Sie sind auf Seite 1von 15

MAKALAH

KONSEP PERILAKU KEKERASAN


UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA
II

DISUSUN OLEH :
M. SHOLEH HASAN A (14201.08.16022)
MOHAMMAD BAYDOWI (14201.08.16025)
M. HIJRATILLAH P (14201.08.16026)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL


HASAN PROBOLINGGO PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, tuhan yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Atas bimbingan dan pertolongan nya sehingga makalah ini dapat tersusun
dengan berdasarkan berbagai sumber pengetahuan yang bertujuan untuk membantu proses
belajar mengajar mahasiswa agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sehingga dapat
di terbitkan sesuai dengan yang di harapkan dan dapat di jadikan pedoman dalam
melaksanakan kegiatanSehari-hari dan sebagai panduan dalam melaksanakan makalah dengan
judul “Makalah Konsep Perilaku Kekerasan” dan dengan selesainya penyusunan makalah
ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapa terima kasih kepada :

1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong
2. Dr. Nur Hamim, SKM., S. Kep.Ns, M.Kes. sebagai ketua STIKES Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong
3. Shinta Wahyusari, S.Kep.,Ns.M.Kep.Sp.Mat sebagai kepala program study S1
Keperawatan
4. Rizka Yunita S.kep.,Ns.,M.Kep sebagai dosen mata ajar Keperawatan Jiwa II
5. Santi Damayanti sebagai petugas perpustakaan Pada akhirnya atas penulisan materi
ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien
untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Genggong, Maret 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat
membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya: memaki-maki
orang di sekitarnya, membanting–banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain,
bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda montor.

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah sakit jiwa.
Sering tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan “pengawalan” oleh
sejumlah anggota keluarga bahkan polisi.

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba
dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan dapat dimanifestasikan
secara fisik (mencederai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh), psikologis (emosional,
marah, mudah tersinggung, dan menentang), spiritual (merasa dirinya sangat berkuasa, tidak
bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia
akut yang tidak lebih dari satu persen (Purba dkk, 2008).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan,
paling tidak ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada
masyarakat umum terdapat 0,2 – 0,8 % penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di
Negara Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa
(Maramis, 2004 dalam Carolina, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26
juta penduduk Indonesia atau kira-kira 12-16 persen mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan
data Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta
orang (WHO, 2006).

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka kami tertarik untuk menyusun makalah
mengenai konsep teori dan asuhan keperawatan jiwa perilaku kekerasan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep teori dan asuhan keperawatan jiwa pada perilaku
kekerasan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian dari perilaku kekerasan
b. Mengetahui penyebab/etiologi dari perilaku kekerasan
c. Mengetahui faktor penyebab dari perilaku kekerasan
d. Mengetahui rentang respon dari perilaku kekerasan
e. Mengetahui mekanisme koping dari perilaku kekerasan
f. Mengetahui tanda dan gejala dari perilaku kekerasan
g. Mengetahui pohon masalah pada perilaku kekerasan

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Manfaat makalah ini bagi mahasiswa baik penyusun maupun pembaca adalah
untuk menambah wawasan.
2. Bagi institusi
Manfaat makalah ini bagi institusi adalah sebagai acuan tambahan untuk
proses belajar mengajar mahasiswa keperawatan tentang “Konsep Perilaku
Kekerasan” Dalam Keperawatan Jiwa II
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. (Stuart dan Sundeen, 1998).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. (Towsend, 1998).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. (Keliat, Ana
Budi. Dkk. 2009).

Dari ketiga pengertian diatas dapat disimpulkan, PK (perilaku kekerasan) adalah suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat memebahayakan secara fisik
maupun psikologis, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan
gaduh gelisah yang tak terkontrol.

B. Etiologi ( Mekanisme Sebab-Akibat)


1. Sebab : Gangguan Konsep Diri : Harga diri rendah

Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa
jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan
sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.

2. Akibat : Resiko menciderai diri sendiri orang lain dan lingkungan

Suatu keadaan dimana seorang individu melakukan suatu tindakan yang dapt
membahayakan bagi keselamatan jiwanya maupun orang lain disekitarnya (Townsend, 1994).
Klien dengan perilaku kekerasan menyebabkan klien berorientasi pada tindakan untuk
memenuhi secara listrik tuntutan situasi stress, klien akan berperilaku menyerang, merusak
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar.
C. Faktor Penyebab dari Perilaku Kekerasan
1. Faktor Predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor predisposisi, artinya
mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh
individu :

a. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian


dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan
yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan
kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan
seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).
d. Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.
2. Faktor Prespitasi

Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain.
Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusan, ketidakberdayaan, percaya
diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang
yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial
yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.

D. Rentang Respon dari Perilaku Kekerasan

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang
respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :

Rentang Respon Marah

Respon adaptif Respon Maladaptif


Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

1. Respon Adaptif.
a. Asertif, adalah mengemukakan pendapat atau mengekspresikan rasa tidak senang
atau tidak setuju tanpa menyakiti lawan bicara.
b. Frustasi, adalah suatu proses yang menyebabkan terhambatnya seseorang dalam
mencapai keinginannya. Individu tersebut tidak dapat menerima atau menunda
sementara sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan. Selanjutnya
individu merasa tidak mampu dalam mengungkapkan perannya dan terlihat pasif.
2. Respon transisi
Pasif adalah suatu perilaku dimana seseorang merasa tidak mampu untuk
mengungkapkan perasaannya sebagai usaha mempertahankan hak-haknya. Klien
tampak pemalu, pendiam, sulit diajak bicara karena merasa kurang mampu, rendah
diri atau kurang menghargai dirinya.
3. Respon maladaptive
a. Agresif, adalah suatu perilaku yang mengerti rasa marah, merupakan dorongan
mental untuk bertindak (dapat secara konstruksi/destruksi) dan masih terkontrol.
Perilaku agresif dapat dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu pasif agresif dan aktif
agresif.
b. Pasif agresif, adalah perilaku yang tampak dapat berupa pendendam, bermuka
asam, keras kepala, suka menghambat dan bermalas-malasan.
c. Aktif agresif, adalah sikap menentang, suka membantah, bicara keras, cenderung
menu0ntut secara terus menerus, bertingkah laku kasar disertai kekerasan.
d. Amuk, adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat dan disertai kehilangan
kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain atau lingkungan.
(Stuart and Sudeen, 1998).

E. Mekanisme Koping dari perilaku kekerasan


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri.
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara
lain:
1. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat
untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal.
Misalnya seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain
seperti meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak
baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai
perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam
sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak
disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil
bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan,
sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-
lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang
tersebut dengan kasar.
5. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang
tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari
ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya.

F. Tanda dan Gejala


1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Postur tubuh kaku
e. Mengatup rahang dengan kuat
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Nada suara tinggi, membentak, berteriak
c. Mengancam secara verbal/fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar/memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Merasa tidak aman
c. Rasa terganggu
d. Dendam dan jengkel
e. Bermusuhan
f. Ingin berkelahi
g. Menyalahkan dan menuntut
5. Kognitif
a. Cerewet
b. Kasar
c. Berdebat
d. Meremehkan
e. Sarkasme
6. Sosial
1. Menarik diri
2. Pengasingan
3. Penolakan
4. Ejekan
5. Sindiran
7. Tingkat keparahan gejala
Tindakan perawatan atau prosedur yang dilakukan pada perilaku kekerasan dengan tingkat
keparahan pada perilaku kekerasan.
Ordinal Scale score Description
Normal 0 Tidak ada gejala yang diamati.
Ringan 1 Beberapa gejala hadir tapi tidak menjadi fokus perawatan.
Sedang 2 Ada gejala dengan fokus pengobatan tapi tidak memerlukan
rawat inap.
Parah 3 Banyak gejala yang terjadi dan diperlukan rawat inap
kunjungan, tindakan gawat darurat, dll.

G. Proses Terjadinya Masalah


Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom
beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat,
takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster
menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga
meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah
cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out).
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out”
untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan
H. Pohon masalah

Perilaku Mencederai
diri,orang lain dan Defisit Perawatan Diri
lingkungan

Perilaku Kekerasan Gangguan


Masalah Utama Pemeliharaan Kesehatan

Gangguan konsep diri :


harga diri rendah kronis
Tindakan/strategi keperawatan
pada perilaku kekerasan

SP Pasien Keluarga
1. Identifikasi penyebab dan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan
gejala,PK yang dilakukan, akibat dalam merawat klien.
PK. 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala,
2. Jelaskan cara mengontrol PK: dan proses terjadinya PK(gunakan
fisik,obat,verbal,spiritual. booklet).
SP
3. Latih cara mengontrol PK fisik 1 3. Jelaskan cara merawat PK
1
(tarik nafas dalam) dan 2 (pukul 4. Latih 1 cara merawat PK: fisik 1,2
kasur bantal). 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
4. Masukkan pada jadual kegiatan jadual dan memberikan pujian.
untuk latihan fisik.

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam


dan 2, berikan pujian. merawat/melatih pasien fisik 1 dan 2,
2. Latih cara mengontrol PK beri pujian.
dengan obat (jelaskan 6 benar: 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.
SP2 jenis,guna, dosis, frekuensi, cara, 3. Anjurkan membatu pasiennsesuai
kontinuitas minum obat) jadualndan memberi pujian.
3. Masukkan pada jadual kegiatan
untuk latihan fisik dan minum
obat.
1. evaluasi kegiatan latihan fisik 1 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan 2, dan obat. Beri pujian. merawat / melatih pasien fisik 1,2 dan
2. Latih cara mengontrol PK secara memberikan obat. Beri pujian.
verbal (3 cara yaitu : 2. Latih cara membimbing verbal/bicara
SP
mengungkapkan, meminta, 3. Latih cara membimbing kegiatan
3
menolak dengan benar) spiritual
3. Masukkan pada jadual kegiatan 4. Anjurkan membantu pasien sesuai
untuk latihan fisik minum obat jadual dan memberi pujian.
dan verbal.
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 1. valuasi kegiatan keluarga
dan 2, obat dan verbal. Beri merawat/melatih pasien fisik1,2 dan
pujian. memberikan obat, verbal dan spiritual.
SP 2. Latih cara mengontrol PK secara Beri pujian.
4 spiritual (2 kegiatan) 2. Jelaskan follow up ke PKM, tanda
3. Masukkan pada jadual kegiatan kambuh, rujukan.
untuk latihan fisik, minum obat, 3. Anjukan membatu pasien sesuai jadual
verbal dan spiritual. dan memberi pujian.
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam

SP 1,2, minum obat, verbal dan merawat/melatih pasien fisik1,2 dan


spiritual, dan berikan pujian. memberikan obat, verbal dan spiritual
5
2. Nilai kemampuan yang telah dan follow up. Beri pujian.
S.D
mandiri. 2. Nilai kemampuan merawat pasien
12 3. Nilai apakah PK sudah 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan
terkontrol. kontrol ke PKM.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah
atau ketakutan (panic). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang
sebagai suatu rentang, dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku
kekerasan (violence) di sisi yang lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
3. Memberontak (acting out)
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan.

B. Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah
perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi
masalahnya.
Perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang konsep teori dan
asuhan keperawatan jiwa pada perilaku kekerasan, diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat
meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta; Salemba

Medika

Keliat, Ana Budi. Dkk. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa, Jakarta

EGC

Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi . Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung; Refika Aditama

Ma’rifatul, Lilik.2011.keperawatan jiwa.yogyakarta: Graha Ilmu

Kusumawati, Farida. 2010.Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Das könnte Ihnen auch gefallen