Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan
data, informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam
meerncanakan, mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan
dapat dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat pembiayaan yang wajar.
BAB 2
ISI
A. Sifat dan Karakteristik Rumah Sakit
Definisi rumah sakit menurut WHO sebagaimana yang termuat dalam WHO Technical
Report Series No. 122/1957 yang berbunyi :”Rumah sakit adalah bagian integral dari
satu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan kesehatan
paripurna, kuratif, dan preventif kepada masyarakat, serta pelayanan rawat jalan yang
diberikannya guna menjangkau keluarga di rumah. Rumah sakit juga merupakan
pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan serta pusat penelitian bio-medik.
fungsi utama rumah sakit adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan maupun bagian
mata rantai rujukan pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengalaman sampai saat ini,
pengaduan mengenai pelanggaran etik maupun malpraktek yang dilakukan oleh dokter
tidak kurang 80% terjadi di rumah sakit. Lagi pula, segala prinsip yang berlaku di rumah
sakit secar proporsional dapat juga diberlakukan di saran pelayanan kesehatan lainnya.
Sejalan dengan kemajuan dan perkembangan ilmu serta teknologi kedokteran, rumah
sakit telah berkembang dari suatu lembaga kemanusiaan, keagamaan, dan sosial yang
murni, menjadi suatu lembaga yang lebih mengarah dan lebih berorientasi kepada
“bisnis”, terlebih setelah para pemodal diperbolehkan untuk mendirikan rumah sakit
dibawah badan hukum yang bertujuan mencari profit. Rumah sakit merupakan suatu
lembaga yang padat modal, padat karya, dan padat ilmu serta teknologi, dimana untuk
mencapai efisiensi dan efektivitas yang tinggi, diperlukan profesionalisme yang andal
dalam hal pengelolaan lembaga bisnis yang modern.
Berikut ini ditampilkan sistem pengelompokan rumah sakit yang paling umum digunakan
saat ini :
1. Sistem pengelompokan yang paling dirasa bermanfaat dan bertahan lama digunakan
oleh Asosiasi Rumah Sakit Amerika (AHA), dimana klasifikasi rumah sakit terbagi
menjadi rumah sakit pemerintah (komunitas) dan nonpemerintah (nonkominitas)
sesuai dengan tingkat akses pemerintah pada rumah sakit itu.
2. Jenis pengelompokan lain adalah berdasarkan kepemilikan atau kontrol atas
kebijakan dan cara operasi rumah sakit. Rumah sakit dibawah kepemilikan
kelembagaan atau institusi dibagi dalam 4 kelompok : pemerintah nonfederal, non
pemerintah nirlaba, rumah sakit yang dimiliki investor, dan rumah sakit milik
pemerintah daerah.
3. Berdasarkan rata –rata lam tinggal, rumah sakit sakit dikelompokkan menjadi rumah
sakit jangka pendek dan jangka panjang. Menginap dirumah sakit dikatakan singkat
apabila rata –rata tinggal kurang dari 30 hari; sementara rata-rata nasional berda
dibawah tujuh hari. Sedangkan dikatakan lama bila tinggal lebih dari 30 hari.
4. Rumah sakit dikelompokkan menurut jumlah tempat tidur : 6-24 tempat tidur, 25 -
49, 50-99, 100-199, 200-299, dan 300 atau lebih
5. Berdasar akreditasi dan yang bukan.
6. Pendidikan dan non pendidikan
7. Berdasar integral vertikal atau konsep regionalisasi, yaitu rumah sakit dibagi
menjadi pusat layanan utama, layanan kedua, dan layanan ketiga
Tujuan Organisasi
Rumah sakit yang ideal adalah tempat diman orang-orang yang sakit bisa mencari dan
menerima perawatan, disamping memberikan pendidikan klinis kepada para mahasiswa
kedokteran, perawat, serta seluruh ahli kesehatan.
Modal
Pembangunan kesehatan dimasa mendatang sangat tergantung pada kemampuan
sumber daya manusia yang ada di daerah.
Kecenderungan yang terjadi adalah meningkatnya peran pihak ketiga dalam mengatur
pembiayaan kesehatan melalui sistem asuransi, baik publik maupun swasta. Keadaan ini
juga akan semakin berkembang di Indonesia dimasa yang akan datang bila perdagangan
antar negara menjadi semakin bebas.
Pertanggungjawaban
Sebagai bukti pertanggungjawaban unit pelayanan rumah sakit pemerintah daerah,
setiap unit rumah sakit berkewajiban memberikan laporan akhir sebagai bukti
pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan usaha selam periode pelaporan.
Laporan tersebut meliputi laporan alokasi dana, laporan pendapatan, dan laporan
pengeluaran ke pemerintah daerah setempat.
Anggaran kas
Adalah anggaran yang tercatat dalam rencana penerimaan dan pengeluaran kas. Kas
meliputi saldo tunai dan saldo rekening giro bank yang dimiliki entitas, serta elemen-
elemen lainnya yangdapat dipersamakan dengan kas. Anggaran kas sangat terkait
dengan komponen kas dari aktivitas opersai, investasi, dan pembiayaan.
Anggaran pelaksanaan
Adalah anggaran yang telah tergambar dalam perencanaan aktivitas pelaksanaan.
Anggaran pelaksanaan terdiri dari tiga komponen :
Penerimaan
Biaya dan pengeluaran
Pengukuran hasil
D. Akuntansi Rumah Sakit
Secara operasional manajemen keuangan di Rumah Sakit harus dapat menghasilkan
data, informasi dan petunjuk untuk membantu pimpinan Rumah Sakit dalam
meerncanakan, mengendalikan dan mengawasi seluruh kegiatan agar mutu pelayanan
dapat dipertahankan/ditingkatkan pada tingkat pembiayaan yang wajar.
Akuntansi ialah suatu sistem yang merupakan salah satu pokok kegiatan dalam
manajemen keuangan yang terdiri dari kegiatan mencatat, mengklasifikasikan dan
menyimpulkan semua transaksi dan kejadian kejadian dalam suatu organisasi yang
menyangkut keuangan, sehingga didapatkan suatu data atau informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan.
Hasil akhir dari akuntansi adalah laporan keuangan yang berbentuk :
ü Accrual Basis
Pada sistem ini transaksi dan peristiwa diakui pada saat kejadian, bukan pada saat hak
diterima atau dibayar, dan dicatat serta dilaporkan pada periode yang bersangkutan.
Dengan kata lain penghasilan diakui pada saat penyerahan barang/jasa, bukan pada
saat kas diterima; dan biaya diakui pada saat terjadinya, buka pada saat kas
dibayarkan. Dengan metode aktual, harta daki ui pada saat diperoleh kepemilikannya.
Dapat dipahami
Relevan yaitu bermanfaat bagi peramalan dan penegasan keputusan serta evaluasi
masa lalu
Handal (reliable) yaitu penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas,
pertimbangan sehat dan lengkap.
Berdaya banding (comparability)
Oleh karena itu kebijakan akuntansi yang dianut harus konsisten, namun bila ada
alternatif lain yang lebih relevan dan andal konsistensi ini tidak perlu dipertahankan.
Hanya perubahan tersebut perlu diberitahukan kepada pembaca laporan keuangan.
Asumsi Akuntansi
Dasar akrual
Kesinambungan (going concern)
Kesatuan ekonomi.
Dalam akuntansi, organisasi usaha dipandang sebagai kesatuan ekonomi yang terpisah
dari pemilih/pendiri dan unit organisasi lainnya.
Transaksi bebas
Transaksi akuntansi lebih diasumsikan selalu terjadi di antara pihakpihak yang bebas
yang sanggup melindungi kepentingan. Dengan demikian, harga yang terjadi dari
transaksi tersebut adalah harga yang objektif.
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip dasar-dasar, konvensi, peraturan
dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan
keuangan. Dalam Rumah Sakit Swadana telah berlaku kebijakan akuntansi Rumah Sakit
dengan menggunakan cash basis dan accrual basis yang sementara berjalan paralel.
Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang
paling “cocok” untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi
nirlaba.
Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana
tunggal. Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:
Pengertian SHU adalah kelebihan dari penghasilan atas beban pada satu periode
tertentu.
Manfaat SHU antara lain :
Memungkinkan analisis laporan keuangan
Memungkinkan laporan pertanggungjawaban manajemen Setiap unit di
Rumah Sakit mempunyai kontribusi tersendiri terhadap SHU. Ada unit yang
berkontribusi sebagai penghasil keuntungan (profit center) dan ada yang sebagai
pusat pengeluaran beban (cost center). Laporan dapat bersifat kualitatif sebagai
basil peninjauan lapangan dan dapat bersifat kuantitatif/keuangan yang diperoleh
dan laporan-laporan unit center.
Penyajian didapat dari:
Penyajian penghasilan yang berasal dari pendapatan kegiatan usaha
(operating revenues) yaitu semua penghasilan (bruto) yang timbul dari
aktivitas utama Rumah Sakit seperti pelayanan jasa medis dan kesehatan di
Unit Rawat Inap, Rawat Jalan, penunjang medik dan lain-lain
Penyajian penghasilan yang berasal dari penghasilan lain-lain yang
merupakan semua basil yang diperoleh bukan dari aktivitas utama Rumah
Sakit seperti parkir, WC, bunga bank dan lain-lain.
Beban (expenses) yaitu biaya yang secara lang sung telah dimanfaatkan di
dalam kegiatan memperoleh penghasilan dalam suatu periode tertentu.
Terdiri dari :
– beban dari kegiatan usaha yaitu beban yang timbul sebagai akibat dari kegiatan
utama Rumah Sakit seperti gaji seluruh karyawan, harga pokok obat/bahan habis pakai,
snack karyawan, sparepart peralatan medik dan lain-lain.
– beban umum dan administrasi yaitu beban yang timbul bukan diakibatkan
langsung dari kegiatan memperoleh pendapat usaha Rumah Sakit seperti beban gaji
direksi dan karyawan adiministrasi umum, ATK dan lain-lain
– beban lain-lain adalah semua beban yang itmbul bukan dikarenakan dari
pelaksanaan aktivitas utama Rumah Sakit, seperti beban bunga dan lain-lain.
Bentuk laporan :
Tunggal (Single step)
Semua penghasilan dikelompokkan
Semua beban dikelompokkan
Selisih penghasilan atas beban adalah SHU
PPH 25 maka didapat SHU bersih.
Bertahap
Setiap penghasilan ataupun beban diuraikan secara rinci.
2. Dana Terikat
Kelompok dana (Fund Groups) yang digolongkan sebagai dana terikat digunakan untuk
mencatat dana yang penggunaannya dibatasi oleh donor atau pihak yang mensponsori
dana tersebut.
H. Laporan Keuangan Rumah Sakit
Dalam laporan keuangan rumah sakit terdapat empat laporan keuangan utama yang
dihasilkan oleh proses akuntansi, yaitu:
1. Neraca
Terdiri dari
Neraca dalam rumah sakit tidak mempunyai perbedaan mendasar baik isi maupun
proses penyusunan dari sudut pandang ilmu akuntansi dibandingkan dengan neraca
perusahaan yang sering kita kenal disektor komersial namun demikian ada beberapa hal
yang secara khusus perlu diperhatikan antara lain:
a. Kas
Jumlah kas yang tercatat dalam neraca tidak termasuk kas pada Dana Terikat yang tidak
dapat digunakan untuk kegiatan operasi.
b. Piutang
Piutang harus dilaporkan pada jumlah yang diperkirakan dapat direalisasi.
c. Investasi
Investasi awal dicatat pada harga perolehan pada saat pembelian, atau pada nilai wajar
pada saat penerimaan jika investasi diterima sebagai pemberian.
d. Aktiva Tetap
Aktiva tetap dilaporkan bersama dengan akumulasi depresiasinya dalam Dana Umum.
g. Saldo Dana
Sesuai dengan kaidah pembagian dana yang dijelaskan, saldo dana yang dimiliki oleh
rumah sakit dipisahkan menjadi tiga macam yaitu: terikat, terikat sementara waktu, dan
terikat permanen.
2. Laporan Operasi
Untuk rumah sakit, hasil dari kegiatan operasinya dilaporkan dalam Laporan Operasi
(Statement of Operations). Laporan ini mencakup tentang pendapatan, beban, untung
dan rugi, serta transaksi lainnya yang mempengaruhi saldo dana selama periode
berjalan. Dalam laporan operasi harus dinyatakan suatu indikator kinerja seperti halnya
laba bersih dalam perusahaan, yang melaporkan hal kegiatan operasi rumah sakit
selama periode berjalan. Indikator kinerja ini harus mencakup baik laba ataupun rugi
operasi selama periode berjalan maupun laba langsung yang diperoleh selama operasi
berjalan. Perubahan lain dari saldo dana selama periode berjalan harus dilaporkan
setelah indikator kinerja.
Berikut adalah pos-pos lain yng jga perlu menjadi perhatian:
d. Transfer Antardana
Tidaklah tepat untuk tetap mengelola aktiva dalam Dana Terikat ketika persyaratan yang
ditetapkan oleh pihak sponsor atau donor sudah terpenihi. Dalam hal ini aktiva tersebut
harus ditransfer dari Dana Terikat ke Dana Tidak Terikat. Untuk tujuan pelaporan
keuangan, transfer antar dana ini dilaporkan dalam Laporan Operasi sebagai “Pelepasan
Saldo Dana” dan ditunjukkan sebagai penambahan atas Dana Tidak Terikat.
Contoh Pendapatan:
Contoh beban :
Aktivitas operasi
Aktivitas investasi
Aktivitas pendanaan
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Terdiri dari :
Gambaran umum RS
Iktisar kebijakan akuntansi
Penjelasan pos-pos laporan keuangan
Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang
sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:
1. Pendahuluan
2. Laporan Keuangan
3. Akuntansi Aktiva
4. Akuntansi Kewajiban
Sedangkan Asas BLU diatur menurut Pasal 3 PP No. 23 Tahun 2005, yaitu:
4. Rencana kerja, anggaran dan laporan BLU dan instansi induk tidak terpisah;
Dari uraian definisi, tujuan dan asas BLU, maka dapat terlihat bahwa BLU memiliki suatu
karakteristik tertentu, yaitu :
4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi;
Selain itu, sekalipun BLU dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan
produktivitas ala korporasi, namun terdapat beberapa karakteristik lainnya yang
membedakan pengelolaan keuangan BLU dengan BUMN/BUMD, yaitu:
3. Pembinaan BLU instansi pemerintah pusat dilakukan oleh Menteri Keuangan dan
pembinaan teknis dilakukan oleh menteri yang bertanggung jawab atas bidang
pemerintahan yang bersangkutan;
6. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) serta laporan keuangan dan laporan kinerja
BLU disusun dan disajikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari RKA serta laporan
keuangan dan laporan kinerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah;
9. BLU dapat menerima hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain;
10. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan BLU diatur dalam
peraturan pemerintah (dhi. PP No. 23 Tahun 2005).\
1. Pasal 1 angka 23, Pasal 68 dan Pasal 69 UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
1. BLU yang kegiatannya menyediakan barang atau jasa meliputi rumah sakit,
lembaga pendidikan, pelayanan lisensi, penyiaran, dan lain-lain;
3. BLU yang kegiatannya mengelola dana khusus meliputi pengelola dana bergulir,
dana UKM, penerusan pinjaman dan tabungan pegawai.
Untuk menjadi sebuah BLU, maka harus memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
menurut Pasal 4 PP No. 23 Tahun 2005, sebagai berikut:
a. kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan
ditingkatkan pencapaiannya melalui BLU sebagaimana direkomendasikan oleh
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangan dan
f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
Atas dasar itu maka penyusunan Standar Pelayanan Minimum (SPM) menjadi bagian dari
proses kegiatan merubah bentuk RS menjadi bentuk BLU. SPM sediri didefinisikan dalam
PP 23 tahun 2004 sebagai spesifikasi teknis tentang tolok ukur layanan minimum yang
diberikan oleh BLU kepada masyarakat. Dari definisi ini terlihat bahwa SPM harus
memiliki indikator kinerja pelayanan dan standar (target) pencapaiannya Kesimpulan
sementara, dengan menjadi BLU maka RS memiliki kebebasan untuk mengelola
keuangannya, namun RS diminta “berjanji” untuk dapat menyediakan pelayanan dengan
indikator dan standar kinerja pelayanan yang baik (dalam bentuk SPM) dengan kata lain,
semakin tinggi “janji” yang diajukan (tetapi masuk akal) maka semakin mudah
keluarnya ijin BLU
1. Fokus pada jenis pelayanan, dalam arti mengutamakan kegiatan pelayanan yang
menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLU/BLUD;
4. Relevan dan dapat diandalkan, merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan
dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLU/BLUD;
5. Tepat waktu, merupakan kesesuaian jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah
ditetapkan.
Rumah Sakit Pemerintah Daerah yang telah menjadi BLU/BLUD dapat memungut biaya
kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan
atas barang/jasa layanan yang diberikan tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang
disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi dana.
Tarif layanan diusulkan oleh rumah sakit kepada menteri keuangan/menteri
kesehatan/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya, dan kemudian ditetapkan oleh
menteri keuangan/kepala daerah dengan peraturan menteri keuangan/peraturan kepala
daerah. Tarif layanan yang diusulkan dan ditetapkan tersebut harus mempertimbangkan
hal-hal sebagai berikut:
Penentuan tarif harus berdasar unit cost dan mutu layanan. Dengan demikian rumah
sakit pemerintah harus mampu melakukan penelusuran (cost tracing) terhadap
penentuan segala macam tarif yang ditetapkan dalam layanan. Selama ini aspek
penentuan tarif masih berbasis aggaran ataupu subsidi pemerintah sehingga masih
terdapat suatu cost culture yang tidak mendukung untuk peningkatan kinerja atau mutu
layanan. Penyusunan tarif rumah sakit seharusnya berbasis pada unit cost, pasar
(kesanggupan konsumen untuk membayar dan strategi yang diipilih. Tarif tersebut
diharapkan dapat menutup semua biaya, diluar subsidi yang diharapkan. Yang perlu
diperhatikan adalah usulan tarif jangan berbasis pada prosentase tertentu namun
berdasar pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara umum tahapan
penentuan tarif harus melalui mekanisme usulan dari setiap divisi dalam rumah sakit
dan aspek pasar dan dilanjutkan kepada pemilik. Pemilik rumah sakit pemerintah adalah
pemerintah daerah dan DPRD
Pengelolaan Keuangan
Adanya desentralisasi dan otonomi daerah dengan berlakunya UU tentang Pemerintahan
Daerah (UU No. 32 Tahun 2004, terakhir diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008), UU No.
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, serta Kepmendagri
No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum Penyusunan APBD, kemudian PP No. 23
Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PP No. 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan Permendagri No. 61 Tahun 2007
tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah,
membuat rumah sakit pemerintah daerah harus melakukan banyak penyesuaian
khususnya dalam pengelolaan keuangan maupun penganggarannya, termasuk
penentuan biaya.
Dengan terbitnya PP No. 23 Tahun 2005, rumah sakit pemerintah daerah mengalami
perubahan menjadi BLU. Perubahan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan
tidak lagi kepada Departemen Kesehatan tetapi kepada Departemen Keuangan,
sehingga harus mengikuti standar akuntansi keuangan yang pengelolaannya mengacu
pada prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi dan efisiensi. Anggaran yang akan
disusun pun harus berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002).
Penyusunan anggaran rumah sakit harus berbasis akuntansi biaya yang didasari dari
indikator input, indikator proses dan indikator output, sebagaimana diatur berdasarkan
PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, PMK No.
76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan
Umum, dan khusus untuk RSUD, pengelolaan keuangannya harus mengacu dan
berdasarkan Permendagri Permendagri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.
posisi keuangan);
Sehingga, laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah mencakup sebagai berikut:
1. Laporan posisi keuangan (aktiva, utang dan aktiva bersih, tidak disebut neraca).
Klasifikasi aktiva dan kewajiban sesuai dengan perusahaan pada umumnya. Sedangkan
aktiva bersih diklasifikasikan aktiva bersih tidak terikat, terikat kontemporer dan terikat
permanen. Yang dimaksud pembatasan permanen adalah pembatasan penggunaan
sumber daya yang ditetapkan oleh penyumbang. Sedangkan pembatasan temporer
adalah pembatasan penggunaan sumber daya oleh penyumbang yang menetapkan agar
sumber daya tersebut dipertahankan sampai pada periode tertentu atau sampai dengan
terpenuhinya keadaan tertentu;
2. Laporan aktivitas (yaitu penghasilan, beban dan kerugian dan perubahan dalan
aktiva bersih);
3. Laporan arus kas yang mencakup arus kas dari aktivitas operasi, aktivitas
investasi dan aktivitas pendanaan;
4. Catatan atas laporan keuangan, antara lain sifat dan jumlah pembatasan
permanen atau temporer, dan perubahan klasifikasi aktiva bersih.
Dalam hal konsolidasi laporan keuangan rumah sakit pemerintah daerah dengan laporan
keuangan kementerian negara/lembaga, maupun laporan keuangan pemerintah daerah,
maka rumah sakit pemerintah daerah sebagai BLU/BLUD mengembangkan sub sistem
akuntansi keuangan yang menghasilkan Laporan Keuangan sesuai dengan SAP (Pasal 6
ayat (4) PMK No. 76/PMK.05/2008 tentang Pedoman Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan
Badan Layanan Umum).
2. Laporan Kinerja.
2. Neraca;
PSAK 45 SAP
Organisasi bisnis
Organisasi non kepemerintahan
Organisasi kepemerintahan
Pengguna: Pengguna:
• Masyarakat • Masyarakat
• Pemerintah • Pemerintah
Laporan keuangan rumah sakit merupakan laporan yang disusun oleh manajemen
sebagai media penyampaian laporan keuangan suatu entitas. Laporan keuangan rumah
sakit merupakan penyamapaian informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap entitas tersebut. Nilai lebih dari rumah sakit pemerintah menjadi badan
layanan uumun ditinjau dari isi pelaporan keuangan adalah rumah sakit harus mengikuti
ketentuan untuk pelaporan keuangan organisasi nirlaba dan menyanggupi untuk laporan
keuangan tersebut diaudit oleh auditor independence. Dengan kesanggupan tersebut
tentu saja diharapkan rumah sakit dapat mencapai tata kelola yang baik dan pelaporan
yang transparans.
K. RUMAH SAKIT SEBAGAI BLU: TINJAUAN DARI ASPEK TEKNIS KEUANGAN
Adanya isu desentralisasi dan perundangan yang berlaku yaitu: UU no: 22 dan UU no:
25 tahun 1999 (UU no: 33 dan 36 tahun 2004) tentang Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah, serta Kepmendagri no: 29 tahun 2002 tentang pedoman Umum
Penyusunan APBD, UU no: 32 tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, UU no :25 tahun
2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, PP no: 23 tahun 2005 tentang Badan
Layanan Umum, PP no: 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, membuat
rumah sakit harus melakukan banyak penyesuaian khusunya dalam hal pengelolaan
teknis keuangan maupun penganggaraannya, termasuk penentuan biaya.
Rumah sakit pemerintah dituntut untuk menjadi rumah sakit yang murah dan bermutu.
Dalam pengelolaannya rumah sakit pemerintah memiliki peraturan pendukung yang
terkait dnegan pengelolaan keuangan yang fleksibel. Berdasar PP no: 23 tahun 2005
tersebut rumah sakit pemerintah telah mengalami perubahan sebagai badan layanan
umum. Perubahan kelembagaan ini berimbas pada pertanggungjawaban keuangan
bukan lagi kepada departemen kesehatan tetapi kepada departemen keuangan.
Sebagaimana telah diuraikan di atas dari aspek pelaporan keuangan yang harus
mengikuti standar akuntansi keuangan, maka dalam pengelolaan teknis keuangan pun
harus diselenggarakan dengan mengacu pada prinsip-prinsip akuntanbilitas, transparansi
dan efisiensi. Anggaran yang disusun rumah sakit pemeritah juga harus disusun dengan
berbasis kinerja (sesuai dengan Kepmendagri no 29 tahun 2002).
2. Memiliki keinginan yang kuat dari rumah sakit untuk berbenah, tanpa
meninggalkan misi layanan sosial tetapi harus tetap mengunggulkan rumah sakit
sebagai alatbargaining position,
3. Kesanggupan untuk mewujudkan desakan akuntabilitas dari publik kepada rumah
sakit, khususnya mengenai pola penentuan tariff,
4. Dukungan dari seluruh tim ahli, baik ahli medis, komite medis, sistem informasi
rumah sakit, akuntansi dan costing.
Dengan implementasi perubahan kelembagaan menjadi badan layanan umum, dalam
aspek teknis keuangan diharapkan rumah sakit akan memberi kepastian mutu dan
kepastian biaya menuju pada pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Ketentuan khusus bagi organisasi sejenis Yayasan yang bergerak di bidang rumah sakit
berdasar SE-34/PJ.4/1995) adalah:
1. Obyek Pajak, yang mmenjadi obyek pajak adalah semua penghasilan yang diterima
atau diperoleh sesuai dengan ketentuan dalam UU no 17 tahun 2000, antara lain:
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari usaha, pekerjaan, kegiatan atau
jasa,
Berkaitan dengan transaksi yang berhubungan dengan Pph 21 di rumah sakit, terdapat
ketentuan khusus bagi rumah sakit, yaitu:
c. Dokter tetap yaitu dokter yang mempunyai jadwal praktek tetap tetap bukan
sebagai pegawai tetap rumah sakit,
d. Dokter tamu yaitu dokter yang merawat atau menitipkan pasiennya untuk dirawat
di rumah sakit,
a. Penghasilan yang bersumber dari keuangan rumah sakit atau dari imbalan lain
yang diterima oleh para dokter,
b. Penghasilan yang berasal dari pasien yang diterima oleh para dokter,
PENGURANGAN PENGHASILAN
Dalam ketentuan perhitungan pajak penghasilan, yang dapat dikurangkan dari
penghasilan kena pajak adalah: (a). Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan
usaha, pekerjaan, kegiatan atau pemberian jasa untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau biaya yang berhubungan langsung dnegan operasional
penyelenggaraan rumah sakit, (b). Penyusutan atau amortisasi atas pengeluaran untuk
memperoleh harta yang mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun, dan (c). Subsidi yang
diberikan kepada pasien yang tidak mampu ataupun biaya pelayanan kesehatan yang
kurang mampu yang dipikul oleh yayasan atau organisasi yang sejenis yang tidak
bergerak di bidang pelayanan kesehatan.
Perlakukan pembukuan atas subsidi atau pembebanan biaya bagi pasien yang tidak
mampu adalah (a). Sejumlah bagian yang benar-benar dibayar oleh pasien merupakan
penghasilan dan biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah biaya-
biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan tagihan kepada pasien, atau (b). Sejumlah
yang seharusnya diterima atau diperoleh rumah sakit merupakan penghasilan dan
sejumlah subsidi (selisih antara yang seharusnya diterima rumah sakit dengan yang
benar-benar dibayar oleh pasien) merupakan tambahan biaya. Apabila yayasan atau
organisasi yang sejenis memberikan subsidi sebagian atau seluruh biaya pelayanan
kesehatan kepada pasien yang kurang mampu yang dirawat di rumah sakit di bawah
yayasan lain, maka pengeluaran subsidi dimaksud dapat ditambahkan sebagai biaya
oleh yasayan atau rumah sakit yang memberikan subsidi tersebut.
b. Meyerahkan barang kena pajak melalui suatu tempat penjualan eceran seperti tok,
kios atau dengan cara penjualan langsung kepada konsumen akhir dari rumah ke
rumah,
Dengan demkian apabila apotik atau instalasi farmasi di rumah sakit bertindak
sebagaimana lazimnya apotik melakukan penyerahan obat-obatan kepada pasien rawat
jalan, maka rumah sakit yang mempunyai instalasi farmasi/apotik tersebut merupakan
pengusaha kena pajak pedagang eceran. Selanjutnya PPN harus dibayar atas
penyerahan obat obatan kepada pasien rawat jalan oleh instalasi farmasi/apotik adalah
sebesar 2% dari jumlah seluruh penyerahan barang dagangan.
Rumah sakit pemerintah sebagai badan hukum dalam pemberlakuan pajak pertambahan
nilai tetap mengacu pada ketentuan obyek PPN pada barang kenapajak pada umumnya
tanpa melihat klasifikasi organisasi sebagai BLU. Hal ini dapat ditegaskan bahwa
penyerahan obat-obatan oleh instalasi farmasi kepada pasien rawat inap tidak dikenakan
PPN, nanum kepada pasien selain rawat inap yang dilakuakn pleh apotik maupun
instalasi farmasi terutang PPN. Sedangkan PPN atas jasa pada rumah sakit, menurut
pasar 4 ayat 3 UU PPN jo Pasal 5 PP 144 tahun 2000, jasa pelayanan kesehatan medis
merupakan jasa yang tidak dikenakan PPN 17.
BAB 3
PENUTUP
Tidak ada PSAK khusus yang mengatur standar akuntansi untuk rumah sakit. PSAK yang
paling “cocok” untuk sementara waktu digunakan adalah PSAK 45 tentang organisasi
nirlaba. Berdasarkan PSAK 45, akuntansi RS tidak berdasarkan sistem dana, hanya dana
tunggal. Namun aktiva bersih RS dikategori berdasarkan tiga jenis:
} Neraca
} Laporan Aktivitas
Ditjen Pelayanan Medit Depkes membuat ketentuan akuntansi, khususnya bagi RS yang
sudah menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Pedoman akuntansi RS ini berisi 10 bab:
1. Pendahuluan
2. Laporan Keuangan
3. Akuntansi Aktiva
4. Akuntansi Kewajiban
5. Akuntansi Aktiva Bersih (Ekuitas)
6. Akuntansi Perubahan Aktiva Bersih
7. Laporan Arus Kas
8. Catatan Atas Laporan Keuangan
9. Ilustrasi Laporan Keuangan
10. Rasio Keuangan
Pedoman akuntansi RS BLU ini tidak spesifik berdasarkan satu PSAK,misalnya hanya
PSAK 45, melainkan berbagai PSAK yang terkait.
PSAK yang terkait aktiva, utang, ekuitas, pendapata, dan biaya yang diterbitkan oleh IAI
yang relevan juga menjadi dasar akuntansi.