lifting.

2. Mengadakan rapat komisi antarkomisi masing-masing dengan mitra kerjanya (departemen/lembaga teknis).

3. Melakukan proses finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah.

b. Tahap pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN

1. Tahapan ini dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan.

2. Selanjutnya, membahas baik antara menteri keuangan dan panitia anggaran DPR maupun antara komisi-
komisi dan departemen/ lembaga teknis terkait.

3. Hasil dari pembahasan berupa UU APBN memuat satuan anggaran sebagai bagian tidak terpisahkan dari
UU tersebut.

Satuan anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan alokasi dana per departemen/lembaga, sektor,
subsektor, program, dan proyek/kegiatan.

4. Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan, departemen/lembaga mengajukan Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada Departemen Keuangan dan Bappenas untuk
kemudian dibahas menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan diverifikasi sebelum proses
pembayaran. Proses ini harus diselesaikan dari Oktober hingga Desember.

5. Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa Keputusan Presiden (Kepres) sebagai Pedoman
Pelaksanaan APBN.

Dalam melaksanakan pembayaran, kepala kantor/pimpinan proyek di masing-masing kementerian dan


lembaga mengajukan Surat permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara (KPPN).

c. Tahap pengawasan APBN

1. Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas fungsional baik eksternal
maupun internal pemerintah.

2. Sebelum berakhirnya tahun anggaran (sekitar bulan November), pemerintah melalui Menteri Keuangan
membuat laporan pertanggung jawaban pelaksanaan APBN dan melaporkannya dalam bentuk Rancangan
Perhitungan Anggaran Negara (RUU PAN) yang paling lambat dilakukan lima belas bulan setelah berakhirnya
pelaksanaan APBN tahun anggaran yang bersangkutan.
Laporan ini disusun atas dasar realisasi yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa keuangan (BPK). Apabila
hasil pemeriksaaan perhitungan dan pertanggung jawaban pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN
disetujui oleh BPK, RUU PAN tersebut diajukan kepada DPR untuk mendapat pengesahan menjadi UU
Perhitungan Anggaran Negara (UU PAN) tahun anggaran bersangkutan.

Struktur APBN

Format APBN yang sekarang ini sudah disesuaikan dengan format I-Account GFS IMF Standard, yang terdiri
dari tiga unsur pokok, yaitu

1. sisi penerimaan,
2. sisi pengeluaran, dan
3. sisi pembiayaan.

Apakah kalian sudah membaca APBN negara kita tahun ini?

Tabel: APBN 2002-2006


(Dalam Triliun Rupiah)
Mekanisme Penyusunan APBN atau APBD
emaze.com
APBD adalah salah satu anggaran atau rencana keuangan tahunan yang
dilakukan terhadap pemerintah daerah .melalui dewan perwakilan rakyat daerah
sekitar, hanya untuk menetapkan peraturan dan terhadap kebijakan di sekitar
daerah.

APBD hanya untuk dijadikan sebagai pedoman penerimaan pengeluaran negara


sehingga akan mendapat melaksanakan tugas negara untuk menumbuhkan
perekonomian nasional, atau peningkatan produksi, dan mencapai kemakmuran
yang diinginkan oleh masyarakat sekitar. Berikut ini rancangan dalam
melaksanakan APBD ada beberapa tahapan antara lain.

 Menyusun rancangan kerja pemerintahan daerah, penyusunan dijelaskan


menggunakan dengan bahan dari rencana kerja dalam waktu satu tahun lalu
ditetapkan dengan peraturan dengan kepala daerah.
 Menyusun kebijakan terhadap umum apbd untuk disusun sekretariat daerah
kepada kepala daerah dan diberitahu juga dengan dewan perwakilan rakyat
daerah hanya untuk disepakati.
 Menyusun surat edaran kepada kepala daerah hanya untuk disebarkan dan
mencakup prioritas terhadap pembangunan daerah atau program kerja yang
terkait.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana


keuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBNberisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan
dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31
Desember). APBN, Perubahan APBN, dan Pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan
Undang-Undang.
2. Fungsi sumber penerimaan dan pengeluaran APBN
Fungsi APBN
APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus
penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun
anggaran berikutnya.

 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepadarakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar
bisa berjalan dengan lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan
atau tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi
dan efektivitas perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Sumber penerimaan APBN
Penerimaan APBN diperoleh dari berbagai sumber yaitu :

 Penerimaan pajak yang meliputi


1. Pajak Penghasilan (PPh),
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB),
4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) &Cukai, dan
5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan (bea masuk dan pajak/pungutan
ekspor)
 Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) meliputi
 Penerimaan dari sumber daya alam,
 Setoran laba BUMN,
 Penerimaan bukan pajak lainnya,
Belanja Negara
Belanja terdiri atas dua jenis:

1. Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan untuk


membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat, baik yang dilaksanakan di
pusat maupun di daerah (dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja
Pemerintah Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi BBM dan Subsidi Non-
BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial (termasuk Penanggulangan Bencana), dan
Belanja Lainnya.
2. Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah,
untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan.
Belanja Daerah meliputi:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Dana Otonomi Khusus.
Pembiayaan
Pembiayaan meliputi:

1. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan Perbankan,


Privatisasi, Surat Utang Negara, serta penyertaan modal negara.
2. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
1.
1. Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas Pinjaman Program dan
Pinjaman Proyek
2. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas Jatuh
Tempo dan Moratorium.

3.Mekanisme penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban APBN


Penyusunan APBN
Pemerintah mengajukan Rancangan APBN dalam bentuk RUU tentang APBN kepada
DPR. Setelah melalui pembahasan, DPR menetapkan Undang-Undang tentang APBN
selambat-lambatnya 2 bulan[1] sebelum tahun anggaran dilaksanakan.

Pelaksanaan APBN
Setelah APBN ditetapkan dengan Undang-Undang, pelaksanaan APBN dituangkan lebih
lanjut dengan Peraturan Presiden.

Berdasarkan perkembangan, di tengah-tengah berjalannya tahun anggaran, APBN dapat


mengalami revisi/perubahan. Untuk melakukan revisi APBN, Pemerintah harus
mengajukan RUU Perubahan APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.Perubahan
APBN dilakukan paling lambat akhir Maret, setelah pembahasan dengan Badan
anggaran DPR.[2]
Dalam keadaan darurat (misalnya terjadi bencana alam), Pemerintah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya.

Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN


Selambatnya 6 bulan setelah tahun anggaran berakhir, Presiden menyampaikan RUU
tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN kepada DPR berupa Laporan
keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan.

4.Peranan APBN dalam membangun daerah, salah satu pembiayaan dari apbn adalah
belanja daerah, Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke Pemerintah Daerah,
untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan, oleh karena
itu apbn memiliki peranan yang sangat vital terhadap pembangunan daerah. Karena
semakin besar dana yang di alirkan pemerintah pusat maka pembangunan daerah akan
semakin pesat.

5.Teori mengenai APBN


Fungsi APBN

APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam
rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, mencapai
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabitas
perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.

APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan


stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran yang menjadi
kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Surplus
penerimaan negara dapat digunakan untuk membiayai pengeluaran negara tahun
anggaran berikutnya.

 Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk
melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan, Dengan
demikian, pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepadarakyat.
 Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi
pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila suatu
pembelanjaan telah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat rencana-
rencana untuk medukung pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah direncanakan dan
dianggarkan akan membangun proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar.
Maka, pemerintah dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar
bisa berjalan dengan lancar.
 Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk menilai apakah
tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan tertentu itu dibenarkan
atau tidak.
 Fungsi alokasi, berarti bahwa anggaran negara harus diarahkan untuk
mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta meningkatkan efesiensi
dan efektivitas perekonomian.
 Fungsi distribusi, berarti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan
rasa keadilan dan kepatutan
 Fungsi stabilisasi, memiliki makna bahwa anggaran pemerintah menjadi alat
untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Prinsip penyusunan APBN
Berdasarkan aspek pendapatan, prinsip penyusunan APBN ada tiga, yaitu:

 Intensifikasi penerimaan anggaran dalam jumlah dan kecepatan penyetoran.


 Intensifikasi penagihan dan pemungutan piutang negara.
 Penuntutan ganti rugi atas kerugian yang diderita oleh negara dan penuntutan
denda.
Sementara berdasarkan aspek pengeluaran, prinsip penyusunan APBN adalah:
 Hemat, efesien, dan sesuai dengan kebutuhan.
 Terarah, terkendali, sesuai dengan rencana program atau kegiatan.
 Semaksimah mungkin menggunakan hasil produksi dalam negeri dengan
memperhatikan kemampuan atau potensi nasional.
Azas penyusunan APBN
APBN disusun dengan berdasarkan azas-azas:

 Kemandirian, yaitu meningkatkan sumber penerimaan dalam negeri.


 Penghematan atau peningkatan efesiensi dan produktivitas.
 Penajaman prioritas pembangunan
 Menitik beratkan pada azas-azas dan undang-undang negara
6.Peranan APBN dalam pertumbuha yang kemudian di n dan pembangunan daerah
sangat besar, apbn memberikan sumbangan ke daerah masukkan kedalam apbd daerah
masing-masing, APBD daerah tersebut akan dialokasikan untuk membiayai pengeluaran
daerah termasuk pembangunan infrastruktur berupa jalan-jalan, dan sarana kebutuhan
masyarakat lainnya seperti sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Dengan demikian jelaslah
bahwa apbn memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pembangunan daerah.

1.3. Tujuan Penyusunan APBN dan APBD

Tujuan penyusunan APBN atau APBD adalah sebagai pedoman penerimaan dan
pengeluaran negara atau daerah, agar terjadi keseimbangan yang dinamis,
demi tercapainya peningkatan produksi, peningkatan kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Adapun tujuan akhirnya adalah
mencapai masyarakat yang adil dan makmur material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.

Berdasarkan UUD 1945, pemerintah wajib menyusun APBN. Sebelum menjadi


APBN, pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (RAPBN). Di Indonesia, pihak yang bertugas menyusun RAPBN adalah
pemerintah, dalam hal ini presiden dibantu para menterinya. Biasanya, presiden
menyusun RAPBN dalam bentuk nota keuangan. Nota keuangan tersebut
kemudian disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
disidangkan. RAPBN biasanya disampaikan sebelum tahun anggaran yang akan
dilaksanakan. RAPBN yang diajukan presiden kepada DPR akan disidangkan dan
dibahas kelayakannya oleh DPR.
Jika disetujui oleh DPR, RAPBN tersebut akan menjadi APBN. APBN ini akan
dikembalikan kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Jika RAPBN tersebut
ditolak DPR, pemerintah harus menggunakan kembali APBN tahun lalu tanpa
perubahan. Untuk lebih jelasnya, Anda dapat melihat cara penyusunan APBN
pada Bagan 1. berikut.

Bagan 1. Penyusunan APBN.


 HOME
 EKONOMI
 BUDAYA
 GEOGRAFI
 KIMIA
 SEJARAH
 FISIKA
Home

Home » Ekonomi » Pengertian APBN dan APBD, Fungsi, Tujuan, Manfaat, Sumber, Kebijakan Pemerintah
di Bidang Fiskal, Jenis Pendapatan dan Pengeluaran Negara, Anggaran, Ekonomi

Pengertian APBN dan APBD, Fungsi, Tujuan, Manfaat, Sumber, Kebijakan


Pemerintah di Bidang Fiskal, Jenis Pendapatan dan Pengeluaran Negara, Anggaran,
Ekonomi
Pengertian APBN dan APBD, Fungsi, Tujuan, Manfaat, Sumber,
Kebijakan Pemerintah di Bidang Fiskal, Jenis Pendapatan dan
Pengeluaran Negara, Anggaran, Ekonomi - Dalam usaha meningkatkan
pembangunan ekonomi, yang biasanya diukur dengan pertambahan pendapatan
nasional, terdapat beberapa instrumen kebijakan yang dapat digunakan. Salah
satu instrumen kebijakan tersebut adalah kebijakan fiskal yang berhubungan
erat dengan masalah anggaran penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan
pemerintah. Penerimaan dan pengeluaran negara berkaitan dengan masalah
keuangan negara, sedangkan penerimaan dan pengeluaran daerah berkaitan
dengan masalah keuangan daerah. Seperti halnya keuangan negara yang
identik dengan APBN, keuangan daerah identik dengan APBD. Materi dalam bab
ini akan difokuskan pada kebijakan pemerintah dalam mengatur anggaran
penerimaan dan pengeluaran negara dan daerah yaitu APBN dan APBD.

A. Pengertian, Fungsi, serta Tujuan APBN dan APBD

1.1. Pengertian APBN dan APBD

1.1.1. Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah kebijakan fiskal dalam
konteks pembangunan Indonesia. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
pada hakikatnya merupakan rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan
dalam satu tahun yang dituangkan dalam angka-angka rupiah. Secara singkat,
APBN didefinisikan sebagai daftar sistematis yang memuat rencana penerimaan
dan pengeluaran negara selama satu tahun yang dinyatakan dalam rupiah.
Anggaran mengandung sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dengan skala yang
lebih besar dan jenis kegiatan yang rumit.

Landasan hukum APBN, yaitu Pasal 23 ayat 1 UUD 1945, yang mengatakan
“Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara sebagai wujud dari pengelolaan
keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Jika DPR tidak menyetujui anggaran yang diusulkan
pemerintah, pemerintah memakai anggaran tahun lalu. Struktur dasar APBN
terdiri atas sisi penerimaan dan sisi pengeluaran negara. Sisi penerimaan
negara terdiri atas penerimaan dalam negeri (migas, pajak, dan bukan pajak),
dan penerimaan luar negeri atau bantuan luar negeri yang disebut juga
penerimaan pembangunan meliputi bantuan program dan bantuan proyek.

Adapun sisi pengeluaran negara, terdiri atas pengeluaran rutin (antara lain:
belanja barang, belanja pegawai, dan subsidi daerah otonom), dan pengeluaran
pembangunan yang merupakan biaya pelaksanaan proyek-proyek pemerintah.
Penerimaan pembangunan dalam anggaran negara ditujukan untuk menutupi
kekurangan penerimaan yang lebih kecil.

Tabel 1. Struktur Dasar APBN (format lama)

Sisi Penerimaan Sisi Pengeluaran

A. Penerimaan dalam negeri, terdiri atas: C. Pengeluaran rutin, terdiri atas:


1. penerimaan migas dan non migas; 1. belanja pegawai;

2. penerimaan pajak; 2. belanja barang;

3. penerimaan bukan pajak. 3. subsidi daerah otonom;

B. Penerimaan pembangunan, terdiri atas: 4. bunga dan cicilan utang;

5. lain-lain.

1. bantuan program; D. Pengeluaran pembangunan, terdiri atas:

2. bantuan proyek. 1. pembiayaan pembangunan rupiah;

2. pembiayaan proyek.

Di era reformasi, format APBN ini kemudian mengalami perubahan, seperti


terlihat dalam Tabel 2. berikut.

Tabel 2. Struktur Dasar APBN (format sekarang)

Uraian

A. Pendapatan Negara dan Hibah

A.1. Penerimaan dalam negeri

a) Penerimaan perpajakan

i. Pajak dalam negeri

1. Pajak penghasilan

a. Migas

b. Non migas

2. Pajak pertambahan nilai

3. Pajak bumi dan bangunan

4. Bea perolehan atas tanah dan bangunan


5. Cukai

6. Pajak lainnya

ii. Pajak perdagangan internasional

1. Bea masuk

2. Pajak/Pungutan ekspor

b) Penerimaan bukan pajak

i. Penerimaan SDA

1. Minyak bumi

2. Gas alam

3. Pertambangan umum

4. Kehutanan

5. Perikanan

ii. Bagian laba BUMN

iii. PNBP lainnya

A.2. Hibah

B. Belanja Negara

B.1. Anggaran belanja pemerintah pusat

a) Pengeluaran rutin

b) Pengeluaran pembangunan

B.2. Anggaran belanja untuk daerah

a) Dana perimbangan

b) Dana otonomi khusus dan penyeimbang

C. Keseimbangan Primer
D. Surplus/Defisit Anggaran (A–B)

E. Pembiayaan (E1+E2)

E.1 Pembiayaan dalam negeri

E.2 Pembiayaan luar negeri (Neto)

Pengertian APBD
Pengertian APBD APBD adalah suatu rancangan keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan
daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Seperti halnya dengan APBN, rencana APBD diajukan
setiap tahun oleh pemerintah daerah kepada DPRD untuk dibahas dan kemudian disahkan sebagai peraturan daerah.

Dasar HUkum Keuangan daerah dan APBD


Dasar hukum dalam penyelenggaraan keuangan daerah dan pembuatan APBD adalah sebagai berikut.
a. UU No. 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah.
b. UU No. 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
c. PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
d. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban
Keuangan Daerah serta Tata Cara Pengawasan, Penyusunan, dan Penghitungan APBD.

Tujuan APBD
Pada dasarnya tujuan penyusunan APBD sama halnya dengan tujuan penyusunan APBN. APBD disusun sebagai
pedoman penerimaan dan pengeluaran penyelenggara negara di daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah
dan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat. Dengan APBD maka pemborosan, penyelewengan, dan
kesalahan dapat dihindari.

Fungsi APBD
APBD yang disusun oleh setiap daerah memiliki fungsi sebagai berikut.
a. Fungsi Otorisasi
APBD berfungsi sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menjalankan pendapatan dan belanja untuk masa satu
tahun.
b. Fungsi Perencanaan
APBD merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan penyelenggaraan pemerintah
daerah pada tahun yang bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
APBD merupakan pedoman bagi DPRD, BPK, dan instansi pelaksanaan pengawasan lainnya dalam menjalankan
fungsi pengawasannya.
d. Fungsi Alokasi
Dalam APBD telah digambarkan dengan jelas sumber-sumber pendapatan dan alokasi pembelanjaannya yang harus
dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
e. Fungsi Distribusi
Sumber-sumber pendapatan dalam APBD digunakan untuk pembelanjaan- pembelanjaan yang disesuaikan dengan
kondisi setiap daerah dengan mempertimbangkan asas keadilan dan kepatutan.

Cara Penyusunan APBD


APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan. Kegiatan tersebut, antara lain, sebagai berikut.
a. Pemerintah Daerah menyusun Rancangan Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD).
b. Pemerintah Daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas bersama antara pemerintah daerah dan
DPRD. Dalam pembahasan ini pihak Pemerintah Daerah (Eksekutif) dilakukan oleh Tim Anggaran Eksekutif yang
beranggotakan Sekretaris Daerah, BAPPEDA, dan pihak-pihak lain yang dianggap perlu, sedangkan DPRD
dilakukan oleh Panitia Anggaran yang anggotanya terdiri atas tiap fraksi-fraksi.
c. RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD melalui Peraturan Daerah untuk dilaksanakan.
A.Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
an APBD
Menurut Undang-undang no. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, APBD merupakan
wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah.
APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.
APBD adalah daftar terperinci mengenai pendapatan dan pengeluaran daerah dalam waktu
satu tahun yang telah disyahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

APBD
APBD yang disusun oleh setiap pemerintah daerah memiliki fungsi sebagai berikut:
Fungsi otorisasi
APBD sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam menjalankan pendapatan dan belanja untuk
masa satu tahun.
Fungsi Perencanaan
APBD merupakan pedoman bagi pemerintah daerah dalam menyusun perencanaan
penyelenggaraan pemerintah daerah pada tahun yang bersangkutan.
Fungsi Pengawasan
APBD merupakan pedoman bagi DPRD, BPK, dan instansi pelaksanaan pengawasan lainnya
dalam menjalankan fungsi pengawasan.
Fungsi Alokasi
Sumber-sumber penerimaan APBD digambarkan dengan jelas untuk dialokasikan sebagai
pembelanjaan yang harus dilaksanakan pemerintah daerah.
Fungsi Distribusi
Pembelanjaan APBD disesuaikan dengan kondisi setiap daerah dengan mempertimbangkan asas
keadilan dan kepatutan.

APBD
APBD disusun sebagai pedoman penerimaan dan pengeluaran penyelenggaraan negara didaerah
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat.

nyusunan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD


a. Cara penyusunan APBD
Penyusunan APBD melibatkan Tim Anggaran Eksekutif Pemerintah Daerah (Sekretaris
Daerah, BAPPEDA, dan pihak-pihak lain yang dianggap perlu) dan Panitia Anggaran DPRD
yang anggotanya terdiri atas tiap-tiap fraksi di DPRD.
APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan, antara lain:
1) Pemerintah daerah menyusun Rancangan Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
2) Pemerintah daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas bersama antara
pemerintah daerah dan DPRD.
3) RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD melalui Peraturan Daerah untuk
dilaksanakan.
b. Pelaksanaan APBD
APBD yang telah disahkan oleh DPRD menjadi kewajiban pemerintah daerah untuk
melaksanakannya. Semua pengeluaran daerah harus didasarkan pada:
1) Daftar Isian Kegiatan Daerah (DIKDA)
2) Daftar Isian Proyek Daerah (DIPDA)
3) Surat Perintah Pembayaran (SPP)
4) Surat Keputusan Otorisasi (SKO)
c. Pengawasan Pelaksanaan APBD
Pengawasan pelaksanaan APBD terdiri dari:
1) Pengawasan ekstenal
Adalah pengawasan pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh DPRD dan BPK.
2) Pengawasan internal
Adalah pengawasan pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri melalui
instansi-instansi dalam jajarannya.
d. Pertanggungjawaban APBD
Setiap tiga bulan pemerintah daerah melaporkan pelaksanaan APBD triwulan kepada DPRD, dan
setelah tahun anggaran berakhir pemerintah daerah mempertanggung-jawabkan seluruh
pelaksanaan APBD.

-sumber penerimaan pemerintah daerah


Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi terdiri dari:
a. Pendapatan asli daerah (PAD)
Adalah penerimaan yang diperoleh dari pungutan-pungutan daerah berupa:
1) Pajak daerah
2) Retribusi daerah
3) Hasil pengolahan kekayaan daerah
4) Keuntungan dari perusahaan-perusahaan milik daerah
5) Lain-lain PAD
b. Dana Perimbangan
Adalah dana yang dialokasikan dari APBN untuk daerah sebagai pengeluaran pemerintah pusat
untuk belanja daerah, yang meliputi:
1) Dana bagi hasil
Yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah sebagai hasil dari
pengelolaan sumber daya alam didaerah oleh pemerintah pusat.
2) Dana alokasi umum
Yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan tujuan sebagai
wujud dari pemerataan kemampuan keuangan antara daerah.
3) Dana alokasi khusus
Yaitu dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk mendanai kegiatan khusus daerah yang disesuaikan dengan prioritas nasional.
c. Pinjaman daerah
d. Penerimaan lain-lain yang sah, berupa:
1) Penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro dan pendapatan bunga
2) Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
3) Komisi, penjualan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan pengadaan barang atau
jasa oleh daerah.
nis pengeluaran pemerintah daerah
Belanja daerah terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Belanja Aparatur
1) Belanja Adminstrasi Umum
a) Belanja Pegawai
Belanja pegawai adalah semua pembayaran berupa uang tunai yang dibayarkan kepada pegawai
daerah otonom. Belanja pegawai terdiri dari:
 Gaji dan tunjangan lainnya
 Tunjangan beras
 Honorarium
 Uang lembur
 Upah pegawai harian tetap
 Biaya perawatan dan pengobatan pegawai
 Belanja pegawai lain-lain
b) Belanja Barang dan Jasa
Belanja barang adalah semua pengeluaran yang dilakukan untuk:
 Kantor
 Pembelian inventaris kantor
 Biaya pendidikan
 Biaya perpustakaan
 Biaya hansip
 Biaya pakaian dinas
 Pembelian peralatan dokter
 Pembelian alat-alat laboratorium
 Pembelian inventaris ruangan pasien
 Pembelian perlengkapan dapur rumah sakit
 Pembelian obat-obatan
 Pembelian bahan laboratorium
 Pembelian bahan percontohan, dll
c) Belanja Perjalanan Dinas
Belanja perjalanan dinas terdiri dari:
 Biaya perjalanan dinas
 Biaya perjalanan dinas tetap
 Biaya perjalanan dinas pindah
 Biaya pemulangan pegawai yang dipensiunkan
 Biaya perjalanan dinas lainnya
d) Belanja Pemeliharaan
Belanja pemeliharaan adalah semua pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan:
 Rumah dinas
 Asrama, mess dan sejenisnya
 Kendaraan dinas kepala daerah dan wakil kepala daerah
 Kendaraan dinas lainnya
 Inventaris kantor, dll
2) Belanja Operasi dan Pemeliharaan
Belanja operasi dan pemeliharaan terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja
perjalan dinas dan biaya pemeliharaan.

3) Belanja Modal
Belanja modal adalah belanja yang dikeluarkan untuk membeli/memperoleh modal seperti tanah,
mobil, alat-alat, dll.

b. Belanja Publik
Belanja publik terdiri dari belanja adminstrasi/umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan
belanja modal.

c. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan


Belanja daerah yang sumber dananya dari bantuan pemerintah pusat dari APBN berupa Dana
Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus.

d. Belanja Tak Disangka


Belanja tidak disangka adalah semua belanja yang tidak terduga selama tahun anggaran.

dan contoh APBD


a. APBD Kab. MakasarTahun 2003
URAIAN JUMLAH
patan 495.017.481.050
n asli daerah (PAD) 67.008.490.300
mbangan 395.054.965.750
endapatan yang sah 32.954.025.000
a 525.737.924.208
Daerah 102.555.669.973
strasi umum 80.595.080.773
i dan Pemeliharaan 6.437.071.200
15.523.518.000
Publik 423.182.254.235
trasi umum 303.852.200.165
i dan Pemeliharaan 39.374.398.750
62.939.707.820
sil dan Bantuan Keuangan 16.515.947.500
angka 500.000.000
(30.720.443.158)
Surplus/Defisit 30.720.443.158
ayaan 34.549.690.758
n (3.829.247.600)
an

b. Realisasi APBD Kab. Klaten Tahun 2004


URAIAN JUMLAH
A. Pendapatan Daerah 501.906.042.896
1. Sisa lebih anggaran tahun lalu -
2. Pendapatan Asli Daerah 27.047.600.952
a. Pajak Daerah 10.291.535.387
b. Retribusi daerah 8.483.925.859
c. Laba BUMD 1.195.358.000
d. Lain-lain PAD 7.076.781.706
3. Dana Perimbangan 417.521.164.117
Bagi hasil pajak 24.408.273.496
Bagi hasil bukan pajak 737.890.621
Dana Alokasi umum 382.345.000.000
Dana Alokasi khusus 10.030.000.000
4. Pinjaman Daerah -
5. Lain-lain pendapatan yang sah/penerimaan dari 57.337.277.827
propinsi
B. Belanja 494.976.201.703
1. Pengeluaran rutin/belanja aparatur 116.655.469.216
2. Pengeluaran pembangunan/belanja publik 384.320.732.487
C. Pembiayaan (6.929.841.193)
1. Penerimaan 15.886.341.243
2. Pengeluaran 22.816.182.436

B. Dampak APBN dan APBD terhadap perekonomian


APBN dan APBD merupakan program pembangunan nasional jangka pendek pemerintah
pusat dan pemerintah daerah, sehingga dapat mengendalikan perekonomian nasional melalui
program-program yang telah digariskan.
Dampak APBN dan APBD terhadap perekonomian adalah:
adi pembangunan di berbagai sektor
APBN merupakan pedoman bagi perekonomian yang bertujuan untuk menstabilkan perekonomian
negara, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan.
b. Mempengaruhi rencana-rencana sektor swasta
Asumsi yang digunakan dalam APBN merupakan salah satu pertimbangan bagi investor dalam
menanamkan modalnya.
c. Berpengaruh dalam perdagangan internasional
Kebijakan pengaturan tarif pajak ekspor dilakukan untuk melindungi kepentingan produsen dalam
negeri, serta mengamankan neraca perdagangan internasional.
d. Sebagai alat politik fiskal
Pemerintah dengan sengaja mengubah-ubah pengeluaran dan penerimaan guna mencapai
kestabilan ekonomi. Teknik mengubah pengeluaran dan penerimaan yang dilakukan oleh
pemerintah disebut dengan kebijakan fiskal.

Menurut Richard Musgrave dampak APBN dan APBD akan mempengaruhi aspek sosial
ekonomis keuangan negara dan perekonomian bangsa, berupa:
pendapatan
Retribusi pendapatan dilakukan melalui penarikan pajak. Selanjutnya pajak tersebut digunakan
untuk keperluan peningkatan pendapatan masyarakat dalam bentuk pengeluaran negara yang
diberikan ke daerah-daerah .
n sumber-sumber
Pengenaan tarif pajak yang tinggi terhadap barang-barang tertentu menyebabkan terjadi proses
pengalihan sumber-sumber masyarakat. Produsen akan berpindah meningkatkan produksi yang
menghasilkan barang-barang dengan tarif pajak yang rendah. Pengenaan tarif pajak yang tinggi
terhadap barang–barang tertentu karena barang tersebut tidak dikehendaki peredarannya dipasar
oleh pemerintah.
terhadap kegiatan ekonomi
Efek ekonomis terhadap keuangan negara dapat dilihat dari usaha pemerintah untuk menstabilkan
keadaan ekonomi.Sebagai contoh pada saat terjadi inflasi, pemerintah harus mempengaruhi
ekonomi nasional melalui APBN/APBD agar terjadi keseimbangan kembali antara arus uang dengan
arus barang yang beredar.

C.Kebijakan Anggaran
an Kebijakan Anggaran
Penyusunan APBN tidak lepas dari sasaran kebijakan keuangan pemerintah yang harus
menunjang pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, kestabilan moneter, perluasan kesempatan
kerja, pelayanan umum dan lain-lainnya yang menyangkut peningkatan kesejahteraan rakyat.
Dengan demikian kebijakan anggaran diartikan sebagai kebijakan pemerintah untuk mengatur
APBN agar sesuai dengan arah dan laju pertumbuhan ekonomi yang diharapkan dalam Program
Pembanghunan Nasional.
Sebelum tahun 2001 prinsip penyusunan APBN adalah anggaran berimbang dinamis, dimana
jumlah penerimaan negara selalu sama dengan pengeluaran negara, dan jumlahnya diupayakan
meningkat dari tahun ke tahun. Sejak tahun 2001 hingga sekarang prinsip anggaran yang digunakan
adalah anggaran defisit/surplus.
Penyusunan APBN mulai tahun 2005 telah menerapkan format baru, yaitu format anggaran
terpadu berdasar undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Format baru
tersebut merupakan sistem penganggaran terpadu yang melebur anggaran rutin dan pembangunan
dalam satu format anggaran dengan tujuan mengurangi tumpang tindih alokasi pengeluaran.

Kebijakan Anggaran
Untuk menentukan arah, tujuan, prioritas pembangunan nasional serta pertumbuhan ekonomi agar
sesuai Program Pembangunan Nasional yang pada gilirannya meningkatkan kemakmuran
masyarakat.

macam Kebijakan Anggaran


Kebijakan anggaran dapat dibedakan menjadi:
a. Anggaran Berimbang
Anggaran berimbang adalah suatu bentuk anggaran dimana jumlah realisasi pendapatan negara
sama dengan jumlah realisasi belanja negara. Kebijakan anggaran berimbang terjadi pada masa
pemerintahan orde baru.
b. Anggaran Defisit
Anggaran defisit berarti jumlah realisasi pendapatan negara lebih kecil dari realisasi belanja negara.
Mulai tahun 2000, dalam era reformasi pemerintah menerapkan kebijakan anggaran defisit dalam
menyusun APBN.
c. Anggaran Surplus
Anggaran surplus berarti jumlah realisasi pendapatan negara lebih besar dari realisasi belanja
negara.
d. Anggaran Dinamis
Anggaran dinamis adalah bentuk penyusunan anggaran dimana sisi penerimaan dari tahun ke
tahun selalu mengalami peningkatan, sehingga memungkinkan belanja negara juga mengalami
peningkatan.
1. Arti dan Landasan Hukum APBD
Iklan (Tutup K!k 2x)
Arti dan landasan hukum APBD. APBD adalah singkatan dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. APBD dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian
sumber-sumber pendapatan daerah dan macam-macam pengeluaran daerah dalam waktu
satu tahun. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 mengartikan APBD sebagai rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).
Adapun landasan hukum penyusunan APBD adalah :
a. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pemerintah Daerah pasal 25 yang
berbunyi: Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang ..., menyusun dan mengajukan
Rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama.
b. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah
Pusat dan Daerah pasal 4 yang berbunyi: Penyelenggaraan urusan Pemerintah Daerah
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didanai APBD. APBD harus disusun Pemerintah
Daerah setiap tahun, yang dimaksud dengan Pemerintah Daerah adalah:
1) Gubernur dan perangkatnya yang memerintah daerah propinsi.
2) Walikota dan perangkatnya yang memerintah daerah kota (dulu disebut Kotamadya).
Iklan (Tutup K!k 2x)
3) Bupati dan perangkatnya yang memerintah daerah kabupaten
c. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban Keuangan Daerah serta Tata Cara Pengawasan,
Penyusunan, dan Penghitungan APBD

2. Tujuan dan Fungsi APBD


Tujuan dan fungsi APBD. Seperti halnya dalam APBN, APBD pun memiliki tujuan dan
fungsi-fungsi. Berikut ini adalah penjelasan tentang tujuan dan fungsi-fungsi APBD.

a. Tujuan APBD
Tujuan APBD. APBD disusun sebagai pedoman pendapatan dan belanja dalam
melaksanakan kegiatan pemerintah daerah. Sehingga dengan adanya APBD, pemerintah
daerah sudah memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang akan diterima sebagai
pendapatan dan pengeluaran apa saja yang harus dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan
adanya APBD sebagai pedoman, kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang
merugikan dapat
dihindari.

b. Fungsi APBD
Fungsi APBD. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2003, pasal 66, APBD
memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Fungsi Otorisasi
Fungsi otorisasi berarti APBD menjadi dasar bagi Pemerintah Daerah untuk melaksanakan
pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan.
2) Fungsi Perencanaan
Fungsi perencanaan berarti APBD menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk
merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3) Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan berarti APBD menjadi pedoman untuk menilai (mengawasi) apakah
kegiatan penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
4) Fungsi Alokasi
Fungsi alokasi berarti APBD dalam pembagiannya harus diarahkan dengan tujuan untuk
mengurangi pengangguran, pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.
5) Fungsi Distribusi
Fungsi distribusi berarti APBD dalam pendistribusiannya harus memerhatikan rasa keadilan
dan kepatutan

3. Cara Penyusunan APBD serta Pelaksanaan, Pengawasan


dan Pertanggungjawaban APBD
Selanjutnya akan dijelaskan cara-cara atau tahap-tahap penyusunan APBD serta
pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban APBD.

a. Cara Penyusunan APBD


APBD disusun melalui cara-cara atau tahap-tahap sebagai berikut:
1) Pertama, pemerintah daerah menyusun RAPBD (Rancangan APBD).
RAPBD disusun pemerintah daerah atas dasar usulan dari setiap perangkat belanja
administrasi dan umum 326.928.112 daerah yang diusulkan dalam bentuk RASK (Rencana
Anggaran Satuan Kerja).
2) Pemerintah daerah mengajukan RAPBD kepada DPRD untuk dibahas.
Sebelum membahas RAPBD, DPRD menyosialisasikan RAPBD kepada masyarakat untuk
mendapat masukan. Masukan tersebut dicatat dan akan dibukukan sebagai lampiran.
3) DPRD membahas RAPBD bersama dengan Tim Anggaran Eksekutif.
4) RAPBD yang telah disetujui DPRD disahkan menjadi APBD untuk dilaksanakan.

b. Pelaksanaan, Pengawasan dan Pertanggungjawaban APBD


Berikut ini adalah penjelasan tentang pelaksanaan, pengawasan dan pertanggungjawaban
APBD.
1) Pelaksanaan APBD
Berdasarkan APBD yang sudah disahkan, Kepala Daerah menetapkan RASK (Rencana
Anggaran Satuan Kerja) menjadi DASK (Daftar Anggaran Satuan Kerja). DASK yang
memuat pendapatan dan belanja setiap perangkat daerah inilah yang akan digunakan
sebagai dasar pelaksanaan semua pengguna anggaran.
2) Pengawasan APBD
Agar tidak terjadi penyimpangan, pelaksanaan APBD harus diawasi. Lembaga yang
bertugas mengawasi pelaksanaan APBD adalah DPRD dan pejabat internal yang
diangkatoleh kepala daerah.
3) Pertanggungjawaban APBD
Ada dua macam laporan pertanggungjawaban APBD yang dilakukan Kepala Daerah.
Yaitu laporan pelaksanaan APBD Triwulanan yang disampaikan setiap tiga bulan
sekali, dan laporan pelaksanaan APBD Tahunan, yang disampaikan setiap akhir tahun.
4. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah dan Jenis-Jenis Pembelanjaan Daerah
Dalam bagian ini, akan dijelaskan tentang sumber-sumber pendapatan daerah dan jenis-
jenis pembelanjaan daerah.

a. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah


Sumber-sumber Pendapatan Daerah terdiri atas:
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan asli yang diperoleh dari daerah tersebut,
meliputi:
a) pajak daerah;
b) retribusi daerah;
c) hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
d) lain-lain PAD yang sah seperti: pendapatan bunga, jasa giro, komisi dan potongan.
2) Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah pendapatan yang diperoleh daerah dari APBN, meliputi:
a) Dana Bagi Hasil, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu dari pajak dan SDA (Sumber Daya
Alam) untuk mendanai kebutuhan daerah.
b) Dana Alokasi Umum, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah.
c) Dana Alokasi Khusus, yaitu dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus
daerah yang sesuai dengan prioritas nasional.
3) Lain-Lain Pendapatan
Lain-lain pendapatan terdiri dari:
a) Hibah, yaitu bantuan yang tidak mengikat dari pihak lain.
b) Dana darurat, yakni dana dari APBN yang diberikan kepada daerah untuk keperluan
mendesak, seperti bencana alam atau peristiwa luar biasa lainnya.

b. Jenis-Jenis Pembelanjaan Daerah


Pembelanjaan Daerah terdiri atas:
1) Belanja Aparatur Daerah, yang meliputi
a) Belanja Administrasi Umum
b) Belanja Operasi dan Pemeliharaan
c) Belanja Modal
2) Belanja Pelayanan Publik, yang meliputi:
a) Belanja Administrasi Umum
b) Belanja Operasi dan Pemeliharaan
c) Belanja Modal
3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
4) Belanja Tidak Tersangka

Sumber-Sumber Pendapatan Negara

Penerimaan Negara dan Hibah

1. Penerimaan Dalam negeri

a. Penerimaan perpajakan
1) Pajak dalam negeri (PPh, PPN, PBB, cukai, dan lainnya)
2) Pajak perdagangan internasional (bea masuk, pajak impor)

b. Penerimaan bukan pajak


1) Penerimaan sumber daya alam
2) Bagian laba BUMN
3) Penerimaan Negara bukan pajak lainnya

2. Hibah

Sumber-Sumber Pendapatan Daerah

Pendapatan Asli Daerah


a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah
d. Penerimaan dari dinas-dinas daerah
e. Penerimaan lain-lain

Dana Perimbangan
a. Bagi hasil pajak dan bukan pajak
b. Dana Alokasi Umum (DAU) dari
Pemerintah Pusat
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)
d. Dana perimbangan
e. Pinjaman pemerintah daerah
f. Pinjaman untuk Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Lain-lain pendapatan
yang sah

2. Jenis Pembelanjaan Pemerintah Pusat dan Daerah


Pendapatan yang berasal dari berbagai sumber selanjutnya digunakan untuk
membiayai negara secara rutin dan pembangunan agar jalannya pemerintahan
semakin lancar. Wawasan Ekonomi Mulai tahun 2008, Departemen Keuangan
akan menetapkan daerah-daerah kaya yang tidak layak lagi mendapatkan Dana
Alokasi Umum atau DAU.
Langkah-langkah tersebut karena pemerintah ingin mengembalikan fungsi
utama DAU sebagai sarana untuk pemerataan bagi daerah.

Pembelanjaan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah


dapat diuraikan seperti berikut ini.

Jenis Pembelanjaan Pemerintah pusat

Belanja Negara

1. Belanja Pemerintah Pusat


1) Belanja pegawai
2) Belanja barang
3) Belanja Modal
4) Pembayaran bunga utang (dalam negeri dan luar negeri)
5) Subsidi (BBM dan non BBM)
6) Belanja Hibah
7) Bantuan Sosial
8) Belanja lainnya

2. Belanja Daerah

1) Dana Perimbangan
a. Dana bagi hasil
b. Dana Alokasi Umum (DAU)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK)

2) Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian

Jenis Pembelanjaan Pemerintah Daerah

1. Anggaran belanja rutin


a. Belanja DPRD
b. Belanja Kepala Daerah
c. Belanja Pegawai
d. Belanja Barang
e. Belanja Pemeliharaan
f. Belanja Perjalanan Dinas
g. Belanja lain-lain
h. Angsuran pinjaman dan bunga
i. Subsidi kepada daerah bawahan
j. Pengeluaran yang tidak termasuk bagian lain
k. Pengeluaran tak terduga

2. Anggaran Belanja Pembangunan


a. Proyek-proyek daerah
b. Biaya operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana daerah
c. Proyek-proyek pembangunan

Berdasarkan uraian mengenai sumber penerimaan dan belanja negara, maka


diusahakan setiap APBN dan APBD menunjukkan adanya tabungan pemerintah.
Semakin tinggi tabungan pemerintah maka akan dapat meningkatkan investasi
atau penanaman modal untuk usaha sehingga pembangunan dapat berjalan
dengan lancar atau dengan kata lain APBN menunjukkan surplus.
Tuesday, December 22, 2009

PENGELUARAN NEGARA
Berdasarkan institusi yang menanganinya, pengeluaran negara dibedakan menjadi:

– - Pengeluaran Pemerintah Pusat

– - Pengeluaran Pemerintah Daerah Propinsi

– - Pengeluaran Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

1. Pengeluaran Pemerintah Pusat

Dalam APBN, pengeluaran Pemerintah Pusat dibedakan menjadi:


a. Pengeluaran untuk Belanja

a.1 Belanja Pemerintah Pusat


• Belanja Pegawai
• Belanja Barang
• Belanja Modal
• Pembayaran Bunga Utang
• Subsidi
• Belanja Hibah
• Bantuan Sosial
• Belanja Lain-lain
a. 2 Dana yang dialokasikan ke Daerah
• Dana Perimbangan
• Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
b. Pengeluaran untuk Pembiayaan

• Pengeluaran untuk Obligasi Pemerintah


• Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
• Pembiayaan lain-lain

2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi


Dalam APBD Propinsi, pengeluaran negara dibedakan menjadi:
a. Pengeluaran untuk Belanja
a.1 Belanja Operasi
• Belanja Pegawai
• Belanja Barang dan jasa
• Belanja Pemeliharaan
• Belanja perjalanan Dinas
• Belanja Pinjaman
• Belanja Subsidi
• Belanja Hibah
• Belanja Bantuan Sosial
• Belanja Operasi Lainnya
a.2 Belanja Modal, terdiri dari:
• Belanja Aset Tetap
• Belanja aset lain-lain
• Belanja tak tersangka

b. Bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota/desa, terdiri dari


• Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota
• Bagi hasil retribusi ke Kabupaten/Kota
• Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota
c. Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari
• Pembayaran Pokok Pinjaman
• Penyertaan modal pemerintah
• Belanja investasi PermanenPemberian pinjaman jangka panjang

3. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi


Dalam APBD Kabupaten/Kota, pengeluaran negara dibedakan menjadi:
a. Pengeluaran untuk Belanja
a.1 Belanja Operasi, yang terdiri dari
• Belanja Pegawai
• Belanja Barang dan jasa
• Belanja Pemeliharaan
• Belanja perjalanan Dinas
• Belanja Pinjaman
• Belanja Subsidi
• Belanja Hibah
• Belanja Bantuan Sosial
• Belanja Operasi Lainnya
a.2 Belanja Modal, terdiri dari:
• Belanja Aset Tetap
• Belanja aset lain-lain

a.3 Belanja tak tersangka

b. Bagi hasil pendapatan ke desa/kelurahan, terdiri dari


• Bagi hasil pajak ke Desa/Kelurahan
• Bagi hasil retribusi ke Desa/Kelurahan
• Bagi hasil pendapatan lainnya ke Desa/Kelurahan
c. Pengeluaran untuk Pembiayaan, terdiri dari
• Pembayaran Pokok Pinjaman
• Penyertaan modal pemerintah
• Pemberian pinjaman kepada BUMD/BUMN/Pemerintah Pusat/Kepala Daerah otonom

Das könnte Ihnen auch gefallen